MARILAH DAN LIHATLAH
(COME AND SEE)
Dr. W. A. Criswell
04-03-96
Yohanes 1:39; 4:29
Besok sore khotbah kita akan berjudul “Lihat dan Hiduplah.” Dan pada hari Jumat—hari yang terakhir, pada hari Jumat yang baik—kita akan berbicara tentang “Pintu yang Terbuka ke Dalam Sorga” dan seperti apakah yang masuk ke dalamnya.
Di dalam menjaga rangkaian khotbah kita tentang “Menunjukkan Jalan Kepada Allah”—jalan ke sorga, judul khotbah kita pada hari ini adalah Marilah dan Lihatlah—rasakanlah dan alamilah hal itu. Marilah dan Lihatlah.
Dan tentu saja, ini adalah sebuah refleksi dari teks yang ada di Alkitab, seperti yang terdapat dalam Injil Yohanes pasal pertama. Tuhan berkata kepada Andreas dan Yohanes, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Kemudian Filipus berkata kepada Natanael: “Mari dan lihatlah.”
Jika saya dapat menggambarkan Alkitab ini sebagai sesuatu yang lain, maka saya dengan mudah menyebutnya sebagai sebuah kitab undangan. Dari awal hingga akhir, hal itu selalu diulang dan terus diulang. Sebuah undangan: Mari dan lihatlah. Rasakan dan alamilah.
Sebagai contoh, di dalam Mazmur 34 ayat 8: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung padaNya!” Rasakanlah. Kecaplah. Kecaplah dan lihatlah. Allah berkata, “Mari dan lihatlah.”
Di dalam Kitab Markus pasal sepuluh, Tuhan berkata, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu, janganlah menghalang-halangi mereka.” Mereka disambut. Marilah. Marilah.
Di dalam Kitab Matius pasal sepuluh, kita diundang untuk berbagi dalam kasih dan anugerah Tuhan. Dia berkata dalam pasal 11, ayat yang menutup pasal tersebut—dalam ayat 28 sampai 30:
Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan,
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan.
Mari dan lihatlah.
Di dalam Kitab Matius pasal sembilan belas, Tuhan berkata kepada orang muda yang kaya: “Marilah dan ikutlah Aku.”
Betapa merupakan sebuah tragedi! Dia tidak mau merasakannya. Dia tidak mau mengalaminya. Tetapi Tuhan telah mengundangnya, “Marilah kamu”—Mari dan lihatlah.
Di dalam Injil yang keempat yaitu Injil Yohanes pada pasal empat, wanita Samaria yang berasal dari Sikhar berkata kepada orang-orang di kotanya, “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Mari—Mari dan lihatlah.
Di dalam pasal tujuh dari Injil yang keempat itu Tuhan kita berkata: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum!” Mari dan lihatlah.
Alkitab ditutup dengan udangan yang sama yang sangat mulia. Di dalam kitab Wahyu pasal enam: “Dan aku mendengar yang pertama dari keempat makluk itu berkata dengan suara bagaikan guruh: “Mari dan lihatlah!” Kemudian ketika Malaikat kedua membuka materai yang kedua, seorang malaikat berseru, “Mari dan lihatlah.” Ketika Dia membuka materi yang ketiga, seorang malaikat berseru: “Mari dan lihatlah.” Ketika Dia membuka materai yang keempat, seorang malaikat berseru dengan suara yang nyaring, “Mari dan lihatlah.”
Dan keseluruhan Alkitab ditutup dengan sebuah undangan yang seperti itu. Di dalam Wahyu pasal 22:17:
Roh—Roh Kudus Allah—Roh dan pengantin perempuan—jemaat, umat Allah—Roh dan pengantin perempuan itu berkata, “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang. Dan ho thelon—barangsiapa yang mau—hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan Cuma-Cuma!
Itu adalah sebuah kitab Allah yang mulia dan luar biasa, penuh dengan undangan. Marilah. Mari dan lihatlah. Rasakanlah. Alamilah. Lihat apa yang kamu pikirkan.
Jadi, pada pagi hari ini—di dalam waktu yang singkat ini—kita akan berbicara tentang beberapa hal yang dapat kita temukan dalam sebuah jawaban yang luar biasa jika kita berusaha merasakannya, jika kita datang, jika kita melihat. Jadi, yang pertama saya akan berbicara tentang melihat Firman yang Hidup di dalam bagian-bagian Kitab yang Kudus ini.
Erasmus, yang hidup pada tahun 19400-an, menempatkan Firman Allah dalam sebuah buku yang dia sebut dengan Textus Receptus. Dan itu adalah dasar terjemahan bagi Alkitab Versi King James. Dan di dalam kata pengantar dari Textus Receptus itu, Erasmus menuliskan bagian ini: “Anda akan menemukan Tuhan yang Hidup berdiri di hadapan anda, lebih nyata daripada jika Dia hadir disini secara tubuh.” Rasakanlah dan bacalah. Lihatlah bagi diri anda sendiri apakah hal itu akan menghadirkan Kristus kita yang hidup.
Seperti yang beberapa orang dari anda ketahui—pada waktu yang lalu, anda tentu mengingat, Badan Misi Luar Negeri mengirim saya dalam mengkhotbahkan sebuah misi keliling dunia. Saya telah pergi selama empat bulan dan dua kali diantara saya berada di Jepang.
Di Jepang, saya datang untuk mengenang—dan dia telah meninggal dunia—saya datang untuk mengenang sebuah memori dari salah satu pemberita injil yang tidak biasa yang pernah saya dengar. Namanya adalah Paul Kanamari. Dia merupakan anggota dari Kumumato Band. Dan mereka mendirikan sebuah universitas, sebuah Sekolah Kristen, di Jepang pada masa yang lalu, lebih dari seratus tahun yang lalu.
Kemudian, orang yang hebat ini, Paul Kanamari, merupakan seorang professor di sekolah dan pergi ke Jerman untuk belajar higher criticism (kritik tinggi). Di dalam studinya, dipenuhi dengan kategori kritikan terhadap Firman Allah, dan akhirnya dia menjadi seorang yang kafir. Dia meninggalkan kedudukannya sebagai pengajar di sekolah.
Dan karena kepintarannya, pemerintah Jepang mempekerjakan dia. Dan dia berkeliling menjelajah seluruh kekaisaran Jepang, mengajar tentang perpajakan nasional dan keuangan kekaisaran. Selama delapan belas tahun dia dipekerjaan oleh pemerintah Jepang di dalam tugasnya itu.
Pada suatu hari, dia menerima sebuah kabar bahwa istrinya tiba-tiba meninggal dunia. Dia bergegas pulang ke rumah, dan malam itu, saat dia berada dalam ruangannya di dalam kedukaan dan keputusasaan, anak gadisnya yang paling kecil masuk ke dalam ruangannya. Mereka memiliki delapan anak dan istrinya tetap merupakan seorang Kristen yang setia. Dan istrinya telah mengajarkan anak-anaknya tentang jalan Tuhan.
Anak gadis itu masuk ke dalam ruangan di mana ayahnya duduk, dengan menaiki pangkuan ayahnya, dia mulai berbicara kepada ayahnya dan berkata kepadanya, “Ayah. Ibu berada di sorga dan saya rindu kepadanya. Maukah engkau pergi ke sorga dan membawa dia untuk mengunjungi kami walau hanya sebentar?”
Dan ayahnya yang kafir itu mulai menjelaskan kepada anak gadisnya bahwa tidak ada tempat yang bernama sorga dimana ibunya tetap hidup. Dia telah meninggal dan menjadi debu tanah.
Dia gagal dengan sangat memalukan, meski telah berusaha untuk menerangkan kepada anak gadisnya bahwa tidak ada Allah, tidak ada sorga, dan tidak ada sebuah hal tentang kehidupan setelah kematian. Dan dia gagal dengan sangat memalukan serta tidak terhormat.
Akhirnya di dalam keputusasaan—dan saya dapat katakan di dalam setengah kebingungan—dia mengangkat anak gadisnya dan membawa keruangan anak gadis itu, dan kembali duduk di dalam kursinya yang semula di dalam semangat yang patah. Tetapi dia tidak dapat menyingkirkan dari pikirannya permintaan dari gadis kecil itu: “Maukah engkau pergi ke sorga dan membawa ibu kembali hanya untuk sesaat sehingga saya dapat melihatnya dan bertemu dengan dia.”
Dia bangkit dari kursinya. Untuk pertama kalinya dalam delapan belas tahun, dia mengambil Alkitabnya dan mulai membacanya. Dia akhirnya meninggalkan kedudukannya di dalam pemerintahan. Dia lalu memberikan dirinya yang baru kepada Allah. Dan dengan mengelilingi seluruh kekaisaran, dia mulai berkhotbah tentang pengharapan yang mulia yang kita miliki di dalam Kristus Yesus. Mari dan lihatlah. Rasakanlah hal itu.
Baca dan lihatlah, apakah bagian-bagian yang keluar dari Kitab Kristus akan muncul dihadapan anda lebih nyata daripada seandainya Dia menampakkan diri di hadapan anda secara daging. Mari dan lihatlah. Rasakan dan alamilah.
Bolehkah saya membuat undangan yang sama tentang gereja? Mari dan lihatlah. Rasakan dan alamilah.
Ketika saya menjadi seorang gembala di Kentucky, di Woodburn, ada seorang pria dan istrinya yang bergabung ke dalam gereja. Dan saat dia duduk di sana dan mendengarkan saya berkhotbah, dia menangis.
Pada suatu hari saya duduk di sampingnya dan saya berkata, “Saya mengamati bahwa ketika anda berada di gereja ini—di dalam ibadah—anda menangis. Mengapa anda menangis?
Dan dia menjawab, “Untuk beberapa tahun terakhir ini, saya dan keluarga saya telah tinggal di pegunungan Virginia Barat dan di sana tidak ada gereja. Dan sekarang, untuk berada di sini dan mendengarkan pesan injil dan bersekutu dengan umat Allah, hal itu sama seperti berada di sorga bagi saya. Dan saya tidak dapat menahan airmata sukacita saya.”
Dan saya merasakan hal yang sama tentang kita. Ya Allah, betapa aku mencintai tempat ini!
Bangunan yang di dalamnya kita mengadakan pertemuan ini dibangun sekitar tahun 1890. Dan telah berumur 106 tahun. Saya melihat ke arah jendela ini. Saya berpikir tentang mimbar ini.
Di balik mimbar ini, Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson, pernah berdiri. Bahkan di dalam pelayanan saya, ada dua orang Presiden Amerika Serikat pernah berada di sini.
Saya mencintai musiknya. Saya mencintai pendeta kita. Saya mencintai jemaat kita. Ini sama seperti sorga bagi saya. Mari dan lihatlah. Lihatlah untuk diri anda sendiri, bahwa tidak ada sukacita yang tidak dapat dikatakan dan digambarkan dalam rumah Tuhan.
Saya telah memberitahukan keluarga—saya telah menyampaikannya kepada anda—bahwa ketika saya meninggal, saya ingin dimakamkan dari tempat yang suci dan indah ini.
Aku mencintai KerajaanMu Tuhan
Rumah yang menjadi kediamanMu selamanya
Jemaat, orang-orang tebusan kami yang penuh berkat
Yang diselamatkan oleh darahNya yang mulia
Aku mengasihi gerejaMu, Ya Allah
Tembok-temboknya yang berdiri di depanMu
Yang penuh perhatian dan kasih sayang
Dari mataMu dan
Patung-patung di atas tanganMu
Yang untukNya air mataku akan jatuh
Yang untuknya doa-doaku dipanjatkan
Yang untuknya jerih payah dan perhatianku aku berikan
Hingga kerja keras dan perhatian yang terakhir.
Mari dan lihatlah. Rasakanlah hal itu. Anda tidak akan menemukan apa-apa dalam hidup sesuatu yang lebih berharga dan mulia seperti saat berada di rumah Allah. Mari dan lihatlah. Mari dan lihatlah. Dan rasakan di dalam diri anda sendiri.
Untuk memiliki sebuah keluarga Kristen, untuk menyampaikan sebuah ucapan syukur sebelum anda memecahkan roti, untuk berdoa sebelum anda pergi tidur pada malam hari, dan pada hari Minggu—hari Tuhan—memakai pakaian anda yang terbaik, dan datang bersama-sama dengan umat Allah untuk memanggil namaNya yang mulia dan yang menyelamatkan—mari dan lihatlah.
Ketika saya masih seorang anak-anak—adalah sulit bagi saya untuk menyadari suatu hal seperti ini—ketika saya masih anak-anak, saya menjadi siswa di sekolah di mana kami memiliki deklamasi. Dan saya mengingat deklamasi dan memasuki semua bagian kontes di dunia.
Salah satu dari deklamasi itu yang saya ingat dan yang tidak pernah saya lupakan berasal dari seorang orator, seorang pembicara terkemuka yang pernah dihasilkan oleh Amerika. Henry W. Grady dari Atlanta, Georgia.
Dia adalah seorang editor Atlanta Constitution. Dan setelah perang sipil, Henry W. Grady membuat sebuah sebuah pengaruh yang kuat atas bangsa ini didalam meletakkannya secara bersama-sama dalam satu kasih bagi Selatan dan seorang saudara bagi Utara.
Ini adalah substansi dari deklamasi itu. Dia sedang berdiri di pantai Teluk Chesapeake—dengan Hampton Roads—dan, dia sedang melihat sebuah tinjauan dari kekuatan angkatan laut dari Amerika Serikat. Dan sebagaimana dia melihat, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Sesungguhnya kebesaran dan kekuatan Amerika terletak di dalam kekuatan armadanya, di dalam militernya serta kemampuan angkatan lautnya.”
Kemudian dia berada di Washington D.C. dan melihat ke arah Gedung Putih. Dan ketika dia duduk di sana dan melihat Senat Dan Gedung tempat mereka membuat keputusan, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Tidak, kekuatan dan kemampuan dan kemuliaan Amerika terletak di dalam institusi demokrasinya, di dalam majelis pemerintahannya.”
Kemudian dia menggambarkan, dia adalah seorang tamu di rumah sahabat lamanya, di daerah kelahirannya di Georgia. Dan setelah seluruh pekerjaan selesai dilakukan, sang ayah mengumpulkan seluruh anggota keluarganya bersama-sama dan dia membuka Alkitab dan membacanya. Kemudian dia berlutut dengan istrinya dan anak-anaknya di dalam doa. Dan Henry W. Grady berkata, saat dia berlutut di sana dengan keluarga itu, kemuliaan dari angkatan laut dan kemampuan militer Amerika akan lenyap. Bahkan Gedung Putih dan bagian-bagian pembuat hukumnya akan lenyap. Dan di sana yang tetap tinggal adalah ayah itu beserta dengan keluarganya di atas lutut mereka. Dan dia berkata, “Itu adalah kekuatan dan pikiran dari Amerika yang ditemukan dalam keluarga Kristen dan di dalam rumah Kristen kita.” Mari dan lihatlah. Rasakanlah.
Dan, satu lagi. Saya adalah seorang pendeta lebih dari 69 tahun. Dan dalam dunia tanpa akhir ini, membuat saya telah berdoa bersama dengan orang-orang yang telah masuk ke dalamnya. Marilah bersama saya dan lihatlah—marilah dengan saya, sebagaimana saya berlutut di samping salah satu diaken kita yang saleh. Dan saya berdoa untuknya. Dan dia berkata kepada saya saat saya bangkit dari lutut saya: “Pendeta, saya akan melihat anda di sorga.”
Dan ketika saya pergi ke pintu, sebelum saya menutupnya, saya berpaling dan melihat kearahnya. Dan dengan sisa-sia kekuatan tangannya, dia menaikkan lengannya dan menunjuk ke arah Allah, “Saya akan melihat anda di sorga.” Mari dan lihatlah. Marilah dan lihatlah.
Tidak ada hal yang paling melegakan dan yang menguatkan dari pengharapan yang kita miliki di dalam Kristus Tuhan kita. Mari dan lihatlah.
Ayah dan ibu saya, di dalam usia tua mereka, tinggal bersama dengan anggota keluarga di California. Dan saya pergi ke sana untuk mengunjungi ayah dan ibu, tepat sebelum ayah meninggal.
Ayah saya suka bernyanyi. Dan sebelum dia meninggal, dia menyanyikan saya sebuah lagu. Dan setelah melakukan hal itu dia meninggal.
Anda tahu lagu apa yang telah dia nyanyikan? “Aku Akan Bertemu DenganMu.” Ya, hal itu benar.
Aku akan bertemu denganmu pada pagi hari
Ketika semua kedukaan
Telah jauh berlalu
Aku akan berdiri di atas portal
Dengan gerbang yang terbuka lebar
Diakhir ujung kehidupan
Dari hari yang sangat melelahkan
Aku akan bertemu denganmu
Dan kita akan berada di sana
Aku akan menyambutmu
Di pagi hari
Di dalam kota yang letaknya segi empat
Marilah dan lihatlah.
Tidak ada pengalaman di dalam hidup, tidak ada pengharapan yang begitu indah dan mulia, tidak ada yang dapat dibandingkan dengan karunia yang telah diberikan Allah di dalam iman Kristen dan di dalam kehidupan orang Kristen. “Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita….” Mari dan lihatlah.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.