BAYANGAN SALIB

(THE SHADOW OF THE CROSS)

 

Dr. W. A. Criswell

Yohanes 18:11

01-08-89

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua. Anda sekarang menjadi sebuah bagian dari Gereja Baptist Dallas. Khotbah hari ini berjudul Bayangan Salib, khotbah yang didasarkan melalui Injil Keempat, Injil Yohanes. Minggu yang lalu kita telah menyelesaikan penjelasan dari Doa Imam Besar, di dalam pasal tujuh belas. Sekarang kita berada di pasal delapan belas, kita sedang masuk ke dalam hari terakhir Tuhan kita, dan di dalam ayat sebelas dari pasal delapan belas ini—ketika musuh dari Tuhan kita berusaha mengepung Dia untuk menangkap Dia serta menghukum mati Dia. Simon Petrus berusaha untuk mempertahankan diri dan menarik pedangnya. Tetapi Yesus berkata kepada Petrus, “Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?” Dan hal itu memimpin saya untuk berbicara tentang bayangan itu—cawan, bayangan dari salib yang Yesus hidup di dalam seluruh pelayananNya—baik di sorga maupun di bumi.

Saya yakin bahwa anda telah melihat salah satu  lukisan yang paling indah di dalam kekristenan. Itu adalah sebuah lukisan dari Tuhan kita ketika Dia masih muda, ketika Dia berusia sekitar delapan belas atau sembilan belas tahun. Dan Dia berdiri di sebuah toko tukang kayu di Nazareth. Dia sedang memegang sebuah tiang kayu di dalam tanganNya, dan dari sinar cahaya yang masuk ke dalam toko itu ada sebuah bayangan di atas dinding di sampingNya dan itu adalah bayangan salib. Mereka berkata bahwa Yesus membuat kuk. Dan kukNya mudah untuk dipikul. Tetapi ketika sedang bekerja di toko itu dan memegang kayu itu, bayangan salib jatuh ke atas dinding di sampingNya. Dan di bawah bayangan itu, saya katakan, seluruh pelayananNya, baik di dalam kekekalan sebelumnya atau kekekalan sesudahnya—di dalam bayangan salib itu, Yesus tinggal di sepanjang hidupNya.  

Di dalam sorga, Kitab Wahyu pasal tiga belas berkata : “Dia adalah Anak Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan” (Wahyu 13:8). Di dalam Kitab Ibrani pasal sepuluh, penulis berkata tentang Tuhan kita, “Karena ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: ‘Korban dan persembahan tidak engkau kehendaki—tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiKu…Lalu Aku berkata: Sungguh Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku untuk melakukan kehendakMu ya AllahKu.”’ Di dalam sorga, sebelum bumi ditempatkan di angkasa, Dia adalah Anak Domba Allah, yang telah ditetapkan untuk menghapus dosa dunia. Semua korban yang dipersembahkan di dalam planet ini merupakan lambang dan tipe dari Dia. Dia adalah tipe yang agung dari seluruh sistem pengorbanan.  

Sekalipun itu adalah anak domba yang dipersembahkan kepada Allah oleh Habel. Sekalipun itu adalah seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut dalam belukar yang dipersembahkan oleh Abraham sebagai pengganti Ishak; atau sekalipun itu adalah sistem pengorbanan dari hukum Musa, setiap korban yang dipersembahkan adalah sebuah pra-pertunjukan, sebuah kesungguhan, sebuah pertanda, sebuah tipe, sebuah gambaran dari penebusan dosa kita di dalam anugerah Yesus yang menebus, Tuhan kita, bayangan dari salib.  Dan tema utama dari nubuatan adalah pengorbanan dari Juruselamat kita. “Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5)—Bayangan Salib.

Sebelum Dia dilahirkan, di dalam Matius pasal pertama, seorang malaikat yang berasal dari sorga berkata kepada pasangan yang kudus itu, “Engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa” (Matius 1:21). “Dan tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan” (Ibrani 9:22). Di bawah bayangan salib. Dan di dalam Injil Lukas pasal kedua, ketika mereka membawa Anak itu untuk didedikasikan kepada Allah di Bait Allah. Simon, seseorang yang sudah tua mengambil bayi itu ke dalam tangannya. Dan ketika dia memegang Bayi itu, Simon berkata, “Sesungguhnya anak ini…akan menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan. Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Lukas 3:34,35). Kisah yang sama berkata bahwa Maria menyimpan semua perkara ini di dalam hatinya. Dan saya sering berpikir, ketika dia mengenang kembali apa yang telah Simon sampaikan, “Sebuah pedang akan menembus jiwamu sendiri.” Ketika dia berdiri di bawah salib di Golgota dan melihat Anak itu di paku di atas salib, dan dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh Simon—di bawah bayangan salib.   

