SALIB DAN MAHKOTA
(THE CROSS AND THE CROWN)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 19:20
02-26-89
Ini adalah Gereja First Baptist Dallas dan saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Salib dan Mahkota. Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Keempat, Injil Yohanes, kita telah berada di pasal 19. Dan kita sedang berbicara tentang minggu suci dan kemuliaan Juruselamat kita.
Bacaan kita diambil dari Yohanes 19:17 hingga 22:
Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.
Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.
Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "YESUS NAZARET, RAJA ORANG YAHUDI. "
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.
Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."
Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."
Di dalam beberapa bentuk—di dalam satu bentuk atau bentuk yang lainnya—salib, sepanjang zaman, secara universal telah menjadi sebuah simbol di dalam kehidupan ras manusia. Salib ditemukan dalam kuburan, gua, sarang, koin dan permata. Itu adalah sebuah tanda penyangkalan. Bentuknya membawa ke dalam pikiran tentang konflik dan konfrontasi.
Di dalam basis kehidupan manusia, ada penderitaan, pengorbanan, rasa sakit dan kedukaan. Dan kemudian Yesus mengambil simbol penderitaan, penyangkalan, rasa sakit dan pengorbanan itu; dan membuatnya menjadi sebuah simbol kemenangan dan kemuliaan. Bahkan Paulus dapat menulis dalam Galatia pasal enam: “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus.”
Ras manusia yang sama, sejak semula, di setiap zaman dan secara universal, telah sadar akan berat dan beban dosa itu. Seperti jeritan Ayub: “Aku telah berdosa; apa yang harus aku lakukan?” Dan jawabannya, dalam setiap zaman dan bersifat universal selalu sama. Jawabannya telah tertulis di dalam darah, dan korban serta dalam kematian.
Para malaikat di sorga memandang ke bawah dari langit Allah. Dan ketika Yang Mahatinggi bintang-bintang di dalam kegelapan alam semesta, mereka melihat ke dalam dunia yang lelah ini dan melihat sebuah jawaban atas misteri yang tidak dapat dimasuki dari pencurahan darah. Habel, Nuh, Abraham, Ishak: Pencurahannya tidak pernah berhenti. Tuhan Allah di sorga melanjutkan persembahan itu dan korban itu dari benang merah yang dipasang itu.
Akhirnya, ada manusia yang ditetapkan yang bertujuan untuk mencurahkan darah itu di hadapan Allah. Keimamatan Harun dan Lewi berdiri di altar Yang Mahatinggi, membuat korban dan penebusan atas dosa.
Jumlah korban yang dipersembahkan Daud dalam sehari berjumlah ribuan, dan oleh Salomo berjumlah puluhan ribu. Hizkia mempersembahkan kepada Allah di dalam korban itu, minyak yang seperti sungai. Dan Hizkia menaikkan dupa dan permohonan di hadapan Allah. Dan setelah pembuangan, korban itu berlanjut. Darah dicurahkan di dalam penebusan bagi dosa umat.
Kemudian berdasarkan firman Allah, Dia datang—Penguasa Sorga, Allah yang mulia—dan Dia datang, pola dasar dari semua figure awal korban-korban itu. Dia datang dan meletakkan sebuah perhentian kepada semua garis keimaman dan seluruh korban dunia. Dia sendiri dalam imam tertinggi dan tidak mengenakan sebuah jubah dari linen efod, tetapi di dalam dagingNya sendiri. Dia telah mempersembahkan diriNya sendiri dan bukan kambing jantan atau lembu jantan.
Dia membawa altar salib, yang tidak terbuat dari batu. Dan Dia mempersembahkan darahNya sendiri dalam tabir sorgawi, bukan dalam sebuah tabir yang dibuat oleh tangan manusia. Dia, Allah Anak merupakan korban Allah bagi jiwa kita.
Berdasarkan kitab suci, Dia lahir ke dalam dunia yang malang ini, “Seseorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan.” Dia telah diserahkan kepada orang-orang yang membenciNya. Dia dikenakan jubah di dalam penghinaan dan jubahNya ditanggalkan di dalam kehinaan. Mereka memahkotainya dengan duri. Mereka meninjunya dan memukulNya. Mereka mengikatkan ke dalam sebuah tiang dan mencambukNya dengan cambuk Roma. Tangan dari orang yang galak memakukanNya ke atas sebuah kayu. Allah sendiri memalingkan wajahNya dan matahari menolak untuk melihatNya. Dan Dia mati untuk dosa-dosa seluruh dunia.
Di sana anda memiliki sebuah gambaran dari realitas kejahatan dan pemberontakan dan kesalahan serta dosa. Dosa tidak hanya akan menghancurkan manusia, tetapi dosa juga membunuh Allah sendiri. Dimanakah anda akan menemukan gambaran yang paling hitam dari dosa? Akankah anda menemukannya dalam keluarga, dan hati serta pengharapan yang hancur? Dimanakah anda akan menemukan gambaran yang paling hitam dari dosa? Apakah anda akan menemukannya di dalam rasa sakit dari tubuh yang hancur dengan penyakit kelamin? Dimanakah gambaran yang paling hitam dari dosa? Akankah anda akan menemukannya dalam sebuah rumah pelacuran di mana kesucian dan kebajikan dihancurkan selamanya? Akankah anda menemukannya di dalam pasar di mana emas adalah allah dan manusia menjual jiwa mereka demi perak? Akankah anda menemukannya di dunia bawah dalam kehidupan manusia yang tidak lebih suci dari pada seekor anjing kurap? Tidak. Gambaran yang paling hitam dari dosa terlihat di dalam hari penyaliban, ketika setan dan dosa menyalibkan Anak Allah.”
Dan kemudian, di dalam pemeliharaan kasih dan belas kasihan serta kasih karunia Allah, itu adalah demonstrasi terbesar dari pencurahan kasihNya terhadap kita—ketika dosa melakukan keburukannya, Allah melakukan yang terbaik. Di sanalah bertemu puncak seluruh sejarah: kasih Allah dan dosa dari setan di dalam peperangan yang mematikan dan –kasih seseorang—membebaskan kita di dalam kemenangan dari kematian dan penghukuman serta maut. Dan di sana kita menemukan kesetiaan Tuhan kita.
Semua orang-orang kudus Perjanjian Lama berada di dalam sorga, dalam kepercayaan, memandang hari ketika Kristus akan membayar hukuman atas dosa-dosa mereka. Mereka berada di sana di atas janji. Apakah anda mengingat pembacaan Alkitab tentang transfigurasi Tuhan kita di atas gunung dan di tempat itu hadir Musa dan Elia yang sedang berbicara dengan Dia? Hal apakah yang mereka bicarakan dengan Dia? Tentang kematianNya!
Dan saya dapat membayangkan dengan baik bahwa Musa—yang mewakili hukum dan Elia yang mewakili nabi-nabi dan kedua orang itu adalah orang-orang kudus Perjanjian Lama—Saya dapat membayangkan dengan baik tentang pembicaraan mereka dengan Tuhan Yesus dan berkata:
Tuhan Yesus, alasan kami berada di sorga adalah karena janjiMu untuk membayar hukuman dan hutang dosa kami. Dan jika Engkau tidak mati bagi kami dan tidak membayar hukuman itu, kami akan dikeluarkan dari hadirat Allah dan menderita karena dosa kami sampai selama-lamanya. Tuhan Yesus, kami bergantung kepadaMu—hidup kami di dalam sorga adalah sebuah karunia dari Engkau.
Saudara yang terkasih! Bagaimana kalau Dia gagal? Fondasi dari kota itu akan terlepas. Kota itu sendiri akan runtuh. Surga akan tercerai berai dan hancur. Kematian penebusan Tuhan kita membuka pintu bagi mereka. Dia memegang seluruh tawanan dan melepaskannya. Dan apa yang telah Dia lakukan bagi orang-orang kudus Perjanjian Lama, telah Dia lakukan bagi kita. Dia telah mati bagi dosa-dosa kita berdasarkan Kitab Suci.
Kemudian sebuah hal yang luar biasa: Rasul paulus menjelaskannya dalam Kitab Filipi ayat 6 hingga 11 seperti ini:
Yesus Kristus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
Dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Mahkota: Dia kembali ke surga dengan tropy dari anugerah dan kasihNya. Dan setan serta dosa diikat kepada kereta perangNya. Gambaran dramatik dari hal itu terdapat di dalam Wahyu 19:
Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil.
Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota….
Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah…dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis suatu nama yaitu: “RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN.
Dia yang berada di atas takhtaNya telah mengalahkan dosa; dan telah mengalahkan maut; dan telah mengalahkan kematian—dan sekarang, Dia adalah Tuhan atas semua yang hidup dan Raja bagi orang-orang kudusNya.
Oh, Allah, betapa sebuah kemenangan! Ketika Setan bertempur dengan para malaikat Allah di sorga, sepertiga dari mereka dibuang. Ketika Setan berkonfrontasi dengan orang tua kita yang pertama, mereka jatuh memalukan dan mati. Sejak saat itu Setan memiliki konfrontasi dengan umat manusia. Dan seluruh tempat di planet ini tidak lebih dari sebuah tempat pemakaman yang luas untuk menguburkan orang-orang yang kita kasihi.
Tetapi ketika setan berkonfrontasi dengan Tuhan—Yesus Tuhan kita—itu sama dengan melakukan pertempuran dengan cahaya kilat, itu sama seperti sebuah usaha untuk menahan halilitar di tanganNya; itu sama seperti menghardik gelombang besar dan pasang laut; itu sama seperti menghentikan badai. Dia gagal dan dikalahkan dengan memalukan dan terhina. Dan kemenangan berada di dalam tangan Tuhan dan Juruselamat kita.
Setan memegang kunci kehidupan dan kematian dan maut sampai dia bertemu Kristus. Dan sekarang berdasarkan Wahyu pasal pertama, kunci itu sekarang berada di genggaman Tuhan kita. Apakah anda mengingat bagian yang luar biasa itu: “Aku adalah Alpha dan Omega, Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang hidup. Aku telah mati namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”
Dia adalah kemenangan dan kejayaan. Dan kemenangan Tuhan kita itu telah sempurna dan bersifat kekal sampai selama-lamanya. “Tetelestai. Tetelestai” Dia berseru (“Sudah selesai”) Tetelestai. Di dalam Alkitab versi bahwa Yunani kata tetelestai digunakan sebanyak tiga kali: Yang pertama, saat penciptaan dunia. Tetelestai—telah selesai, sudah sempurna. Tidak ada lagi tindakan penciptaan dari Allah—segala sesuatu itu adalah kekal. “Sudah selesai.” Yang kedua di gunakan pada akhir ciptaan. Di dalam Wahyu 21:6: Tetelestai—Sudah dilakukan. Tujuan Allah di dalam seluruh hidup dan kehidupan sudah selesai. Dan yang ketiga kali di gunakan di sini, di tengah-tengah Alkitab, ketika Kristus menundukkan kepalaNya dan berseru: “Sudah selesai (tetelestai).”
Ketika Yosua—kitab Yosua—ditutup, di situ dikatakan: “Dan masih banyak tanah itu yang masih harus ditaklukkan.” Belum selesai! Ketika Daud berusaha untuk membangun Bait Allah, ketika dia mulia—dia meninggal. Hal itu belum selesai!
Anda ingat ketika Raphael mati muda? Dia sedang melukis transfigurasi. Di upacara pemakaman Raphael, sepanjang jalan Roma, ada dua orang pria yang membawa lukisan yang belum selesai itu di depan peti jenazahnya—transfigurasi. Franz Schubert meninggal ketika masih sangat muda—dan meninggalkan simponi yang belum selesai. Rudyard Kipling meninggal ketika sedang menulis sebuah cerita, meninggalkannya kepada kita dalam kebimbangan selamanya.
Tidak demikian dengan karya Tuhan kita. Tetelestai—Sudah selesai—sempurna. Setan telah kalah! Maut telah ditaklukkan! Dan kita dibebaskan! Di atas kepalaNya ada begitu banyak mahkota.
Saya membayangkan hal itu di dalam kehidupan Tuhan kita: “Di atas kepalaNya ada banyak mahkota.” Saya membayangkan kepala Tuhan kita, ketika masih seorang bayi, Dia meletakkan kepalaNya di pangkuan ibuNya yang sederhana. KepalaNya—saya membayangkan kepalaNya saat dia menundukkan kepalaNya di dalam ketaatan di toko tukang kayu. Saya membayangkanNya, kepalaNya yang memiliki sebuah kolam air mata—Yesus menangis. Saya membayangkan Dia di Getsemani ketika pakaianNya basah dan tetesan darahNya jatuh ke tanah. Saya memikirkan kepalaNya yang ditinju. Dan mereka menarik janggutNya. Saya membayangkan kepalaNya yang memakai mahkota duri, menunduk di dalam kematian dan dibaringkan di kuburan.
Dan sekarang, bintang-bintang memahkotai kepalaNya. Dia memakai mahkota anugerah; di bawah takhtaNya mengalir sungai kasih karunia yang mengalir bagi umatNya. Dia mengenakan mahkota pujian; siang malam tanpa akhir, kerubim dan serafim dan orang-orang kudus membesarkan keagunganNya. Dan Dia memakai mahkota kemuliaan: orang-orang kudus ini dan para malaikat ini bercahaya karena mereka merefleksikan sinar kemuliaanNya.
Dia adalah cahaya dari kota Allah. Mahkota Tuhan kita: dan di atas semua, bolehkah saya membaca dari Wahyu Allah yang kudus, yang bagi saya merupakan Wahyu yang paling dramatis yang dapat dibayangkan oleh pikiran—dan kita akan berada di sana pada suatu hari. Di sini disebutkan di dalam Wahyu 4:
Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua (Dua puluh empat tua-tua: Dua belas orang mewakili orang kudus Perjanjian Lama dan Dua belas mewakili orang kudus Perjanjian Baru), yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka…(sekarang ayat yang kesepuluh)
…..Maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.
Mereka melemparkan mahkota mereka di bawah kaki Juruselamat kita yang mulia. Di dalam momen yang dramatis itu, bapa-bapa leluhur dan nabi-nabi Perjanjian Lama datang ke hadapan Tuhan kita dan melemparkan mahkota mereka di kakiNya yang mulia. Dan rasul-rasul, dan para pengkhotbah serta orang-orang kudus Perjanjian Baru melemparkan mahkota mereka di bawah kakiNya dan berkata: “Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa sampai selama-lamanya.”
Dan saya membayangkan penderitaan yang besar dari anak-anak Allah yang kudus—Ayub dan orang-orang martir yang berasal dari siksaan dan dari tiang api, dan dari api dan dari cemoohan dan dari penjara yang gelap—melemparkan mahkota mereka di bawah kakiNya yang mulia: “Itu adalah karena kasihMu dan darahMu serta anugerahMu sehingga kami dapat mengatasinya.”
Dan saya dapat membayangkan para pemenang jiwa, datang dan melemparkan mahkota mereka di bawah kaki Tuhan kita: “Kami bukan Juruselamat—engkaulah yang menjadi Juruselamat. Kami hanya utusan saksi. Mahkota ini adalah milikMu. O Allah, O, Kristus Tuhan.”
Dan saya dapat melihat sekumpulan orang banyak yang datang dengan tidak terhitung jumlahnya roh-roh. Dan saya melihat mereka datang di hadapan Tuhan kita di hari yang mulia itu. Dan saya berkata: “Siapakah orang yang memiliki cahaya yang gilang gemilang ini, yang penuh kemuliaan? Siapakah mereka ini?”
Dan salah satu pemimpin mereka menjawab—“Mereka ini adalah bayi-bayi; mereka adalah anak-anak kecil yang diangkat ke sorga dari dada ibu-ibu mereka. Dan mereka dapat berada di dalam kemuliaan karena darahNya telah membasuh mereka dari dosa asal.”
Dan mereka datang, kumpulan yang banyak ini dari segala bangsa, suku dan keluarga yang berada di bawah matahari, dan melemparkan mahkota mereka di bawah kakiNya yang mulia: “Engkau telah menyelamatkan kami dan membasuh kami dari dosa asal di dalam darahMu sendiri dan membuka pintu sorga bagi kami.”
Dan saya melihat sekumpulan orang lainnya, rombongan yang tidak terhitung jumlahnya. Dan ketika saya melihatnya, mereka kebalikan dari anak-anak kecil ini. Mereka adalah orang-orang tua, rambut kepalanya berwarna abu-abu, para pelihat yang dihormati dalam ras kita. Selama tahun-tahun hidup mereka, mereka menghadapi dakwaan, dan kesulitan dan kekacauan serta penderitaan. Dan di usia tua mereka, mereka datang ke hadapan Tuhan kita dan meletakkan mahkota mereka di bawah kaki Yesus: “Hal itu berada di dalam kekuatanMu dan di dalam kasihMu dan perhatianMu yang penuh kemurahan sehingga kami dapat mengatasinya.”
Dan saya dapat melihat musuh utama Allah yang telah diselamatkan dengan luar biasa dan mulia—seperti Saulus dari Tarsus, seperti Rahab sang pelacur, seperti Petrus yang menyesal—menunduk di bawah kaki Yesus dan meletakkan mahkota mereka di hadapanNya.
Dan yang terakhir dari semua, saya melihat anda yang telah menemukan perlindungan dan pengharapan di dalam Yesus Kristus, Juruselamat kita. Saya melihat anda. Dan saya ingin berada di bilangan anda. Datang di hari yang besar itu, meletakkan mahkota kita di kaki Juruselamat kita.
Oh, betapa luar biasa dapat menyanyikan lagu pujian dan keagungan! “Biarlah setiap keluarga, setiap suku bangsa di atas pusat daratan ini, bagi Dia semua keagungan ditujukan, dan memahkotaiNya sebagi Tuhan atas semua.”
Biarlah saya meringkaskannya jika saya boleh memiliki sedikit lagi waktu, kalimat yang terakhir ini: tidak ada salib—tidak ada mahkota: Jika saya mencari dan berharap untuk sebuah mahkota di sorga, yang pertama adalah salib.
Haruskah aku membawanya ke angkasa
Di atas ranjang yang bertabur bunga dari kesenangan
Sementara yang lain berjuang untuk memenangkan hadiah
Dan berlayar melalui lautan darah?
Ketika Yakobus dan Yohanes datang kepada Tuhan dan berkata: “Berikanlah jaminan kepada kami sehingga kami dapat duduk kelak di dalam kerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang sekarang lagi disebelah kiriMu.”
Tuhan berkata, “Dapatkah kamu dibaptis dengan baptisan yang Aku terima? Dan dapatkah kamu meminum cawan yang Aku minum? Yang pertama adalah salib kemudian mahkota—tidak seorang pun bayi yang dilahirkan di dunia ini tanpa terlebih dahulu mengalami perjuangan, rasa sakit dan air mata—salib, kemudian mahkota.
Penyamun yang sekarat itu bersama dengan Tuhan kita: “Semeron (hari ini) engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus.” Tetapi dia terlebih dahulu mengalami tulangnya yang dipatahkan—Salib Dan Mahkota. Dan sorga adalah sebuah tempat di mana air mata kita akan dihapus. “Dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan lagi ada perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu akan berlalu.”
Dan apa yang akan terjadi apabila saya tidak pernah menangis? Apa yang akan terjadi jika saya tidak pernah mati? Apa yang akan terjadi apabila saya tidak pernah menderita? Apa yang akan terjadi apabila saya tidak pernah mengalami rasa sakit dan kekecewaan di dunia ini? Yang pertama, “Salib”—dan kemudian, “Mahkota.”
Apakah anda pernah membaca ini?
Hidup adalah sebuah beban; pikullah;
Hidup adalah sebuah tugas; beranilah;
Hidup adalah sebuah mahkota duri; kenakanlah,
Sekalipun itu menghancurkan hatimu dalam kesakitan;
Sekalipun beban meremukkanmu hingga jatuh’
Tutuplah bibirmu, dan sembunyikan rasa sakitmu,
Yang pertama adalah Salib, dan kemudian Mahkota.
Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita—dan itu adalah seruan kita.
Alih basaha: Wisma Pandia, ThM