YESUS YANG BERBEDA

(JESUS IS DIFFERENT)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yohanes 4:1-9

03-08-87

 

Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Yohanes, kita telah sampai di pasal 4. Judul dari khotbah kita adalah Yesus yang Berbeda, dan itu akan menjadi sebuah penjelasan dari bagian Alkitab yang anda baca.

Di dalam ayat empat itu: “Ia harus melintasi daerah Samaria.” Mengapa saya mengatakan hal itu? Itu adalah jalan dan rute terdekat ke tempat tujuanNya.

Karena tidak ada orang Yahudi yang baik yang melintasi Samaria. Maka mereka harus menyeberangi Sungai Yordan ke daerah Perea bagian selatan, dan kemudian naik ke atas, kemudian dalam perjalanan yang sama itu, mereka akan kembali menyeberangi Sungai Yordan dan masuk ke dalam wilayah Galilea bagian barat.

Tetapi, tidak demikian dengan Yesus. Dia berbeda, dan itu yang akan menjadi khotbah kita pada hari ini.

            Sekarang, apakah anda sudah mendapatkannya dalam Alkitab anda? Yohanes pasal 4 ayat 1 sampai 9. Di hadapan Tuhan, mari kita berdiri dan membacanya secara bersama-sama. Yohanes pasal 4:1-9: 

Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes

Meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, --

Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea.

Ia harus melintasi daerah Samaria.

Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.

Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.

Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."

Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.

Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)

            SugchraomaiSugchraomai.  Mereka bahkan tidak menyentuhnya. Mereka bahkan tidak akan meludahi mereka. Mereka tidak melakukan apa-apa terhadap mereka.  Sugchraomai.  Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Tetapi Yesus berbeda.

Baiklah, sebelum kita melanjutkan khotbah ini, anda boleh datang dan berlutut di sini. Dan kita semua akan berlutut dan meminta Allah untuk memberkati waktu yang kudus ini.

Doa: Tuhan kami yang mulia, kami datang ke hadapanMu di dalam pujian dan ucapan syukur atas kasihMu yang tanpa syarat bagi kami. Kami bersyukur kepadaMu atas jemaat ini dan pendeta kami serta tahun-tahun pelayanannya. Dan yang utama dari semua, kami bersyukur kepadaMu atas Yesus Kristus yang telah membayar hukuman atas dosa-dosa kami dan yang telah menyediakan keselamatan bagi kami. Dan ketika kami memberikan persepuluhan dan persembahan kami, Tuhan berikanlah kepada kami kebijaksanaan yang berasal dari Engkau, untuk menggunakannya bagi kepentingan pelayananMu. Dan semua yang kami lakukan hari ini akan menjadi sebuah penghormatan bagiMu di dalam kemuliaan. Sebab di dalam semuanya itu kami berdoa di dalam nama Kristus Yesus, Amin.

Pendeta: Saya berharap bahwa penyanyi Italia jalanan itu yang menyanyikan “O sola mio,” dapat mendengar makna yang sesungguhnya dari pujian itu. Dan bagi anda anggota paduan suara dan orkestra: Saya memuji Allah atas anda. Anda semua sungguh-sungguh mengangkat hati saya.

Sekali lagi, kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung bersama dengan kami di dalam ibadah ini, baik melalui siaran radio dan siaran televise. Anda sekarang menjadi bagian dari Gereja First Baptist Dallas. Dan ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Yesus Yang Berbeda.

Ini adalah sebuah khotbah yang berhubungan dengan Samaria dan Yehuda, antara orang-orang Samaria dengan orang-orang Yehuda, antara orang-orang Isreal dan orang-orang Yahudi. Dan hal itu berhubungan dengan sebuah perseteruan dan kepahitan yang telah berlangsung lama.

Kemudian, Yesus berangkat dari Yudea ke Galilea, dan melewati Samaria. Ayat empat berkata: “Ia harus melintasi daerah Samaria

Yesus adalah seorang pribadi yang berbeda. Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Tetapi Yesus melakukan hal yang berbeda. Ketika murid-muridNya kembali setelah mereka membeli makanan di Sikhar dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan meta gunaikos—dengan seorang wanita.

Dan sebelum kita memulai pembahasan kita atas bagian ini, biarlah saya berpaling sejenak. Filsuf yang paling terhormat, terbaik dan yang terpintar dari seluruh orang Yunani adalah Sokrates. Dan jika anda membaca karya Plato, praktisnya, seluruh tuliasan Palto tentang Aristoteles. Jika anda membaca Xenophon, tulisan itu banyak sekali membahas tentang Sokrates. Dan melalui sepanjang karya filsafat kuno anda akan membaca tentang Sokrates. Salah satu patung dalam rekening di lingkaran universitas berkata, dan saya mengutip perkataan itu—“Secara praktis kita tahu dan belajar dari Yunani.”

Sokrates pergi untuk menemui aeorang pelacur terkenal—seorang kekasih, seorang wanita misterius. Dan ketika dia berbicara dengan wanita itu, Sokrates membawanya kedalam pembicaraan tentang pengetahuannya yang luas dan tidak terbatas tentang natur manusia. Dan di dalam pembicaraannya itu, dia berusaha mengajar perempuan itu bagaimana dia dapat memikat pria kedalam perzinahan.

Saya memegangnya di dalam tangan saya disini, apa yang Yesus bicarakan dengan meta gunaikos—dengan seorang wanita. Dan itu adalah sebuah diskusi yang terbesar dalam keyakinan rohani dalam penyingkapan Allah yang Mahakuasa. Yesus yang berbeda.

Kita akan memulainya dengan perjalananNya yang melintasi Samaria. Bangsa Isreal terbagi dalam kerohanian dan kesetiaan antara bagian utara yang disebut Israel dan bagian selatan yang disebut Yehuda. Efraim adalah pemimpin yang paling tangguh bagi sepuluh suku di utara, dan Yehuda adalah pemimpin yang tangguh bagi suku Yehuda dan Benyamin di bagain selatan. Dan sejak semula ada kecemburuan yang sengit antara Efraim di bagian utara dengan Yehuda di bagian selatan.

Anda akan menemukan sebuah contoh yang nyata tentang kepahitan itu di dalam kehidupan Raja Daud.

Raja Daud memerintah selama sepuluh tahun di Hebron sebagai kapten, sebagai raja Yehuda sebelum dia diterima dan dinobatkan sebagai raja Efraim dan sepuluh suku di utara. Sulit bagi saya untuk membayangkan bagaimana sepuluh suku utara yang dipimpin oleh suku Efraim menolak untuk menerima Daud sebagai raja mereka.

Kebencian antara dua anggota keluarga Allah itu berubah menjadi sebuah pertempuran yang terbuka selama bertahun-tahun ketika Rehabeam, anak Salomo berubah dari pribadi yang murah hati dan baik  bagi rakyat menjadi autokratik, dan keterlaluan bagi rakyat. Kemudian Yerobeam I membuat sebuah perpecahan pada bangsa itu. Dan dia mengatur dan memimpin sepuluh suku menjadi sebuah konfederansi yang terpisah dari selatan. Dia membuat anak lembu emas di Betel, sebagai upaya agar rakyat tidak menyembah Allah di Yerusalem.

Ibukota kerajaan utara adalah Sikhem, dan berlangsung selama lima puluh tahun, sampai Omri, ayah Ahab, memindahkan ibukota kerajaan itu ke Samaria. Dan itulah sebabnya rakyat utara disebut dengan orang-orang Samaria, yang nama itu didasarkan atas ibukota mereka yaitu Samaria.

Dalam tahun-tahun sesudah perpecahan kerajaan itu di masa lampau, bangkitlah sebuah imperium penakluk yang menjadi sebuah kutukan bagi dunia: Imperium itu adalah benteng bersayap Asyur, yang ibukotanya adalah Niniwe, yang merupakan seorang raksasa buruk rupa bagi seluruh ciptaan di dunia. Tidak ada satupun yang memiliki kekerasan seperti mereka.

Mereka memiliki komandan-komandan, pemimpin-peminpin militer yang tangguh dan tidak terkalahkan. Saya tidak tahu apakah  di sana pernah hidup seorang pemimpin militer yang jenius seperti Tiglath Pileser atau penerusnya , Shalmaneser, atau penerusnya Sargon, atau Esarhaddon atau Sansherib. Mereka adalah lima orang pemimpin militer yang hebat. Dan mereka menaklukkan seluruh peradaban dunia. 

Dan lagi, anda memiliki contaoh yang sangat jelas tentang hal itu di dalam Yunus, ketik Roh Allah, ketika Firman Allah datang kepada Yunus di Galilea yang menyuruhnya pergi ke Niniwe dan memberitakan injil di sana. Dia tidak menuruti perintah itu. Dia melarikan diri ke Tarsus. Di dalam hati Yunus, bahkan siapa pun tidak akan memiliki sebuah keinginan untuk membawa kabar baik tentang keselamatan Allah bagi orang Asyur, bagi orang Niniwe.

Salah satu dari pemimpin militer Asyur itu, yaitu Sargon, datang ke Israel pada tahun 722 B.C., dan dia menghancurkan segala sesuatu yang ada di kerajaan utara. Dan anda menyebutnya dengan istilah yang salah, yaitu “sepuluh suku yang hilang.”

Sargn membawa mereka ke dalam pembuangan, ke dalam perbudakan. Kemudian penerus Sargon, yaitu Esarhaddon, melihat tanah yang luas untuk mengumpulkan mereka bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain di Mesopotamia. Dan dia membawa bangsa bangsa lain untuk diam kota-kota Samaria menggantikan orang Israel

Ketika mereka tiba, koloni yang berasal dari Mesopotamia, Tigris dan lembah Babel, serta lembah Efrat, ketika mereka tiba, koloni itu menghadapi masa yang sukar. Tanah itu telah berbatu-batu dan dipenuhi dengan binatang buas. Dan berdasarkan respon mereka yang terhadap takhyul, kepercayaan mereka terhadap takhyul, mereka berpikir bahwa dewa-dewa lokal tidak senang terhadap mereka.

Kemudian mereka mengirim utusan bagi seorang imam Yehova untuk datang ke Bethel dan mengajarkan kepada mereka tentang agama negeri itu. Dan selanjutnya terjadi kawin campur dari orang-orang yang berada di utara, yang selanjutnya mereka disebut dengan orang-orang Samaria. Juga terjadi kompromi dalam keyakinan mereka.

Dan ketika anda berpikir tentang kawin campur antara orang-orang Mesopotamia dengan sisa-sia orang Yahudi yang tersisa di negeri itu, dan kawin campur antara mereka dengan orang-orang yahudi pelarian yang berasal dari bagian selatan Yudea, anda memiliki ide yang baik tentang orang-orang yang memiliki setengah darah orang Samaria. Itulah gambaran dari perempuan Samaria itu, sebagian dirinya adalah orang Mesopotamia, sebagian dirinya adalah orang Yahudi, sebagian dirinya adalah pennyembah berhala dan sebagain lagi menyembah Yehova. Sebuah campuran dari segala sesuatu yang dapat anda pikirkan di dalam kumpulan yang ada di sana, di tempat sepuluh suku pernah hidup. 

Kemudian di sana ada sebuah pertempuran yang sengit antara bagian utara yang disebut Samaria dan di bagian selatan yang disebut Yudea. Dan itu terjadi sejak semula ketika Ezra dan Nehemia kembali dari Babel untuk membangun kembali agama Yahudi setelah pembuangan ke Babel. Orang-orang samaria datang dan ingin menyamai orang-orang mereka bersama dengan orang-orang Yahudi ini yang telah kembali dan ingin berusaha bergabung dalam agama mereka. Tetapi Ezra dan Nehemia menolak mereka dengan penuh kegigihan.

Kemudian terjadilah sebuah peristiwa hidup yang sangat asing. Cucu imam besar di Yerusalem menikah dengan putri Sanbalat, yang adalah gubernur Samaria. Dan ketika orang-orang Yahudi menolak untuk menyamakan agama mereka dengan orang-orang Samaria, Sanbalat membangun sebuah bait Allah tandingan di Gunung Gerizim.

