SEKARANG DIA HIDUP

(THE LIVING PRESENCE)

 

Dr. W. A. Criswell

 

04-03-83

 

Yohanes 20:19-29

 

Ini adalah Gereja First  Baptist Dallas.  Dan saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah Paskah yang berjudul: Sekarang Dia Hidup.

Untuk banyak bulan-bulan belakangan ini, kita mendengarkan khotbah melalui Injil Keempat, yaitu Injil Yohanes. Jadi, sebagai sebuah latar belakang teks, saya membaca dari Injil Yohanes pasal dua puluh, ayat sembilan belas:

Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"

Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.

—Kehadiran yang hidup.. 

Itu adalah sebuah hal yang luar biasa: Tanpa pemberitahuan, tiba-tiba Dia berada di sana. Di tengah-tengan taman itu Dia berdiri. Di depan kubur yang terbuka, Disanalah Dia. Pada jalan yang sepi menuju Emaus, Dia berjalan di sana. Ketika mereka duduk untuk makan malam, di sana Dia memecahkan roti. Di tepi pantai Galilea, di sana Dia berdiri. Di atas gunung yang ditetapkan, Dia bertemu dengan 500 orang saudara. Di Ruangan atas, dengan pintu yang tertutup, tiba-tiba saja Dia berdiri di sana. Berjalan menaiki Gunung Zaitun, Dia berjalan bersama dengan mereka

Hanya di sini dan di sana, selama 40 hari secara berulang-ulang Dia menampakkan yang hidup. Kemudian, tidak lama lagi, murid-murid tidak lagi butuh untuk melihat Dia dengan mata telanjang. Mereka mengenal Dia dengan kehadiranNya yang bekerja bersama dengan mereka.

Jadi kebenaran yang tersisa dari Perjanjian Baru, Tuhan kita berada di sini dan di sana serta disebelah sana. Ketika Stefanus, martir Allah pertama, setelah dirajam dengan batu, dia melihat ke atas. Dan di sana, Tuhan Yesus berdiri, untuk menerima martirNya yang pertama ke dalam kemuliaan.             

Saulus dari Tarsus—mengeluarkan ancaman dan membunuh murid-murid Tuhan telah bertemu Juruselamat di jalan menuju Damsyik. Melampaui cahaya matahari siang, di sana Dia berdiri, Tuhan kita.  

Ketika rasul Yohanes dikirim dari Efesus ke Pulau Patmos yang sunyi, di sana Tuhan kita menampakkan diri dalam kemuliaan. Yohanes tersungkur di kakinya sama seperti orang yang mati. Dan sama seperti yang seringkali dilakukan oleh Tuhan ketika hidup di dunia, Dia meletakkan tangan kananNya ke atas bahu Yohanes dan berkata, “Jangan takut. Ini adalah Aku yang telah mati dan hidup kembali. Dan Aku telah memegang kunci neraka dan maut”—Tuhan kita yang hidup. 

Kemudia, dibalik lembaran-lembaran Perjanjian Baru ini, Dia terus menampakkan diri, untuk bekerja bersama dengan umatNya. Kehadiran Yesus, Juselamat kita yang telah bangkit: Hari ini tidak berbeda dengan kemarin, dan kemarin tidak berbeda dengan masa-masa yang ada di Perjanjian Baru. 

Kristus, Juruselamat kita yang hidup. Dia hadir di dalam ketaatan murid-muridNya, dari umatNya. Suatu ketika, saya berdiri di patung heroik dari David Livingstone, berdiri dalam bentuk perunggu, sedang memandang ke arah Air Terjun Victoria di Sungai Zambezi. Ketika saya berdiri di sana dan melihat patung itu dan tanda fenomenal itu, air terjun terbesar di dunia, saya membayangkan masa ketika dia menemukannya, orang putih pertama yang melihatnya.

Apa yang telah terjadi adalah ketika Livingstone pergi ke Zambezi, membuka jantung Afrika kepada injil Kristus. Firman datang kepadanya supaya dia harus pergi lebih jauh. Di sana ada orang-orang biadab. Mereka adalah orang-orang kanibal yang sedang menunggu. Dia berani menanggung resiko hidupnya untuk melanjutkan perjalanan misinya. 

David Livingstone memiliki sebuah cara yang pernah saya baca sekali tentang orang-orang kudus yang lain. Saya tidak pernah memiliki iman untuk mengikuti hal itu. Saya tidak pernah memiliki keyakinan yang cukup untuk mencoba hal itu.  

Yaitu hal ini: David Livingstone, ketika dia berusaha mencari pikiran Allah, akan berdoa kepada Allah untuk menyingkapkan kehendakNya. Kemudian dia akan mengambil Alkitabnya dan membukanya, dimana pun itu, ia akan meletakkan jarinya di atas sebuah teks dan membacanya. Dan itu merupakan jawaban Allah atas doanya.   

Saya tidak pernah memiliki iman yang cukup untuk melakukan hal itu. Dia melakukannya. Dan ketika firman itu datang kepadanya, bahwa orang-orang kanibal ini berada di Zambezi dan dia tidak berani untuk meneruskan pelajarannya, Livingstone mengambil Alkitabnya dan berdoa dan membiarkannya terbuka di mana pun itu dan dia mengambil jarinya dan membaca teks tersebut.Teks itu adalah Matius 28 ayat 20: “Pergilah dan Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Dan Livingstone berpaling kepada orang-orang kulit hitam itu, yang merupakan para pelayan dan pembantunya, serta berkata, “Ini adalah janji Allah. Dia bersama dengan kita. Dan dia akan terus menyertai. Yaitu ‘Pergi!”’

Dan mereka berjalan menelusuri sungai. Dan itulah sebabnya mengapa dia menemukan Air Terjun Viktoria. Dia hadir bersama dengan kita” Kehadiran yang hidup dari Kristus di dalam ketaatan terhadap kehendakNya.

KehadiranNya yang hidup bersama dengan kita di dalam dakwaan dan pemenjaraan—beberapa tahun yang lalu, Badan Misi Luar Negeri mengirim Dr. Theron Ranking, sekretarisnya dan saya untuk mengadakan perjalanan misi ke Asia. Dr. Rankin selama bertahun-tahun telah menjadi misionaris ke Cina. 

Dan ketika kami berada di bagian belakang pulau Hongkong, manusia Allah yang hebat itu berkata kepada saya, “Ini adalah tempat di mana saya telah ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara selama masa Perang Dunia Kedua.”          

Dia berkata, “Ketika saya ditangkap saat serangan pasukan Jepang, datanglah dua orang prajurit Jepang. Dan dan satu orang berdiri di samping saya. Dan yang satunya lagi berdiri di samping yang lain. Dan mereka menemani saya ke dalam penjara.” 

Manusia Allah yang hebat itu berkata lagi kepada saya, “Saya tidak pernah merasakan kehadiran Allah begitu dekat ketika saya berjalan ke dalam penjara itu dan dikawal oleh tentara Jepang.” “Aku akan menyertai engkau,” kataNya, “hingga akhir zaman”: Kehadiran yang hidup dari Tuhan kita yang hidup.

Dan Dia bersama dengan kita di dalam penderitaan dan tragedi serta air mata yang menyelubungi hidup kita. Saya tidak pernah begitu terkesan dari pada oleh kesaksian dari seorang pria yang berkata, “Suatu hari, datanglah seorang bocah tetangga ke depan pintu kami. Dan dia membawa sebuah sepeda yang rusak yang berlumur darah, dan berkata, ‘Ini adalah sepeda anak anda.”’

Sang ayah berkata, “Anakku?” 

Dan bocah tetangga itu berkata, “Ya, ditabrak oleh sebuah mobil. Dan mereka telah membawa dia pergi.”

Sang ayah menghubungi setiap rumah sakit di dalam kota. Dan melihat setiap orang anak di dalam bagian gawat darurat yang mengalami luka. Lalu, dia mulai mengunjungi seluruh rumah sakit, satu demi satu. Akhirnya, dia tiba di salah satu rumah sakit dan bocah itu berada di ruang gawat darurat mengangkat tangannya dan berkata, “Ayah, aku ada di sini.” 

Dan sang ayah bergegas ke pelbet dimana bocah itu berbaring, sekarat dan mengalami luka yang mengerikan.

Dan bocah itu berkata kepada ayahnya, “Ayah, saya telah mempelajari sebuah doa di Sekolah Minggu. Maukah engkau berdoa untukku?”

Dan ayahnya berkata, “Nak, Aku tidak percaya kepada Allah. Aku tidak percaya doa. Aku tidak pernah berdoa. Dan aku bukanlah seorang yang percaya.”

Dan bocah itu berkata, “Tetapi Ayah, saat ini, tolonglah, maukah engkau berlutut dan berdoa?” 

Dia menekuk lututnya dan menundukkan kepalanya. Dan bocah itu memulai, “Ayah, berdoalah sekarang: Bapa kami yang di sorga.” Dan, sang ayah mengulanginya.

“Dikuduskanlah namaMu.” Dan sang ayah mengulanginya.

“Datanglah kerajaanMu.” Dan sang Ayah mengulanginya.

“Jadilah kehendakmu.” Dan sang ayah menolaknya. 

Dan sang bocah berkata, “Ayah, berdoalah. Doakanlah: Jadilah kehendakMu.” Dan ayahnya mengucapkan kalimat itu. Dan saat dia mengucapkannya, tangan bocah itu menjadi lemas dan menimpanya. Dia telah meninggal.

Dan di dalam kesaksiannya, pria itu berkata, “Mujizat dari mujijat, Yesus yang pergi bersama dengan anak saya tetap tinggal di dalam hati saya. Dan dia hidup bersama dengan saya dan tetap bersama dengan saya dalam tahun-tahun ini yang telah berlalu.” Kehadiran dari Kristus yang hidup: Di dalam pencobaan hidup yang hebat ini, Dia berada di sana. 

Saya tidak tahu sebuah kesaksian yang lebih berkesan dalam bagian kehidupan para pengkhotbah yang pernah hidup selain dari pada sebuah kesaksian dari pendahulu saya, George W. Truett, yang telah berkhotbah selama 47 tahun di dalam tugas yang suci ini. Seperti yang anda tahu, salah satu anggota gereja ini adalah sahabatnya, Kapten J.C. Arnold, kepala polisi kota Dallas. Di dalam sebuah perburuan, pendeta dan sahabatnya itu—Dr. Truett secara tidak sengaja menembaknya. Dan pria itu meninggal.

Begitu dalam kedukaan yang dialami pendeta itu, yang telah membunuh sahabat karibnya, sehingga dia memberitahukan kepada istrinya bahwa dia tidak akan berkhotbah lagi. Tetapi minggu itu, di dalam kegelisahan malam demi malam, dia jatuh tertidur. Dan Tuhan Yesus Kristus menampakkan diri kepadanya, dan berkata, “Jangan takut, mulai dari saat ini engkau akan menjadi orangku.” Lalu dia terbangun.

Dia kembali tidur. Dan lagi, dia mendapat penglihatan yang sama dari Tuhan yang hidup: “Jangan takut.” Dia terbangun.

Dan, untuk ketiga kalinya dia kembali tidur, di sana, di hadapannya muncullah kemuliaan kebangkitan Kristus, memanggil dia kembali untuk tugas ini sebagai seorang pengkhotbah dari injil Allah yang hidup.

Yesus hidup, tidak hanya di dalam lembaran-lembaran dari Alkitab yang suci ini, tetapi di dalam pengalaman para pelayan Kristus, yang telah bersujud di hadapan Tuhan kita, yang mencari wajahNya dan akan terus berlangsung sepanjang generasi. Dan juga bagi kita pada hari ini: Sebuah kehadiran yang hidup. 

Tetapi beberapa orang mungkin berkata, “Pendeta, sekarang, Dia mungkin berbicara kepada orang ini dan menampakkan diri kepada orang itu. Dan Dia mungkin dekat dan dikenal oleh orang-orang sebelumnya. Tetapi, Dia tidak berbicara kepada saya. Dia tidak mengetuk pintu hati saya. Dia tidak nyata dan hidup bagi saya.”

Dengarlah sejenak. Dia berbicara kepada anda melalui Kitab ini, Kitab Suci ini.

Kristus dan firmanNya adalah sama identik:

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.

Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.

Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia…..

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Kristus diidentifikasikan dengan firmanNya. Keduanya adalah satu. 

Dan Firman Allah yang Kudus berbicara ke dalam hati anda. Dia memohon kepada anda. Dalam setiap lembarannya, Dia memanggil kita untuk beriman dan bersekutu dengan Dia. Kristus hari ini berbicara melalui Kitab SuciNya.

Dia berbicara kepada kita melalui tubuhNya, jemaatNya. Bahkan puncak menara gereja menunjuk kepada Dia. Dan jendela yang mulia ini mengagungkan namaNya yang mulia.

Dia berkata, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul bersama-sama dalam namaKu, aku berada di tengah-tengahnya.” Yesus berada di sini.

Dan kadang-kadang menempati mimbar ini, saya sangat merasakan kehadiran Kristus yang hidup, sehingga hati saya melimpah dengan air mata dan di dalam ucapan syukur kepada Allah. Tuhan ada di tempat ini. 

Dia berbicara kepada kita melalui undangan. Wahyu 3:20:

Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. 

Dia berbicara di pintu hati anda. Bayangkanlah tentang kehormatan yang luar biasa jika yang berdiri di pintu hati anda adalah seorang raja yang hebat atau seorang perdana nmenteri atau salah satu orang yang terhormat di dunia ini atau seorang malaikat dari sorga. 

Di atas mereka semua, Tuhan kita berdiri. Dia mengetuk pintu hati anda, mencari sebuah pintu untuk masuk ke dalam hidup anda: Kehadiran yang hidup. 

Dia berbicara kepada kita di dalam kebutuhan dan pelayanan yang sangat penting di dalam kehidupan manusia di dunia ini. Tidak ada seorang pun yang hidup bagi dirinya sendiri. Kita adalah bagian di dalam kumpulan dan orang-orang yang membutuhkan kita. mereka membutuhkan anda. 

Salah satu penyair dunia yang luar biasa adalah Edwin Markham yang berasal dari Amerika. di dalam salah satu puisinya yang indah dia menulis tentang seorang tukang sepatu yang sedang mencari Yesus yang akan mengunjunginya. Firman telah datang kepadanya bahwa Tuhan akan menjadi tamu pada hari itu di dalam toko sepatunya. Lalu Edwin Markham menulis:

 

Sementara tukang sepatu merenung, ada yang berlalu di jendelanya

Seorang pengemis basah kuyup oleh hujan yang lebat

Dia memanggilnya masuk, dari jalan yang berbatu

Dan memberikan dia sepatu bagi kakinya yang lembam

Pengemis itu pergi, lalu datanglah seorang wanita tua

Wajahnya terlihat kerut penderitaan,

Seonggok kayu bakar terikat di punggungnya

Dan dia menghabiskan waktu dengan keletihan dan siksa

Dia memberikan wanita tua itu makanannya dan itu meringankan bebannya

Ketika perempuan tua itu meneruskan perjalanannya

Kemudian di depan pintunya datanglah seorang anak kecil

Tersesat dan ketakutan di dalam dunia yang sangat liar

Di dalam kegelapan dunia yang besar. Dia meraih anak kecil itu

Dia memberikan susu dan cawan yang menunggu

Dan menuntunnya pulang ke tangan ibunya

Keluar dari jangkauan alarm dunia

Hari berlalu di langit barat yang merah tua

Dan bersamanya berharap Tamu yang Mulia

Dan Conrad si pembuat sepatu itu—Conrad—mendesah

Ketika dunia berubah kelabu,

 “Mengapa Tuhan,

Kakimu sangat lambat?

Apakah Engkau melupakannya

Melupakan hari ini?

Kemudian datanglah suara dari sorgawi

Dalam keheningan yang lembut

Sebuah suara dia dengar

Angkatlah hatimu

Aku telah memegang perkataanKu

Tiga kali Aku telah datang

Ke dalam pintumu yang bersahabat

Telah tiga kali bayanganKu

Telah berada di lantaimu

Aku adalah pengemis

Dengan kaki yang telanjang

Aku adalah wanita tua

Yang telah engkau berikan makanan

Aku adalah anak kecil

Yang tersesat di jalanan.

 

Melihat Yesus? Mencari wajahNya, anda akan menemukanNya di dalam pamggilan Allah, kebutuhan dunia. Dia menjawab.

Di membuat seruan bagi kita di dalam keresahan yang lapar dan keinginan hati kita.

Betapa pun banyaknya seseorang menghasilkan uang, betapa pun banyaknya  kekayaan yang dia hasilkan, betapa pun kemasyuran atau kesuksesan atau prestasi yang dia hasilkan, semuanya seperti sekam, dibandingkan dengan kerinduan seseorang untuk mengenal Allah.

Ketika Rudyard Kipling, penyair Inggris yang terkemuka, datang ke Amerika, seluruh bangsa membuka tangannya lebar-lebar. Di San Fransisko, dia tiba-tiba sakit parah. Dan di dalam sakitnya itu, di rumah sakit, dia terlihat menggerakkan bibirnya. Dan seorang perawat menundukkan telinganya untuk mendengar apa yang akan diucapkan oleh penyair terkemuka itu. Dan dia terus menguilang dan mengulang kalimat yang sama, “Aku membutuhkan Engkau ya, Allah. Aku membutuhkan Engkau, O Allah.”

Apa yang dapat dilakukan San Fransisko terhadap seorang pria yang hatinya berseru kepada Allah? Apa yang dapat ditawarkan dunia terhadap sebuah jiwa, di mana saja, yang mencari wajah Yesus? Hanya kehadiranNya dan hanya firmanNya yang lembut, hanya sentuhan tanganNya yang penuh kasih, yang dapat mencukupinya. 

Dan bolehkah saya menutup khotbah ini? Dia memanggil Kita. dan kita merasakanNya di dalam jiwa-jiwa kita, berkat yang kita dambakan dan pemeliharaan kita yang membuat kita sebagai mana adanya kita. Di dalam sebuah perkawinan, ketika dua orang menukar sebuah janji yang akan mengikat mereka bersama-sama: “Tuhan, Engkau berkatilah. Engkau hadir. Tolong Tuhan, buatlah itu sebagai sebuah hubungan yang indah.”

Ketika bayi lahir: “O Allah, kami menerima anak yang manis ini dari tanganMu yang penuh kuasa. O Allah, Engkau hadir dan Engkau berkati anak ini untuk bertumbuh di dalam Engkau.”

Dan di dalam bagian kata-kata penghiburan di pemakaman: “Tuhan Allah, betapa kami membutuhkan Engkau.”

Saya telah menjadi pendeta lebih dari 60 tahun. Hal itu mungkin sukar dipercayai seberapa sering saya telah berdiri di bagian kepala sebuah jenazah, dan saya telah melihat dan telah mendengar orang-orang yang memandang ke dalam wajah seseorang yang mereka kasihi, dan menyampaikan kata-kata yang mendatangkan rasa kasih dan pengharapan: “Selamat tinggal Manis. Aku akan menemuimu di pagi hari. O Allah, berkatilah dan peliharalah hingga kami akan bertemu kembali.”  

Allah mahabesar, betapa kami membutuhkan Engkau! Dan betapa kosong dan sia-sianya hidup ini tanpa Engkau. Selain dari pada pengharapan yang kami miliki di dalam Kristus, hidup itu sendiri berakhir di jurang yang gelap dan keputusasaan.

Tetapi di sana ada sebuah Paskah. Di sana ada sebuah kebangkitan. Di sana ada seorang Raja yang akan datang. Di sana ada Tuhan yang hidup. Itulah injil dari pengharapan dan keselamatan.

Yesus sangat dekat. Dia berjalan di samping kita. Dia berbicara dengan kita. Dan Dia menuntun kita di dalam hari-hari yang terus berlalu dan membukakan kita pintu sorga. O, Yesus yang mulia, Tuhan kami yang hidup!

Sekarang bolehkah kita berdoa?

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM