KESAKSIAN ROH

 

Dr. W. A. Criswell

 

Roma 8:14

10-17-54

 

            Anda sedang mendengarkan kebaktian First Baptist Church di tengah-tengah Dallas.  Dan ini adalah pendeta yang membawakan renungan pagi ini dari Pasal 8 Kitab Roma.  Dari Pasal 8 Kitab Roma.  Dalam kotbah kita tentang Firman Tuhan, selama beberapa hari Minggu terakhir sampai saat ini, kita telah sampai di Pasal 8 Roma.  Salah Salah satu pasal terbesar dalam Alkitab dan salah satu wahyu besar dari Tuhan. 

            Judul renungan pagi ini adalah: Kesaksian Roh.  Dan bacaan terambil dari Roma 8:14-17, dan 26 dan 27.  Roma 8:14:  Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah..  Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (istilah Ibrani untuk Bapa).

 

            Anda menemukan “Roh itu sendiri [the Spirit itself]” dalam Versi King James—dalam bahasa Yunani, istilah untuk roh menggunakan bentuk gender netral.  Begitu banyak bahasa yang tidak memiliki gender seperti yang kita miliki dalam bahasa Inggris.  Bagi kita, sebuah hal memiliki gender maskulin jika benda itu maskulin. Benda itu memiliki gender feminin jika benda itu feminin.  Benda itu memiliki gender netral jika benda itu netral. 

Itu adalah bahasa Inggris. Tetapi dalam banyak bahasa lain, mereka memiliki gender gramatis, bukan gender jenis kelamin sebenarnya.  Jadi dalam bahasa Yunani, istilah untuk “pneuma” adalah netral.  Roh memiliki gender netral. Saat menerjemahkan Injil, mereka menerjemahkan kata tersebut yang secara gramatis benar. 

            Mereka mencoba untuk menyebutkannya persis seperti yang disebutkan dalam teks aslinya. Jadi anda telah menerjemahkannya di sini “Roh itu sendiri [Spirit itself],” yang merupakan terjemahan yang benar secara gramatis.  Tetapi, jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris, harusnya memiliki gender maskulin: “the Spirit Himself.” 

            Anda harusnya tidak pernah – kita harusnya tidak pernah menyebutkan Roh Kudus Tuhan sebagai sebuah benda (it).  Roh Tuhan adalah seorang Pribadi. Dia adalah anggota dari Ketuhanan. Dia adalah salah satu dari Trinitas. Jadi dalam versi King James, saat anda membacara, “Spirit itself,” ingatlah bahwa itu adalah sebuah terjemahan gramatis.  Tetapi kita harusnya membacanya sebagai ‘Roh sendiri (“the Spirit Himself).”  Jadi sejak ini kita akan membacanya demikian. 

Roh itu sendiri, memberi kesaksian bersama roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.  Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.  (Sekarang ayat 26.)

 

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri (sekali lagi: - pneuma auto) berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan dalam bahasa kita (yang tidak terungkapkan)

 

Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.

 

            Renungan ini diberi judul: Kesaksian Roh.  Dan dalam nats kita, kita membaca, ada dua.  Ada Kesaksian Roh dalam kita, kepada kita.  Ada Kesaksian Roh di hadapan Allah—Pendoa syafaat, menjadi perantara, menjadi perantara permohonan di hadapan Tuhan. Ini adalah kedua bagian kotbah ini.  Kesaksian Roh kepada kita di hati kita dan Kesaksian Roh sebagai perantara di surga di hadapan Tuhan. 

            Kesaksian Roh dalam kita adalah kesaksian bahwa kita adalah anak-anak Allah.  Roma 8:16:

 

Roh itu sendiri memberi kesaksian bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.  (Dan di ayat di atas.) Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi.

 

Bisakah saya mengilustrasikan hal ini?  Di masa ketika Paulus hidup, hal ini jauh lebih jamak ketimbang saat ini.  Untuk mengilustrasikan, bayangkan bahwa seorang pelancong dunia akan menemukannya saat ini.  Negara kecil Thailand (Siam) adalah salah satu bangsa yang paling menarik di dunia. Dan selama bertahun-tahun, bukan karena dinamika yang umum saat ini, agama di sana hanya bersifat nominal.  Tetapi selama bertahun-tahun mereka hidup dalam dunia roh Buddha. Dan roh-roh ini ada di mana-mana.  Itulah alasan mengapa di loteng rumah mereka membangun sebuah atap, mereka akan memiliki nok dan bagian atap. Bentuk luarnya seperti itu. Di situ terisi dengan roh-roh. Dan saat roh-roh itu menghantam rumah itu, mereka merendam atap itu seakan-akan di ujungnya. Memberikannya sapuan kecil seperti ekor ayam, mengangkatnya seperti itu, karena sebuah roh selalu mengikutu dengan garis lurus. 

            Jadi jika engkau belum menyapunya, roh itu akan menghantam atap itu, dan bagian sisi rumah, dan masuk ke dalam rumah lewat pintu. Jadi mereka membuka tepi atap seperti itu saat roh itu menghantam rumah, mereka membukanya dan menembaknya ke angkasa sehingga tidak mengganggu rumah itu. 

            Bila anda pergi ke sebuah kuil di Thailand, kuil-kuil itu selalu diberi cat warna dan arsitektur indah.  Kadang-kadang dibuat dari keramik, kadang-kadang sangat indah. Dan anda melihatnya dan berkata: “Ini benar-benar produk dan karya jenius orang-orang luar biasa di dunia ini.”  Anda akan takjub. Tidak ada seperti ini di bumi. 

           Tetapi jika anda pergi ke kuil ini dan berdiri di istana kuilnya dan memperhatikan sekitar anda dan lagi-lagi saya katakan, anda akan takjub.  Karena dewa-dewa di sana dibuat dari perunggu dan kuningan dan keramik dan pualam, dewa-dewa itu adalah yang paling seram daripada ciptaan apapun yang pernah anda lihat.  Mereka terlihat seperti baru keluar dari lubang kegelapan, dari malam di neraka.  Dan keseluruhan agama itu dibingkai sebagai satu kesatuan yang ditempatkan atas dasar rasa takut yang kekal dan tidak berkesudahan –takut akan segala sesuatu – takut kepada matahari di siang hari dan takut pada bulan di malam hari. Dan takut pada roh-roh yang mengelilingi dan menekan dari setiap sudut.  Dan ini adalah tipikal dari semua agama kafir dan penyembah berhala.  Mereka hidup dalam ketakutan, rasa takut yang abadi terhadap segala sesuatu.  Dan agama mereka secara keseluruhan adalah agama yang menentramkan roh-roh tersebut. 

 

            Sekarang, mengenai anak-anak Allah:

 

Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" … 

Karena Roh itu sendiri memberi kesaksian bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.

 

           Kesaksian Roh adalah konsepsi dan persuasi terbesar yang bisa dimiliki seorang manusia fana.  Saat ke tujuh puluh orang itu kembali kepada Tuhan Yesus, Alkitab berkata: “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu."

            Mereka bisa melakukan mujizat. Mereka bisa menaruh tangan mereka ke atas orang sakit dan mereka menjadi sembuh. Kuasa Tuhan yang ajaib ada di ujung jari mereka. Dan mereka semua bersukacita atas hadirat yang ajaib itu. 

            Dan apakah anda ingat apa yang dikatakan Tuhan Yesus?  Tuhan Yesus berkata:

Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di Kitab Kehidupan Anak Domba."

           

            Bersukacitalah karena engkau adalah anak Tuhan. Bersukacitalah karena engkau telah diselamatkan. Bahwa kelak kita akan melihat wajah Tuhan saat kita meninggal. Bahwa kita akan hidup selama-lamanya. Bersukacitalah karena namamu tertulis di surga. 

            Jika saya bisa menuliskan kebalikannya. Jika satu-satunya alasan dasar manusia bersukacita adalah karena dia diselamatkan, karena dia adalah seorang Kristen, dan karena namanya tertulis di Kitab Tuhan di surga, maka kebalikan itu adalah benar. 

            Salah satu sebab dari kesedihan yang tiada tara dan tidak bisa diterangkan adalah ini: Bahwa seorang manusia tidak mengetahui apakah dia diselamatkan atau tidak. Apakah dia seorang Kristen atau tidak. 

“Apakah engkau diselamatkan? Apakah engkau seorang Kristen? Apakah engkau telah lahir baru?” 

            “Saya harap demikian Pendeta.  Saya pikir demikian. Saya ingin demikian.”

Maka kadang-kadang seorang manusia akan menjawab pendeta seperti ini: “Pak Pendeta, saya pergi ke Gereja atau saya dibaptiskan atau saya melakukan pengakuan dosa, atau saya mencoba membayar hutang saya, atau saya mencoba untuk hidup benar atau saya mencoba untuk memberi kepada orang miskin.” 

            Saya sedang duduk di sebuah pesawat terbang yang terisi penuh dan tinggal satu kursi tersisa.  Dan saya duduk di sebelah seorang pria tampan.  Dia dari Pittsburgh, Pennsylvania.  Dan seiring pesawat terbang mengudara, dia mengeluarkan sebuah buku kecil dan membacanya. 

            Itu adalah kali pertama saya melihat seorang pria di sebuah pesawat terbang yang membaca buku kecil seperti itu.  Saya memperhatikan buku itu dan mengikuti halaman-halaman setiap kali dia membukanya.  Buku itu berjudul: Bagaimana Menjadi Seorang KristenSeiring perjalanan kami, akhirnya saya mendapatkan keberanian untuk menaruh tangan saya di lengannya dan berkata: “Pak, saya sangat tertarik dengan buku yang sedang anda baca.” 

            Dia memandang saya dan berkata: “Anda tertarik?” 

            Kata saya: “Ya. Saya melihat judulnya  Bagaimana Menjadi Seorang Kristen.”   Saya bertanya kepadanya: “Apakah anda seorang Kristen?” 

            Dan ini jawabnya, katanya: “Pak, saya dibuat menjadi salah seorang anggota Gereja—sebuah Gereja ritualistik formal.  Saya dibuat menjadi anggota Gereja waktu saya masih bayi.  Waktu masih bayi mungil saya dikristenkan, saya dibaptis.” 

            Tetapi katanya lagi: “Tapi sejak saat itu, saya kuatir saya tidak berbuat banyak, kami tinggal di suatu komunitas dan kami beribadah di Gereja di komunitas itu, keluarga saya dan saya.”

            Tetapi katanya, “Saya tidak tahu apakah saya seorang Kristen atau bukan.  Dan salah satu teman saya memberikan buku kecil ini kepada saya.” 

            Dan saya berbicara kepada dia dan dia memberikan buku kecil itu kepada saya.  Katanya: “Teman saya memberi satu buku seperti ini juga waktu saya pulang ke rumah.” 

Dan dia memberikan buku kecil itu kepada saya.  Dan saya membawanya ke rumah dan saya membaca buku itu. Menurut hemat saya, waktu saya duduk di sebelah pria itu dan berbicara kepadanya, tidakkah itu memalukan—tidakkah itu memalukan, bahwa banyak orang Kristen seperti itu, dan itu termasuk kita semua. 

            Saya tidak terlihat tidak setuju akan mereka dan bahwa banyak orang Kristen memiliki iman, masuk persekutuan, masuk dalam persekutuan Gereja dan mereka tetap dalam kondisi tanpa pertobatan.  Mereka tidak mengalaminya sendiri (experiental). Mereka tidak menjadi dinamis. Mereka tidak memiliki sukacita besar dan tidak terbatas dan tidak terkatakan dan tidak bisa dijelaskan.  Tetapi mereka hidup dalam kerohanian yang dangkal:  “Saya harap demikian.” ”Saya ingin demikianlah yang terjadi.”  “Harusnya saya demikian.”  Tetapi semua hal-hal ini tidak cukup. Itu semua tidak cukup.  Karena tidak cukup bagi seseorang untuk membangun harapannya dan untuk membangun keselamatannya dengan hanya memiliki kebiasaan pergi ke Gereja atau atas sesuatu yang terjadi saat dia masih seorang bayi yang belum punya kesadaran, atau atas sejumlah ukuran moralitas, untuk mana dia menyerahkan hidupnya saat ini; hal-hal ini tidaklah cukup.  Kesalamatan kita, kepastian kehidupan kita harus terletak pada sesuatu yang jauh lebih primer dan fundamental dan tidak bisa hilang dan tahan lama ketimbang hal-hal yang bisa dipunyai atau dimiliki seseorang. 

            Sekarang, bagaimana saya tahu bahwa saya adalah seorang anak Allah?  Bagaimana saya memastikan hal ini? Bagaimana saya menyadarinya?  Jaminan keselamatan apa yang bisa saya lihat?  Semua ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang penting. 

Nah sekarang mari kita perhatikan.  Siapa yang menyebut saya seorang Kristen?  Siapa yang menyebut anda seorang Kristen?  Mmm, pendeta saya mengatakan bahwa saya adalah seorang Kristen—Tidak masalah. Atau diaken mengatakan bahwa saya adalah seorang Kristen—Baik-baik saja.  Tetangga saya mengatakan bahwa saya adalah seorang Kristen—Itu baik.  Rekan bisnis saya mengatakan bahwa saya adalah seorang anak Tuhan—itu bagus.  Semua tetangga saya mengatakan hal-hal yang baik tentang saya—Itu bagus.  Saya tidak meminimalkan kesaksian-kesaksian seperti ini. Tetapi tolong beritahu saya, anda yang pengacara, apakah benar bahwa di suatu pengadilan hukum, bahwa bukan apa yang dikatakan seseorang yang punya makna, tetapi siapa yang mengatakannyalah yang memiliki bobot di pengadilan.  Lusinan bajingan bisa saja bersumpah palsu. Itu tidak membuktikan kebenaran. Adalah karakter orang itu dan siapa dia, dia yang memiliki kesaksianlah yang memiliki bobot yang luar biasa dan kekal. 

            Karena pendeta mengatakan bahwa saya adalah seorang Kristen atau seorang Guru Sekolah Minggu, atau seorang pengajar; atau tetangga atau keluarga atau rekan bisnis—itu semua baik.  Tetapi kesaksian besar dan utama kita harus selalu adalah persekutuan dengan Tuhan itu sendiri. 

            Dalam hati anda, di dalam lubuk hati terdalam anda, apa yang Tuhan katakan kepada anda?  “Roh itu sendiri, Tuhan di dalam kita, Roh itu sendiri yang memberi kesaksian kepada roh kita.”  Dengan roh kita, di lubuk hati terdalam kita, bahwa kita adalah anak Allah. Bahwa kita adalah milik-Nya. Bahwa kita diselamatkan. Bahwa kita adalah orang-orang Kristen..  “Sehingga kita bisa mengucapkan: Abba, Bapa.” 

            Sekarang pembahasan mengenai hubungan antara Allah Anak dan Allah Bapa.  Anda bukan menjadi seorang anak Allah berdasarkan kelahiran fisik dan kedagingan anda. Anda tidak lahir di dunia ini langsung menjadi seorang anak Allah. 

            Paulus menulis—dan kita telah mengkotbahkan mengenai hal ini selama beberapa hari Minggu, khususnya Minggu malam——(dan jika kita menerima Firman Tuhan, ini adalah mutlak)—Paulus menulis bahwa menuruf sifat, menurut kelahiran fisik, kita adalah anak-anak durhaka. Kita adalah anak-anak penghakiman. Menurut sifat, kita bukanlah anak-anak Allah. 

            Kemudian, bagaimana dengan frase berikut: Kebapaan Tuhan dan kebapaan manusia. Ini tidak mungkin mengenai hal-hal rohani.  Kita adalah anak-Anak Allah menurut kelahiran dalam pengertian bahwa seekor kutu juga demikian. Dalam pengertian bahwa seekor serangga juga demikian. Dalam pengertian bahwa sebuah bintang juga demikian. Dalam pengertian bahwa samudera dan benua juga demikian. 

            Kita semua adalah ciptaan Tuhan, dalam pengertian bahwa Tuhanlah yang membuat kita dan menciptakan kita.  Kutu dan lebah dan serangga dan kuman dan bintang dan planet dan benda langit di seluruh jagad raya ini, dalam pengertian ini, adalah ciptaan Tuhan. Tetapi tidak mungkin seorang manusia menjadi seorang anak Allah, anak Tuhan sampai dia lahir dari Roh, sampai dia lahir baru. Sampai, sebagaimana kata yang digunakan Paulus di sini: Dia diadopsi ke dalam keluarga Yang Maha Kuasa. 

            Kita adalah anak-anak Allah oleh kelahiran kembali—dengan lahir baru.  Lahir satu kali tidaklah cukup.  Seorang manusia harus menjadi anak Allah, harus lahir dua kali—lahir dari Roh. Dan bila seseorang lahir dari Roh, dia memiliki kesaksian Tuhan dalam dirinya sendiri:  Adalah Roh —(dan nats kitab suci pagi ini yang kita baca bersama—)Dan Roh itu sendiri lah yang memberi kesaksian, karena Roh itu adalah benar. Jika kita menerima kesaksian manusia, kesaksian dari Tuhan lebih hebat. Seorang anak Allah memiliki Allah did alamnya. Dia memiliki Roh Tuhan di dalamnya. Dan Roh Tuhan bersaksi di dalam, kepada orang tersebut, bahwa dia adalah anak Allah.  “Engkau adalah anak Allah:” Dia membisikkannya di dalamjiwa anda.  Saya tidak berpikir bahwa ada anak Tuhan yang pernah gagal mendapatkan jaminan itu, yaitu kesaksian Roh di dalam hati:  “Engkau adalah anak Allah. Engkau adalah milik Allah.” 

            Dalam biografi George W. Truett karangan Powhatan James, satu-satunya tempat yang pernah saya lihat merekam kisah derita mendalam yang melanda pendeta Gereja ini.  Dalam sebuah perjalanan perburuan, karena suatu kecelakaan karena perbuatannya sendiri, pendeta itu membunuh seseorang. Karena kecelakaan itu, nyawa orang itu melayang. Orang itu mati karena rasa sakit dan luka akibat kecelakaan itu. Dan dia adalah seorang yang sangat luar biasa dan baik; saya pikir dia adalah Kepala Kepolisian kota ini. Dan ini membuat orang itu menderita dukacita yang tidak terperi, mengalami putus asa, sehingga hanya roh yang sensitif seperti rohnya yang mengetahuinya. 

            Dan orang mulai bertanya-tanya: “Akankah dia berkotbah lagi?  Akankah dia berdiri di atas mimbar lagi?  Akankah dia kembali ke Gereja ini lagi?” 

            Dan dalam biografi itu, yang ditulis Dr. James, kisah mendalam itu saling terkait. Dalam kedalaman rasa putus asanya dan di malam-malam kesedihannya yang sangat dalam, tampaklah satu penglihatan dari Tuhan Yesus Kristus kepadanya, dan berkata: “Jangan takut, sejak saat ini, engkau adalah anak-Ku.” 

            Dan pendeta itu bangkit untuk menghadapi tugas pelayanan di dunia dengan kuasa yang menjadi luar biasa besar. Dan dia tidak pernah ragu-ragu. Dia tidak pernah menjauh dari jaminan oleh kesaksian Tuhan:  “Jangan takut, sejak saat ini, engkau adalah anak-Ku.” 

            Di Boston Common, ada sebuah tugu pengkotbah besar bernama Phillip Brooks.  Dan yang mengagumkan dari tugu itu adalah: bahwa pemahatnya membuat pengkotbah yang hebat itu mirip dengan Yesus Kristus.  Dan Tuhan Yesus menaruh tangan-Nya di bahu Phillip Brooks.  Dan pengkotbah itu berdiri di sana sebagai utusan dan duta besar dan juru bicara Tuhan.  Dan persis di belakangnya adalah Tuhan Yesus dengan tangan-Nya ada di bahu Phillip Brooks.

           Kesaksiannya adalah dari Tuhan:  “Engkau adalah anak-Ku. Engkau adalah Gereja-Ku. Engkau adalah milik-Ku.”  Kesaksian Tuhan dan kesaksian itu ada di hati di setiap orang Kristen, bagaimanapun juga, kesaksian itu selalu ada di sana, kita tidak pernah jauh darinya—kesaksian itu, bisikan itu, kesaksian dari Tuhan, di hati mu. 

           Backley ditanya: “Bagaimana engkau tahu bahwa Yesus hidup?” 

            Dan dia berkata: “Saya membacanya dalam Alkitab dan saya membacanya dalam sejarah.”

            Dan si penanya yang bukan orang percaya berkata: “Tetapi saya tidak percaya Alkitab dan saya tidak percaya sejarah tentang apa yang dikatakannya tentang Yesus. Saya tidak percaya Dia pernah hidup.” 

            Backley menjawab dengan cepat: “Saya tahu bahwa Dia hidup, karena Dia hidup di hati saya.  Kesaksian saya ada di hati saya.”

 

Dia hidup, Dia hidup

Yesus Kristus hidup hari ini!

Dia berjalan bersamaku

Dia berbicara denganku

Sepanjang jalan yang sempit itu

Dia hidup, Dia hidup,

Keselamatan terjelma!

Engkau bertanya kepadaku

Bagaimana engkau tahu Dia hidup?

Dia hidup di dalam hatiku

[Alfred H. Ackley, 1933]

 

            Kesaksian itu ada di jiwa kita.  Dan jangan pernah menjauh darinya. Jangan pernah!   Tidak semua dari kita hidup benar sepanjang waktu. Tidak semua kita menjadi pendoa syafaat sepanjang waktu. Tidak semua kita sepenuhnya berguna sepanjang waktu. Tetapi anda tidak pernah menjauh dari Kesaksian Roh.  Dia berbisik: “Engkau adalah anak Tuhan.  Engkau adalah milik Tuhan. Engkau adalah hamba Tuhan.” 

            Saya banyak memikirkan hal-hal ini dengan cara yang tidak biasa dan aneh.  Di sebuah kota kecil di negara bagian Texas, waktu mengadakan sebuah pertemuan kebangunan rohani di Gereja di pusat kota —saya diminta oleh seorang istri yang terisak-isak untuk berbicara kepada suaminya. Saya pergi keluar. Coba tebak kemana saya pergi? Coba tebak apa yang sedang dilakukannya?  Di tepi kota, dia asyik berjoget. Di tepi kota, dia ada di sebuah bar dan lantai dansa di tepi kota.  Dan saya pergi ke sana dan memperkenalkan diri saya kepadanya: “Saya adalah pendeta Gereja ini. Dan istri anda yang sedang menangis meminta saya untuk menemui anda.” 

            Dia memandang saya: “Jadi anda adalah pengkotbah dan pendeta Gereja itu?”

            Kami pergi ke belakang, ke sebuah ruangan kecil dan dia menutup pintu dan duduk di sebelah saya, dan berkata, “Saya begitu sedih karena saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya begitu tidak bahagia. Bagi saya hidup adalah beban.” 

            Kata saya: “Tahukah anda satu hal?  Engkau adalah seorang Kristen.  Engkah telah diselamtkan dan Roh Tuhan berbisik dihatimu setiap jam setiap hari dan setiap malam untuk mengatakan: Apa yang engkau lakukan di sini?  Apa yang engkau lakukan di sini? 

            Dan saat dia berbicara kepada saya, dia tertunduk lesu:  “Itu benar.  Dan saya begitu menderita sampai-sampai saya ingin mati.” 

            Itulah Kesaksian Roh.  Anda tidak pernah menjauh darinya.  “Apa yang engkau lakukan di sini?  Untuk apa engkau mengerjakan hal ini?”  Dan akhirnya Tuhan membebaskan dia. Dia keluar dari tempat itu. Dia menjualnya. Dia membuang semua sampah itu. Dan dengan keluarga dan anak-anaknya, kembali ke Gereja mulia itu, dan dia mendapat pekerjaan lain. 

Kesaksian Roh itu ada di dalam anda.  Jika engkau ingin tahu apakah engkau adalah seorang Kristen atau tidak, pergilah keluar dan cobalah menjalani kehidupan di dunia ini. Dan lihat apakah di dalam hatimu, apakah ada suara yang muncul. Dia persis seperti seseorang yang berbicara kepada anda.  Dan Dia akan berbisik: “Apa yang engkau lakukan di sini?  Apa yang engkau lakukan di sini?  Engkau adalah anak Allah.  Engkau adalah anak Allah.” 

            “Roh itu sendiri memberi kesaksian bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah:”  Itu adalah kesaksian di dalam hati. Sekarang kita membahas Kesaksian Roh kepada Allah:

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. 

Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.

 

            Saudara-saudara terkasih, yang bisa saya lakukan hanyalah melihat kedalaman misteri kebijaksanaan dan anugerah dan kebaikan Tuhan Yang Maha Esa yang tidak terperi.  Atau jika dibalik, yang bisa saya lakukan hanyalah memandang cakrawala dan alam raya dan bintang serta alam raya dan kebesaran surgawi yang ada di atas kita. 

            Saya tidak dapat memasuki misteri ayat ini:

kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. 

 

            Saya ingat Pasal 2 Kitab Keluaran, ayat-ayat terakhir dari Kitab Keluaran.  Saya ingat ada kata keluh kesah dan Tuhan mendengarnya. Ayat itu berbunyi seperti ini:

Anak-anak Israel ada di tanah Mesir.  (Dan Alkitab berkata)

Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.

Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka..

 

            Hal yang sama juga ada di sini.  Kita ada di tempat ini mengeluh dalam diri kita. Dalam ayat 23 tertulis:

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. 

 

            Berbeban dalam hidup ini, hidup di dalam masalah, kita tidak tahu bagaimana harusnya berdoa sebagaimana layaknya kita harusnya.  Dan kita tidak tahu bagaimana harus berdoa sebagaimana kita seharusnya. Sesat seperti domba. Pikiran kita diselubungi sesuatu dan roh kita menjadi kering dan tubuh ktia melemah. Karena kelemahan yang diwarisi daging, berbeban, apa yang engkau lakukan dan apa yang engkau katakan?  Dan bagaimana engkau berdoa?  Dan apa yang engkau tangisi?   Dan bagaimana engkau menempatkannya dalam bahasa, dalam kalimat, dan dalam kata-kata hal-hal yang tidak terucapkan ini, yang bisa dirasakan roh, tetapi tidak pernah bisa diucapkan?  Apa yang engkau lakukan? Apa yang engkau lakukan?  Bagaimana engkau mendekat ke Tuhan Yang Maha Besar? Bagaimana engkau berdiri di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa? 

            Seperti dikatakan Abraham:

Abraham menyahut: "Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu..”

 

            Bagaimana dengan anda? Dan bagaimana anda tahu apa yang harus dikatakan? Dan bagaimana anda mengatakannya?  Kelemahan-kelemahan kita – ini adalah jawaban dari Kitab Suci. Kita semua menanggung beban kekurangan dan kelemahan kita dalam hal-hal ini, sehingga kita tidak tahu dan tidak bisa berbuat apa, kita menyerahkan itu semua kepada Roh Kudus.  Dan Dia, Dia yang berbicara bagi kita. Dia yang berdoa bagi kita. Dalam keluhan-keluhan, keluh kesah, kita yang tidak bisa kita ungkapkan. Allah Bapa kita yang besar, Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Persis sebagaimana yang dilakukan Tuhan kepada kita. 

            Anda perhatikan kata berdoa bagi kita (“intercession”) dua kali digunakan di sana?  “Roh itu sendiri berdoa bagi kita?”  Dan dalam ayat berikutnya: “Karena ia berdoa bagi kita”—Allah Bapa kita …  Dan saat engkau menemui kata-kata seperti ini, dan saya tidak tahu bagaimana untuk mengatakannya.  Persis seperti kita mengoyakkan Trinitas, tetapi saya tidak tahu bagaimana untuk mengatakannya selain daripada ini:  Allah Bapa Kita yang menciptakankita dan di tangan-Nya segala sesuatu ada—yang menghakimi jiwa kita dan keberadaan kita di hadapan-Nya, yang memegang bumi ini dengan keseimbangan meskipun bumi hanya sebutir debu—Dialah Allah Bapa Kita. Dan di tangan kanan-Nya adalah Yesus, Juru Selamat kita, berdoa syafaat di surga.  Dan di dalam kita. Dan oleh kita, dan untuk kita lah Roh Kudus berdoa, berdoa syafaat, demi kita di bumi ini. 

            Dan itulah status anak Tuhan.  Tuhan Yesus mampu menyelamatkan sepenuhnya karena Dia pernah hidup untuk berdoa syafaat bagi kita, Yesus berdoa syafaat di tangan kanan Bapa di surga.  Dan Roh Kudus dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan, menjadi pengantara, berdoa bagi kita di sini di bumi.  Dan tidakkah itu suatu wahyu mulia dari anugerah dan belas kasih Tuhan yang tidak terbatas?

            “Tuhan, jika saja Engkau di sini, saudara kami tidak akan mati,” kata Marta dan kata Maria kepada Tuhan Yesus. 

            Dan Tuhan berkata: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Dia akan datang. …”   Paraclete—anda telah menerjemahkannya sebagai Penghibur.  Anda tidak dapat menerjemahkan paraclete—Roh Kudus—“Jika Aku pergi, Dia akan datang”—Roh Kudus—Pendamping.  Ini adalah satu kata kecil: “Pendamping,”” Penolong,” “Penasihat,” “Penuntun dan Pemelihara”—the paraclete, Pendamping.

“tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu..  Dia akan ebrdiam bersamamu selama-lamanya.”  Seberapa dekat Tuhan dengan anda?  Sedekat ini—seperti nafas saya—sedekat itu, seperti tangan saya dan kaki saya—sedekat itu!  Seperti hati saya—sedekat itu!  Tuhan itu dekat—Dialah paraclete.

Roh itu memberi kesaksian, Penolong kita ada besama kita.  Dalam dukacita, Dia berkata: “Bersukacitalah.”  Dalam kebingungan dia berkata: “Ini adalah Jalan. Melangkahlah di jalan itu.”  Di masa muda kita Dia berkata, “Ingatlah!”  Dan di usia tua Dia berkata: “Aku tidak akan pernah membiarkan kamu, Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu.”  Dalam kebaktian Dia berkata: Saya akan menyertai kamu sampai akhir zaman.”  Dalam permohonan Dia berkata: “Aku akan menjawab engkau.”  Waktu kita memberi Dia berkata: “Ujilah aku dan lihat.”  Dalam kebimbangan kita, Dia berkata: “Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”  Waktu kita berbeban berat Dia berkata: “Serahkanlah segala kuatirMu kepada-Tuhan.”  Dan waktu kita lelah Dia berkata: “Aku akan memberi kelegaan kepada-Mu”—Itulah kesaksian Roh Kudus Tuhan!  

Dan Dia berbicara kepada anda pagi ini.  Saudara terkasih, jika hanya bergantung pada kotbah ku yang tidak ada apa-apanya ini, pada perkataan ku yang penuh kelemahan hari ini, anda tidak akan pernah memahaminya.  Dan jika kebaktian ini bergantung pada kefasihan bicara pendeta ini, anda tidak akan pernah memahaminya. Tetapi kuasa pesan dari Allah tidak terletak pada pengkotbah atau dalam kefasihan berbicara.   Kuasa pesan Injil Kristus ada di dalam Roh yang membawa perkataan itu ke dalam hatimu. 

Dan Dia berbicara.  Dia selalu berbicara:  Kepada orang yang percaya pada sang Juru Selamat, kepada orang di kota yang mempersembahkan hidupnya bagi Gereja. Dan Dia berbicara ke hatimu hari ini. Akankah engkau mendengar dan menanggapi:  “Ini aku pendeta, hari ini aku membuka hatiku bagi Tuhan Yesus.”   

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;.  Bahkan kepada mereka yang percaya dalam nama-Nya. 

 

Dan beberapa dari anda masuk ke dalam persekutuan Gereja ini, sebagaimana dipimpin dan diarahkan Roh dan dikatakan Firman. Waktu kita tampil hari ini, akankah anda datang: “Ini aku pendeta” atau “Ini keluargaku.”

Semua anda, atau hanya seseorang dari anda sekalian, waktu tampil di balkon atas, dari manapun dari satu sisi ke sisi lainnya—akankah engkau datang?  Akan engkau mengambil keputusan sekarang: “Ini aku datang pendeta, dan inilah aku.”  Ulurkan tangan anda kepadaku.  Berikan hatimu kepada Tuhan.  Berikan hidupmu bersama kami di Gerjea ini dan dalam pelayanan yang mulia ini. Akan kah engkau datang waktu kita berdiri dan waktu kita menyanyi?