AKU MENGUDUSKAN DIRIKU BAGI MEREKA
(FOR THEIR SAKES, I SANCTIFY MYSELF)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 17:19
02-05-84
Dan ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pagi. Khotbah hari ini adalah sebuah selingan, sebuah jeda. Minggu pagi berikutnya kita akan memulai bagian akhir dari seri khotbah selama tiga tahun tentang DOKTRIN-DOKTRIN UTAMA ALKITAB. Minggu depan kita akan memulai khotbah yang berhubungan dengan PERWUJUDAN DARI SEJARAH, KESUDAHAN ZAMAN, AKHIR MASA DARI DUNIA dan KEDATANGAN KRISTUS. Khotbah minggu depan akan berjudul NEGARA LANJUTAN. Kemana kita akan pergi ketika kita meninggal? Kemanakah orang-orang yang hilang akan pergi? Kemanakah orang-orang yang diselamatkan akan pergi? Ada fakta yang jelas tentang sebuah periode waktu antara hari kematian kita dan hari saat kita dibangkitkan dari kematian. Bagaimana dengan jeda waktu itu, selingan itu? Itu akan menjadi khotbah pagi di minggu depan. Dan kemudian sesudahnya, untuk sekitar empat atau lima bulan yang akan datang, setiap khotbah akan didasarkan atas KEDATANGAN KRISTUS, AKHIR SEJARAH. Dan khotbah selingan hari ini, timbul sekitar tiga minggu yang lalu, saat saya berada di rumah dan memikirkannya. Dan pada hari itu, saya berdoa, membaca firman Allah dan memikirkan tentang kita. dan akhirnya judul khotbah kita adalah AKU MENGUDUSKAN DIRIKU BAGI MEREKA.
Khotbah ini diambil dari Doa Imam Besar dari Tuhan kita yang mulia di dalam Yohanes pasal tujuh belas ayat sembilan belas. Di dalam doaNya, Tuhan kita berkata kepada Bapa sorgawi, “Dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran” (Yohanes 17:19). “Dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka.” Pengertian kita yang biasa tentang doktrin kekudusan adalah seperti ini bahwa hal itu berkenaan dengan kemajuan kita di dalam usaha untuk membersihkan doa di dalam hidup kita. Dan ketika kita semakin membersihkan kelemahan daging kita dan pemberontakan dalam hari-hari kita, maka kita menjadi semakin kudus. Semakin kudus dan semakin kudus. Dan akan semakin kudus ketika kita terus menerus membersihkan diri kita dari dosa hingga akhirnya, menjadi kudus seluruhnya, dan kita secara sempurna telah membersihkan dosa-dosa kita. Itu merupakan pemahaman yang biasa kita pahami. Kita akan kudus seluruhnya, jika kita bebas dari dosa. Lalu, tidak ada yang salah dengan doktrin itu. Itu hanya sebuah doktrin manusia. Itu bukan sebuah doktrin yang dibuat Allah. Itu merupakan sesuatu yang ada kita pikirkan. Dan seperti yang saya katakan, tidak ada yang salah dengan doktrin itu. Semakin berkembang di dalam kekudusan, semakin kita berkembang di dalam keserupaan Juruselamat kita dan kita membersihkan dosa kita hingga kita menjadi kudus. Tetapi pemahaman itu tidak terdapat di dalam Alkitab.
Doktrin pengudusan di dalam Alkitab memiliki sebuah kategori yang berbeda. Bagaimana mungkin anda dapat mengatakan bahwa Yesus secara progresif membersihkan diriNya dari dosa? Dan Tuhan berkata, “Aku menguduskan diriKu bagi mereka.” Faktanya, kekudusan merujuk kepada kategori yang lain di dalam hidup manusia. Hal itu adalah seperti ini—ada begitu banyak kata-kata yang digunakan di dalam bahasa Inggris untuk menerjemahkan satu kata di dalam Bahasa Ibrani atau Bahasa Yunani. Di dalam bahasa Ibrani dan Yunani kata-kata itu sebangun atau sama ruang, mereka secara sempurna sama. Kata dalam Ibrani dan Yunani merupakan terjemahan yang sempurna. Kadang-kadang bahasa Inggris akan menerjemahkannya dengan “pengudusan.” Kadang-kadang bahasa Inggris akan menerjemahkannya dengan “persembahan.” Kadang-kadang bahasa Inggris akan menerjemahkannya dengan “pengabdian.” Kadang-kadang Bahasa Inggris akan menerjemahkannya dengan “penyucian.” Kadang-kadang bahasa Inggris menerjemahkannya dengan “menyucikan.” Ada sekumpulan kata-kata di dalam Bahasa Inggris yang akan menerjemahkan satu kata di dalam Bahasa Ibrani dan memiliki sifat yang identik di dalam bahasa Yunani.
Sekarang kata Yunani yang digunakan Tuhan, “Aku hagiazo—hagiazo, Aku menguduskan diriku, Aku mempersembahkan diriKu, Aku membaktikan diriKu, Aku mengabdikan diriKu.” Hal itu berarti “Menyisihkan diri untuk tujuan Allah.” Sekarang di dalam bahasa Ibrani kata itu adalah qadash—qadash. Dan qadash di dalam bahasa Ibarani dan hagiazo di dalam bahasa Yunani adalah identik. Mereka merujuk kepada Allah, bentuk kata sifat di dalam bahasa Ibrani qadosh. Bentuk kata sifat di dalam bahasa Yunani adalah hagios. Dan hal itu merujuk kepada Allah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan Allah, yang berkenaan dengan Allah dan yang menjadi milik Allah. Allah adalah qadosh. Allah adalah hagios. Di dalam Yesaya enam ayat tiga, serafim berseru di hadapan Tuhan "Qadosh, qadosh, qadosh Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya” (Yesaya 6:3). Di dalam penglihatan yang terdapat di Wahyu pasal empat ayat delapan zoa—makhluk hidup—saya menyebut mereka “kerubim”—mereka berseru di hadapan takhta Yang Mahatinggi, "Hagios, hagios, hagios Tuhan Allah Yang Mahakuasa” (Wahyu 4:8). “Kudus, kudus, kudus Tuhan Allah Yang Mahakuasa.” Kita menjadi kudus sama seperti Dia adalah kudus. Di dalam 1 Petrus pasal pertama, rasul itu menulis, " Hagios lah kamu sama seperti Dia, Tuhan adalah Hagios." [1 Petrus 1:15]. Dia mengutip Kitab Imamat pasal delapan dimana Allah berbicara, " qadosh lah kamu sama seperti Aku adalah qadosh” [Imamat 11:45]. Segala sesuatu yang menjadi milik Tuhan adalah qadosh dan hagios. Hal itu didedikasikan kepada tujuan Tuhan kita. Bait Allah disebut ton hagion, itu adalah perayaan ruangan suci dari Tuhan kita. Hal itu dikuduskan untuk tujuan Allah. Dan segala sesuatu yang ada di bait Allah ditahbiskan kepada Allah adalah hagios. Altar, alat-alat penjepit, kuali-kuali, bejana-bejana dan segala sesuatu adalah hagios. Semuanya ditahbiskan, dikuduskan, dipersembahkan, disucikan kepada Tuhan.
Di dalam penglihatan yang luar biasa dari Zakharia yang menutup penglihatannya yang luar biasa, dia berkata akan datang sebuah masa bahwa “akan tertulis pada kericingan-kericingan kuda” (Zakharia 14:20). Dan selalu saja di Perjanjian Lama, seekor kuda merupakan tanda perang. Mereka tidak pernah memikirkan seekor kuda kecuali di dalam hari pertempuran. Akan ada, bahkan atas bayangan dan alat-alat pertempuran, “akan ada kekudusan bagi Tuhan—kekudusan, qodesh le Yahweh— kepada Jehovah”—“kekudusan bagi Tuhan" [Zakharia 14:20]. Dan kuali-kuali di dalam rumah Tuhan akan seperti bokor-bokor penyiraman di atas mezbah. Ya, segala kuali di Yerusalem dan Yehuda akan menjadi—qodesh le Yahweh,—kudus bagi Tuhan.” Masanya akan datang ketika segala sesuatu yang kita miliki akan ditahbiskan, yang dikuduskan, dipersembahkan kepada Allah. Hal ini sepenuhnya benar yang merujuk kepada umat Allah. Umat Allah adalah hoi hagioi—yang diterjemahkan dengan “orang-orang kudus.’ Bukan karena kita sempurna, tetapi karena kita adalah milik Allah. Kita adalah milikNya dan kita ditahbiskan, dikuduskan, dipersembahkan untuk tujuan Tuhan. Tuhan Allah berkata kepada orang-orang kudusnya, “Qadosh, sebab Aku qadosh. Hagios lah kamu sebab Aku hagios."
Kita didedikasikan dan ditahbiskan untuk tujuan Allah. Anda dapat menemukan hal itu secara khusus dan sangat jelas di dalam Kitab Keluaran pasal tiga belas: “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik pada manusia mau pun pada hewan; Akulah yang empunya mereka” (Keluaran 13:1,2). Ketika Malaikat maut melewati seluruh Mesir untuk membunuh anak sulung di setiap rumah. Anak sulung Israel telah ditebus di dalam rumah seorang Israel oleh darah, darah Paskah yang dipercikkan dalam bentuk salib diatas pintu. Dan sesudahnya, kenangan dari Keluaran atas pembebasan dari Mesir sangat segar di dalam pikiran umat Allah di dalam pengudusan anak sulung dari setiap keluarga. Mereka menjadi milik Allah. Yang tertua menjadi milik Allah. “Yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka.” Di dalam Kitab Bilangan pasal tiga, suku Lewi merupakan pengganti bagi anak sulung di Israel. Dan sesudahnya suku Lewi melayani Allah. Mereka tidak memiliki pusaka di tanah Israel. Tuhan adalah warisan pusaka mereka. Mereka dikuduskan bagi Allah untuk tujuan melayani Tuhan. Kemudian di dalam Kitab Keluaran pasal dua puluh sembilan, Allah berfirman kepada Musa, “Lalu Harun dan anak-anakNya akan Kukuduskan supaya mereka memegang jabatan iman bagiKu” (Keluaran 29:44). Kemudian Harun dan anak-anaknya dikuduskan, mereka ditahbiskan untuk melayani Tuhan.
Dan perayaan dari pentahbisan itu memiliki kesan yang sangat mendalam. Mereka mengambil darah korban dan membubuhkannya pada telinga kanan mereka dan pada ibu jari tangan kanan dan ibu jari kaki kanan imam, kemudian mereka ditahbiskan, dan mereka memberikan seluruh kuasa dan kemampuannya kepada Tuhan. Imam-imam merupakan milik Tuhan. Dan sama seperti ketika dia dikuduskan dengan darah dibubuhkan atas telinga mereka dan tangan serta kaki mereka. Kita memikirkan doa Tuhan kita, “Aku menguduskan diriKu bagi mereka” (Yohanes 17:19). Aku menyerahkan diriKu, Aku mempersembahkan diriKu untuk tujuan Allah yang untuknya Aku telah “diutus ke dalam dunia” (Yohanes 17:18). Dia berkata, “Aku datang supaya mereka memiliki hidup dan memilikinya dalam kelimpahan” (Yohanes 10:10). Dia berkata, “Aku datang untuk memberikan nyawaKu menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28) Di kegelapan Getsemani Dia berdoa, “Ya, BapaKu, kehendakMulah yang jadi” (Matius 26:39) Dan Dia meminum cawan yang pahit untuk keselamatan kita—pembebasan kita dari murka yang akan datang. Pencobaan mengerikan yang Dia tanggung dan salib yang kejam yang Dia derita untuk kepentingan kita. “Aku menguduskan diriKu bagi mereka” (Yohanes 17:19). Dan tidak ada hati yang dibuat diluar daging, tetapi digerakkan oleh dedikasi, oleh pengabdian dan pengudusan seseorang yang berkorban bagi kita, yang menyerahkan hidupnya bagi kita. Anda tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya terkesan.
Pada tahun 1941, sebuah peristiwa yang kejam telah menjatuhkan Amerika kedalam Perang Dunia II yang mengerikan, salah satu pria yang tampan, pemuda yang terbaik dari jemaat kita pada waktu itu datang kepada saya dan berkata, “Pendeta, saya adalah sukarelawan yang akan pergi. Tetapi sebelum saya pergi, maukah anda berdoa untuk saya?” Dan saya berlutut di sampingnya untuk berdoa kepada Allah untuk memberkati orang muda itu ketika dia pergi untuk mempertahankan negara kita. Dan kemudian dia berkata kepada saya—dan saya tidak akan pernah melupakannya—dan dia berkata, “Pendeta, jika saya dapat menyerahkan nayawa saya kepada anda, sehingga anda dapat memiliki kebebasan untuk memberitakan Injil, maka dengan senang hati saya akan memberikan hidup saya.” “Aku menguduskan diriKu bagi mereka” (Yohanes 17:19).
Seorang petugas, membeku dalam tugas,
Seorang ibu, menderita kelaparan demi anak-anaknya.
Sokrates meminum cairan beracun
Dan Yesus berada di jalanan.
Dan banyak orang yang sederhana dan tidak dikenal
Bersungguh-sungguh, di jalan setapak yang keras, berjalan dengan susah payah.
Beberapa orang menyebutnya pengabdian,
Tetapi beberapa orang menyebutnya Allah.
Seorang petugas, membeku dalam tugas,
Seorang ibu, menderita kelaparan demi anak-anaknya.
Sokrates meminum cairan beracun
Dan Yesus berada di jalanan.
Dan banyak orang yang sederhana dan tidak dikenal
Bersungguh-sungguh, di jalan setapak yang keras, berjalan dengan susah payah.
Beberapa orang menyebutnya pengabdian,
Tetapi beberapa orang menyebutnya Allah.
[William Herbert Carruth, “Each in His Own Tongue”]
Itu merupakan kata yang sama, Allah adalah qadosh, hagios—UmatNya adalah qadosh, hagios. Kita dikuduskan dan mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan.
Hal ini memimpin kepada undangan yang akan dilakukan dan ditekankan atas hati umat kita di dalam setiap ibadah mulai dari sekarang. Pada pukul 8:15, ibadah pertama, pada 10:50, ibadah ini, dan pada pukul tujuh, malam hari setiap Hari Tuhan. Di dalam tambahan bagi seruan kita terhadap orang yang terhilang dan seruan kita untuk keluarga agar bergabung dengan jemaat, hal ini juga akan ditambahkan. Akan ada sebuah seruan bagi pengabdian hidup kita kepada Tuhan kita. dan akan diikuti dalam setiap pola yang berbeda dan direncanakan. Dimulai dengan staff kita, kemudian diaken kita, kemudian seluruh guru sekolah minggu kita, kemudian seluruh anggota jemaat. Kita akan di undang untuk maju ke depan untuk mendedikasikan kembali dan mengabdikan kembali dan memberikan kembali pengudusan hidup kita kepada Tuhan. Kita akan mengundang dua pasangan pada suatu waktu, empat pasanga pada suatu waktu atau seorang pasangan dan dua orang lajang atau empat orang lajang. Setiap ibadah mereka akan di undang untuk maju ke depan dan menguduskan diri mereka kepada Allah. Hal ini akan dilakukan dibawah pengawasan dan pengaturan Dr. Melzone dan staff. Memilih mereka minggu demi minggu, dan setiap ibadah untuk datang di hadapan Tuhan dan mengabdikan kembali dan menguduskan diri mereka di dalam pekerjaan Tuhan.
Mungkin saja segera ada hal-hal yang datang ke dalam pikiran kita berhubungan dengan hal itu. Yang pertama, mengapa anda hanya menetapkan sedikit untuk maju ke depan? Orang pertama yang saya sampaikan berkenaan dengan hal itu berkata, “Pendeta, saya pikir seluruh staff harus maju ke depan. Mengapa anda hanya memilih sedikit?” Saya melakukannya karena hal ini. Selama lima puluh lima tahun, saya telah berdiri di depan jemaat dan saya telah berjabatan tangan dengan orang-orang dalam setiap kebangunan rohani yang datang untuk mengabdikan hidup mereka kepada Tuhan. Sama seperti derap kawanan ternak yang mengikuti pemimpin lembu jantan, seluruh kawanan maju ke depan dan menjabat tangan saya, mengabdikan diri mereka kepada Tuhan. Kebanyakan tanpa arti—sebuah gerak tubuh yang tidak memiliki arti yang signifikan. Akan ada bangku jemaat kosong yang berada di sana, setiap orang akan bangkit untuk mengabdikan diri mereka kepada Tuhan. Dan tidak ada yang akan berdiri sendirian. Dia hanya siuman sejenak. Lalu dia datang dengan seluruh kawanan. Hal itu tidak memiliki arti sama sekali. Dan saya telah menyaksikannya selama lima puluh lima tahun. Setiap kebangunan rohani—berjabat tangan dengan banyak orang yang datang kemari secara pura-pura, mengabdikan diri mereka kepada Tuhan. Saya berkata hal itu tidak memiliki makna apa-apa. Itu hanya sebuah gerak tubuh. Itu hanya insting kawanan ternak. Mereka semua pergi , hal itu berarti kita juga harus pergi. Saya ingin hal itu harus direncanakan dan bertujuan dan disiapkan dengan sungguh-sungguh untuk pengabdian itu, pengudusan itu. Itu harus menjadi sebuah hari yang baru, sebuah komitmen yang baru di dalam hidup kita untuk Tuhan yang mulia.
Pertanyaan kedua, “Pendeta, mengapa di depan umum? Tidakkah dapat saya mengabdikan hidup saya kepada Allah di dalam hati saya sendiri? “Tidakkah saya dapat melakukannya dengan sebuah pintu yang tertutup di rumah saya atau di suatu tempat di mana orang tidak dapat melihatnya? Mengapa saya harus diundang, secara terbuka dan di hadapan umum untuk mendedikasikan kembali, untuk mengabdikan kembali, untuk menguduskan hidup saya kembali untuk Tuhan?” Untuk alasan yang sama ketika kita mengundang orang yang secara terbuka dan di hadapan umum untuk mengkomitmenkan hidupnya kepada Kristus. Dia menanyakan pertanyaan yang sama. Bolehkah saya? Bolehkah saya menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya dan melakukannya di dalam hati saya dan tidak seorang pun yang mengetahuinya? Mengapakah saya harus berdiri di hadapan manusia dan malaikat untuk mengakui iman saya kepada Yesus Kristus? Mengapa saya tidak dapat melakukannya secara pribadi, diam-diam dan secara rahasia? Mengapa harus ada pengakuan di depan umum? Jawaban yang pertama, Allah menyuruh kita untuk melakukannya seperti itu. Di dalam Matius 10:32, Tuhan berkata, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga.” Di dalam Roma pasal sepuluh ayat sembilan dan sepuluh, Rasul Paulus menulis, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:9-10). Allah menyuruh untuk melakukan hal itu. Musa berdiri di gerbang perkemahan dan berseru serta berkata, “Siapa yang memihak kepada Tuhan datanglah kepadaku!” Allah meminta kepada kita untuk melakukannya secara terbuka, tanpa rasa malu untuk mengakui iman kita dan komitmen hidup kita kepada Tuhan Yesus yang mulia.
Sekarang, selama bertahun-tahun, saya telah berpikir mengapa Allah meminta kita untuk melakukan hal itu? Mengapa Allah meminta saya untuk maju di hadapan umum dan mengakui iman saya kepada Tuhan? Mengapa saya tidak dapat melakukannya secara tertutup? Tidak seorang pun yang akan tahu tentang hal itu. Saya memiliki dua jawaban terhadap hal itu yang datang ke dalam hidup saya selama saya mengembalakan selama bertahun-tahun. Jawaban yang pertama adalah hal ini, Ketika saya secara terbuka dan di hadapan umum dan menetapkan dan mengakui dan mengkomitmenkan hidup saya kepada Kristus, itu memberikan suatu kesan kepada saya secara pribadi. Ketika saya berdiri di depan, mengakui iman saya kepada Tuhan, sesuatu terjadi di dalam hati saya. Suatu ketika saya mendengar tentang seorang professor di sebuah universitas terkemuka. Seorang sahabatnya berusaha untuk memenangkannya kepada Kristus, dan menemukan roh ketidakpercayaan di dalam hati professor itu dan menolak untuk memberikan respon. Akhirnya sahabatnya itu berkata, “Majulah ke depan dan berdiri di sana di hadapan orang-orang dan beritahukan kepada mereka apa yang kamu percayai tentang Yesus.” Dan Professor yang tidak percaya itu berkata, ‘Itu akan menjadi sebuah penghinaan bagi jemaat untuk berdiri di sana dan menyampaikan kepada mereka tentang apa yang saya pikirkan mengenai Dia.” “Itu tidak masalah,” kata sahabatnya. “Kamu maju ke depan dan kamu sampaikan apa yang kamu pikirkan tentang Yesus.” Karena rasa persahabatan, professor itu menerimanya, dan pada saat ibadah yang ditetapkan, di antara orang-orang dia maju ke depan menelusuri lorong bangku. Dan pendeta memperkenalkan dia dan berkata, “Professor akan menyampaikan kepada anda apa yang dia pikirkan tentang Yesus.” Professor itu berkata, “Saya tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi saya percaya Dia adalah seorang manusia yang baik.” Kemudian tiba-tiba professor itu berhenti sejenak dan dia berkata, “Tunggu sebentar! Tunggu sebentar, saya percaya lebih dari itu. Saya percaya bahwa Dia adalah manusia terbaik yang pernah hidup.” Dan dia berhenti dan kemudian berkata lagi, “Tunggu sebentar! Tunggu sebentar, Saya percaya Dia datang ke dunia untuk menunjukkan kepada kita jalan ke sorga dan kepada Allah. Tunggu sebentar,” dia berkata, “tunggu sebentar, saya percaya Dia melakukannya untuk dosa-dosa saya, tunggu sebentar,” dia terus berkata, “tunggu sebentar, Saya menerima Dia hari ini sebagai Tuhan dan Juruselamat.” Hal itu mengerjakan sesuatu kepada seseorang, tidak masalah siapa pun dia, hal itu mengerjakan sesuatu kepada dia untuk berdiri dan mengakui apa yang dia percayai tentang Yesus dan lebih lagi bagi kita yang menemukan di dalam Dia seorang sahabat pribadi dan Juruselamat.
