YESUS HIDUP

(JESUS LIVES)

Dr. W. A. Criswell

Yohanes 20:24-29

03-26-78

 

            Anda sedang  bergabung bersama dengan kami di dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Dan ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Yesus Hidup. Sebagai sebuah latar belakang bagi khotbah: ayat ini berasal dari Injil Yohanes pasal dua puluh, yaitu ayat 24-29:

Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.

Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."

 

Seorang rasionalis modern yang baik, yang berkata: “Tidak demikian dengan saya! Anda tertipu, dan anda adalah seseorang yang mudah tertipu, anda percaya. Tetapi saya tidak!” 

Dan pada hari Minggu berikutnya, murid-muridNya sedang berkumpul bersama-sama. Dan kali ini, Tomas bersama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka, dan berkata, “(Shalom) damai sejahtera bagimu” 

Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."

Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"

Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah (makariŏs) mereka yang tidak melihat, namun percaya."

 

            Peristiwa pada Minggu Paskah pertama sangat mengherankan, dan menakjubkan serta fenomenal. Hal itu bermula ketika Tuhan mengguncang dunia. Struktur dasar dari planet ini berada di bawah pengaruh yang kuat dari tangan Allah Yang Mahakuasa. Seorang malaikat turun dari sorga dan menggulingkan batu di depan kubur itu dan duduk di atasnya. Dengan pemikiran bahwa sebuah batu dapat mengabadikan Tuhan yang hidup.

            Kemudian para penjaga yang ditempatkan wali negeri Roma, melarikan diri dalam ketakutan. Dan para wanita yang mengasihi Yesus, datang untuk melihat kuburan itu, jika mungkin dengan membawa rempah-rempah mereka dapat menutupi tubuh yang hancur itu. Akan tetapi mereka melihat malaikat yang memberitahukan kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada sini, Ia telah bangkit! Dan Ia telah pergi mendahului kamu ke Galilea. Jadi, Beritahukanlah kepada murid-muridNya.” 

            Dan mereka pergi. Dan Maria Magdalena segera menemui Yohanes dan Petrus, dan memberitahukan mereka tentang kuburan yang kosong dan apa yang dsampaikan oleh malaikat. Dan Yohanes berlari mendahului Simon Petrus. Dan ketika dia sampai di depan kuburan, dia hanya melihat ke dalam. Tetapi ketika Simon, Kefas datang, dia berlari masuk ke dalam kuburan. Dan kemuian Yohanes mengikutinya dan melihat kain kafan tergeletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak tergeletak, dekat kain kafan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.

            Petrus dan Yohanes pergi dengan heran, takjub dan diliouti dengan kegembiraan. Tetapi Maria tetap tinggal di taman, menangis atas kematian Tuhan. Dan saat dia sedang berdiri dan menangis di sana, sebuah suara berbicara kepadanya. Dia berpikir bahwa itu adalah penjaga taman. Dan berkata, “Tuan, kita tuan yang mengambil Dia katakanlah  kepadaku di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.” Kemudian Tuhan memanggil namanya. Dan dia memandang serta mengenali Tuhan. Betapa merupakan sebuah peristiwa yang tidak biasa, orang pertama yang telah melihat Tuhan bangkit dari kematian adalah Maria Magdalena, seorang perempuan yang dari padanya Tuhan telah mengusir setan dan seorang perempuan sundal—sebuah piala dari anugerah Tuhan.

            Kemudian, di sore hari, Tuhan menampakkan diri kepada dua orang yang sedang berjalan ke Emaus di jalan yang sepi—dan akhirnya Dia dikenali oleh mereka saat memecahkan roti. Dan pada sore yang sama, Dia menampakkan diri kepada Yohanes. Dan pada malam yang sama, Minggu Paskah pertama, Dia menampakkan diri kepada kesepuluh murid (Tomas absen). Dan mengikuti Minggu malam berikutnya, Dia menampakkan diri kepada kesebelas murid (Tomas hadir).

            Tidak kalah hebat adalah tanda dari pengenalan terhadap diriNya, bagaimana mereka mengetahui itu adalah Tuhan. Yohanes mengenali kebangkitanNya dari antara orang mati dari cara Dia melipat kain peluh. Ketika Yohanes masuk ke dalam kuburan, dan melihat kain kafan tergeletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak tergeletak, dekat kain kafan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Yesus memiliki sedikit cara yang istimewa dalam melipat kain peluh. Dia melakukannya dalam cara yang tertentu, itu adalah ciri khas pribadi. Dan Yohanes ketika melihat hal itu, mengenali bahwa itu dilakukan oleh Tuhan. Dan karena Dia yang melakukannya, maka Dia pastilah hidup. Dia hidup! Dan Yohanes percaya bahwa Dia telah bangkit dari kematian dengan cara mengenali Dia dalam melipat kain peluh.  

            Maria mengenali Dia, dari cara Dia memanggil namanya. Yesus memiliki sebuah cara yang berbeda dengan orang lain dalam mengucapkan namanya. Dan Maria mengenali Dia dari cara Dia mengucapkan namanya: “Maria.”

            Dua orang murid di Emaus mengenali Tuhan dari cara Dia mengucapkan berkat. Yesus memiliki cara yang istimewa dalam mengucap syukur sebelum Dia makan. Dia memiliki kebiasan yang berbeda, cara yang berbeda, kata-kata yang berbeda, kalimat-kalimat yang berbeda; itulah yang terjadi ketika Dia mengucap berkat. Dan mereka mengenal Dia dalam cara bagaimana Dia mengucapkan berkat tersebut. 

            Kesepuluh murid mengenal Dia ketika Tuhan mengundang mereka dan berkata: Rabalah Aku, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu (dan lihatlah Aku bukan hantu, bukan sebuah bayangan).

Dan mereka mengenali Dia dengan menyentuh tangan. Dan kemudian seluruh murid yang sebelas itu mengenali Dia dengan luka-luka di tanganNya, kakiNya dan di lambungNya.

Betapa merupakan sebuah hal yang menakjubkan bahwa di dalam kebangkitan kita, kita akan tetap menjadi diri kita sendiri. Bahkan luka-luka yang kita kenal di dalam hidup ini akan terlihat di dalam tubuh kebangkitan—betapa sebuah hal yang menakjubkan! Adalah anda yang akan dibangkitkan dari kematian, bukan orang lain atau sesuatu yang lain. Itu adalah anda. Anda akan tetap menjadi anda. Dan saya akan tetap menjadi saya. Dan kita akan tetap menjadi kita, ketika Allah membangkitkan kita dari kematian.

            Lalu, mereka semua percaya, kecuali Tomas. Mereka berkata: “Kami telah melihat Tuhan! Kesepuluh murid mengakui: “Kami telah melihat Tuhan!”—tapi tidak dengan rasionalis modern ini.

           Di halaman depan dari surat kabar pagi ini—dan saya memiliki waktu untuk melihatnya—hanya melihat berita utama di halaman depan. Di bagian kanan surat kabar pagi ini, ada sebuah berita utama; para tua-tua, dan leluhur rasionalis itu mengulanginya: Dia tidak hidup.” “Dia tidak bangkit dari kematian. Itulah Tomas!  

Anda lihat, Tomas sendiri mengakui dirinya sebagai seorang ilmuwan gadungan. Dia sangat hebat di dalam kepintarannya; dia lebih tahu dari pada Allah; dia lebih tahu dari pada nubuatan; dia lebih tahu dari pada janji. Dia adalah murid yang nyata, yaitu Tomas. “Anda tahu; saya tidak percaya terhadap segala sesuatu yang tidak dapat saya buktikan!”

Ketika sesungguhnya anda tidak dapat membuktikan. Semua yang anda lakukan hanyalah mengamati. Anda juga tidak dapat membuktoikan segala sesuatu. Hal itu benar di dalam seluruh dunia. Anda hanya melihat; hanya itu yang dapat anda lakukan. Anda tidak dapat menjelaskan segala sesuatu. Anda tidak dapat memahami segala sesuatu—anda tidak akan dapat melakukannya! 

            Tetapi yang superior ini, Tomas berkata:

Bukan saya! Bukan saya! Jika saya tidak dapat menempatkannya dalam formula matematika, dan jika saya tidak dapat mendemostrasikannya—jika saya memiliki sebuah tabung percobaan…dan jika saya tidak dapat membuat formulanya, saya tidak akan percaya. Sekarang, anda adalah orang yang gampang dibodohi dan dapat percaya, tetapi tidak dengan saya! 

            Dan dia lalu mengakui rasionalisnya dengan berkata:

Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.

 

Baiklah! Baiklah! Minggu malam berikutnya, Tuhan menampakkan diri kembali. (Anda tahu, saya sering membayangkan tentang hari kebangkitan, berapa banyak orang rasionalis itu yang akan menutup mulutnya.)

  Oh, lalu Tomas, bersama dengan sepuluh murid lainnya berdiri di sana di hadapan Tuhan yang telah bangkit. Dan hal pertama yang dilakukan Yesus adalah Dia berpaling dan melihat ke arah murid rasionalis yang tidak percaya itu, yaitu Tomas. Dan saya dapat dengan mudah membayangkannya, sama seperti anda juga, rasa malunya saat dia menundukkan kepalanya. Tetapi apakah hal yang paling buruk dari semua adalah dia mendengar kata yang paling dasar dari ketidakpercayaannya itu  keluar dari mulut Tuhan sendiri. Saya berpikir bagaimanakah kedengarannya ketika Tuhan mengulang apa yang telah disampaikan oleh Tomas. Bukankah itu sangat luar biasa? Dia mendengar kita; dan Dia mengetahui apa yang kita katakan, dan Dia mengulang kata-kata itu. Dan kemudian Dia berkata: 

Sekarang, Tomas, taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.

 

Dan Tomas, di dalam kesedihan yang mendalam berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Dan kemudian permohonan serta berkat bagi kita semua: “Berbahagialah mereka (terberkatilah mereka, beruntunglah mereka) yang tidak melihat (bekas paku di tanganKu dan bekas tusukan di lambungKu), namun percaya.”

            Lalu, setelah selang beberapa hari, sampai empat puluh hari, Tuhan tiba-tiba bersama dengan mereka. Mereka tidak tahu kapan. Mereka tidak tahu di mana, dan mereka tidak tahu mengapa. Di dalam taman, Dia berada di sana tanpa pemberitahuan. Dia berjalan di sepanjang jalan yang sepi. Saat memecah roti di meja, Dia berada di sana. Dia berdiri di pantai Galilea. Dan di puncak bukit, di dalam pertemuan bersama dengan lima ratus murid, Dia berada di sana. Dia juga berjalan bersama dengan mereka ke puncak bukit Zaitun, di sana Dia berdiri. Dan sebagaimana hari terus berlalu, mereka tidak lagi membutuhkan untuk melihat Dia secara kasat mata dan dengan mata telanjang, mereka mengenal Dia  oleh kehadiranNya yang bekerja bersama dengan mereka.

            Dan dalam tahun-tahun selanjutnya, Tuhan ada di sini: dan kita merasakan kehadiranNya; kita merasakan sentuhan tanganNya yang lembut; dan kita mendengar suaraNya di dalam hati kita. Dia hidup! Dia hidup! Dan Dia berkata, “Aku akan menyertaimu hingga akhir zaman.” Dia tidak pernah meninggalkan kita, Dia tidak pernah pergi jauh. Tetapi kehadiranNya selalu bersama dengan kita.  

            Stefanus, martir pertama, ketika lemparan batu menghempaskannya ke tanah, dia mengangkat wajahnya dan –apa yang dia lihat?—dia melihat Tuhan berdiri untuk menerima rohnya masuk ke dalam kemuliaan. Yesus hidup! 

           Saulus dari Tarsus—mengeluarkan ancaman dan membunuh murid-murid Tuhan telah bertemu Juruselamat di jalan menuju Damsyik. Melampaui cahaya matahari siang, di sana dia melihat Tuhan. Wajahnya sama seperti nyala api yang terang benderang. Dan di dalam kebutaannya atas hadirat itu, dia tersungkur di kaki Tuhan. Dia hidup! Dia hidup!

            Rasul Yohanes yang kudus, gembala di jemaat Efesus, dihukum dan diasingkan ke pulau Patmos, hingga mati—mendengar sebuah suara di belakangnya, berpaling untuk melihat siapakah yang sedang berbicara kepadanya, dia melihat tujuh lampu dian, dan di tengah-tengah lampu dian itu, berdiri Anak Alah. Dan di hadirat oleh Tuhan yang telah bangkit dan penuh kemuliaan itu, dia jatuh tersungkur sama seperti orang mati. Dan sama seperti yang seringkali dilakukan oleh Tuhan ketika hidup di dunia, Dia meletakkan tangan kananNya ke atas bahu Yohanes dan berkata, “Jangan takut. Ini adalah Aku yang telah mati dan hidup kembali. Dan Aku telah memegang kunci neraka dan maut”—Tuhan kita yang hidup.

Semuanya berada di dalam tangan Allah yang hidup. Saya tidak akan mati sampai Ia menghendakinya. Dan ketika Dia menghendakinya, maka tangan-tangan bekas paku yang mulia itu yang akan membuka pintu bagi saya untuk masuk ke dalam kemuliaan. Dia hidup. Dia hidup!

            Dan melalui hal ini, sekarang hampir dua millennium, Dia telah berjalan bersama dengan umatNya. Mereka telah melihatNya; mereka telah merasakan kehadiranNya. Dia berada di sini bersama dengan kita di dalam kepatuhan terhadap Amanat Agung: “Aku akan menyertaimu hingga akhir zaman.”

           Suatu ketika, saya berdiri di patung heroik dari David Livingstone, berdiri dalam bentuk perunggu, sedang memandang ke arah Air Terjun Victoria di Sungai Zambezi. Hanya berdiri di sana dan memandang patung dari misionaris Allah yang luar biasa itu yang sedang menghadap ke arah Zambezi dan air terjun Viktoria—hanya memandang tempat itu. Dan saya membayangkan masa ketika dia membuka Afrika Barat dan dia menemukan air terjun serta sungai Zambezi. 

            Anda tahu, mereka berkata kepada David Livingstone:

Jangan teruskan lebih jauh menuruni Zambezi, mereka adalah orang-orang kanibal. Dan jika kamu masuk ke wilayah mereka itu berarti kematian.

David Livingstone memiliki sebuah kebiasaan kecil di dalam hidupnya—sama seperti yang dilakukan oleh anda semua, hal-hal kecil yang menjadi karakter kita, yang membuat kita berbeda dengan orang lain—dia memiliki kebiasaan kecil seperti ini. Jika dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia akan membawa hal itu kepada Allah. Dia berdoa dan meletakkan Alkitabnya di atas meja seperti itu. Dan membiarkannya jatuh terbuka, dan melihat ke dalam ayatnya. Dan ayat yang menjadi perhatian matanya merupakan jawaban Allah terhadap doanya.

Dan itulah yang dilakukan oleh David Livingstone ketika mereka berkata:

Menelusuri Zambezi, sebuah daerah liar dan berbahaya yang dihuni oleh suku kanibal—engkau akan mengambil resiko ke dalam airnya yang akan membinasakan hidupmu. Kamu tidak dapat pergi lebih jauh.

 

Tetapi Allah telah memanggil dia. Kemudian dia mengambil Alkitabnya dan meletakkannya di hadapan Tuhan dan membiarkannya terbuka di bagian mana saja. Kemudian ia melihat ke bawah dan melihat ayat yang berbunyi: “Pergilah dan Aku akan menyertaimu hingga akhir zaman.” David Livingstone menutup Alkitabnya dan berpaling kepada orang Afrika yang menjadi sahabatnya yang menemani dia dan berkata: “Ini adalah janji Allah; Dia akan menyertai kita. Bangkitlah, mari kita pergi!” Dan dia menemukan Ait Terjun Viktoria dan menjangkua sungai Zambezi yang sangat besar. Itulah Tuhan. Dia hidup! Dia hidup! Kita mengenal Dia dan kehadiranNya di dalam keadaan darurat dan penderitaan hidup kita.  

            Saya mengira hal yang paling familiar yang diketahui oleh jemaat yang terkasih ini adalah—ketika Dr. Truett pada masa mudanya, di dalam sebuah kecelakaan dalam perburuan di Johnson County, saat sedang menggeser senjatanya dari satu tangan ke tangan lain, secara tidak sengaja menembak kepala polisi kota Dallas yang menyebabkannya meninggal dunia. Kemudian selama berhari-hari, dia mendiamkan dirinya di dalam penderitaan yang dalam di hadapan Allah. Dan setelah berhari-hari tidak tidur, dia jatuh tertidur. Dan sebanyak tiga kali Yesus menampakkan diri kepadanya, mengirim dia kembali ke jemaat ini, ke dalam mimbar ini untuk memberitakan injil anugerah dari Tuhan yang hidup. Dia hidup. Yesus hidup. 

           Di dalam kehidupan  Sir Ernest Shackleton, dia menjelajahi Inggris dan Artik, dia berkata bahwa dia dan dua sahabatnya tidak berdaya dan putus asa, tersesat di dalam lapisan salju putih yang terhampar luas dan lapisan es Antartika—tersesat dan tanpa pengharapan. Dan ketika mereka bergumul di jalan mereka, dia dan dua rekannya, dia berkata: “Kami bertiga menyadari bahwa ada orang keempat yang berjalan bersama dengan kami. Dan saya beserta kedua rekan kami mengenali Dia.”  Sir Shackleton berkata: “Itu adalah Yesus, Anak Allah! Dan Dia menuntun kami kembali dengan selamat.”

Yesus hidup! Dia hidup! Seberapa sering saya mendengar, di dalam kesaksian orang Kristen, pria dan wanita yang bergumul dengan keputusan yang besar. Dan di dalam sebuah sikap yang menyerah, menemukan tuntungan tangan yang mulia dari Yesus Kristus yang diletakkan ke atas mereka.

Dia hidup! Yesus hidup! Tidak ada sebuah hal yang sangat indah atau gambaran yang mulia dan undangan serta pemberitahuan di dalam Alkitab melebihi ayat penutup zaman gereja. Tujuh gereja Asia, yang terakhir adalah Laodekia—dan Tuhan berkata: 

Lihat, (idŏu) Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

 

Sedang berdiri di depan pintu dan mengetuk: betapa beruntungnya, betapa makariŏs, betapa mulia, jika seorang pengunjung yang termasyur dan agung mau datang ke rumah saya dan membuka pintu hati saya! Apakah dia seorang raja, betapa saya akan menjadi sangat terpuji; seandainya itu adalah seorang perdana menteri dari sebuah bangsa, betapa tidak biasanya hal itu; seandainya itu adalah seorang malaikat dari sorga—seperti kunjungan kepada Abraham atau Manoah—oh, betapa menakjubkannya hal itu. Tetapi betapa lebih luar biasanya hal itu, jika yang sedang berdiri di depan pintu dan mengetuk hati saya adalah Anak Allah sendiri—kehadiran Tuhan yang hidup yang sedang berdiri di hadapan saya.  

            Anda berkata: “Sekarang, Pendeta, mungkin saya dapat mengerti bahwa Dia mengetuk pintu hati anda. dan mungkin saya mengerti bahwa Dia mengetuk pintu orang-orang saleh yang berada di gereja ini. Tetapi Dia tidak mengetuk pintu hati saya.”

            Tetapi Dia melakukannya! Oh, Dia melakukannya! Itu adalah sebuah pengalaman bahwa sebagai umat manusia kita harus saling berbagi satu sama lain; Yesus mengetuk pintu hati kita! Dia hidup! Dia ada di sini! Dan Dia berbicara! Dan Dia mengetuk pintu hati kita. Yesus mengetuk pintu hati kita di dalam Firman. Firman yang mulia ini, yang ditujukan kepada saya. Hal itu berbicara kepada jiwa anda juga. Yesus mengetuk pintu hati kita melalui firmanNya. 

            Yesus mengetuk pintu hati kita di dalam ibadah gereja. Dia ada di sini. Dia hadir. Saya mendengar suaraNya di dalam nyanyian pujian. Saya mendengar seruan permohonanNya di dalam doa yang disampaikan oleh jemaat. Saya bahkan melihatnya di dalam arsitektur gereja ini. Menara itu yang menunjuk kepada Yesus. Dia hidup! Dia mengetuk pintu hati kita bahwa pada saat ibadah di dalam gereja.

            Yesus mengetuk pintu hati kita di dalam pemeliharaan hidup yang manis. Kenangan yang tidak akan pernah kita lupakan: Apakah anda memiliki seorang ibu Kristen? Yesus mengetuk pintu hati anda di dalam kenangan terhadap ibu Kristen yang manis. Apakah anda memiliki seorang ayah Kristen? Yesus mengetuk pintu hati kita di dalam ingtan kita terhadap ayah Kristen yang saleh? Semua kemurahan dan pemeliharaan hidup yang manis dari hidup—di dalam semua hal itu, Yesus mengetuk pintu hati kita. 

            Ketika anda menikah, dan memulai sebuah rumah tangga. Yesus mengetuk pintu hati anda. Pada masa ketika anda mulai membnagun keluarga anda; kelahiran dari seorang anak—Oh, dapatkan anda merasakan suara Anak Allah? Tuhan, kami menerima kehidupan yang mungil ini dari tanganMu yang mulia. Tolonglah saya untuk mendidik anak ini di dalam kasih dan pemeliharaan Yesus. 

Itulah tanda Dia sedang mengetuk pintu. Di dalam pencobaan, di dalam kesulitan, di dalam kedukaan, di dalam frustasi, di dalam kekecewaan, di dalam semuanya itu, Yesus sedang mengetuk pintu hati anda. Dan kadang-kadang di dalam kesepian, dan di dalam sebuah perasaan yang merasa tidak berguna dan kesalahan serta dosa, itu adalah Yesus sedang mengetuk pintu hati anda. 

            Seperti yang dilakukan dari kebanyakan anda, saya telah berdiri di Saint Paul's Cathedral di London, sedang melihat salah satu lukisan yang terkenal di dunia. Dilukis oleh Holman Hunt, yang berjudul:  "Jesus, The Light Of The World."  Anda telah melihatnya. Lukiasn itu telah disalin lebih banyak dari semua lukisan yang saya pikir pernah diciptakan. Dan di sana—dikelilingi oleh semak, dan Dia berdiri di sana sedang mengetuk pintu. Ada begitu banyak hal di dalam lukisan itu. Seseorang berkata kepada Holman Hunt: Di sana tidak ada gagang pintu! Di sana tidak ada  tombol pintu!” 

“Tidak!” kata sang pelukis, “Gagang pintunya ada di bagian dalam. Kita yang membuka pintu. Dia hanya mengetuk.” Dan di sana Dia berdiri dan sedang mengetuk pintu—sebuah lukisan yang sangat indah dari Tuhan Yesus.

            Anda tahu apa yang terjadi selanjutnya? Baru-baru ini seorang pengunjung dari Inggris sedang mengunjungi Amerika ini. Dan dia sedang berbicara dengan saya. Saya tidak tahu mengapa pembicaraan akhirya sampai kepada Saint Paul's Cathedral dan lukisan itu. Dan dia berkata kepada saya, dia berkata: “Tidakkah anda tahu, setelah lukisan itu digantung di sana selama seratus tahun…” dia berkata, “Baru-baru ini, mereka menurunkannya dan mengeluarkannya dari bingkainya serta membersihkannya dan memperbaharuinya.” 

            Dan dia berkata:

Ketika mereka menurunkan lukisan itu, dan mengeluarkannya dari bingkainya, di atas pinggir kanvasnya, tersembunyi oleh bingkainya, terdapat tulisan tangan dari Holman Hunt yang berbunyi: “Maafkan saya Tuhan Yesus, karena membiarkanMu menunggu sangat lama.” 

            Saya pikir, seandainya ada begitu banyak dari kita yang seperti itu? “Maafkan saya Tuhan, karena membiarkanMu di luar begitu lama.” Dan merasakan bahwa kita juga memiliki perasaan seperti itu: “Tuhan, tolong saya untuk menebus waktu saya. Tolong saya Tuhan untuk melakukan banyak hal bagi Engkau. Di dalam hari-hari serta tahun-tahun yang telah berlalu, Allah, tolong saya untuk sungguh-sungguh benar, setia dan berguna.”

            Sedang mengetuk pintu: “Tuhan Yesus, masuklah ke dalam! Masuklah ke dalam hati saya; masuklah ke dalam keluarga saya; masuklah ke dalam hidup saya; masuklah kevdalam urusan saya; masuklah ke dalam setiap keputusan yang saya buat. Dengarkanlah setiap doa yang saya panjatkan. Tuhan, bedirilah di samping saya. Dan pada suatu hari berikanlah jaminan bahwa aku akan melihat Engkau di dalam kemuliaan dari kasihMu dan dunia yang diciptakan oleh tanganMu yang telah terpaku.”

            Apakah itu cara Allah berbicara kepada kita—jika benar—maukah anda datang dan berdiri di sisi kami?

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM