Daftar Isi

IA YANG DATANG KEPADA ALLAH

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 8 Pebruari 1981

di First Baptist Church in Dallas

 

“Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:26)

 

Ibrani pasal yang ke-11 adalah salah satu pasal yang agung di dalam firman Allah, salah satu puncak gunung tertinggi dari Alkitab. Ini adalah daftar dari orang-orang yang disebut pahlawan-pahlawan iman.

 

Pasal ini dapat diberi judul “Melihat apa yang tidak kelihatan” atau “Melihat dengan mata iman.” Itu adalah bagaimana kita melihat Allah, di dalam ayat yang ketiga penulis menyatakan bahwa “Apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak kita lihat.” Di dalam bahasa Yunani, ini adalah pernyataan tentang atomik yang paling baik.

 

Di dalam ayat 7 kita membaca, “Karena iman maka Nuh dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan.” Dalam ayat 10, Abraham, Isak dan Yakub “Menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.” Dan jawaban dalam ayat 16 merupakan suatu kemenangan, “Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka karena Ia telah mempersiapkan kota bagi mereka.”

 

Dalam ayat 19 Abraham ketika mempersembahkan Isak, ia percaya kepada Allah bahwa Allah akan membangkitkan Isak dari antara orang mati. Ayat 27 adalah salah satu dari ayat-ayat deskriptif yang paling baik di dalam Alkitab. Musa lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. “Karena iman maka ia (Musa) telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja, ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan” (Ibrani 11:27).

 

 

KONSEP IMAN

 

Iman atau dalam bahasa Inggris “faith” adalah salah satu kata yang teragung di dalam banyak bahasa. Oleh iman petani mengolah ladang dan menaburkan benih dan ia percaya bahwa Allah akan memberikan tuaian. Dengan iman seorang dokter membedah tubuh seseorang untuk melakukan operasi dengan menggantungkan kepercayaan kepada Allah untuk menyembuhkan. Dengan iman Banker membuka pintunya dan mengundang para nasabah untuk datang dan mempercayakan harta mereka untuk  disimpan olehnya. Bisnis dan kehidupan adalah tidak mungkin lepas dari iman.

 

Pernahkah anda memperhatikan bagaimana semua bisnis di dunia ini tidak dapat menghindar dari penggunaan bahasa iman yang merupakan bahasa gereja? Seorang wanita suatu kali menelpon bank untuk meminta informasi tentang obligasinya dan banker menjawab dia: “Apakah denominasi jaminan keamanaan anda? Apakah anda tertarik tentang pertobatan atau penebusan?” Wanita itu terdiam cukup lama di ujung saluran telpon di seberang sana dan akhirnya wanita itu menjawab, “Apakah saya sedang berbicara dengan First National Bank atau First Baptist Church?” Anda tidak dapat melarikan diri atau menghindarinya. Seluruh kehidupan diletakkan di atas kata-kata ini. Oleh iman para pencinta membangun suatu rumah tangga dan membesarkan anak-anak mereka. Oleh iman seorang petani mengolah tanahnya. Dengan iman seorang pelaut menyebrangi samudera. Dan dengan iman kita melihat Allah.

 

 

MATA JIWA

 

Ada suatu kemampuan yang Allah berikan kepada manusia, yaitu mata rohani atau mata jiwa, dengan mata ini kita melihat sesuatu yang tidak kelihatan kita dapat datang dan mengenal Allah. Itu adalah kemampuan yang istimewa yang manusia miliki sebagai puncak penciptaan Allah. Manusia dapat melihat sesuatu yang tidak kelihatan. Semua keajaiban dari kehidupan modern abad 21 kita ini merupakan hasil dari kemampuan manusia melihat apa yang tidak kelihatan. Radio, radar, televisi, nilon, penggerak jet, pembagian atomik, pinicilin – semua keajaiban yang datang kepada kita. Di dunia modern ini, di tempat di mana kita hidup di sini sejak permulaan penciptaan. Demikian juga kita melihat Dia dengan mata jiwa kita.

 

Agnostik skeptik, Atheis dan semua orang yang tidak percaya berkata, “Tetapi saya tidak melihat Dia.” Bagi roh yang telah dibutakan maka terang Allah tidak bersinar. Bagi orang yang rohaninya telah menjadi tuli maka wahyu Allah tidak pernah terdengar baginya. Bagi orang yang secara rohani telah mati maka Allah yang hidup tidak pernah ada baginya. Sang pemazmur mengatakan bahwa bintang-bintang dilangit menyaksikan atau menyatakan kemuliaan Allah. Bahkan menurut Joyce Kilmer:

 

Aku berpikir bahwa aku tidak akan pernah melihat.

Puisi cinta bagaikan pohon

Pohon yang lapar mulut terbungkam

Menentang indahnya dunia ini

Pohon yang memandang Allah di sepanjang hari

Dan mengangkat ranting-rantingnya yang rindang untuk berdoa;

 

Puisi-puisi ini dibuat oleh orang bodoh seperti saya. Tetapi hanya Allah yang dapt menjadikan pohon itu.

 

Alfred Lord Tannysonn dapat melihat esensi Allah di dalam bunga yang paling kecil dan paling tidak berguna.

 

Bunga di celah-celah batu

Aku mencabutmu dari celah-celah itu

Aku menggenggammu di sini,

Akar dan semua yang ada padamu, di dalam tanganku

Bunga kecil – seandainya saja aku dapat memahami

Siapakah dirimu

Maka aku dapat mengetahui apakah Allah dan manusia itu

 

Mata iman melihat Allah di mana saja -- mereka melihat apa yang tidak kelihatan. William Herbert Carruth menulis dengan begitu agungnya ketika ia berkata:

 

Kabut tipis nan jauh di langit,

Lembutnya langit yang tiada batas

Ladang jagung yang mulai menguning

Dan angsa-angsa liar terbang tinggi

Dan seluruh dataran tinggi dan rendah di seluruh Scotlandia

Indahnya tangkai-tangkai keemasan

Dan beberapa dari kita menyebutnya musim gugur,

Dan yang lainnya menyebut itu Allah.

 

Seorang skeptik mungkin berkata, “Itu tidak cukup. Saya ingin melihat Dia. Saya ingin Dia berdiri di sini, di depan saya dan mengumumkan, ‘Aku adalah Allah.’ Aku ingin melihat Dia berdiri di hadapan saya.” Itulah kata-kata orang yang menyombongkan dirinya sendiri.

 

Pada tahun 63 SM, Pompey menaklukkan Yudea dan menjadikannya salah satu propinsi dari imperium Romawi. Ia datang ke Yerusalem bersama legion penakluknya, membuat jalan baginya menuju Bait Suci dan masuk ke ruang Mahakudus. Ia memegang tirai Bait Suci dan hendak masuk ke dalam ruang. Ketika orang-orang Yahudi melihat apa yang sedang ia lakukan mereka membungkuk di hadapan dia dan meminta lebih baik mengambil nyawa mereka dari pada mengotori ruang mahakudus, tempat di mana imam besar masuk ke dalamnya sekali dalam setahun untuk mempersembahkan korban darah bagi penebusan. Dengan sombong dan arogan, Pompey menarik tirai Bait Suci itu dan untuk pertama kalinya seorang penyembah berhala masuk ruang mahakudus. Ia masuk ke dalamnya kemudian ia kembali dan membuat suatu pernyataan: “Mengapa tidak ada sesuatupun di dalamnya! Tempat ini kosong!” Namun itu adalah tempat di mana Yesaya berkata:

 

Aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yesaya 6:1-3)

 

Pompey memiliki visi untuk menunjukkan kehebatan dirinya sendiri ketika ia masuk ruang mahakudus untuk menangkap Allah orang Ibrani, “Aku akan membawa Allah orang Ibrani ini dan aku akan meletakkannya di wagon dan ia akan menunjukkan kemenanganku, menaklukkan Yudea dan Yehovah, ketika aku berkeliling di seluruh jalanan kota Roma!” Itulah manusia sama seperti anda! Ia ingin Allah menjadi sesuatu yang dapat diperalatnya! Ia ingin Dia ada di sini di depan kita agar kita dapat melihat Dia!

 

Namun mungkin bukan hanya penyembah berhala kafir seperti Pompey yang mencari untuk memperalat Allah. Ketika kita membaca Alkitab kadang-kadang kita melihat sesuatu yang mengherankan, yaitu orang-orang kudus Perjanjian Lama atau umat Allah Perjanjian Lama berseru seperti yang seringkali kita lakukan, “Tuhan di manakah Engkau!” Ayub berkata, “Mengapa Engkau menyembunyikan wajahMu dan menganggap aku sebagai musuhMu?” (Ayub 13:24). Dan lagi di dalam Ayub 23:3 ia berkata, “Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam!” Dengan sangat sedih Daud berseru di dalam Mazmur 10:1, “Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya Tuhan, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?” Lagi di dalam Mazmur 13:1 ia berkata, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajahMu terhadap aku?” Yesaya berseru di dalam Yesaya 45:15, “Sungguh Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel Juruselamat.” Dan lagi nabi Yesaya berdoa di dalam Yesaya 64:1-2, “Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun, sehingga gunung-gunung goyang di hadapan-Mu!” Di dalam Yohanes pasal 14 setelah Filipus bersama dengan Tuhan selama 3 tahun ia berkata, “Tuhan tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.”

 

Mengapa Allah tidak berdiri di depan kita di pangung-pangung teater dan berkata, “Lihatlah, Akulah Allah”? Atau mengapa Ia tidak datang dalam demonstrasi yang luar biasa atau mungkin demontrasi di Catton Bowl atau di beberapa tempat yang sering dipakai untuk pelantikan dan berkata, “Lihat, Akulah Allah”? Ada tiga hal yang Allah katakan dan lakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, yaitu bahwa Ia menunjukkan diri-Nya sendiri dengan sentuhan secara pribadi kepada kita.

 

 

ALLAH MENYATAKAN DIRI-NYA SENDIRI DI DALAM CIPTAAN

 

Allah menyatakan diri-Nya sendiri di dalam ciptaan. Tidak ada seorangpun yang dapat melihat Allah dan dapat hidup. Yohanes menulis tentang itu, “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah” (Yohanes 1:18). Pikiran kita tidak dapat diisi dengan apa yang melampaui pikiran kita. Otak kita tidak akan memuatnya! Perasaan kita tidak dapat  tahan menerima Allah yang Mahakuasa. Natur kita yang penuh dosa tidak dapat mendekati hadirat Allah yang Mahakudus. Mengapa, kita bahkan tidak dapat melihat matahari! Satu-satunya cara agar kita dapat melihat mathari adalah dengan menutupi mata kita dengan kaca yang tebal. Jadi bagaimana saya mengharapkan untuk melihat wajah Allah!

 

Dalam Keluaran 33,  Musa berkata, “Allah ijinkan aku melihat Engkau.” Dan Allah menjawabnya:

 

“Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan” (Keluaran 33:20-23).

 

Allah menempatkan Musa dalam lekuk gunung itu dan menudungi Musa dengan tangan-Nya sampai Dia berjalan lewat. Kemudian Allah menarik tangan-Nya dan Musa melihat punggung-Nya, tetapi wajah-Nya tidak dilihat oleh Musa. Kita tidak dapat melihat Allah dan tetap hidup.

 

Allah menyatakan diri-Nya sendiri di dalam ciptaan yang begitu indah dan mulia di sekitar kita. Manusia ketakutan dan celaka ketika dia melihat hanya sekedar malaikat saja. Sering kali malaikat menampakkan diri dan ia berkata “Jangan takut” atau “Janganlah kamu menjadi takut.” Betapa lebih-lebih lagi jikalau Allah menampakkan diri! Dengan satu tangan saja, Ia telah membuat cincin emas yang memiliki diameter 670.000 mil, untuk mengelilingi planet Saturnus dan dengan tangan yang lain Dia membentuk kaki serangga mikroskopik yang paling kecil. Itulah Allah! Suatu hari Ia menempatkan matahari untuk menyinari alam semesta di 93 juta mil jauhnya. Dan hari kemudian, Ia mewarnai setiap bunga-bunga kecil dengan warna-warni dan meneteskan bau harum di setiap kelopak bunga yang menarik serangga untuk mendatanginya. Itulah Allah! Karya tangan-Nya ada di mana-mana! Ia menyatakan diri-Nya sendiri di dalam alam semesta yang begitu indah!

 

Di kota Roma, di hari-hari akhir dari kehidupan Michelangelo, ketika seniman agung ini sudah menjadi buta, mereka pernah menemukan satu patung yang terkubur di sebuah gundukan tanah “Ini pasti berasal dari Yunani,” kata mereka. Mereka mengirimkan patung itu kepada Michelangelo. Michaelangelo di dalam kebutaannya dan dengan tangannya yang sensitif mulai meraba patung itu. Michelangelo yang telah menjadi buta itu berkata: “Ini pasti pekerjaan dari seorang great master. Ini pasti dibuat oleh Phidias.” Demikian jugalah cara kita meraba Allah. Kita memperhatikan ciptaan Allah yang begitu indah dan tiada taranya. Itu pasti dibuat oleh Master workmen. Itu memperlihatkan tangan-tangan Allah. Allah menyatakan diri-Nya sendiri, Allah mempresentasikan diri-Nya sendiri di dalam ciptaan-Nya yang begitu mulia.

 

 

ALLAH MENYATAKAN DIRI-NYA DI DALAM MANUSIA

 

Allah mempresentasikan diri-Nya sendiri dengan mengenakan daging manusiawi pada diri-Nya sendiri. Mujizat yang paling agung dari semua mujizat yang Tuhan Allah buat adalah bahwa Ia sendiri datang menjadi manusia. Itu adalah kebenaran yang melampaui pikiran kita untuk dapat kita pahami. Misteri kebaikan-Nya adalah bahwa Allah menyatakan diri di dalam daging.

 

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:1, 14).

 

Allah menyatakan diri di dalam daging.

 

Seringkali keilahian Tuhan kita terpancar dari diri-Nya ketika Ia menjadi manusia. Di gunung Hermon ketika Ia dimuliakan di hadapan ketiga murid-Nya yang paling dekat dengan Dia dan pakaian serta wajah-Nya bersinar seperti cahaya matahari dan pakaian-Nya menjadi seputih salju. Keilahian Allah bersinar melalui tubuh-Nya ketika Ia menjadi manusia.

 

Ketika Ia tidur di perahu, murid-murid membangunkan Dia di tengah hantaman deru ombak dan berseru kepada-Nya, “Guru tidak pedulikah Engkau jika kita binasa?” Kemudian catatan selanjutnya mengatakan, “Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” (Markus 4:38b-39a). Keilahian Allah bersinar melalui selubung daging-Nya.

 

Ketika para prajurit menangkap Dia, mereka berkata, “Kami mencari Yesus dari Nazaret.” Yesus berkata kepada mereka, “Akulah Dia …” Kemudian apa yang terjadi? “Ketika Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.” (Yohanes 18:6). Keilahian Tuhan bersinar melalui selubung daging yang dikenakan-Nya.

 

Kitab Ibrani mengatakan bahwa dalam tubuh-Nya yang telah dimuliakan itu, Ia masuk ke dalam kemuliaan dan membuat jalan bagi kita untuk masuk ke dalamnya. Oh betapa agungnya penyataan Allah ketika Ia mengenakan bagi diri-Nya sendiri tubuh manusia!

 

 

ALLAH MENYATAKAN DIRI-NYA SENDIRI DI DALAM PENGALAMAN MANUSIA

 

Allah menyatakan diri-Nya sendiri di dalam pemeliharaan dan pengalaman-pengalaman kehidupan kita. Kita melihat Dia yang tidak kelihatan, kadang-kadang di dalam tragedi-tragedi yang sangat menyedihkan dan air mata dalam kehidupan kita.

 

Ada seorang yang tidak memiliki waktu untuk Allah atau gereja. Ia terlalu sibuk. Anaknya yang masih kecil pergi ke Sekolah Minggu. Suatu hari ada seorang anak kecil teman dari anaknya ini, mengetuk pintu rumahnya. Bisnismen ini kemudian membukakan pintu dan kemudian anak itu menjelaskan kepadanya, “Anak anda menaiki sepedanya turun ke jalan dan sebuah mobil telah menabraknya!” Sang ayah itu langsung lari turun ke jalan dan di sana ia melihat sepeda anaknya rusak dan berlumuran darah. Ia bertanya kepada teman-temannya yang berkumpul di situ, “Di manakah anakku?” mereka menjawab: “Kami tidak tahu, mobil yang menabraknya membawanya pergi.”

 

Laki-laki itu kemudian segera lari pulang ke rumahnya dan mulai menelpon semua Rumah Sakit di kota itu “Apakah anda menemukan anak laki-laki kecil yang terluka yang mungkin baru saja anda terima?” Akhirnya salah satu dari Rumah Sakit itu menjawab, “Ya, ia ada di sini.” Sang ayah itu kemudian menuju ke rumah sakit itu. Di sana terbaring anaknya yang sedang terluka parah. Ketika ia duduk di samping anak itu, ia memegangi tangan anaknya.

 

Anak kecil itu berkata kepada ayahnya, “Daddy, berdoalah.” Sang ayah menjawab, “Nak saya tidak dapat berdoa.” Anak kecil itu berkata, “Tolong Daddy, berdoalah.” Dan ayah itu menjawab, “Nak saya tidak tahu bagaimana caranya berdoa!” Anak kecil itu berkata, “Daddy, di Sekolah Minggu saya belajar bagaimana berdoa, maukah Daddy berdoa bersama saya?” Anak itu mulai memimpin doa, “Bapa kami yang di Sorga.” Sang ayah mengikuti doa anaknya itu, “Bapa kami yang ada di Sorga.” “Dimuliakanlah nama-Mu.” Dan sang ayah mengikutinya, “Dimuliakanlah namaMu.” Anak kecil itu melanjutkan doanya, “Datanglah kerajaanMu.” Sang ayah kembali mengikuti, “Datanglah kerajaanMu.” Kemudian anak kecil itu melanjutkan doanya, “Jadilah kehendakMu.” Tetapi sang ayah menolak untuk mengucapkan kata “Jadilah kehendakMu.” Ayahnya itu menolaknya. Anak kecil itu kemudian berkata, “Daddy, berdoalah seperti itu, katakanlah itu, ‘jadilah kehendakMu’.” Ketika ayahnya tetap menolak, tangan anak kecil itu kemudian mulai lemas. Sang ayah melihat wajah anaknya dan ia telah pergi! Ayah itu kemudian tersungkur ke lantai dan di dalam kesedihan yang luar biasa dan air matanya yang terus bercucuran ia menaikkan doa itu, “Jadilah kehendakMu!” Pada saat itu juga Allah masuk ke dalam jiwanya dan ia mengalami pertobatan yang sungguh ajaib dan mulia.