Ketika anda membaca kisah ini, wanita Samaria ini sedang berada di sumur Yakub yang terletak di bawah kaki gunung Gerizim. Dan di gunung itu Sanbalat membangun sebuah bait bagi Allah Yehova bagi orang-orang di Samaria untuk berkumpul bersama-sama dan beribadah di tempat itu. Dan itulah sebabnya mengapa wanita itu berkata, “Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini,” dan dia menunjuk ke Gunung Gerizim yang berada di sana, “tetapi kamu katakan bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Gunung itu berada di dekat Gunung Ebal, dan di tempat itulah Sanbalat mendirikan  bait Allah Samaria

 Dan persaingan serta kebencian antara utara dan selatan merupakan sebuah hal yang sulit untuk dilukiskan. Orang-orang Samaria contohnya, berusaha untuk mengganggu dengan api pada saat hari-hari perayaan keagamaan. Mereka akan mengambil tulang-tulang orang mati dan masuk dengan diam-diam kedalam Bait Allah di Yerusalem dan menyebarkannya di sana untuk mencemarkan bait Allah.

Mereka akan mencegat para penziarah saat mereka berada di jalan untuk perayaan Paskah dan menyiksa mereka serta membunuhnya. Mereka menolak Alkitab, kecuali Pentateukh Musa. Itu merupakan sebuah hal yang mengerikan, tentang apa yang terjadi di antara dua kerajaan itu.

Pada masa kejayaan orang Yahudi di bawah pimpinan Makabe, mereka mengadakan pembalasan terhadap orang-orang Samaria itu. Pada tahun 128 B.C., John Hicarnus menghancurkan bait Allah Samaria dan menghapuskannya dari muka bumi. Dan akhirnya tidak ada orang Samaria yang dapat mengemukakan pendapatnya di pengadilan. Mereka dikutuk di hadapan umum. Tidak ada orang Yahudi yang akan melintasi Samaria. Dan seluruh sikap dan pendekatan orang Yahudi bagi orang Samaria dilandasi oleh kebencian dan kegetiran terhadap orang-orang Samaria.

Sebuah contoh dari hal itu terdapat di dalam Kitab Yohanes pasal delapan. Setelah perdebatan dan konfrontasi antara Yesus dan orang-orang itu. Mereka berkata kepadaNya, “Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasusan Setan?” Mereka tidak memiliki kutukan yang lebih buruk kepadaNya selain dari pada menyebutNya sebagai orang Samaria.

Jadi itu adalah latar belakang dari teks ini: kebencian dan kepahitan yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun antara wilayah utara yaitu Samaria dan wilayah selatan Yudea, dan antara orang-orang Samaria yang memiliki setengah darah Yahudi dengan orang-orang Yahudi yang berada di selatan.

Ini merupakan sebuah hal yang sangat menakjubkan: Di bagian mana pun anda membaca Kitab ini atau Injil ini, anda akan menemukan bahwa di dalam pelayanan Yesus, Dia akan menjamah orang Samaria, dan hal itu dilakukan dalam kebaikan dan kasih karunia dan belas kasihan dan pengampunan serta kasih sayang. Sebuah hal yang sangat menakjubkan!

Sebagai contoh, ketika Yesus menyembuhkan sepuluh orang yang sakit kusta, dan menyurum mereka untuk menjumpai imam, sehingga imam itu dapat menyatakan bahwa mereka tahir, salah satu dari mereka datang kembali untuk berterima kasih kepadaNya. Dan Yesus menyatakan bahwa orang yang datang kembali itu adalah orang Samaria yang dibuang. Dan hanya dia yang datang kembali dari antara sepuluh orang itu.

Saya pikir tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah mendengar tentang kisah orang Samaria yang murah hati. Orang Samaria yang murah hati. Bagi anda nama itu merupakan sesuatu yang indah. Orang Samaria yang murah hati, itu merupakan sesuatu yang sukar untuk dipikirkan, sukar untuk dibayangkan ketika Yesus berbicara tentang hal itu.

Lihat. Ketika ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Sipakah sesamaku itu? Engkau berkata bahwa aku harus mengasihi sesamaku seperti diriku sendiri. Siapakah sesamaku itu? Dan Yesus menyampaikan kisah tentang orang Samaria yang baik hati. Seorang imam melihat orang itu, yang telah dirampok dan sekarat, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Orang Lewi melihat orang itu dan melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah orang Samaria; dan ketika melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan, kemudian ia memberi perhatian dan merawat orang itu. Dan Yesus bertanya kepada ahli Taurat itu, siapakah sesama manusia dari orang yang yang terluka dan hampir mati itu.

Apakah ahli Taurat itu berkata bahwa orang itu adalah orang Samaria? Dia tidak menyebutkan hal itu. Dia merasa lebih baik mati dari pada menyebutkannya. Dia hanya berkata bahwa dia adalah orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepada orang yang telah dirampok itu. Dia tidak akan mau menyebutkan orang Samaria.

Tetapi Yesus berbeda. Dia tidak hanya menyampaikan kisah tentang orang Samaria yang murah hati, tetapi Dia juga menyampaikan injil di kota-kota mereka dan Dia mengajarkan mereka tentang jalan kepada Allah. Dan ketika Tuhan memberikan Amanat Agung, salah satu diantaranya diulang di dalam Kisah Rasul 1:8: “Dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di Yudea”—dan mengapa Tuhan tidak berkata, Dan “Di Galilea” atau “Di Dekapolis” atau “Di Perea” atau “Di Idumea”? Mengapa Dia tidak menyatakan hal itu? 

Dia tidak menyatakan hal itu. “Kamu akan menjadi saksiKu,” kata Tuhan, “di Yerusalem, dan di Yudea, dan di Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” Yesus melakukan hal yang berbeda.

Dan pesan dari sorga tampak sangat jelas bagi kita. Semua ciptaan Allah berharga di mataNya, dan teristimewa dan secara khusus dan sesuatu yang tidak biasa juga bagi orang-orang yang terbuang, bagi sampah masyarakat, bagi orang-orang yang terbuang, bagi orang-orang miskin dan yang sakit serta manusia yang terluka. Allah mencari dan mengasihi orang-orang yang hina, yang rendahan dan yang ditolak oleh dunia ini. Itu adalah sesuatu yang luar biasa, yang yang sukar untuk dipercayai!

Seperti yang anda tahu, saya sering pergi pada hari-hari minggu dan pada saat liburan ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil. Dan untuk melihat utusan-utusan Kristus dengan orang-orang yang sakit kusta dan orang-orang yang buruk dan yang dibuang di dunia ini. Saya hanya melihatnya dan sangat takjub: Keajaiban jangkauan Allah yang turun ke dunia dan mengasihi kita.

Dan itulah Tuhan. Ketika Dia datang ke Yerikho dia berkata, “Zakheus turunlah, pemungut cukai Roma yang dibenci.” Pemungut cukai. Tidak ada satu pun orang dari orang Yahudi yang mau berhubungan dengan pemungut cukai yang sangat dibenci. Akan tetapi ketika Yesus datang ke kota itu, Ia memanggil namanya dan berkata kepadanya, “Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu—menjadi tamumu.”

Yesus yang berbeda. Ini adalah seorang wanita Samaria yang dibenci. Dan murid-murid sendiri heran bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Akan tetapi pesan terbesar atas kepercayaan manusia adalah: Bukan di atas gunung ini dan juga bukan di Yerusalem, tetapi dimana saja seseorang memanggil Allah, di sana ada sebuah altar dan senuah tenmpat yang suci. Di salam satu pojok dapur sama baiknya dengan katedral yang terbaik.  

Di dalam Kitab Lukas pasal lima belas dimulai dengan kalimat ini: “Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.” Dan kemudian Dia berbicara tentang domba yang hilang dan koin yang hilang serta anak yang hilang.

Yesus yang berbeda. Dia tidak datang untuk menghukum dunia. Dia tidak datang hanya untuk mencari. Dia datang untuk menyelamatkan. Dan ketika kita memanggil Dia, Yesus—Yesus, Juruselamat—kita memanggilnya demi namaNya. Sebab kasih Allah jauh lebih besar dari apa yang dapat dipikirkan oleh manusia. Dan hati yang kekal memiliki kebaikan yang luar biasa. 

Saudaraku, Allah di pihak kita. Dia tidak melawan kita—manusia yang telah jatuh, yang berdosa dan rusak total—akan tetapi dari hati Allah, Ia telah membawa air mata belas kasihan dan kasih serta kebaikan bagi kita. Itulah Allah. Dan itulah Yesus, Tuhan kita. 

Salah satu syair yang paling agung adalah sebuah syair yang berjudul “Ancient Mariner/ Pelaut Kuno” ditulis oleh  Samuel Coleridge, Taylor Coleridge.  Para kritikus sastra berkata bahwa tidak ada puisi yang lebih hebat di dalam literatur Inggris selain dari pada “Ancient Mariner.” 

Apakah anda ingat bagian akhir dari puisi itu? Kemarin malam saya menyalin bagian penutupnya. Ini adalah bagian penutup dari syair itu:

 

Oh, dengarkanlah kawan,

Ini adalah perkataan dari pelaut masa lalu,

Jiwa ini telah sendirian

Dalam sebuah lautan yang sangat luas.

Begitu sepi, waktu itu adalah Allah sendiri

Hampir tidak mungkin berada di sana

Oh, lebih manis dari pada sebuah pesta perkawinan,

Ini jauh lebih manis bagiku

Untuk berjalan bersama-sama ke gereja,

Dengan rekan yang saleh,

Dan semua berdoa bersama-sama.

Dimana setiap orang, mengikatkan diri kepada Bapa kita,

Manusia dan bayi-bayi,

Dan sahabat-sahabat yang mengasihi

Dan anak-anak muda serta orang dewasa,

Selamat, selamat!

Tetapi hal ini kusampaikan kepadamu,

Kawanku yang mendengarkan,

Dia telah berdoa dengan baik,

Yang mengasihi dengan baik,

Baik manusia, burung dan binatang-binatang liar.

Dia mendoakan yang terbaik

Dia memberikan kasih yang terbaik

Untuk semuanya

Besar dan kecil

Untuk Allah yang mulia

Yang mengasihi kita,

Dia yang menciptakan dan mengasihi semuanya.

 

Itu adalah bagian penutup dari puisi yang luar biasa itu. Itulah Allah. Itulah Tuhan. Itulah Yesus.

Atau biar saya menyampaikannya dalah sebuah cara yang dilakukan oleh Rasul Yohanes. Ketika Rasul Yohanes berusia sekitar seratus tahun lebih, kisah orang Kristen berkata bahwa mereka membawanya ke jemaatNya di Efesus. Dan mereka memegang dia, menopang dia di hadapan jemaat, lalu mereka berkata, “Yohanes, sampaikanlah kepada kami satu pesan terakhir dari sorga.”

Dan rasul tua itu menjawab, “Anak-anakku, saling mengasihilah kamu satu sama lain.”

Dan ia kembali mengulang kata itu, “Anak-anakku, saling maengasihilah kamu satu sama lain.” Dan menyampaikannya lagi.

Dan salah satu tua-tua yang menyokong dia berkata, “Tetapi, engkau telah menyatakan hal itu sebanyak tiga kali. Apakah englau tidak memiliki perkataan lain untuk disampaikan?”

Dan rasul tua itu menjawab, “Tidak. Itu sudah cukup.”

Itu sudah cukup! “Allah adalah kasih,” dia telah menulisnya. Dan kita hampir sama dengan Allah ketika kita saling mengasihi satu sama lain. Allah sangat mengasihi kita, sehingga Dia telah memberikan AnakNya bagi kita.  Dan Tuhan, ketika kami mengambil iri hati, kecemburuan dan kebencian dan kepahitan keluar dari jiwa kami dan hidup kami, dan ketika kami memberkati orang yang mengutuk kami dan tidak mencaci maki orang yang mencaci maki kami dan berdoa bagi orang-orang yang membenci kami, dan memaafkan orang yang menganiaya kami, kami hampir sama seperti Yesus Tuhan kami dan hampir sama seperti Bapa kami yang di sorga.

O Allah, tolonglah saya untuk bebas dari belenggu ingatan yang membawa kepahitan ke dalam jiwaku. Dan Tuhan tolong saya untuk berjalan di dalam terang dari kasih dan belas kasihan, dari Juruselamat yang mulia yaitu Tuhan Yesus, sehingga rumah itu akan dipenuhi dengan kasih dan pengampunan, sehingga hati kami melimpah dengan belas kasihan dan kelembutan, sehingga kami dapat menjadi baik dan manis bagi satu sama lain.

Itulah Yesus, Tuhan kita.

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.