SUATU KUASA ATAU SEORANG PRIBADI
(A POWER OR A PERSON?)
Yohanes 20:22
06-20-65
Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung di dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas, baik yang mendengarkannya melalui siaran radio maupun bagi anda yang sedang menyaksikannya melalui siaran televisi. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul, PENTAKOSTA, SEBUAH KUASA ATAU SEORANG PRIBADI, atau ROH KUDUS, SEBUAH KUASA ATAU SEORANG PRIBADI? Setelah saya menyelesaikan menyampaikan khotbah minggu yang lalu, salah satu anggota gereja kita yang terkasih, yang mencintai firman Allah datang kepada saya dan berkata, “Saya tidak percaya bahwa Roh Kudus datang saat Pentakosta. Saya pikir Roh Kudus datang dalam Yohanes 20:22; dan Pentakosta adalah sebuah pencurahan kuasa. Tetapi karunia Roh Kudus dan kedatangan Roh Kudus terdapat dalam Yohanes 22:22. Dan anggota jemaat itu membacakan kepada saya bagian ini, “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus”’ (Yohanes 20:22).
Sekarang, bolehkah saya membaca konteks dari bagian itu? “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu” [Yohanes 20:19]. Itu adalam Minggu malam, Tuhan bertemu dengan murid-muridNya pada saat malam, dan Dia bertemu dengan mereka pada Minggu malam, hari pertama minggu itu; dan mengikuti Minggu malam berikutnya, Dia bertemu dengan mereka kembali. Ini adalah alasan bagi saya mengapa saya membuka pintu gereja terbuka dan memiliki umat Allah yang berkumpul bersama-sama pada Minggu malam, Tuhan bertemu dengan murid-muridNya pada saat malam.
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.
Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." [Yohanes 20:19-23].
Dan anggota jemaat ini berkata, “Itu adalah saat Roh Kudus diberikan; ketika Tuhan menghembusi mereka dan berkata, ‘Terimalah Roh Kudus.’ Dan Pentakosta adalah sebuah pencurahan dari kuasa kehadiran Allah.” Di dalam penafsiran itu dan di dalam keyakinan itu, banyak dari sarjana dunia yang setuju. Sebagai contoh, Arthur Pink, yang menulis di dalam tiga volumenya, The Exposition of the Gospel of John; sarjana konservatif yang luar biasa ini, yang mengasihi Firman Tuhan, menulis di dalam tiga volume, dari halaman dua ratus delapan puluh tujuh, saya mengutip sebuah kalimat: “Apa yang terjadi pada Pentakosta adalah sebuah baptisan kuasa, bukan kedatangan Roh Kudus yang berdiam di dalam kita.” Saya kutip lagi dari The Bible Commentary, di dalam seri Perjanjian Baru, volume dua, halaman dua ratus sembilan puluh lima, volume yang luar biasa ini yang berasal dari sarjana Gereja Anglikan menulis hal ini. Saya kutip: “Roh Kudus yang ditanamkan kepada mereka adalah Roh Kudus seperti yang berdiam di dalam Dia. Untuk menghubungkan firman ini dengan yang ada di dalam Kisah Rasul sebagai sebuah janji, dan sebuah simbol dari karunia masa depan, merupakan sewenang-wenang dan tidak alami.” Saya hanya memilih kedua hal ini sebagai tipikal dari sarjana biblika yang luar biasa yang berkata bahwa Roh Kudus diberikan di sini, di dalam Yohanes 20:22, ketika Tuhan menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.” Dan saat Pentakosta, bukanlah kedatangan Roh Kudus, Roh kudus datang di sini, diberikan di sini. Tetapi Pentakosta merupakan sebuah pencurahan dan kehadiran Allah.
Lalu apa yang kita pikirkan tentang hal itu? Saya memiliki sebuah keyakinan yang pasti. Dan berpikir bahwa itu merupakan sebuah penafsiran yang menjadi bagian saya setelah mempelajarinya dan mempertimbangkannya, saya sangat yakin bahwa khotbah yang saya sampaikan pagi ini, sebuah eksposisi dari bagian ini merupakan kebenaran Allah. Itu adalah kebenaran Allah bagi saya. Anda lihat, penafsiran ini membuat sebuah perbedaan antara kehadiran dan kuasa, bahwa Roh Kudus diberikan dalam Yohanes 20:22; dan kuasa serta demonstrasi ada pada saat Pentakosta. Sekarang ada dua hal yang mengganggu saya dalam interpretasi itu. Dan yang pertama adalah hal ini. Sukar bagi saya untuk menerima bahwa Roh Kudus diberikan di sini ketika Tuhan menghembusi murid-murid dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.” Dan inilah firman yang mereka baca dalam pasal terakhir Kitab Lukas, dan Tuhan kita berada di Bukit Zaitun sebelum naik ke sorga, Tuhan kita berkata, “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi." [Lukas 24:49]. Apakah janji Bapa itu? Hal itu sangat jelas digambarkan di dalam Firman Tuhan ini. Karena Yesus berkata,
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain. . . .
Yaitu Roh Kebenaran. . . .
Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku,. . . . [Yohanes 14:16-26].
Janji Bapa adalah kedatangan Roh Kudus. Dan kemudian, setelah Tuhan menyampaikan perkataan-perkataan ini, Dia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus” (Yohanes 20:22). Dan setelah Tuhan nmenyampaikan perkataan itu, di Bukit Zaitun—sebelum kenaikanNya ke dalam kemuliaan—ketika Dia merentangkan tanganNya untuk memberkati mereka, Dia berkata kepada mereka, "Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi." [Lukas 24:49].
Kemudian hal yang sama saya temukan di dalam Kisah rasul pasal pertama. “Dan setelah berkumpul bersama-sama dengan mereka”—di puncak Gunung Zaitun—“Dia memerintahkan mereka untuk tidak meninggalkan Yerusalem, tetapi mereka harus menunggu janji Bapa – demikian kataNya – “telah kamu dengar dari padaKu. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi, kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kisah Rasul 1:4,5). Kemudian, bagi saya, Tuhan secara jelas menyampaikan di Bukit Zaitun, tepat sebelum Dia naik ke sorga, bahwa mereka tetap tinggal di Yerusalem menunggu kedatangan janji Bapa, hingga baptisan Roh Kudus. Itulah hal pertama yang mengganggu saya. Ketika mereka berkata bahwa Roh Kudus diberikan di dalam Yohanes 20:22, lalu apakah artinya ketika Tuhan berkata kepada murid-muridNya, “Kamu harus tinggal di dalam kota Yerusalem hingga janji tentang Roh Kudus datang?” Lalu, apa artinya itu? Jika Dia telah datang dan murid-murid telah menerimaNya ketika Tuhan menghembusi mereka?
Kemudian saya memiliki hal yang kedua yang mengganggu saya di dalam penafsiran itu. Ketika para sarjana ini berkata bahwa Roh Kudus datang dalam Yohanes 20:22; ketika Tuhan menghembusi mereka, ada hal lain yang mengganggu saya. Dan hal itu bersifat psikologi. Ketika anda memisahkan kehadiran dari kuasa—ketika disampaikan bahwa kehadiran Roh Kudus telah diberikan, bahwa Roh Kudus datang saat Tuhan menghembusi mereka, dan bahwa kuasa Roh Kudus datang pada saat Pentakosta—ada sebuah hal yang bersifat psikologi di sana yang mengganggu saya. Dan saya tidak berkata dan membela bahwa kita menafsirkan Firman Allah dengan persuasi psikologi kita. Tetapi memang saya menyampaikan hal itu ketika anda melakukan seperti itu, anda jatuh ke dalam dan memberikan persetujuan terhadap sebuah kesalahan bahwa kita jatuh ke dalam hal yang sudah sangat umum. Dan hal itu adalah ini; merupakan hal yang paling mudah di dalam sifat manusia untuk meyakinkan diri kita sendiri bahwa Roh Kudus dalam entah cara yang bagaimana bukanlah sebuah pribadi dan kepribadian, dan bukan yang ilahi, dan bukan Allah, tetapi bahwa Roh Kudus dalam entah cara yang bagaimana merupakan sebuah “itu.” Roh Kudus entah dalam sebuah cara yang bagaimana merupakan sebuah kuasa yang impersonal. Itu adalah Sabelianisme. Itu adalah Arianisme. Itu telah menjadi sebuah bidat di dalam gereja dari abad-abad awal. Dan sangat mudah bagi kita untuk jatuh ke dalam kesalahan seperti itu. Itu merupakan hal yang umum bagi kita untuk berpikir bahwa kuasa memiliki gender yang netral, sebuah “it( dalam bahasa Inggris), itu [dalam bahasa Indoesia, kata benda yang bersifat netral dan bukan personal).” Kuasa yang besar dari arus listrik adalah sebuah “itu.” Kuasa yang besar dari gravitasi adalah sebuah “itu.” Kuasa yang besar dari sebuah badai atau angin rebut adalam sebuah “itu.” Dan sangat mudah bagi kita untuk jatuh ke dalam kesalahan itu, sehubungan dengan kuasa Allah. Entah bagaimana kehadiran Allah di dalam Roh Kudus; entah bagaimana kuasa Allah di tengah-tengah kita menjadi sebuah “itu”—sebuah gender yang bersifat netal, neuter. Dan mudah bagi kita untuk tidak megilahikan, untuk menghilangkan Kepribadian dari Roh Kudus. Di adalah sebuah “itu.”
Oh, hal itu juga merupakan persetujuan di dalam salah satu kesalahan penerjemahan di dalam Alkitab versi King James. Di dalam Kitab Roma pasal delapan ayat enam belas, yang diterjemahkan dengan, “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:16). Bahkan di dalam versi King James, Roh Kudus juga disebut dengan “itu”—Roh itu, bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.” Lalu, dari manakah datangnya hal itu? Hal itu berasal dari kesulitan dari penerjemahan yang akurat dan tepat, penerjemahan dari sebuah bahasa ke bahasa yang lain, dan tidak ada dua bahasa yang persis sama. Dan anda tidak dapat menerjemahkan satu bahasa ke bahasa yang lain dengan sangat tepat. Dan ini adalah sebuah contoh yang tepat tentang hal itu. Di dalam bahasa Inggris, setiap hal kita katakan, setiap hal yang kita gunakan memiliki gender. Dia memiliki jenis kelamin. Setipa hal yang kita gunakan sebagai sebuah substisusi, sebagai sebuah subjek, yang juga termasuk pria, seorang “dia (laki-laki); atau wanita, seorang “dia (perempuan)” atau tidak memiliki jenis kelamin sama sekali, sebuah “itu.” Dan ketika kita merujuk segala sesuatu dalam bahasa Inggris, kita berbicara tentang seorang “he, dia (pria),” kita sedang berbicara tengan “him, pria,) atau kita sedang berbicara tentang “she, dia (wanita)” atau kita sedang berbicara tentang “it, itu (benda).” Itu adalah dalam bahasa Inggris. Tetapi di dalam bahasa yang lain (seperti bahasa Indonesia), sama sekali tidak melakukan hal yang seperti itu. Ada bahasa yang tidak memiliki gramatikal. Jerman adalah salah satu contohnya. Di dalam bahasa Jerman, seorang gadis adalah seorang “it, itu.” itu adalah hal yang paling memukul bagi kita, yang pernah anda dengar di dalam hidup anda—“it, itu.” Di dalam artikel bahasa Jerman, die akan menjadi feminim, der akan menjadi maskulin, dan das adalah netral/neuter. Dan di dalam bahasa Jerman, das Mädchen—das, adalah netral, gadis.
Itu merupakan hal yang sama di dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunani juga memiliki sebuah gender gramatikal dan pneuma, "nafas, angin, roh” adalah netral. Itu bukan he pneuma, feminim; tidak juga ho pneuma, maskulin; tetapi itu adalah to pneuma, netral. Di dalam Yohanes 3:8: “pneuma bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau kemana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari pneuma." Dan pneuma, “nafas”—seperti ban yang berisi udara—angin diambil sebagai simbol di dalam pengajaran rohani dari Firman Allah. Dan Yohanes 3:8 adalah tipikal dari hal itu, “Angin bertiup kemana ia mau,…Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh”; angina, Roh. Sekarang di dalam gramatikal gender itu, Paulus menulisnya dengan tepat, “Roh itu sendiri,’ itu adalah tata bahasa, itu adalah tata bahasa Yunani. Tetapi hal itu tidak sama sekali tidak memberikan apa-apa dengan wahyu Allah; karena Roh Kudus, tanpa pengecualian, dirujuk dengan “Dia,(maskulin)” selalu dengan “Dia.” “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yohanes 14:16). “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang" [Yohanes 16:13]. Di dalam Kitab Suci, tanpa pengecualian, di sana ada sebuah kepribadian, di sana ada sebuah individualitas, di sana ada emosi dan kehendak dan intelejensi; dan di sana ada keilahian yang selalu dilekatkan kepada Roh Kudus Allah. Dia tidak pernah menjadi sebuah “itu”; tetapi Dia selalu menjadi seorang “Dia (maskulin).” Dan saya sedang menunjukkan kepada anda bahwa ketika anda menafsirkan kedatangan Roh Kudus di dalam Yohanes pasal dua puluh, ketika Tuhan menghembusi mereka, dan kemudian memisahkan itu dari kuasa dan demonstrasi yang kita lihat dalam Pentakosta, hal itu memberi kemungkinan untuk kesalahan psikologi itu, yang mana kita telah jatuh kedalam cara merujuk kehadiran Allah dan kuasa Allah dan Roh Kudus Allah sebagai sebuah impersonal yang netral, yaitu “itu.”
Lalu, setelah menyampaikan hal-hal ini, yang mengganggu saya ketika ini diterjemahkan—yang saya maksudkan; ketika jika Roh Kudus datang kemari ketika Dia menghembusi mereka; dan Pentakosta adalah sebuah pencurahan kuasa Allah; sekarang setelah menyampaikan hal-hal yang mengganggu saya ini, biarkan saya menjelaskan bagian ini. Dan mungkin saya katakan bahwa hal itu apa makna yang sesungguhnya dari hal itu, hal itu merujuk kepada apa, apa yang terjadi di sini dan apa yang terjadi pada Pentakosta?
Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu… Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. [Yohanes 20:21, 22].
Sekarang, di sana ada dua kata Yunani dan di sekitarnya ditemukan keseluruhan makna dari hal ini tergenapi ketika Tuhan telah bangkit dari kematian dan menampakkan diri kepada murid-muridNya: “Dan ketika Dia menyampaikan hal ini, Dia enephusesen,” enephusesen. Itu adalah sebuah aoris dari emphusao, "untuk memberi nafas atas”; dan kata kerja aoris di dalam bahasa Yunani merujuk kepada salah satu contoh, menunjukkan sesuatu dengan tepat. Bukan berarti hal itu terjadi secara terus menerus, tetapi kata kerja aoris di dalam akar kata dari sistem Yunani dan kata kerja serta kata penghubung dari kata kerja merujuk kepada satu hal, sekali waktu, ketika hal itu terjadi. Dan Tuhan menampakkan diri kepada murid-muridNya dan Tuhan menghembusi mereka, emphusao, " Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus.”’
Anda mendapatkan sebuah ide dari apa yang terjadi di dalam perkataan yang diucapkan oleh Tuhan sebelum Dia menghembusi mereka: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yohanes 20:21). Dan ketika Tuhan memulai pelayananNya, Dia pertama kali dibaptiskan oleh Roh Kudus. Di dalam baptisanNya, ketika Dia memulai pelayananNya, ketika Dia diangkat dari air oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan, di sana muncul di hadapanNya Roh Kudus, yang sama seperti dalam rupa burung merpati, datang dari sorga dan bercahaya di atasNya. Dan di dalam kuasa Roh Kudus, Dia dibawa ke padang gurun; dan di dalam kuasa Roh Kudus Dia pergi ke Nazaret untuk menyampaikan khotbah pengukuhanNya yang pertama; dan di dalam kuasa Roh Kudus, Dia melakukan pekerjaan-pekerjaanNya yang hebat; dan di dalam kuasa Roh Kudus, Dia dibangkitkan dari kematian. Tuhan memulai pelayananNya di dalam demontrasi dari kuasa Roh Kudus, baptisan Roh Kudus. Sekarang Dia berkata, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Murid-murid memulai pelayanan mereka di dalam sebuah baptisan Roh Kudus; Roh Kudus yang turun ke atas mereka; di dalam demostrasi yang hebat dari kuasa Roh Kudus, baptisan Roh Kudus; dan di dalam kuasa Roh Kudus mereka memulai pelayanan mereka untuk memberi kesaksian dari anugerah Allah di dalam Kristus Yesus.
Sekarang, ketika Dia menghembusi mereka, itu merupakan sebuah penanaman Roh Tuhan sama seperti Dia yang mampu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang hebat dan sama seperti Dia yang dibangkitkan dari kematian. Ini adalah impartasi Roh Yesus ke dalam jiwa mereka dan hidup mereka dan hal itu memberikan mereka sebuah iman yang hebat dan sebuah tenaga pelekat yang hebat; dan sebuah kesabaran yang besar dan menunggu Roh Allah ketika Dia datang. Semua itu merupakan permintaan ketika Tuhan menghembusi murid-muridNya. Dan itu merupakan sebuah simbol utama dan sebuah kepentingan yang luar biasa dari apa yang akan datang segera untuk mengambil tempat di dalam kunjungan sorgawi yang kita sebuat dengan pencurahan pada saat Pentakosta. Sekarang saya ingin menunjukkan kepada anda bagaimana enephusesen, kata yang tepat, emphusao, bagimana hal itu digunakan. Tidak ada di tempat laian di dalam Perjanjian Baru di mana kata itu digunakan. Anda tidak akan menemukannya di dalam ribuan kata Yunani yang dapat anda temukan di dalam Perjanjian Baru bahasa Yunani. Tidak ada contoh lain dari kata, enephusesen, emphusao; dari keseluruhan Perjanjian Baru.
Tetapi anda akan menemukannya di dalam Alkitab yang digunakan oleh murid-murid. Di dalam versi Septuaginta dari Kitab Suci Ibrani, Alkitab yang digunakan oleh murid-murid, anda akan menemukan kata itu. Bolehkah saya membacanya kepada anda? “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup” (Kejadian 2:7). Di sana ada kata yang tepat dan identik. “Ketika Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah, Dia menghembuskan-- menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup.” Di dalam penciptaan yang mula-mula, nafas Allah dcurahkan ke dalam jiwa Adam, bahwa keserupaan yang membangkitkan dia lebih tinggi dan membedakan dia dari kehidupan binatang-binatang yang ada di sekelilingnya. Allah menciptakan hewan-hewan. Allah membuat kehidupan. Tetapi ketika Dia menciptakan Adam, Dia menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya dan Adam menjadi hidup, sebuah jiwa yang tangkas. Sekarang apa yang terjadi pada ciptaan awal juga terjadi di dalam ciptaan baru. Dengan sebuah tindakan simbolik, Tuhan menghembusi murid-muridNya dan mereka menjadi tangkas dan mereka menjadi hidup dan mereka menjadi penuh kuasa dan dibuktikan di dalam kehadiran Roh Alah yang yang mereka terima. Dan itu adalah sebuah tindakan simbolis, dari apa yang dilakukan oleh Tuhan ketika Dia menghembusi murid-murid dan berkata: “Terimalah Roh Kudus” merupakan sebuah tindakan simbolis; sebuah kepentingan terhadap apa yang akan terjadi pada hari penantian mereka dan di dalam pencurahan Roh Kudus pada saat Pentakosta.
Dan saya menemukan pola itu dari cara Allah dan kehidupan yang ada di sepanjang Alkitab. Yang pertama, menghembuskan, kemudian pencurahan kuasa. Pertama, keheningan dan kemudian pertunjukan yang besar pada saat Pentakosta. Saya menemukannya di sepanjang Firman Allah. Di dalam kehidupan Elia, menutupi wajahnya dengan rangannya, dan menutupi kepalanya dengan jubahnya, di dalam suara yang lembut Tuhan berbicara kepada Elia; dan kemudian kereta berapi dan angin badai membawanya ke sorga. Saya menemukannya dalam kehidupan Musa: pertama, keheningan di padang gurun di mana dia sendirian sebagai gembala dan di dalam semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar, Allah berbicara kepada Musa, dari keheningan semak duri yang menyala itu; dan kemudian konfrontasi yang hebat dengan Firaun dan pertunjukan mujijat-mujijat yang luar biasa. Saya menemukannya dalam kehidupan Gideon; yang pertama guntingan bulu domba, di dalam keheningan malam, embun yang menutupi bulu domba itu, dan kemudian bunyi terompet dan bejana yang dipecahkan. Saya menemukannya di dalam kehidupan Daud; pertama sebagai seorang bocah, yang masih hijau dan kemerah-merahan, kemudian konfrontasi yang hebat dengan Goliat, kemenangan atas raksasa orang Filistin. Saya menemukannya di dalam kehidupan Daniel, petama; berlutut di hadapan Allah, dengan wajah yang menghadap kota suci, mencurahkan jiwanya kepada Allah; dan kemudian berhenti di gua singa. Saya menemukannya di dalam kehidupan Nehemia, pertama dia meratap di hadapan Allah di dalam keheningan yang pedih, dan kemudian membangun tembok Yerusalem. Saya menemukannya di dalam kehidupan Rasul Paulus: yang pertama, tiga tahun dalam keheningan di tanah Arab; dan kemudian bersaksi dengan hebat tentang Allah ketika Dia berdiri di Damsyik dan Yerusalem dan Sisilia dan di sekitar kota-kota yang terdapat di Imperium Roma. Saya menemukannya di dalam kehidupan Rasul Yohanes; di dalam pembuangan ke Pulau Patmos, di dalam sebuah pemenjaraan, dan kelaparan dan kemudian kemuliaan dari pintu sorga yang terbuka, dan melihat gulungan kitab yang terbuka dan mendapat penglihatan yang luar biasa tentang kesudahan zaman. Itulah yang tepat terjadi di sini: pertama menghembusi murid-murid dan kemudian pertunjukan yang luar biasa, pada saat Pentakosta ketika Roh Tuhan dicurahkan tanpa batas ke dalam dunia ini. Jadi, itu adalah enephusesen. Penahkah anda berpikir banyak firman yang seperti itu? Inilah Dia. Buku ini sama seperti sebuah samudera yang sangat luas.
Sekarang kita harus mempercepat khotbah ini. Kita harus menyeberang melalui ini: “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus’ [Yohanes 20:22]. “Terimalah”—labete; ada aoris yang lain, dan ini adalah sebuah imperatif. Ini adalah imperatif dari aoris kedua—labete Roh Kudus. Sekarang saya ingin menunjukkan kepada ada arti dari kata labete. Ini adalah sebuah contoh, yang diterjemahkan dengan cara yang sama, yang memiliki dua makna. Di dalam Yohanes 10:18, saya akan membacanya. Tuhan berbicara tentang diriNya sendiri, Dia berkata, “Aku berkuasa memberikan nyawaKu dan mengambilnya kembali”—labete. Itulah dia kata labein, "untuk mengambil”-nya kembali. “Inilah tugas yang kuterima dari BapaKu”—labein. Ada lagi, kata yang identik; aoris kedua dari lambano; dan itu memiliki dia makna. Itu berarti “mengambil”: “Aku berkuasa memberikan nyawaKu dan mengambilnya kembali”; dan kata itu juga memiliki makna “untuk menerima”: “Inilah tugas yang Kuterima”—kata yang identik sama—“Yang Kuterima dari Bapa.” Dan anda tidak dapat menerjemahkannya di dalam cara yang lain kecuali dengan cara yang sama, yang diterjemahkan di sini: yang pertama “mengambil”; dan yang kedua, “untuk menerima.” Sekarang mari kita kembali ke bagian yang terdapat dalam Yohanes 20:22 ini. “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: labelete Roh Kudus”.” Oh, mari kita menerjemahkannya. Yang pertama, “mengambil’—itu adalah sebuah imperatif perintah. “Ambillah” Roh Kudus. Itu berarti bahwa murid-murid tidak beersifat pasif bersama-sama. Mereka tidak seperti kepingan-kepingan kayu. Mereka bukan barang yang mati. Mereka tidak seperti dahan-dahan yang jatuh. Mereka menghidupi diri mereka sendiri, dan mereka dipenuhi dengan kasih dan pujian dan harapan dan kerinduan dari Allah dari dari diri mereka sendiri. “terimalah Roh Kudus”; itu adalah sebuah imperatif perintah di dalam fakta bagi murid-murid. Sebab anda tahu, Roh Kudus dapat ditolak. Dia dapat didukakan. Dia dapat direndahkan. Dia dapat dipadamkan. Dia dapat ditahan. Roh Kudus dapat ditolak dan diabaikan. Dan Tuhan berkata kepada murid-muridNya dalam bentuk perintah imperatif, “Terimalah Roh Kudus.” Ambillah Roh Kudus; dan murid-murid di dalam penantian, di dalam doa dan di dalam kesabaran dan di dalam pertemuan mereka secara bersama-sama, mereka siap untuk menerimanya pada saat Pentakosta. Itulah sebabnya mengapa saya berpikir di dalam jiwa saya dan selalu menyampaikannya di dalam khotbah saya bahwa ada sesuatu bagi kita di bawah sini sama baiknya seperti sesuatu bagi Allah yang berada di atas sana. Dan itu adalah ilustrasi yang baik tentang ini. “Sekarang, bagi kamu para murid, tunggu dan bersabarlah, berdoalah dan curahkanlah hatimu kepada Allah dan kamu harus berkumpul bersama-sama. Dan kamu labete, terimalah Roh Kudus.” Dan pada saat Pentakosta, mereka telah siap setelah sepuluh hari berdoa dan mencurahkan jiwa mereka di hadapan Tuhan.
Baiklah, mari kita mengambil sisi yang lain dari hal itu; “untuk menerima”—labete; "Terimalah Roh Kudus." Dan itulah yang dilakukan Allah. Ketika Tuhan naik ke dalam kemuliaan dan ketika Tuhan melepaskan para tawanan. Ketika Tuhan berbaris di dalam kemenangan dan kemuliaan sepanjang jalan kota yang indah itu, dan Dia duduk di sebelah kanan Allah, setelah sepuluh hari, Dia melakukan sesuatu. Melihat ke bawah, melihat murid-muridNya, dan melihat kesiapan mereka di dalam penderitaan dan doa dan komitmen dan dedikasi serta pengabdian, kemudian, setelah sepuluh hari, Tuhan Allah mengirimNya dari sorga—dan saya percaya di dalam prosesi Roh Kudus berasal dari Bapa. Saya percaya bahwa di dalam prosesi, Roh Kudus berasal dari Anak. Dia adalah Roh Allah. Lihat bagaimana mungkin kita menyebutnya sebagai sebuah “it, itu (kata benda)” sebelum anda mengetahuinya? Dia adalah Roh Allah. Dia adalah Roh Yesus. Dia berasal dari keduaNya. Dan berdasarkan janji Bapa, Roh Kudus dicurahkan oleh Yesus Kristus. Dan Dia datang, sebuah hadian yang turun ke dalam dunia yang berdiam di dalam diri kita sampai selamanya pada saat Pentakosta. Jadi, kita tidak hanya mengambil—membuka hati kita dan jiwa kita, tetapi kita juga menerima dari tangan Allah, Juruselamat kita di dalam sorga. Itu adalah sesuatu yang dilakukan oleh Allah. Itu adalah karunia dan kebaikan dan kemurhanNya dan tanganNya yang penuh kuasa. Kita menerima Roh Kudus dari sorga. Seperti hati ibu yang menerima kelembutan kasih. Allah melakukan itu ketika seorang bayi dilahirkan oleh seorang ibu, Allah melakukan sesuatu, kelembutan, kebaikan, dan manisnya kasih dari hati seorang ibu. Itu sama seperti pohon zaitun yang menerima infus minyaknya…..
Alih basaha: Wisma Pandia, ThM