MENYELAMATKAN KELUARGA

(THE SAVING OF THE HOME)

 

Dr. W. A. Criswell

 

04-23-89

 

Yohanes 19:27

 

Selamat datang dalam persekutuan dan kasih yang indah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan sebuah khotbah yang berjudul: Menyelamatkan Keluarga.

Di dalam seri khotbah kita menelusuri Inji Keempat, Injil Yohanes, kita telah berada di pasal 19. Dan khotbah kita terambil dari satu ayat, yaitu ayat 12 dari Yohanes pasal 19. Tuhan kita yang sedang disalibkan berkata kepada rasul yang Dia kasihi, yaitu Rasul Yohanes, “Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Dan khotbah kita akan diambil dari frasa: “menerima dia di dalam rumahnya.”  

Paulus menulis di dalam 1 Korintus bahwa para rasul menikah. Salah satu hal yang paling indah yang dilakukan oleh Tuhan adalah Dia menyembuhkan ibu mertua Petrus, ibu dari istrinya.

Dengan berdiri di dekat salib, Maria berdiri sendirian. Keluarganya tidak ada yang berada di sana. Alkitab secara jelas menyebutkan bahwa saudara-saudara Yesus tidak percaya kepadaNya. Hanya setelah kebangkitanNya dari kematian, Tuhan secara pribadi menampakkan diri kepada Yakobus dan memenangkannya ke dalam iman. Yakobus kemudian menjadi gembala selama hidupnya di gereja Yerusalem.

Tetapi, pada hari ketika Yesus mati, di samping sejumlah wanita yang mengasihi Yesus, dia berdiri sendirian. Dan itulah sebabnya, Juruselamat yang sedang sekarat menyampaikan permohonan ini kepada Yohanes dan ibunya.

Dia berbicara kepada Yohanes dan berkata, “Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.”

Bukankah Tuhan kita seperti itu? Di dalam semua cara, di dalam setiap area, selalu benar di dalam perintah Allah. 

Paulus di dalam Efesus berkata, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini.” Di dalam daftar perintah, yang pertama itu memiliki upah yang menyertainya: “Hormatilah ayah dan ibumu.” Karena itu, Tuhan kita—di atas Salib, yang sedang sekarat bagi dosa-dosa umat manusia—mengingat ibunya yang sedang mengalami duka mendalam.

Ada sebuah lukisan yang terkenal oleh seorang seniman tentang Rasul Yohanes, menuntun Maria menjauh dari Salib. Dan ketika anda melihat lukisan itu, di dalam tangannya dia sedang membawa sesuatu. Apakah itu? Ketika anda melihat dengan lebih dekat, itu adalah mahkota duri yang berasal dari kening Juruselamat. 

Kemudian, hal itu memimpin khotbah pada hari ini tentang keluarga Kristen: Keluarga yang Menyelamatkan. Yang pertama kita akan berbicara tentang peranan Alkitab di dalam rumah tangga. Selama sepuluh tahun pertama di dalam pelayanan pastoral saya, saya masih lajang. Saya belum menikah. Dan saya tinggal di rumah jemaat. 

Dan pada masa-masa itu, beberapa waktu yang lampau, setiap keluarga memiliki sebuah Alkitab keluarga yang besar. Dan Alkitab itu dipamerkan secara jelas di atas sebuah meja yang terdapat di ruang tamu. Dan seringkali, dengan Alkitab itu saya memimpin sebuah kebaktian untuk keluarga. Saya akan membaca dari Alkitab keluarga yang besar itu.

Dan di dalamnya akan tertulis nama-nama dari anak-anak keluarga itu. Dan kemudian, seringkali di dalamnya ada sebuah bunga kering, sebuah kenangan yang berasal dari kuburan dari anggota keluarga itu yang telah meninggal.

Sebuah hal yang indah—sesuatu yang seperti itu sudah jarang terlihat di dalam generasi ini, tetapi pada masa itu sudah biasa—sebuah Alkitab keluarga. Tetapi itu bukan hanya sebuah Alkitab keluarga, tetapi itu adalah sebuah keluarga yang mendasarkan hidup mereka dari Alkitab.

Jika anda melihat Firman Allah untuk membaca sebuah sejarah dari umat manusia, atau untuk melihat masalah sosial atau konsep ekonomi atau agenda—jika anda membacanya untuk alasan seperti itu, maka anda akan kecewa, sebab Alkitab adalah sebuah penjelasan, sebuah catatan dari anugerah Allah yang bekerja dan dihasilkan dari keluarga yang dipilih Allah.  Alkitab adalah sebuah kitab dari keluarga-keluarga. Dan diikuti oleh anugerah yang dibentangkan terhadap ras manusia melalui orang-orang pilihan Allah ini. Dimulai dengan keluarga Adam, kemudian keluarga Set, kemudian keluarga Nuh, kemudian keluarga Sarai dan Abraham, kemudian keluarga Ishak dan Yakub serta Yehuda. Dan kemudian keluarga Boas dan Rut yang merupakan orang Moab, kemudian keluarga Daud. Dan akhirnya anda sampai kepada—saya tidak tahu apakah anda melihatnya atau tidak di dalam Alkitab terjemahan ini—Ayat pertama dari kitab pertama Perjanjian Baru yang dibaca, “Kitab dari”—dan anda memiliki terjemahan—“silsilah dari Yesus Kristus.”

Karena itu, kita akan berusaha untuk mengikutinya dari kata Yunani, yang mana kata itu adalah genea: “kitab dari silsilah Yesus Kristus.” Tetapi, jika anda menerjemahkannya secara tepat—apakah makna dari kata itu—itu adalah “Kitab dari keluarga Yesus Kristus.” Semua keluarga itu yang berada di dalam Kovenan Lama, dan, sekarang kita tiba di Kovenan Baru, dan itu dimulai dengan cara yang sama: Kitab dari keluarga Yesus Kristus.” 

Kemudian kisah Perjanjian Baru dimulai dengan Zakharia dan Elisabet dan anak mereka Yohanes, kemudian kisah dari Yusuf dan Maria dan Anaknya, Tuhan Yesus. Itu adalah sebuah kitab keluarga-keluarga.

Hal itu merefleksikan dasar fondasi keberadaan dari umat manusia, dari peradaban, dan dari budaya. Unit utama yang menyusun stuktur dari semua budaya dan kehidupan adalah keluarga. Dan apa pun stuktur itu, peradaban dam karakter nasional itu, semuanya berdasar atas unit yang mendasar itu: keluarga.  

Jika anda memiliki sebuah keluarga penyembah berhala, anda akan memiliki bangsa penyembah berhala. Jika anda memiliki sebuah keluarga yang kotor, yang bergelimang dengan obat-obatan dan kemabukan serta dosa, maka anda akan memiliki sebuah bangsa yang kotor. Jika anda memiliki sebuah keluarga yang bersifat duniawi di dalam ide dan keinginannya, maka anda akan memiliki bangsa yang memiliki pola pikir keduniawian.

Sebaliknya, jika anda adalah orang Kristen, keluarga yang saleh, anda akan memiliki kekrisntena yang saleh dan bangsa yang saleh. Betapa pun buruknya hal itu atau betapapun hal itu merupakan cerminan kekristenan, semuanya bergantung kepada unit keluarga yang paling dasar.

Orang-orang ini yang berusaha mengubah organisasi dan fondasi kehidupan melihat hal itu sejak awal. Jika anda ingin memiliki konsep sosialis, bangsa komunis, anda harus menghancurkan keluarga terlebih dahulu. Itu adalah tugas pertama anda.

Dan anda akan menyaksikan hal itu sepanjang kisah sejarah. Dimulai dengan Plato dan cara yang dilakukan dalam abad terakhir ini yaitu Karl Marx dengan karyanya Communist Manifesto, tugas pertama mereka adalah menghancurkan rumah, menghancurkan keluarga.

Alasannya sangat jelas. Ketika anda memiliki sebuah rumah, ketika anda memiliki sebuah keluarga, ada sebuah insting alami dari pemimpinnya—secara umum terutama pria—Akan ada sebuah kecendrungan alami dan daya tarik alami bagi dia untuk memelihara keluarganya, yang artinya adalah sebuah keluarga atau sebuah rumah atau sebuah pekerjaan atau suatu cara untuk melayani dan melindungi orang-orang yang dia cintai.

Lalu, seandainya saya memiliki sebuah negara Komunis, anak-anak berada di bawah perwalian negara dan seluruh kekayaan menjadi milik negara. Dan semua unit dari hidup dimiliki oleh pemerintah. 

Karena itu, hal pertama yang dilakukan oleh Komunis atau pemerintah sosialis adalah menghancurkan keluarga. Dan itulah sebabnya mengapa mereka gagal total.

Kegagalan pertama dari Komunis Soviet Rusia adalah keluarga. Dan serat moral utama dari Uni Soviet mulai hancur. Allah melakukan hal itu—bahwa unit dasar dari keberadaan terletak di dalam rumah.

Dan hal itu membimbing saya untuk berbicara tentang Amerika yang kita kasihi ini. Setiap anak sekolah yang diajarakan di dalam kelas tahu bahwa Penakluk Spanyol datang ke Amerika, datang ke wilayah dunia kita ini, khususnya melalui Amerika Tengah dan Selatan. 

Penakluk Spanyol datang untuk mencari emas. Dan mereka merampas peradaban dan kerajaan Inka dan Astek dalam pencarian logam emas itu. 

Anak-anak sekolah yang sama akan tahu bahwa bapa-bapa Pengenbara datang ke pantai Amerika untuk mencari Allah. Ada sekitar seratus orang dari mereka yang mendarat di Plymouth pada tahun 1620. Dan setelah melewati musim dingin dan ketika mereka tiba pada bulan Mei, setengah dari mereka meninggal dunia.

Tetapi lima puluh orang yang tersisa itu membangun koloni Kristen yang pertama. Mereka memiliki 13 rumah di sebuah jalan yang kecil. Dan dari komitmen itu serta dari dedikasi itu datanglah kekuatan dan kehidupan Amerika. Anda dengan mudah dapat mengilustrasikan di dalamnya dalam tahun-tahun sesudahnya: Ide kekristenan itu terletak di dalam kehidupan bangsa kita, pemerintahan kita.

Sebagai contoh—ini adalah sebuah contoh yang diambil dari salah satu presiden Amerika yang terkasih—saya pergi ke monumen Abraham Lincoln di Springfiel, Missouri—Sangat indah dengan tiga koridor lampu dan sarkofagus yang indah yang di atasnya tertulis kata-kata dari Sekertaris Negara Stanton yang disampaikan ketika Abraham Lincoln meninggal dunia, “Sekarang dia menjadi milik zaman.” Dan kemudian, sama seperti anda, sebelumnya saya berdiri di Lincoln Memorial di Washington DC—berdiri di sana dan melihat seluruh ibukota negara dan melihat patung yang heroik dari Abraham Lincoln.

Kemudian, saya kembali ke hari-hari ketika saya pergi ke gereja pedesaan saya yang kecil di Kentucky. Dan setiap minggu, saya melewati Hodgenville—sebuah monument yang indah di Hodgenville, Kentucky yang dibangun di atas sebuah pondok kabin yang kecil. Dan di dalam kabin itu, ada sebuah keluarga Baptis: Tom dan Mary Hanks Lincoln—Nancy Hanks Lincoln, Tom dan Nancy Hanks Lincoln.

Dan di dalam keluarga kecil dari Tom dan Nancy hanks, seorang anak lahir dan mereka memberinya nama Abraham. Seperti yang anda tahu, Nancy Hanks, ibunya meninggal ketika anak itu masih kecil. Dan dia membantu ayahnya menebang kayu dan membuat peti mati dan memakamkan ibunya.

Tetapi di bagian dalam monument itu, ada sebuah kalimat yang terkenal, sebuah kutipan dari Abraham Lincoln: “Semua yang ada padaku dan segala sesuatu yang aku harapkan dan menjadi kenyataan, Aku berhutang kepada ibuku.” Ibunya mengajarkan dia tentang Firman Allah.

Dan di dalam kehidupan negarawan Abraham Lincoln, selalu saja ada dasar dari Firman Allah dan iman Kristen. Inilah Amerika, didirikan atas Firman Allah dan anugerah Yesus Tuhan kita.

Apakah anda mengingat puisi yang terkenal dari Lord Byron? 

 

Ketika Coliseum berdiri

Roma akan tetap berdiri

Ketika Coliselum runtuh

Roma akan runtuh.

Dapatkah aku menyamakannya?

Ketika keluarga Kristen berdiri

Amerika akan tetap berdiri,

Ketika keluarga Kristen runtuh,

Amerika akan runtuh.

Dan ketika Amerika runtuh,

Dunia ikut di dalamnya.

 

Di dalam kota Dallas ini, pada masa ini, ada seorang penyair yang bernama Grace Noll Crowell. Dan ini adalah salah satu puisinya: 

 

Selama di sana ada rumah-rumah

Tempat manusia berpaling

Di penghujung hari.

Selama di sana ada rumah-rumah

Di mana anak-anak

Dan wanita tinggal.

Melewati malam yang menyelubungi negeri

Dan bangsa-bangsa meraba-raba.

Dengan Allah sendiri

Kembali ke rumah kecil itu

Kita masih memiliki harapan.

 

Perpecahan yang terjadi di dalam  budaya Amerika dan masyarakat Amerika, salah satunya diakibatkan oleh peningkatan pemakai obat-obat terlarang, pencandu alkohol dan ketidaksalehan—pada masa yang tragis ini, Amerika harus berpaling, pengharapan kita terletak di dalam iman Kristen ayah dan ibu yang akan membawa anak-anaknya ke gereja dan mendidik mereka di dalam kasih dan pengetahuan Allah. O, Allah semoga ada sebuah gerakan pertobatan yang besar di antara masyarakat kita!

Dan hal itu menuntun saya kepada penilaian yang terakhir—Rumah orang Kristen, Keluarga Kristen. 

Ada banyak orang dari anda yang saya tahu telah beribadah kepada Tuhan di Katedral Saint Paul di London. Di tengah-tengah dari bangunan yang luar biasa itu, sebagai penghormatan terhadap Kristus, ada sebuah lukisan yang sangat terkenal, yang berjudul “Yesus, Terang Dunia.” Dan itu adalah sebuah gambaran dari Tuhan kita yang sedang berdiri di luar dan mengetuk pintu. 

Ada seorang gadis kecil, bersama dengan ibunya berada di sana dan sedang melihat lukisan itu. Dan ketika dia memandangnya, anak itu berkata, “Ibu, apakah mereka pernah membukakan pintu? Apakah mereka pernah mengundang Dia masuk?”

Seperti yang anda tahu, di sana tidak ada tombol pintu. Tidak ada gerendel pintu di bagian luar. Tombol pintu, gerendel pintu berada di dalam. Kita harus membuka pintu dan mengundang Juruselamat masuk ke dalamnya.

Dan gadis kecil itu bertanya, “Ibu, apakah Jususelamat akan pernah masuk ke dalam? Bagaimana saya dapat berdoa bahwa jawaban terhadap pertanyaan itu di dalam setiap keluarga adalah, “Ya, dia disambut dan diundang menjadi tamu di dalam rumah kita dan keluarga kita.”

Betapa besar perbedaan yang dapat dibuat seandainya Yesus berada di dalam rumah. Tidak akan ada yang dapat mengubah warna dan takdir hidup selain dari pada undangan yang sederhana itu: “Tuhan Yesus, Selamat datang. Masuklah ke dalam. Masuklah ke dalam.”

Saya ingin mengambil sedikit tambahan, di dalam sebuah kisah dari Tuhan kita yang ada di dalam Perjanjian Baru. Simon orang Farisi mengundang Yesus ke rumahanya. Dan seperti yang anda tahu, ketika mereka duduk untuk makan pada hari itu, mereka bersadar pada tangan kiri mereka dan makan dengan tangan mereka, sementara kaki mereka di rentangkan keluar dari meja.

Lalu, ketika Yesus menjadi seorang tamu di rumah Simon ini, orang Farisi ini, datanglah seorang perempuan yang berdosa. Dia adalah seorang pelacur. Dia adalah seorang perempuan sundal. 

Datanglah seorang perempuan yang berdosa. Dan dia mulai mengurapi kakiNya dan menciumnya serta mengeringkannya dengan rambutnya.

Simon, orang Farisi melihat hal itu. Dan dia berkata, “Kamu tahu, seandainya Orang ini adalah seorang nabi, Dia akan tahu bahwa wanita itu adalah seorang pelacur dan Dia tidak akan membiarkan wanita itu menyentuhNya.”

Anda tahu, itu adalah sifat dunia. Dan tentu saja kisahnya adalah seperti ini: Tuhan kita adalah sahabat pemungut cukai dan perempuan sundal serta orang-orang berdosa. Itu adalah isi dari kisah itu.

Tetapi, saya ingin menunjukkan sampingan kecil yang lain di dalam kisah itu. Disebutkan di sana—hanya secara insidental—secara tidak sengaja, di dalam penyampaian kisah itu—dikatakan bahwa ketika perempauan yang berdosa itu datang dan mengurapi kakiNya, dia memecahkan sebuah buli-buli pualam, sehinga ruangan itu berbau harum. 

Saya ingin membuat pengakuan bahwa di mana pun Tuhan berada, rumah itu akan dipenuhi dengan parfum. Akan dipenuhi oleh bau yang harum dari kehadiranNya. Jika Yesus berada di sini, anda akan merasakannya. Anda dapat memberitahukannya.

Rumah dipenuhi dengan parfum, dengan bau yang harum. Di mana pun Dia berada—di rumah anda, di setiap ruangan kelas, di setiap tempat doa—di mana pun Yesus ada, letakkanlah, akan ada hal yang manis dan kemuliaan dan hidup serta kehadiran Allah di tempat itu, seandainya Yesus berada di sana.

O Allah, betapa sebuah hal yang indah untuk mengundang Dia masuk ke dalam rumah kita dan keluarga kita! Selalu saja, Dia membawa beserta dengan Dia sebuah berkat yang luar biasa.

Ketika Dia pergi untuk makan bersama dengan Zakheus, seorang yang dibenci dan dihina—pemungut cukai yang tidak disukai—dia adalah seorang cebol, tetapi di hadapan Tuhan kita, dia berdiri dengan tinggi sepuluh kaki. Berkat datang ke rumah itu!

Ketika Yesus berada di Bethani di dalam rumah Maria dan Martha dan Lazarus, ketika kematian datang, Yesus adalah kebangkitan dan hidup. 

Tidakkah anda tahu bahwa para pengkritik literal berkata bahwa kisah yang paling indah di dalam bahasa manusia adalah Lukas pasal yang terakhir? Mereka tidak melihat atas hal itu secara religius, tetapi secara estetika literatur—kisah yang paling indah di dalam dunia adalah Lukas pasal dua puluh empat: dua orang murid yang sedang berjalan ke Emaus, berbicara satu sama lain dalam kesedihan, hati yang patah, karena Tuhan telah disalibkan.

Dan Tuhan, yang telah bangkit, mulai berjalan di samping mereka—tiba-tiba saja Dia berada di sana. Dan ketika mereka berhenti ke dalam sebuah rumah di Emaus, Yesus yang mereka pikir sebagai orang asing itu akan terus berlalu. Dan mereka mengundang Dia, memaksa Dia untuk masuk ke dalam.

Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia. Yesus memiliki sebuah cara tertentu dalam mengucap syukur kepada Allah atas makanan, yang berbeda dengan orang lain, Dan Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.

Dan apakah anda mengingat ayat yang berikutnya?

Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"

Anda akan selalu menemukan hal seperti itu, di dalam hati anda di dalam rumah anda, di dalam keluarga anda: ketika Yesus berada di sana, hati aanda akan berkobar-kobar. Berkat yang Dia bawa sangat manis dan mulia. Parfum, bau yang harum memenuhi rumah.

Seandainya saya bisa, sebaliknya, berbicara tentang hal ini hanya sekali. Betapa sebuah tragedi di dalam rumah: meninggalkan Allah di luar dan meninggalkan Kristus di luar.

Ada seorang remaja yang berada di pengadilan, dan hakim berkata, “Berdirilah untuk menerima hukuman.” Dan orang muda itu berdiri di hadapan hakim.

Dan hakim berkata kepadanya, “Anak muda, saya mengenal ayahmu. Saya menghormati ayahmu. Dia adalah seorang yang hebat. Dia adalah otoritas utama dari properti hukum.”

Dan tangannya menunjuk kepada sebuah seri volume buku dan berkata, “Ayahmu adalah penulis dari buku-buku ini. Dan nak, engkau telah membawa rasa malu dan aib bagi nama ayahmu yang terkenal.”

Dan pemuda itu menjawab, “Ya, tuan, yang mulia.”

Kemudian hakim melihat dia dan berkata, “Nak, mengapa engkau tidak seperti ayahmu?”

Dan bocah itu menjawab, “Yang mulia, saya tidak pernah mengetahui seperti apakah dia.” 

Dan hakim berkata, “Apa maksudmu, engkau tidak pernah tahu seperti apakah ayahmu?”

Dan bocah itu menjawab, “Saya tidak pernah mengenal ayah saya. Ketika saya akan pergi dan berkata, ‘Ayah, maukah engkau bermain denganku atau berjalan denganku atau maukah engkau menolongku?’ Ayah saya akan menjawab, ‘Nak, aku tidak bisa. Aku terlalu sibuk. Aku sedang menulis volume buku ini.’ Dan, saya tidak pernah mengenal seperti apakah ayah saya.”

Itu adalah kisah terjauh yang pernah saya baca dalam hidup saya. Tetapi saya ingin menyampaikan sesuatu. Saya akan berani mempertaruhkan hidup saya bahwa ketika hakim menghukum anak muda itu, dia melakukannya dengan hati yang berat—sebuah hati yang sangat berat.

Apapun yang mungkin terjadi dalam hidup kita, dan betapa pun pentingnya hari-hari kita, Allah maha besar, itu bukanlah tugas kita yang pertama, panggilan dari sorga adalah untuk membawa keluarga kita ke gereja, untuk mendidik anak-anak kita di dalam kasih Tuhan, untuk mengambil waktu bagi mereka bersama dengan Allah? Betapa merupakan sebuah hari yang baru dan sebuah bangsa yang baru dan orang yang baru, seandainya semua anggota keluarga kita menjadi lingkaran kasih dan anugerah dari Tuhan kita Yesus yang mulia. 

Dan itu adalah doa kami serta seruan kami bagi anda.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM