PANGGILAN KEDUA

(THE SECOND CALLING )

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yohanes 21:10

06-17-73

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda yang sedang mendengarkan siaran radio kota Dallas, anda sedang beribadah dengan kami di dalam Gereja First Baptist Dallas, dan ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul, Panggilan Kedua. Kita telah mendengar tentang berkat yang kedua. Dan judul khotbah kita saat ini adalah Panggilan Kedua. Dan ini adalah sebuah penjelasan dari Injil Yohanes pasal dua puluh satu. Kita akan membuka pasal itu, dimulai dari ayat empat hingga ayat empat belas. Dan bagi anda yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, jika anda memiliki kesempatan untuk membuka Alkitab anda, anda dapat melakukan hal yang sama, yaitu membuka Alkitab anda di dalam Yohanes pasal dua puluh satu, dan kita akan membacanya secara bersama-sama dimulai dari ayat empat hingga ayat empat belas. Sekarang, mari kita membacanya bersama-sama, Yohanes 21:4-14—

Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.

Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."

Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.

Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.

Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.

Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.

Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."

Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.

Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.

Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.

Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.  [Yohanes 21:4-14].  

Kemudian ayat berikutnya yang merupakan bagian yang sangat indah.  Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Dan tiga kali Tuhan bertanya tentang hal itu kepada Simon Petrus. Dan kemudian, setiap kali Tuhan akan berkata, "Simon, beri makan  domba-domba-Ku. Simon gembalakanlah domba-dombaKu.” Kemudian Tuhan menyampaikan nubuat yang berhubungan dengan Simon Petrus, “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Hal ini disampaikan Tuhan, bagaimana caranya Petrus akan mati. Dia akan disalibkan. Dia akan mati dengan tangan yang direntangkan.  “Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: Ikutlah Aku.” [Yohanes 21:15-19].  Dan gambaran terakhir yang kita miliki tentang Simon Petrus adalah mengikuti Tuhan kita sampai mati dengan tubuh yang disalibkan.

Ini merupakan sebuah bagian yang luar biasa. Injil Yohanes berhenti dan mencapai klimaksnya dalam pasal 20. Pengakuan yang hebat dari Tomas merupakan puncak dari Yohanes sejak pertama kali ia diberitakan di ayat yang pertama, bahwa, “firman itu—Yesus Kristus—adalah Allah” (Yohanes 1:1). Dan ketika Tomas yang ragu, si kembar itu, berseru di hadapan Tuhan dan berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yohanes 20:28), itu adalah pengakuan yang klimaks dari kitab ini. Kemudian Yohanes menutup kitab ini dengan kalimat, “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini” (Yohanes 20:30,31). Dan itu adalah kalimat penutup dari Injil ini. Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. Lalu, mengapa ada sebuab apendiks, sebuah tambahan, yaitu pasal dua puluh satu dari Kitab ini? Ada alasan yang sangat jelas mengapa Yohanes menulis pasal tambahan ini, sebuah tambahan yang dibuat tanpa penuh keraguan setelah bertahun-tahun kemudian.

Yohanes dan Petrus merupakan dua orang sahabat baik, yang selalu terlihat bersama-sama sepanjang hidup mereka. Petrus kemudian mati martir antara tahun 64 hingga 69 A.D., sesuai dengan nubutan Tuhan. Di dalam masa periode pemerintahan Kaisar Nero, Simon Petrus disalibkan. Rasul Yohanes tetap hidup setelah kematian Petrus, sampai tahun 100 A.D., tiga puluh tahun selanjutnya, Yohanes tetap hidup dan menjadi gembala di jemaat Efesus, propinsi Roma di Asia. Lalu, pada masa itu, Perjanjian Baru belum dikumpulkan bersama-sama, tetapi kitab-kitab Perjanjian Baru beredar secara individu. Misalnya jemaat Roma memiliki Injil Markus, Kaisarea memiliki Injil Lukas, Antiokhia memiliki Injil Matius, Efesus memiliki Injil Yohanes. Kitab-kitab ini beredar secara pribadi. Alkitab dikumpulkan menjadi satu setelah bertahun-tahun kemudian. Semua Injil ini beredar di jemaat dan surat-surat beredar juga dalam satu kumpulan. Lalu dalam permulaannya, masing-masing jemaat yang telah memiliki Injil akan menyalinnya dan mengirimkannya kepada jemaat-jemaat yang lain.  

Kemudian, kisah Simon Petrus di dalam Injil Sinoptik, berada dalam sebuah cahaya yang buram, mereka hanya memberikan gambaran yang dramatik dari perkataan Yesus kepada kepala rasul itu, “Sebelum ayam berkokok dua kali”—itu terjadi sebelum fajar. Ayam jantan selalu berkokok pada tengah malam dan juga selalu berkokok pada saat fajar. “Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal aku tiga kali” (Markus 14:72). Dan Simon Petrus menghangatkan diriNya di depan api arang dan ditegur oleh seorang hamba perempuan, dan kemudian oleh orang-orang yang mengelilingi dia, pada saat Tuhan Yesus diadili. Dan mereka mengenali dia sebagai salah seorang murid Yesus, akan tetapi Simon Petrus menyangkal, bahkan ia mengutuk dan bersumpah bahwa dia tidak pernah mengenal Tuhan. Bukankah itu merupakan sebuah cahaya suram untuk meninggalkan kisah Simon Petrus dengan nuansa seperti itu? Dan itu merupakan kisah dramatis yang suram, dari bagian hidup Simon Petrus pada saat terakhir Tuhan kita hidup di dunia ini. Karena itu, setelah satu generasi berlalu, Rasul Yohanes memutuskan untuk menulis sebuah tambahan ke dalam Injil dan memberikan penghormatan buat sahabat lamanya itu. Dan penghormatan itu, serta kenangan itu terdapat dalam pasal dua puluh satu dari Injil Yohanes. Dan tidak ada sebuah penghormatan yang lebih baik yang ditujukan kepada salah satu murid Kristus selain dari pada yang ditulis oleh Yohanes untuk sahabat lamanya, yaitu Simon Petrus. 

Anda lihat, mereka selalu bersama-sama di dalam hidup mereka. Ketika kita melihat Alkitab, di bagian awal kita melihat Simon Petrus dan Andreas saudaranya, serta Yakobus dan saudaranya Yohanes, merupakan rekan kerja dari Zebedeus, ayah dari Yakobus dan Yohanes. Mereka memiliki pekerjaan yang sama, dan menjadi rekan bersama. Dan ketika mereka menjadi rekan, mereka pergi bersama-sama untuk mendengarkan Yohanes Pembaptis. Dan pada suatu hari, Yohanes melihat Yesus datang kepadanya, dan ia berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Dan Yohanes serta Andreas mendengar perkataan Yohanes itu, dan mereka mengikuti Yesus. Dan hari itu mereka tinggal bersama dengan Dia selama seharian. Yohanes sangat jelas mengingat waktu itu. Dan setelah berkenalan dengan Tuhan, Andreas bertemu dengan saudaranya, Simon, dan membawanya kepada Yesus. Dan selanjutnya, Yohanes dan Simon Petrus, bersama dengan saudara mereka Andreas dan Yakobus, dan juga Filipus serta Natanael menjadi murid-murid Yesus yang pertama di Yudea. Dan dalam hari-hari selanjutnya, Tuhan memulai pelayanNya di Galilea, Dia melihat Simon dan Andreas serta Yakobus dan Yohanes bersama-sama dengan ayah mereka, sedang membasuh jala mereka. Dan Yesus berkata kepada Simon, “Orang banyak mendesak Aku dari berbagai sisi. Bolehkah Aku meminjam perahumu?”  Akhirnya  Ia naik ke dalam perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.” [Lukas 5:1-11].

Ketiga orang ini, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, bersama dengan Tuhan ketika Dia membangkitkan anak Yairus dari kematian (Lukas 8: 41-56). Ketiga orang ini juga, bersama dengan Tuhan ketika Tuhan mengalami transfigurasi di atas gunung [Matius 171-13].  Kemudian ketiga murid itu, Petrus, Yakobus dan Yohanes, bersama dengan Tuhan di Bukita Zaitun setelah mereka datang keluar dari Bait Allah, dan mereka menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: "Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" [Matius 24:1-3] Kemudian, di dalam persiapan Perjamuan Tuhan, Tuhan mengirim Petrus dan Yohanes untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dan pada Perjamuan Tuhan, Simon Petrus dan Yohanes duduk di dekat Tuhan Yesus, Yohanes bersandar di dekata Tuhan Yesus. Dan ketika Tuhan berkata, “Sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku,” Petrus berpaling kepada Yohanes dan berkata, “Tanyalah siapakah yang dimaksudkanNya. Apakah aku? Mungkinkah aku?” (Yohanes 13:21-24).

Dan setelah Perjamuan Tuhan, di kegelapan Getsemani, Tuhan membawa serta Petrus, Yohanes dan Yakobus (Matius 26:36-46). Dan kemudian, pada saat Tuhan didakwa oleh imam besar Sanhedrin, Tuhan dibawa masuk ke dalam. Tetapi Simon Petrus berdiri di luar dan Yohanes pergi keluar halaman imam besar, dan akhirnya setelah berbicara dengan pengawal Petrus masuk ke dalam. Dan dia menghangatkan dirinya dengan api arang, dan takut bahwa mereka akan mengenalnya dari logatnya dan telah melihatnya bersama dengan Yesus, akan tetapi ada orang yang mengenalinya, yang membuatnya mengutuk dan bersumpah bahwa dia tidak mengenal Tuhan (Matius 26:57-68). Dan setelah Yesus bangkit dari kematian, Maria Magdalena menemui Petrus dan berkata, “TubuhNya telah hilang. Seseorang telah mengambilnya.” Dan mereka berdua lari ke kuburan. Dan Yohanes yang lebih muda berlari mendahului Petrus, akan tetapi setelah tiba dia hanya berdiri di depan kuburan. Dan ketika Petrus tiba di kuburan, baru dia masuk ke dalam kuburan itu. Ia melihat kain kafan tergeletak di tanah dan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak di kain kafan itu tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung, dan Yohanes mengenali cara Yesus dalam melipat kain dan percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Sebab selama itu ia belum mengerti isi dari Kitab Suci, yang mengatakan bahwa Ia akan bangkit. Dan kemudian di dalam gambaran ini, di Galilea, Yohanes menulis sebuah pasal sebagai penghormatan terhadap sahabatnya Simon Petrus. Dan di dalam Kisah rasul, Petrus dan Yohanes pergi bersama-sama ke dalam Bait Allah untuk berdoa. Kemudian Simon Petrus menyampaikan khotbahnya. “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui keduanya orang yang tidak terpelajar maka heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus” (Kisah Rasul 4:13). Kemudian, saat pencurahan Roh Kudus di Samaria, setelah kebangunan rohani yang diadakan oleh Filipus, sang diaken dan penginjil, jemaat Yerusalem mengirim Petrus dan Yohanes, sehingga mereka dapat menumpangkan tangan mereka atas orang-orang Samaria, sehingga mereka menerima Roh Kudus (Kisah Rasul 8:15). Saya menjelaskan tentang hal ini semua agar anda melihat persahabatan diantara kedua orang itu, Simon Petrus dan Yohanes, anak Zebedeus.  

Mereka memiliki sifat yang sangat berbeda. Yohanes adalah seorang pribadi yang sangat lembut dan sensitif. Pada Perjamuan Tuhan, dia duduk di dekat Yesus dan bersandar kepadaNya. Di dalam kuburan, Yohanes melihat kain peluh yang sudah tergulung sebagaimana Yesus telah melipatnya, dan menjadi percaya, sekalipun pada waktu itu ia belum mengenal Kitab Suci yang berkata bahwa Yesus akan bangkit. Dan Yohanes menulis injilnya yang menyingkapkan Yesus menurut isi hatinya. Lalu, Petrus merupakan pribadi yang sangat berbeda, memiliki sifat yang terbalik dengan Yohanes. Dia adalah pribadi yang objektif, yang mudah berubah, yang tidak sabar, yang menurutkan kata hati. Dan jika Yohanes adalah pribadi yang sangat bersifat subjektif, sebaliknya Simon Petrus adalah pribadi yang sangat objektif. Dan sekalipun kedua orang itu memiliki sifat yang berbeda, mereka saling mengasihi dan menjadi sahabat yang paling dekat.

Sekarang tujuan dari tulisannya sebagi penghormatan terhadap sahabatnya. Yang pertama adalah tentang panggilan pertama terhadap Tuhan Yesus untuk menjadi murid Kristus. Seperti yang telah saya sampaikan di atas, ketika Yesus meminjam perahu Petrus, dan menyuruh Petrus untuk pergi ke tempat yang lebih dalam dan menyebarkan jalanya. Dan ketika ia melihat betapa banyak ikan yang tertangkap hal itu membuat pria yang kasar itu menjadi bertobat. Dan bersujud di hadapan Yesus, dan mengakui dirinya sebagai orang berdosa. Dan Tuhan menyuruhnya untuk berdiri dan menjadikan dia sebagai penjala manusia. Itu adalah panggilannya yang pertma. Dan sekarang, bagian ini berbicara tentang panggilannya yang kedua. Setelah Tuhan disalibkan, seluruh murid-muridNya kehilangan pengharapan. Setiap visi dan setiap mimpi yang mereka lihat tentang Mesias menjadi musnah ketika mereka mendengar bunyi paku yang menyalibkan Tuhan dan melihat darah yang mengalir keluar dari lambung Tuhan kita. Setiap visi yang mereka miliki musnah seiring dengan kematian Tuhan Yesus. Dan kesebelas murid-murid itu tercengkeram dalam bayangan gelap, ratapan terhadap kesalahan, pengharapan yang hancur dan mimpi yang mereka miliki tentang kerajaan Mesias ketika salah satu dari mereka akan duduk di samping Tuhan Yesus dan yang lainnya akan duduk di sisi yang satunya lagi, serta mereka akan menjadi raja dan penguasa di dunia ini. Dan visi itu binasa setelah kematian Yesus. Tanpa memiliki amanat, tanpa memiliki ide tentang Pentakosta, tanpa memiliki ide untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia, Simon Petrus kembali ke pekerjaannya yang lama. Dan di dalam Injil Yohanes pasa dua puluh satu, Simon Petrus kembali melakukan pekerjaan lamanya. Dia kembali ke dalam hidupnya yang lama. Dia menjala ikan untuk hidup, untuk sebuah urusan, untuk sebuah pekerjaan. Dan Simon Petrus merupakan tipe seorang pemimpin, dan dia menjadi pemimpin ketika berkata, “Aku akan kembali menjala ikan seperti dulu. Aku akan kembali ke dalam hidupku yang lama.” Kemudian keenam murid lainnya yang berada bersama dengan dia di Galilea, berkata kepadanya, “Kami pergi juga dengan engkau.” Jadi, di sanalah mereka berdiri, kembali ke tempat yang lama, kembali ke perahu yang lama, kembali ke jala yang lama, kembali kedunia sebelum mereka bertemu dengan Tuhan. Dan Simon Petrus kembali ke pekerjaan lamanya, menjala ikan.

Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka Yohanes berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." Dan saya ingin supaya anda melihatnya, ketika mereka menulis kitab ini dan memberi judul Nelayan Besar untuk bagian ini, mereka memberi judul yang tepat. Dan ayat enam berkata, “Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.”  Sekarang, saya ingin supaya anda melihat bagian ini dari dekat: Kemudian Simon Petrus menghampiri Yesus, dan Yesus berkata, “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu. Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar : seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.” Keenam murid lainnya berusah keras untuk menarik jala itu, akan tetapi Simpn Petrus melakukannya sendiri, maka pastilah ia adalah seorang pria yang sangat besar dan kuat.  

Kemudian kisah selanjutnya, “Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti” Arang api—anthrakiaAnthrax adalah kata Yunani untuk “arang.” Mereka melihat di sana ada api arang. Saya pikir bahwa hal itu memberikan sebuah makna ke dalam hati Petrus, sebab di dalam Injil Yohanes pasal delapan belas disebutkan: “Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah  telah memasang anthrakia—api arang” (Yohanes 18:18). Kata itu hanya digunakan dua kali di dalam Perjanjian Baru. Yang pertama adalah ketika Petrus, berada di halaman pengadilan dimana Tuhan Yesus didakwa oleh Sanhedrin di hadapan imam besar, Simon Petrus menghangatkan dirinya di anthrakia—di arang api—ketika dia menyangkal Tuhan. Sekarang, ketika mereka di pantai, mereka melihat api arang—sebuah anthrakia.  Saya akan memberitahukan tentang anthrakia dan membuatnya dalam sebuah irama puisi ini. Ini adalah salah satu puisi yang sangat berbeda tetapi sangat indah, puisi yang pernah melintas di dalam kehidupan saya. Dan puisi itu berjudul “Anthrakia., Anthrakia”—"Bara Api, Arang Api.” Dengarkanlah syair dari puisi itu—

Bukan celaan yang keras

Bukan juga cemoohan yang ngelantur

Yang dapat menempa

Begitu banyak kedukaan yang hebat

Yang dilihat oleh Petrus

Dalam arang api yang menyala

Rasa malu dan penyesalan yang dalam

Yang meratap atas jiwanya

Dan pemikiran menusuk dan membakar

Seperti pedang dan api

Ketika dia memandang atas

Anthrakia ini.

Karena dia melihat dirinya sendiri

Sekali lagi

Di halaman imam besar

Yang dianggap terkenal

Mengingat sumpah

Kutukan, kebohongan

Ketika dia melakukannya di sana

Menyangkal Tuhannya

Ketika manusia dan hamba perempuan menyelidikinya

Ketika dia berdiri

Bersama dengan orang banyak

Di anthrakia.

Kemudian dia melihat

Kasih luar biasa yang kembali

Oleh seseorang yang namaNya

Telah ditolaknya dengan angkuh

Tangan bekas paku itu

Dapat memiliki kesembuhan yang telah disiapkan

Dan sebuah suara yang lembut

Memanggil dia di sana

Dan sebuah hati yang meluap-luap

Dengan kasih yang penuh hasrat

Yang telah dibunuh untuknya

Anthrakia ini.

Menyenangkan di dekatnya

Dunia yang dingin di sekitarnya

Dimana kesukaran dan perselisihan

Ditemukan di mana-mana

Ketika sahabat-sahabat mungkin menyangkal kita

Dan ditinggalkan oleh seseorang yang terkasih

Dan musuh memandang atas kita

Di dalam rasa cemburu dan kebencian

Untuk merefleksikan anugerah itu

Marilah kita semua memiliki cita-cita

Dengan kehangatan dari anthrakia Juruselamat kita.

 [Penulis Tidak Dikenal, “Heap of Coals”].* 

Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" (Yohanes 21:16). Terakhir kali Tuhan melihat dia, pada masa Dia masih hidup dalam daging, adalah ketika Simon Petrus mengutk dan bersumpah, “Aku tidak pernah mengenalNya.” Dan ketika mengucapkan hal itu, Tuhan berpaling dan memandang dia. Dan Kitab Suci berkata, “Lalu ia pergi keluar dan menangis dengan sedihnya” (Lukas 22:62). Sekarang, di dekat api arang itu, Dia berpaling dan berkata, “Simon, Simon, apakah engkau mengasihi Aku” (Yohanes 21:16). Dan Simon menjawab, “Tuhan, Engkau mengetahui segalanya. Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau. Aku telah menyangkal Engkau, aku telah mengutuk Engkau, tetapi, Tuhan, hal itu terjadi dalam kelemahanku. Ampuni aku. Itu terjadi saat ketakutan berada di dalam hidupku. Itu adalah sikap yang pengecut. Ampunilah aku.” Dan Tuhan berkata, “Simon, engkau telah diampuni.”

Bagaimana anda mengetahui hal itu pendeta? Apakah anda mengingat malam itu? Malam ketika Dia berpaling kepada Simon dan berkata, “Simon, Simon—dan ketika Tuhan mengulang nama seseorang, hal itu selalu memiliki makna yang adalah terhadap apa yang akan Tuhan sampaikan. Tuhan berkata, “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” (Lukas 22:31,32). Yesus mengetahui semua itu, apa yang akan dia lakukan, menubuatkan bahwa dia akan melakukannya: “Sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali” (Markus 14:30). Tetapi Simon, itu adalah kelemahan manusia, itu adalah sikap pengecut, tetapi aku telah memafkan hal itu. “Dan Simon, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” Dan selanjutnya perkataan ini, “Simon, apakah engkau mengasihi Aku?” “Tuhan, Engkau tahu apa yang aku lakukan.” “Simon, rawatlah domba-dombaKu, rawatlah anak-anak dombaKu. Gembalakanlah domba-dombaKu. Peliharalah kawanan dombaKu.”  

Dan kemudian nubuatan yang terakhir, “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua—” (Yohanes 21:18). Itu adalah sebuah nubuatan tentang apa yang akan terjadi tiga puluh tahun kemudian. Yesus berbicara sekitar tahun 30, 31 atau 32 A.D.,  dan Simon Petrus disalibkan antara tahun 65 hingga 69 A.D. Jadi di  suatu hari setelah tiga puluh tahun kemudian, Tuhan berkata, “Tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki." Bagaimana dia akan diikat? Untuk menyiapkannya dengan tangannya dan merentangkannya, serta disalibkan dengan terbalik, dan hal itu dilakukannya untuk memuliakan Allah.  Itu adalah panggilan Tuhan yang kedua kepada Simon Petrus, untuk mengikut Tuhan sampai mati.

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.