Alasan kedua yang dapat saya pikrkan di dalam pemahaman manusia saya, mengapa Allah meminta kita, di hadapan umum, untuk mengkomitmenkan hidup kita kepada Tuhan, untuk menguduskan hidup kita kepadaNya. Karena hal itu mengerjakan sesuatu kepada orang yang terhilang, memberikan suatu makna kepada mereka. Ketika anda maju ke depan di hadapan orang yang terhilang yang melihat hal itu. Hal itu memberikan suatu makna yang bekerja di dalam hati mereka. Suatu kali saya berdiri dengan seseorang yang tidak percaya di dalam sebuah ibadah, di dalam sebuah gereja yang diberkati Allah secara berlimpah-limpah. Dan ketika orang-orang diminta untuk memperkenalkan diri, mereka berdiri, sama yang seperti kita lakukan di sini, dan mereka berdiri di depan. Dan jemaat datang ke depan untuk bersukacita. Itu merupakan sebuah gereja kecil dan jemaat saling mengenal satu sama lain dengan intim. Dan ketika saya berdiri dengan orang yang tidak percaya itu, sebuah keluarga yang telah diselamatkan maju ke depan dan mereka berangkulan satu sama lain dan menangis satu sama lain. Sesuatu yang sangat indah untuk dilihat. Dan orang yang tidak percaya itu yang berpaling kepada saya, akhirnya menjadi seorang misionari, saat itu dia berpaling kepada saya dan berkata, “Criswell ada sesuatu tentang keyakinan yang bangkit dan memukul wajah anda dengan tepat, tidak masalah seberapa kafir pun anda.” Hal itu mengerjakan sesuatu bagi mereka ketika kita memberi pengakuan iman kita, ketika kita menguduskan diri kita kepada Tuhan Yesus. Hal itu mengerjakan sesuatu bagi orang lain yang melihatnya bahkan kepada orang yang tidak percaya. Dan betapa lebih bermakna bagi kita yang telah menemukan perlindungan di dalam Juruselamat kita yang luar biasa. Saudara yang terkasih, hal itu terjadi bertahun-tahun yang lalu di sebuah gereja kecil tempat saya bertumbuh. Ayah saya datang menelusuri lorong bangku dan dia duduk di depan dan mengambil sapu tangannya yang berwarna putih dan meletakkannya atas wajahnya dan menangis sama seperti seorang anak kecil. Ada sebuah kebaikan, pemeliharaan yang berharga yang datang ke dalam hidupnya. Dan dia berada di sana untuk bersyukur kepada Allah. Hal itu tetap hidup di dalam pikiran saya hingga hari ini. Allah melakukan sesuatu bagi orang lain ketika saya mengabdikan dan mempersembahkan hidup saya kepada Tuhan. Sebuah alasan mengapa Allah melakukan hal itu.
Sekarang mungkin anda akan bertanya, Pendeta bukankah itu merupakan hal mekanik yang harus dilakukan? Anda duduk dengan Dr. Melzone dan staff dan anda akan mengerjakan hal ini. Dan orang-orang ini datang, para staf, diaken dan anggota mereka serta guru sekolah minggu. Bukankah itu sama seperti melakukan hal mekanik? Apakah anda melihat karya Roh Kudus dari hal itu? Tidak jika saya memahami Firman Tuhan. Ada sebuah waktu yang ditetapkan, yang direncanakan, yang memiliki tujuan dan waktu yang sungguh-sungguh didoakan ketika Allah meminta umatNya untuk datang di hadapanNya.
Saya tidak dapat membayangkan hal yang lebih indah dari pada kisah Hana dan Elkana yang datang ke hadapan Allah di Silo. Dan Hana membuat sebuah jubah kecil untuk Samuel dan memberikannya setiap tahun. Ketika mereka datang untuk menyembah Allah di Silo, tempat Kemah suci berada. Itu merupakan sebuah hal yang direncanakan, hal yang telah direncanakan, tetapi memiliki makna yang sangat berarti. Tidak hanya itu, tetapi tidak seorang pun dari kita yang tidak mengetahui komunitas Yahudi di kota Dallas dan sangat familiar dengan Yom Kippur. Yom Kippur, disebutkan di dalam Alkitab sebagai Hari Penebusan. Dan orang-orang akan berkumpul bersama-sama dan mereka mentahbiskan diri mereka dan mengkomitmenkan kembali diri merka dan menguduskan diri mereka kepada Tuhan pada hari Yom Kippur, hari Penebusan. Sebuah respon yang telah ditetapkan dan direncanakan. Dan saya dapat melihat mengapa Allah akan melakukan hal itu. saya dapat berdoa terhadap hal itu. Saya dapat merencanakannya. Saya dapat berbicara kepada Allah tentang hal itu. Saya membuat momen yang paling bermakna di dalam hidup saya. “Aku menguduskan diriKu bagi mereka.” Saya butuh untuk melakukannya.
Anda telah seringkali mendengar saya berkata ketika orang-orang telah maju ke depan dan mengabdikan hidup mereka kepada Tuhan. Anda telah mendengar saya berkata, “Kehidupan kekristenan kita seperti garis yang memiliki kekuatan yang sangat besar. Tidak masalah seberapa tinggi anda merentangkannya, dan membuatnya jatuh dan tergeletak di dalam debu tanah.” Di sini, dan kemudian di sini, ada sebuah standar besar yang akan menarik mereka. Dan jika anda telah melihat garis kuasa yang melintasi wilayah kita, mereka akan menjadi seperti ini. Turun dan bangkit kembali. Jatuh dan bangkit kembali. Standar yang besar itu menarik mereka dari debu tanah. Kehidupan kita sama seperti itu. Kita memiliki sebuah kecendrungan untuk ditarik ke dalam keduniawian di dalam hidup ini. Kehendak hati kita selalu berupa kedagingan dan materi dan keduniawian. Kita butuh untuk diangkat. Kita butuh untuk mentahbiskan kembali hidup kita. Kita butuh untuk menyerahkan kembali hidup kita kepada Tuhan. Standar itu, masa itu yang kita bawa untuk dekat kepada Allah. dan ketika kita menguduskan diri kita untuk pekerjaan Tuhan, tidakkah saya akan melakukannya dengan saudara-saudara saya? Saya telah menyerahkan hidup saya kepada Kristus enam puluh empat tahun yang lalu. Enam puluh empat tahun yang lalu. Saya masih seorang anak-anak, yang berusia sepuluh tahun. Dan saya maju ke depan dan memberikan tangan saya kepada pengkhotbah dan memberitahukan kepada jemaat bahwa hari ini saya mengakui iman saya kepada Tuhan Yesus. Tidakkah saya akan melakukan hal itu lagi? Semua orang-orang yang melihat saya dan mendengar saya telah berada di dalam sorga. Mereka telah meninggal. Tidakkah saya akan melakukan hal itu lagi dan lagi? Tidakkah saya akan melakukannya di hadapan anda? Saya memberi pengakuan iman saya kepada Tuhan Yesus. Saya telah memberikan hidup saya kepadaNya secara terbuka dan di hadapan umum dan tanpa rasa malu dihadapan semua penghuni sorgawi dan di depan semua mata manusia di dunia ini. Saya sungguh-sungguh memberi pengakuan iman saya kepada Tuhan Yesus. Saya butuh untuk melakukan hal itu.
Yang terakhir, tidakkah anda pikir sesuatu yang paling mulia di dalam hati dan di dalam jiwa. Yang sama seperti Kristus selain dari pada mengikuti dan menjawab doa dari Tuhan kita yang mulia? “Aku menguduskan diriKu bagi mereka.” Saya tidak dapat membayangkan, di dalam hidup saya, segala sesuatu yang paling mulia bagi jiwa saya dan bagi hati saya serta hidup saya selain dari pada mempersembahkan hidup saya bagi orang lain. Untuk anak saya, untuk anak lak-laki saya, untuk anak perempuan saya, untuk keluarga saya, untuk rumah saya, untuk jemaat saya, untuk pekerjaan kerajaan Juruselamat saya, dan bagi orang yang terhilang supaya mereka dapat selamat. Aku menguduskan diriKu bagi mereka, Aku mempersembahkan diriku untuk pekerjaan Allah. Apa yang dapat melebihi keindahan selain dari pada melakukan hal itu?
Keegoisan berbisik kepada Musa, “Musa, berdirilah kesamping dan biarkan murka Allah menyala seperti api dan membakar umatNya sehingga mereka binasa.” Dan Allah berfirman, “Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murkaKu bangkit atas mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi Engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.” Bayangkanlah hal itu. Musa, bukan Abraham, bukan Ishak, bukan Yakub—Musa, bapa leluhur dari umat pilihan Allah. Keegoisan berbisik kepada Musa, “Berdirilah ke samping dan biarkan murka Allah tercurah atas umat itu.” Tetapi pengabdian berkata “Oh, Tuhan Allah, maukah Engkau mengampuni dosa-dosa mereka—.” Kemudian ada sebuah garis hitam panjang. Musa tidak pernah menyelesaikannya, “Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu – dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari kitab yang telah Kau tulis. Jika mereka mati maka aku juga ingin mati. Jika mereka tidak dapat hidup, maka saya juga ingin binasa. Demi mereka, aku menguduskan, aku mempersembahkan diriku.” Keegoisan berbisik kepada Rut, “Kembalilah kamu ke moab, kepada bangsamu, ketempat tinggalmu, ke rumahmu dimana engkau dikenal dan lahir. Bukan di sebuah negeri asing di seberang sungai Yordan.” Keegoisan berkata, “Kembalilah engkau.” Tetapi pengabdian berkata, “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab kemana engkau pergi, kesitu jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan, Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” [Rut 1:16, 17]—pengabdian, pengudusan. Keegoisan berbisik kepada Paulus, “Didikanmu, kelurgamu, pelatihanmu. Di Universitas Yunani Tarsus, di bawah didikan Gamaliel, Rabi yang besar. Kamu dapat menjadi Rabi terbesar di Israel,” kata keegoisan. Pengabdian menjawab, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku lebih mulia dari pada semua.” Keegoisan berbisik kepada Yesus, “Sujudlah, semua hal yang harus Engkau lakukan hanya bersujud. Dan Setan menawakan kepadaMu semua kerajaan dunia dan kemuliaannya. Bukan Salib. Bukan air mata. Bukan penderitaan. Bukan kematian.” Tetapi pengabdian menjawab, “Sebab Anak manusia datang untuk memberikan nayawaNya bagi tebusan banyak orang” (Markus 10:45). Dan pengabdian menjawab, “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39). Dan Tuhan kita mati bagi kita. Dia menguduskan diriNya bagi kita. Dia menderita dan mati bagi kita. Dan kemudian Dia meminta hal itu bagi kita, “Dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran” (Yohanes 17:19). Tuhan tidak sendirian di dalam penderitaanNya dan pengorbananNya, saya juga dipanggil untuk meletakkan hidup saya bersama dengan Dia.
Untuk keluarga saya, untuk gereja saya, untuk rumah tangga saya dan rumah saya, bagi orang-orang yang terhilang, bagi kerajaan Kristus. Saya telah dipanggil Allah untuk melakukan itu semua. Bagi kita semua. Anda dan anda serta anda. Jadi akan ada seruan bagi orang yang terhilang dan bagi anggota gereja, dan akan selalu ada dalam setiap ibadah.
Hari ini, dengan ditetapkan dan memiliki tujuan serta dengan penuh doa, saya datang ke hadapan Tuhan untuk menguduskan diri saya bagi dia. Dan Allah memberkati komitmen itu dan menggunakannya di dalam kasihNya dan anugerahNya untuk menjangkau orang lain kepada Kristus dan untuk memberkati umatNya yang kudus.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.