Dan Yohanes Pembaptis memperkenalkan Dia kepada dunia. Dia melakukannya dengan kalimat ini, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29)—di bawah bayangan salib. Di dalam pelayanan pertamaNya di depan umum, ada seseorang yang menemui Dia pada tengah malam oleh salah satu anggota Sanhedrin, seorang Farisi. Namanya adalah Nikodemus. Dan ketika Yesus berbicara kepada Nikodemus, Dia berkata kepadanya, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan” (Yohanes 3:14), di bawah bayangan salib.  

Di dalam pelayananNya yang agung di Galilea, berkali-kali Yesus berusaha mengajarkan kepada murid-muridNya bahwa Anak Manusia akan diserahkan kepada bangsa Non Yahudi dan Dia akan disalibkan di Yerusalem. Ketika Tuhan mengalami transfigurasi—salah satu pengalaman pribadi yang paling kudus—Dia mengalami transfigurasi di atas gunung kudus itu, disana Dia berbicara dengan Musa dan Elia—Hukum dan Nabi. Dan apa yang mereka bicarakan? Mereka berbicara kepadaNya tentang kematianNya, yang harus Dia genapi di Yerusalem—di bawah bayangan salib.

Di dalam pelayananNya yang terakhir di Yerusalem sebelum Dia mati, orang-orang Yunani datang dari jauh dan telah mendengar tentang Dia berkata, “Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus” (Yohanes 12:21). Yesus menjawab, “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang yang datang kepadaKu” (Yohanes 12:32). Ketika Maria dari Betani, mengurapi Tuhan kita, memecahkan buli-buli minyak pualam dan mereka mengkritik dia dan berkata, “Untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual  dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Tuhan kita menjawab, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburanKu” (Yohanes 12:7)—di bawah bayangan salib.

Dan di Ruangan Atas, malam ketika Dia dikhianati sebelum Dia disalibkan pada pagi hari, Tuhan kita mengambil roti dan memecah-mecahkannya serta berkata, “Inilah tubuhKu yang Kuberikan kepadamu” (Lukas 22:19). Dan Dia mengambil anggur dan berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu” (Lukas 22:20)—bayangan salib.

Dan di dalam teks saya, ketika mereka datang untuk menangkap Dia di Getsemani, Simon Petrus menghunus pedang untuk membela Dia dan Tuhan berkata, “Simon sarungkan pedangmu” (Yohanes 18:11), dan “Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” (Matius 26:53). Satu pasukan terdiri dari enam ribu prajurit. Dua belas pasukan berarti tujuh puluh dua ribu malaikat. Di dalam Yesaya pasal tiga puluh tujuh, satu malaikat melewati seluruh pasukan Asyur dari Sanherib dan pagi berikutnya mereka menghitung seratus delapan puluh lima ribu tentara yang terbunuh (Yesaya 37:36)—satu malaikat. “Kalau Aku mau, Aku dapat meminta kepada BapaKu dan mengirim dua belas pasukan malaikat”—tujuh puluh dua ribu malaikat. “Jika begitu, bagaimana akan digenapi yang tertulis di dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?” (Matius 26:54)—bayangan salib.  

Dan akhirnya, mereka meletakkan kepadanya tiang kayu yang berat itu. “Sambil memikul salibNya Ia pergi keluar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota” (Yohanes 19:17).

 

Ketika Yesus datang ke Golgota

Mereka menggantungNya di atas kayu yang kasar,

Mereka memakukan paku yang besar ke dalam tangan dan kakiNya

Di bukit Kalvari

 

Mereka memahkotainya dengan mahkota duri,

Merah dari lukanya yang dalam,

Bagi orang-orang berdosa dan kejam,

Dan manusia yang telah rusak.

[G. A. Studdert-Kennedy, “When Jesus Came To Our Town”]

 

Yesus mati bagi kita. Bayangan salib itu telah jatuh melintasi dunia dan melewati abad-abad waktu. Dunia ini tidak akan menjadi sama lagi karena Yesus telah menderita di dalamnya dan mati bagi hal itu. Dan jantung dari dunia ini adalah salib. Sisi ini, B.C., Sebelum Kristus mengacu ke salib. Bagian ini yaitu A.D.—Anno Domini, “tahun Tuhan kita” mengacu ke salib. Dia membagi seluruh masa. Dan di dalam jantung dunia adalah salib Tuhan kita. Salah satu hal yang paling tidak biasa di dalam sejarah manusia. Bagian ini—dari sisi salib—bagian ini dari seluruh bangsa-bangsa dari dunia membaca dari kanan ke kiri. Pusat sejarah dari manusia adalah salib. Dan di bawah bayangan itu, setiap rasul dan setiap martir dan setiap saksi berdiri untuk memberitakan injil yang menyelamatkan dari anugerah Anak Allah.

Di dalam bagian yang luar biasa yang kita baca bersama-sama, Paulus berkata, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehNya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Galatia 6:14).              O Allah—untuk berdiri di jalur para rasul itu dan untuk berbicara injil Yesus dan memberitakan namaNya yang mulia, dan melakukannya dari Kitab yang luar biasa itu. Di dalam Perjanjian Baru, para rasul dan nabi-nabi dan para martir menuliskan setiap suku kata dan setiap kalimat yang diinspirasikan oleh penderitaanNya dan dinodai oleh darahNya—di bawah bayangan salib.

Dan bayangan itu telah menjadi tanda yang suci dan simbol dari kasih dan anugerah Allah yang direntangkan untuk semua umat manusia. Tidak ada batas. Sejauh timur dari barat, dan sejauh barat dari timur, tangan dari kasih Allah direntangkan. Tidak ada batas. Jika di  Flander’s Field,  bunga api tumbuh, ‘hingga menjadi antara barisan salib di atas barisan” [dari John McCrae, “In Flander’s Fields”]. 

Segera setelah Perang Dunia II berakhir, saya berada di Prancis. Dan di sebuah tempat di sana, yang tidak saya ketahui. Beberapa orang, beberapa orang pemerintahan, beberapa kelompok, telah mengumpulkan  tubuh pilot Inggris R. A. F. yang melintasi Channel untuk membom pasukan Jerman di Prancis. Mereka telah ditembak jatuh dan tubuh mereka dikumpulkan di dalam kuburan yang tidak terpelihara dengan rapi. Dan ketika saya berjalan di sepanjang tempat itu, di sana ada sebuah salib, dan saya melihat ada suatu tulisan. Dan saya berjalan menghampirinya dan berlutut serta membacanya. Itu adalah sebuah catatan dari seorang istri dan ibu dari anak-anak dan tulisan itu berbunyi, “Istrimu dan anak-anakmu tidak akan pernah melupakanmu”—dipasang pada sebuah salib. Dan tanda itu serta lencana dari kasih dan anugerah Allah di dalam kenangan yang penuh kemurahan yang jatuh atas setiap rumah yang malang dan setiap hati yang terluka dan setiap hidup yang putus asa. Setiap ranjang orang sakit, setiap ruangan rumah sakit—kehadiran Allah—kasih Allah diekspresikan di dalam anugerah dan kematian yang menebus dari anakNya. Dan di bawah bayangan dari salib itu, semua perbedaan manusia lenyap. Tidak ada pemisahan yang tertinggal.

Ini adalah sebuah frasa yang dgunakan oleh Paulus, yang meruntuhkan dinding penyekat. Saya ingin supaya anda menandai kalimat itu ketika saya membaca bagian ini, dari Efesus pasal 2, dimulai dari ayat 11—

 

Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu--sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --

Bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.

Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.

Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.

Dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

 [Efesus 2:11-16]. 

 

Apakah anda melihat apa yang sedang dia bicarakan? Tembok pemisah? Ketika Paulus menuliskan kata-kata ini—anda telah pergi ke kota kudus (Yerusalem) untuk menyembah Tuhan, hal pertama yang akan anda temui adalah sebuah tembok batu yang tinggi. Dan setelah anda masuk ke dalam tembok itu, ke dalam pelataran untuk bangsa-bangsa non Yahudi, anda akan menemui sebuah dinding batu yang tinggi yang memisahkan Pelataran untuk Israel. Dan setelah anda melewati dinding itu, anda akan menemui tembok yang lain yang memisahkan Pelataran Wanita. Dan setelah anda melewati dinding itu anda akan menemui tembok pemisah dari imam-imam. Dan setelah anda melewati seluruh dinding itu, anda akan menemui Bait itu sendiri, yang merupakan kehadiran Allah. Tetapi di dalam Kristus, semua tembok  itu telah dirubuhkan. Tidak ada lagi penghalang. Semuanya telah disingkirkan dan dirubuhkan. Hanya masuk ke dalam dan anda semuanya disambut dengan baik.

Ada cara lain yang mereka sebutkan di dalam Kitab Suci. Ketika Tuhan mati di kayu salib, Dia berseru dan berkata, “Sudah selesai: Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya” (Yohanes 19:30). Alkitab berkata bahwa pada saat itu, Allah mengambil tirai yang memisahkan tempat kudus dan Ruang Maha Kudus. Dan Allah mengambil tabir itu dan membelahnya dari atas sampai ke bawah (Matius 27:51). Bukan dari atas ke bawah, sebagaimana manusia membaginya dan menyobeknya. Tetapi dari atas ke bawah sebagaimana Allah telah merobeknya. Dan untuk pertama kalinya, Ruang Maha Kudus terbuka untuk dilihat. Dan setiap orang dipersilahkan untuk datang. Penulis Ibrani menggambarkannya dalam cara yang lain di dalam pasal dua belas dimulai dari ayat 18:

 

Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai,

Kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka,

Sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: "Bahkan jika binatangpun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu."

Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.

Tetapi kita datang ke Bukit Sion. Dan, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,

Dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,

Dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. [Ibrani 12:18-24]. 

 

Jangan datang ke sebuah gunung, bahwa jika anda menyentuhnya, anda akan terbunuh, mungkin oleh rajaman batu atau tusukan sebuah anak panah. Gunung Sinai, yang dibakar oleh api hukuman dari Allah Yang Mahakuasa. Jika anda datang ke Gunung Sinai, ke gunung Kalvari, anda datang kepada kumpulan jemaat anak-anak yang sulung, yang namanya tertulis di dalam sorga. Dan setiap orang dari mana saja, boleh datang  tanpa rasa gentar, tanpa rasa takut. 

Salah satu pahlawan Inggris yang hebat, seperti yang anda tahu adalah Iron Duke of Wellington.  Dia memenangkan Pertempuran Waterloo melawan Napoleon. Dia dipuja dan diperlakukan dengan sangat penting di seluruh imperium Inggris. Dan berdasarkan ritual Gereja Inggris, ketika mereka mengadakan Perjamuan Tuhan—komuni—mereka datang dan berlutut dan pendeta tinggi akan memberikan mereka unsur-unsur perjamuan. Dan Iron Duke of Wellington maju ke depan di dalam ibadah, dan pendeta tertinggi melayani dia dengan roti dan cawan anggur. Dan di sisinya berdiri seorang pria miskin yang berasal dari jalanan. Dan ketika pendeta tertinggi melihat pria gelandangan itu, dia berkata, “Tuan, dapatkah anda pindah? Anda menyingkirlah. Tidakkah anda tahu bahwa anda berlutut di sisi dari Duke Wellington yang agung? Menyingkirlah.” Dan sang Duke mendengar apa yang disampaikan oleh pendeta tertinggi. Dan pahlawan Inggris yang hebat itu berkata, “Tuan, biarkanlah. Biarkan dia seperti itu. Kita semua sama di sini.” Dan dia menambahkan, “Semuanya sama tinggi pada salib.”

Seperti yang disampaikan oleh Paulus, tidak ada yang lebih besar, tidak ada yang lebih kecil, tidak ada perbedaan antara hamba dan orang bebas; tidak ada perbedaan antara orang kaya dan orang miskin; tidak ada pria dan tidak ada wanita. Kita semua sama—dikasihi oleh Bapa, oleh Anak Allah dan disambut ke dalam hadiratNya. Setiap orang dapat menyentuh Yesus. Setiap orang dapat melihat ke dalam wajahNya. Setiap orang dapat berlutut di hadiratNya. Setiap orang yang mengasihi dan melayani Allah. O Allah, saya senang karena termasuk saya—kita semua, anak-anak Tuhan, kumpulan jemaat anak-anak sulung (Ibrani 12:23).

Mari kita berdoa bersama-sama.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM