ABRAHAM : WARGA KOTA  UR-KASDIM

ABRAHAM: THE CITIZEN OF UR OF THE CHALDEES

 

Dr. W. A. Criswell

 

Kejadian 12:2

05-26-57

 

            Anda sedang bersama dengan kami pelayanan dari First Baptist Church di Dallas. Dan ini adalah Bapak Gembala Sidang sedang membawakan khotbah pagi yang berjudul: “Abraham: Warga Kota Ur-Kasdim.”

 

            Nah, dalam Alkitab kita, mari kita kembali ke Kitab Kejadian pasal sebelas. Dan karena khotbah selalu berkembang dari waktu ke waktu, anda dapat kembali bersama saya ke tempat-tempat yang ada di dalam Alkitab yang akan kita bicarakan pada pagi ini. Abraham dari kota Ur-Kasdim. Dalam Kejadian sebelas ayat dua puluh enam tertulis,” Setelah Terah hidup tujuh puluh tahun, ia memperanakkan Abram, Nahor dan Haran.”

 

            Ayat dua puluh sembilan,” Abram dan Nahor kedua-duanya kawin; nama isteri Abram ialah Sarai;..... Ayat tiga puluh satu, ”Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran (yang merupakan lembah Mesopotamia bagian selatan), dan menetap di sana.”

 

            Sekarang, pasal dua belas: Berfirmanlah Tuhan kepada Abram,”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” 

 

            Nah, saya baru saja membacakan kepada anda, titik balik pertama yang sangat hebat yang ada dalam Alkitab. Bukankah ini suatu hal yang luar biasa pada saat saya memegang Alkitab saya dan menutup covernya seperti ini, saya ambil sebelas pasal pertama dari Alkitab, hanya beberapa halaman awal, dan itu adalah tentang seluruh penciptaan dan seluruh umat manusia sampai saat sekarang ini. Kemudian ketika saya memegang Alkitab di tangan saya, mayoritas dari keseluruhan Alkitab berhubungan dengan satu keluarga, satu ras, dengan satu kisah.

 

            Di atas semua itu, ada suatu hal yang sangat, sangat jelas. Yaitu, bahwa Alkitab sama sekali bukanlah sebuah catatan tentang rentetan kejadian-kejadian, atau sejarah tentang suku bangsa. Alkitab mempunyai sebuah tujuan. Ada suatu rencana keselamatan yang dijabarkannya. Hanya itulah pokok tujuannya. Kesebelas pasal dari Kitab Kejadian itu hanyalah suatu pendahuluan. Allah memberitahukan kepada kita bagaimana Ia menciptakan dunia. Allah memberitahukan kita tentang awal mula bangsa-bangsa. Kemudian semuanya itu jatuh, hampir tidak pernah menjadi referensi lagi.

 

            Dan dalam Kitab Kejadian pasal dua belas, Allah memilih seorang manusia dan sebuah keluarga dan satu bangsa, dan sejak itu kisah ini merupakan suatu pemaparan tentang maksud Allah untuk penebusan melalui satu orang itu dan keturunannya. Ini merupakan suatu hal yang identik yang akan anda temukan dalam kehidupan Kristus. Bagaimanapun, Alkitab bukanlah biografi tentang kehidupan Yesus. Dalam kehidupan Tuhan kita, mulai dari usia satu tahun sampai Ia berusia 30 tahun, tidak ada yang diceritakan kecuali adanya suatu insiden kecil ketika bocah berusia 12 tahun itu mengunjungi Bait Allah.

 

Nah, dalam masa tiga tahun pelayanan publik Tuhan kita, lebih dari sepertiga Kitab Injil membicarakan beberapa hari terakhir dan jam-jam terakhir pelayanan tersebut. Jadi hal yang ada di balik kisah-kisah dalam Alkitab adalah suatu tujuan besar, bukan sejarah, bukan pendidikan, bukan ilmu pengetahuan, bukan tentang ras atau tentang dunia; melainkan tentang rencana pengampunan dosa dari Allah.

 

Jadi ketika saya membaca Alkitab, saya sedang membaca pengungkapan pengampunan dari Allah yang menarik hati saya. Itulah tujuannya dan hal-hal yang saya baca di dalam Alkitab, tertulis di sana sebagai contoh-contoh. Bagaimanapun juga ini bukanlah hanya sejarah atau rentetan kejadian. Namun, hal ini sebagai peringatan bagi kita yang akan menghadapi hari-hari terakhir. Dan dengan cara demikian kita diperintahkan, jiwa kita akan diselamatkan, dan hati kita akan dibesarkan. Alkitab adalah firman Allah untuk hati kita. Roti (manna) bagi jiwa kita. Air kehidupan bagi roh kita yang haus. Dan kita harus menerima Alkitab sebagai firman Allah. Alkitab adalah pintu masuk. Pintu Allah menuju surga, yang mana tanpanya tidak ada seorangpun yang akan dapat diselamatkan. Manusia tidak akan pernah bisa melihat Allah bila jauh dari firman Allah. Lahir baru, dengan firman Allah yang hidup dan kekal untuk selama-lamanya. Dan inilah firman dengan mana Kitab Injil diberitakan kepada anda. 1 Petrus 1:23-25 : “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. Kita semua diselamatkan oleh ajaran Kristus, firman Allah, dan dengan kuasa Roh Kudus yang bertumbuh di dalam hati kita.”

           

Jadi, benda yang saya pegang di tangan saya ini lebih cepat, lebih berkuasa dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun. Ini adalah firman Allah. Ia mempercepat kehadiran Allah. Roh Allah yang hidup. Allah ada dalam halaman-halaman Alkitab dan Allah ada dalam firman-firmanNya. “Pada mulanya adalah firman, dan firman itu bersama-sama dengan Allah.” “Dan aku melihat surga terbuka dan lihatlah Dia yang namaNya disebut firman Allah.” Firman yang berinkarnasi, firman yang diperkatakan, firman yang hidup, dan ketiganya adalah satu. Dan pada saat saya mempelajari firman, saya mempelajari Allah, dan ketika saya mengikuti firman, saya mengikuti Allah. Dan secara spiritual, ketika saya mengenal firman, saya mengenal Allah.

           

Ketika saya mempelajari Kitab Injil, saya mempelajari Yesus sendiri. Di luar Kitab Injil anda tidak akan pernah memiliki Yesus, anda tidak akan pernah tau tentang Yesus. Ini adalah kuasa Allah, dan merupakan sarana penebusan untuk keselamatan dunia. Itulah alasannya kita membesar-besarkan Alkitab dan meninggikan wahyu yang diagungkan ini.

 

            Jika saya mengecilkan firman Allah, saya mengecilkan Tuhan Yesus Kristus. Jika saya membesarkan firman Allah, saya memuliakan Yesus Kristus. Jadi, saya katakan, ini bukanlah hanya sekedar buku. Ia mempunyai tujuan penebusan yang sangat dahsyat yang menggapai ke dalam hati setiap kita dan karenanya kita diselamatkan dalam wahyu tersebut.

 

            Sekarang, kita mulai dengan Abraham. Abraham sangat penting dalam maksud penebusan ini. Bila kita menghilangkan Abraham, sama saja halnya seperti kita meruntuhkan salah satu struktur pada bagian ujung jembatan gantung. Dengan segera jembatan itu akan runtuh ke kedalaman laut atau samudera. Demikian juga dengan Abraham. Bila kita meniadakan Abraham, seluruh struktur rencana penebusan dan program Allah sebagaimana yang tertulis di dalam Alkitab akan hancur.

 

            Abraham adalah suatu awal yang hebat. Ia adalah bapa orang percaya, ia disebut “sahabat Allah.” Bukankah ini suatu sebutan yang luar biasa bagi dia dimana ketiga agama monotheistis memandangnya sebagai bapa? Yudaisme, Islam dan Kristen. Abraham sangatlah penting, dalam tujuan penebusan oleh Allah.

 

            Nah, dimanapun anda menemukan keterangan, ajaran atau dasar yang sangat penting dari wahyu Allah, seperti misalnya sifat ketuhanan Kristus, kebangkitan Tuhan kita, inspirasi dari ayat-ayat Alkitab, panggilan Abraham, dimanapun itu, disitu anda akan menemukan sekelompok kritikus sejarah yang menyerangnya, berusaha untuk meruntuhkannya, mencoba untuk mematahkannya. Demikian juga dengan Abraham.

 

             Tahukah anda, ada suatu hal yang aneh saat saya menyiapkan khotbah yang saya tulis minggu ini. Maksud saya dalam minggu ini, pada saat saya sedang belajar, saya melakukan suatu perjalanan. Dan ketika saya dalam perjalanan pulang di atas pesawat, ada seorang pria yang duduk di seberang gang dari tempat duduk saya. Ia melihat pada saya dan berkata,” Anda pasti seorang pengacara atau seorang pendeta.” Saya tidak mengerti mengapa ia mengira pengacara. Biasanya, mereka bilang anda tampak seperti seorang penjudi atau yang lainnya. “Anda seorang pengacara atau seorang pendeta, anda yang mana?”

 

            “Yah,” kata saya, “saya seorang pendeta.” “Baiklah,” katanya. “Kemarilah dan duduk di samping saya dan saya ingin bicara dengan anda.” Jadi saya pindah ke sana dan duduk di sampingnya. Dia sendiri seorang pengacara. Ia seorang yang sangat pandai, dan diantara hal-hal yang ia katakan, ia berkata,” Saya pikir tokoh-tokoh yang ada di dalam Perjanjian Lama tidak benar-benar ada. Saya tidak percaya mereka benar-benar nyata.” Ia berkata,” Saya yakin mereka adalah suku-suku bangsa. Mereka merupakan sekelompok manusia, dan nama-nama pada waktu dulu itu hanyalah perwujudan dari suku-suku bangsa tadi. Dan begitulah, mereka tidak pernah benar-benar hidup.”

 

            Hm, pikir saya, bukankah itu aneh? Itulah hal yang identik yang saya sedang baca dalam minggu ini dalam mempersiapkan khotbah. Membaca apa yang dikatakan oleh para kritikus yang sangat terkenal dan lebih hebat tentang Alkitab. Yang paling terkenal, menurut saya, dari semua kritikus hebat tersebut bernama Wellhausen. Ia orang Jerman dan sekarang saya mengutip dari Wellhausen,” Abraham merupakan sebuah karya bebas dari seni bawah sadar. Pengejawantahan dari suatu suku bangsa, suatu mitos tatasurya yang tidak berdasar. Jika ia benar-benar ada, ia adalah seorang pemimpin Badui buta huruf yang semi-biadab dan tidak berbudaya, seorang nomaden sejak lahir.”

 

            Itu semua sangat tipikal mereka. Andaikan saya kutip sebanyak 40 lusin, isinya akan seperti itu lagi. Yang utama tentang hal itu, setengah abad yang lalu hal yang akan dikatakan seorang pria seperti Wellhausen adalah tentang hukum dan Kitab Injil. Mengapa tidak ada seorangpun intelektual pada masa itu yang memperdebatkan hal semacam itu. Dan dalam semua lingkaran intelektual dalam kehidupan seminari, mengapa hal itu diterima, tidak ada hal yang lainnya.

 

              Bukankah pada saat inilah suatu hal yang luar biasa terjadi, bagaimana Allah dengan caraNya sendiri menumbangkan kesimpulan manusia ini? Telah ditetapkan suatu ekspedisi ke British Museum dan University of Pennsylvania di bawah pimpinan Leonard Woolley. Dan ekspedisi itu termasuk pergi ke Ur-Kasdim untuk melakukan penggalian, untuk melihat apakah mereka dapat menemukan sesuatu tentang Abraham dan tentang masa di mana ia hidup, dan apakah ia memang benar ada dan jaman itu memang ada dan kebudayaannya juga pernah ada.

 

            Diberkatilah hatimu, anda harus membaca volume dimana para arkeolog terpelajar ini menulis tentang Abraham, dan tentang Ur-Kasdim, dan tentang kebudayaan pada masa itu. Suatu hal yang luar biasa yang telah digali oleh sekop arkeologi.

 

            Nah, pada pagi hari ini, untuk sebentar saja, saya ingin kita melihat Abraham sebagai warga kota Ur-Kasdim. Ur terletak sekitar 10 mil sebelah barat sungai Efrat, dan sekitar setengah jarak antara Baghdad dan Teluk Persia persis di tengah Mesopotamia. Sekarang negeri ini tampak sangat suram dan menyeramkan. Saya pernah terbang di atasnya. Saya pernah melihatnya. Merupakan suatu wilayah luas tak menarik yang terdiri dari tanah liat abu-abu kemerahan dan pasir kuning. Suasananya sangat menyeramkan sama seperti pemandangannya.

 

            Pada musim panas negeri ini sangat panas, dan selama beberapa hari terus-menerus terjadi badai pasir yang menghalangi matahari. Dan pada musim dingin udara dingin dari angin yang berasal dari padang pasir di sebelah utara datang, dan saya pernah membaca di suatu tempat para ekskavator kedinginan sampai terasa ke tulang, dan air yang akan mereka minum keras membeku di dalam teko.

 

            Nah, tempat ini sangat menyeramkan dan tidak bersahabat. Namun, pada jaman Abraham negeri ini sangat subur dan makmur. Dan pada saat anda terbang di atasnya, anda dapat melihat tanda-tanda dari kanal-kanal besar dan proyek irigasi yang dibangun ribuan tahun yang lalu. Pada masa lalu, negeri ini mempunyai sistem irigasi dengan kanal-kanal besar dan sangatlah makmur dan tempat lahirnya peradaban, bukan di Mesir, bukan di Mesopotamia.

 

            Di dataran Sinear dan di Ur-Kasdimlah tempat kebudayaan, pengetahuan, dan peradaban berasal. Di Ur dan di Babylonia dan di Lembah Mesopotamia. Di sanalah Taman Eden dulu berada seperti yang dikatakan Alkitab.  Awal mula kemanusiaan ada di sana dimana Sungai Tigris dan Sungai Efrat mengalir hingga ke Teluk Persia.

 

            Nah, kota Ur-Kasdim ini pada 2000 tahun sebelum jamannya Abraham adalah sebuah kota yang sangat maju peradabannya. Penemuan yang sangat menakjubkan. Mereka telah memiliki seni, ilmu pengetahuan, literatur, hukum, alat-alat musik, alat musik gesek, dan segala macam alat-alat peradaban seperti yang kita nikmati sekarang. Mereka sudah memiliki itu semua 2000 tahun sebelum masanya Abraham. Itu berarti 4000 tahun sebelum Kristus. Mereka mempunyai sistem perhitungan matematika. Kita menghitung berdasarkan desimal 10. Mereka berdasarkan pada angka 6.

 

            Ketika saya masih kecil, mereka mengajari saya kalau lengkungan pada arsitektur adalah hasil karya orang Romawi. Seperti yang anda ketahui, orang Yunani membangun semua kuil-kuil dan rancangan-rancangan arsitektur mereka berbentuk garis lurus.  Di atas ambang pintu selalu lurus tidak pernah melengkung. Bila semuanya lengkung berarti bukan Yunani. Orang Yunani tidak pernah memakai lengkungan.

 

            Sewaktu masih kecil, saya diajarkan bahwa bentuk lengkung merupakan inovasi bangsa Romawi dalam bidang arsitektur, merekalah yang menciptakannya. Wah, diberkatilah jiwamu. Ketika para ekskavator mengadakan penggalian di Ur-Kasdim, mereka menemukan lengkung Romawi yang berusia 15 abad, 1500 tahun sebelum Roma sendiri dibangun sebagai kota. Jauh di masa lalu orang-orang Kasdim sudah membuat lengkung-lengkung yang indah itu untuk bangunan-bangunan umum mereka.

           

Mereka sudah menggunakan roda. Mereka memiliki kendaraan beroda empat. Mereka sudah menggunakan kendaraan roda empat itu 1500 tahun sebelum roda diperkenalkan di Mesir. Dan mereka mempunyai sistem kantor pos yang baik, terletak di antara Babylonia dan tanah Kanaan. Sistem pengeposan mereka bekerja baik dan beroperasi pada masa Naram-Sim, yang hidup 1750 tahun sebelum Abraham.

           

Saya ingat pada waktu itu, ketika para kritikus mentertawakan dan mengolok-olok tentang apa yang Musa tulis. Karena menurut mereka, pada jaman Musa tidak ada seorangapun yang bisa menulis. Wah, apa yang telah digali oleh ilmu arkeologi. Di sini mereka menemukan sistem pos, bicara tentang menulis. Oh, sistem pengiriman surat, di antara Kanaan, Palestina dan Babylonia dan Lembah Mesopotamia, 1750 tahun sebelum Abraham. Dan Abraham hidup 2000 tahun sebelum Kristus.

           

Saya katakan, pada saat para ekskavator menggali kota tersebut dan mengklasifikasikan puing-puingnya dan mengatakan pada kita tentang temuan mereka, kita mengetahui banyak tentang jamannya Abraham—anda bisa membaca surat-surat yang sejaman dengannya—kita dapat mengetahui banyak hal tentang jaman Abraham seperti kita tahu tentang Assyria pada jaman Yesaya atau kita tahu tentang Helos, negeri Yunani pada jaman Pericles, pada masa keemasan Yunani. Suatu hal yang mengagumkan. Hal yang luar biasa. Dan dimanapun di dunia ini dilakukan penggalian bukti-bukti arkeologi, setiap saat akan didapatkan fakta-fakta baru yang membenarkan firman Allah.

 

            Tidakkah itu luar biasa? Sekarang anda dengarkan ini, belum pernah ada sepotongpun bukti arkelogi yang pernah ditemukan, tetapi  bisa menguatkan firman Allah. Itulah satu dari ribuan contoh yang mana para kritikus sejarah suka tertawakan dan mengolok-olok firman Allah. Saya teringat waktu saya masih kecil, para kritikus mengejek fakta ketika Alkitab menyatakan tentang Hittites, menurut mereka di sana tidak pernah hidup manusia seperti Hittites. Itu hanyalah khayalan legendaris dari seseorang.

 

            Dalam Majalah Life sekitar setahun yang lalu, ada tulisan lengkap tentang kerajaan Hittites, kerajaan Hittites yang besar, sama seperti yang dikatakan di dalam Alkitab. Nah, anda pasti memiliki gambaran yang baik tentang Alkitab dalam Kejadian 14 dengan apa yang telah dilakukan oleh para arkeolog. Sekarang mari kita lihat.

 

            Kitab Kejadian pasal 14. Beberapa waktu lalu, ada seorang ilmuwan Semit bernama Noldeke, N-o-l-d-e-k-e, dan ia menerbitkan sebuah risalat berjudul,”Karakter yang Tidak Historis dari Kejadian Pasal 14.” Dan dia menyatakan di dalam risalahnya tersebut, bahwa krikik-kritik sejarah yang telah diketahui untuk  selamanya telah membubarkan, menghilangkan, tidak menyetujui tuntutan bahwa catatan ini adalah bersejarah.

 

            Sekarang lihatlah Kitab Kejadian pasal 14, dan ini merupakan satu dari pasal-pasal yang mana para kritikus sejarah tidak habis-habisnya mentertawakan, mengolok-olok dan mentertawakan para tokoh sejarahnya. Secara singkat, Kejadian pasal 14 mengatakan bahwa kota-kota di Pentapolis, Sodom, Gomora, dan kota-kota lain di Palestina yang ada waktu itu, merupakan persembahan/upeti untuk Kedorlaomer, raja negeri Elam.

 

            Kini berlalulah masa-masa 12 tahun bagi Amrafel, raja Sinear dan Kedorlaomer, raja Elam. Pada ayat empat, kota-kota Palestina itu membayar upeti kepada Kedorlaomer. Pada tahun yang ke 13 mereka memberontak. Kemudian dikatakan pada tahun yang ke 14, Kedorlaomer beserta raja-raja yang bersama-sama dengan dia mengepung kota-kota di Palestina itu, mengalahkan mereka, merampas segala harta bendanya termasuk juga Lot, anak saudaranya Abraham, beserta seluruh keluarganya dan harta bendanya.

 

            Nah, itu adalah kisah di dalam Kejadian pasal 14. Itulah cerita yang ditertawakan, diejek dan dicemooh oleh para kritikus sejarah. Kata mereka, tak satupun perkataannya yang masuk akal. Jadi para arkeolog mulai menggali. Ia tancapkan sekopnya di negeri itu dan  membalikannya, dan apakah yang ia temukan?

 

            Baiklah, inilah yang ia temukan. Amrafel memiliki nama dalam bahasa lain dan namanya dalam bahasa lain itu adalah Hammurabi. Sinear tentu saja adalah Babylonia. Babylonia didirikan di dataran Sinear. Tidak ada satu anak sekolah pun yang tidak tahu Hammurabi. Ia adalah raja Semit yang pertama di Babylonia. Ia yang mendirikan dinasti Semit pertama di Babylonia. Hammurabi bersama-sama dengan Kedorlaomer, raja Elam. Elam pada jaman sekarang disebut Iran atau Persia. Perbatasan di sebelah baratnya adalah Sungai Tigris.

 

            Secara singkat, inilah apa yang telah diungkapkan oleh para arkeolog. Mereka telah menggali dan menemukan bahwa pada jaman Abraham, Kedorlaomer, raja negeri Elam yang ibu kotanya Shushan, datang ke sana dengan sekutu-sekutunya dan menduduki Babylonia. Ia tidak hanya menduduki Babylonia, tetapi tentara-tentaranya berbaris menuju Palestina dan menguasainya. Dan para arkeolog menemukan dokumen-dokumen ini, lembaran-lembaran catatan ini, inskripsi cuneiform ini, dan mengetahui bahwa setelah kota-kota di daratan Palestina ini mengabdi pada Kedorlaomer untuk selama 12 tahun, mereka memberontak. Dan pada tahun yang ke 14, Kedorlaomer dengan para sekutunya datang dan mengalahkan mereka, mengambil barang rampasan dan sejumlah besar orang-orang, sama seperti yang dikatakan di dalam Alkitab. Kata demi kata. Sama seperti yang ada di dalam Alkitab, selalu benar tanpa pengecualian. Dimanapun para arkeolog mengadakan penggalian, setiap temuannya membenarkan firman Allah.

 

            Sekarang, saya ingin menunjukkan sesuatu yang lain kepada anda. Beralih ke Kitab Kejadian pasal 16. Dalam pasal 16 terdapat kisah yang paling aneh yang akan anda baca. Kisah mengenai Sarai, isteri Abram yang mandul. Jadi Sarai mengambil hambanya yang orang Mesir bernama Hagar. Dan Sarai berkata kepada Abram suaminya,” Hampirilah hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abraham menyetujuinya, maka Sarai memberikan hambanya kepada Abraham, suaminya, yang mana hal ini mungkin dapat memberikan seorang anak bagi Sarai yang mandul.

 

            Nah, dimanakah di seluruh dunia ini anda pernah mendengar hal semacam itu? Itu bukan Allah. Itu bukan Alkitb. Anda tidak akan menemukan hal semacam itu di dalam kitab undang-undang. Tidak ada. Dari mana datangnya? Yah, itu tetaplah sebuah misteri. Dari mana datangnya hal aneh yang anda baca dalam Kejadian pasal 16 itu? Dan ketika anda membacanya, tampaknya itu merupakan suatu prosedur yang biasa, dan digunakan dan normal, dan bagaimanapun sangat aneh ada di dalam Alkitab.

 

            Baiklah, dari sinilah asalnya. Ketika para arkeolog meneruskan menggali di Ur-kasim dan di Babylonia, mereka menemukan dokumen yang terkenal itu, yang disebut kitab undang-undang Hammurabi, hukum Hammurabi. Dan di dalam kitab undang-undang Hammurabi ini ada hukumnya yang berbunyi demikian,”Bila seorang nyonya mengambil hambanya dan memberikannya kepada suaminya untuk mendapatkan anak, maka hamba itu tidak lagi dijual sebagai seorang hamba, tetapi untuk selamanya harus tetap menjadi anggota keluarga.”

 

            Wah, itu jelas sekali dan dengan mudah menjadi bukti akan apa yang terjadi di sana. Abraham adalah warga kota Ur. Sarai besar di Ur. Mereka orang Babylonia. Semua itu merupakan hal yang wajar dalam seluruh kehidupan mereka. Dan ketika mereka berpaling dari Allah dan meragukan janji Allah dan menolak untuk percaya kepada Allah dan mengikuti keinginan mereka sendiri bukannya menunggu Allah, karena Sarai dan Abraham sudah sama-sama tua, dan mereka tidak mempunyai anak, maka mereka lakukan saja rencana ini sendiri.

 

            Dan Allah tidak menyetujui ini. Hal ini tidak menyenangkan Tuhan. Itu merupakan adat Babylonia. Dan mereka kembali kepada cara-cara Babylonia kuno yang sudah mereka kenal sepanjang hidup mereka, dan dari sanalah cerita itu berasal. Hal ini sangatlah tipikal pada masa dimana Abram dan Sarai hidup. Dan apakah hal itu menyakitkan dunia sejak saat itu?

 

            Ismael menjulurkan lidahnya pada Ishak dan ia masih melakukannya. Ketidakjujuran Ismael berperang melawan keturunan Ishak. Hal itu berasal dari adat istiadat Babylonia. Sekarang kita hanya bisa mengahabiskan waktu berjam-jam untuk membicarakannya.

            Sekarang, mari kita kembali ke Kitab Kejadian pasal 12 dan saya akan tutup. Nah, Tuhan berfirman kepada Abram,”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.” Dan seperti yang dikatakan Ibrani 11: ”Lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju, mempercayai janji-janji Allah.”

 

            Ada dua hal. Pertama, kepercayaan adalah pemisahan. Allah berfirman kepada Abram,”Pergilah. Pergilah.” Untuk memiliki kepercayaan kepada Allah berarti memisahkan diri anda dari dunia ini. Kemarin saya berbicara dengan seseorang yang telah menjadi seorang Kristen yang hebat dan anggota dari gereja ini. Saya membaptis orang itu dan ia bekerja di sebuah kantor yang besar di sini, di Dallas. Di dalam kantor besar itu ada seseorang yang merupakan anggota dari kepercayaan lain.

 

            Dan anggota kepercayaan lain itu berkata kepada pria muda yang telah saya baptis ini dan sekarang menjadi angota gereja ini dan telah berubah dengan luar biasa sekali. Wanita itu berkata kepadanya,” Jadi anda telah bergabung dengan gereja Baptis, saya kaget sekali.” Ia berkata lagi,”Yah, anda seharusnya bergabung dengan gereja kami dan anda akan tetap bisa minum dan tetap bisa mempertahankan kehidupan anda seperti biasanya dan sama sekali tidak berubah.” Dan pria muda ini berkata,”Tetapi itulah arti  perubahan bagi saya. Saya telah berubah. Di dalam hati saya dan dalam cara saya, kehidupan lama dan cara-cara lama dan dunia lama tidak ada lagi di dalam hati saya. Saya telah berubah. Saya telah berbeda.” Menurut saya, itulah arti awal dari kepercayaan kepada Allah. Itu berarti pemisahan.

 

            Tuhan berfirman kepada Abraham,”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu. Keluarlah.” Keluarlah. Keluarlah. Memang ada apa dengan Ur-Kasdim? Dan kenapa dengan rumah bapanya? Inilah sebabnya. Alkitab katakan dalam Yosua 24:2,” Terah, ayah Abraham.” Terah adalah seorang pemuja berhala dan semua yang ada di dalam rumahnya adalah benda-benda berhala dan di Ur-Kasdim sana mereka menggali Zigurat-Zigurat yang sangat besar. Zigurat dalam bahasa Assyria berarti “bukit surga”.

 

            Zigurat merupakan bangunan hebat yang sangat besar yang terbuat dari batu bata yang solid, tanpa lorong, tanpa ruangan. Dan satu zigurat yang ada di Ur-Kasdim berukuran 200 kaki ke arah sini dan 150 kaki ke arah sana dan tingginya 70 kaki dengan tiga kelompok anak tangga menuju ke atas dan dibangun seperti Parthenon yang ada di Yunani. Sebenarnya bukan garis lurus yang ada di bangunan itu, tetapi karena ilusi optikal maka lengkung-lengkung yang ada terlihat lurus dan di sebelah atasnya terdapat kuil pemujaan berhala. Allah berfirman kepada Abraham,” Pergilah. Pergilah. Pergilah. Engkau tidak patut berada di kuil berhala itu.” Anda tidak boleh ada di dalam bar. Anda tidak patut ada di dalam tempat minum-minum itu. Anda tidak patut ada di dalam pesta yang tidak sopan semacam itu. Anda tidak pantas ada di dunia itu. Keluarlah. Keluarlah. “Keluarlah,” Allah berfirman. Dan Ia masih mengatakan itu.

 

            Allah telah berfirman kepada Abram,”Keluarlah. Pergilah dari negerimu dan dari rumah bapamu.” Sekarang saya ingin anda melihat bagaimana Abraham melakukan pemisahan itu. Bukalah Kitab Kejadian pasal 24. Mungkin ini merupakan kisah yang paling indah, kisah termanis tentang percintaan yang ada di dalam Alkitab. Abraham sudah tua, lebih dari seratus tahun. Dan Abraham memanggil Eliezer, pelayan di rumahnya dan memintanya bersumpah dengan meletakkan tangannya di bawah pangkal paha Abraham, bahwa ia tidak akan mengambil seorang isteri bagi Ishak dari antara perempuan yang ada di negeri itu. Ketika saya membaca ayat ini betapa saya berharap anak-anak muda akan membacanya juga. Membuat Eliezer bersumpah bahwa ia tidak akan mengambil isteri bagi Ishak dari antara perempuan-perempuan yang ada di negeri itu.

 

             Keluarlah dari lantai dansa itu dan dari bar murahan itu, itu bukanlah tempat bagi seorang Kristen untuk mencari isteri. Di dalam dunia ini dan dalam semua keasusilaan yang terjadi di dunia ini, tidak bisa bagi seorang Ishak untuk mencari isteri. Abraham memanggil Eliezer, kepala pelayannya, menyuruhnya meletakkan tangannya di pangkal pahanya dan bersumpah ia tidak akan mengambil isteri buat Ishak dari antara perempuan-perempuan yang ada di negeri itu. Tetapi ia berkata,” Engkau harus pergi ke negeriku dan ke sanak saudaraku, di Haran, bukan di Ur, bukan di Babylonia, tetapi di Haran, di rumah keluarga saudaraku, untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku.”

 

            Bacalah ayat lima, lalu Eliezer berkata,” Mungkin perempuan itu tidak suka mengikuti aku, haruskah aku membawa anakmu itu kembali ke negeri darimana tuanku keluar?” Haruskah kita kembali Abraham, haruskah kita kembali? Dan Abrahan berkata kepadanya,” Awas, jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana.” Tidak.

 

            Sekarang lihatlah ayat delapan. Abraham berkata kepada Eliezer,”Jika perempuan itu tidak mau mengikuti engkau, maka lepaslah engkau dari sumpahmu kepadaku ini, hanya saja janganlah anakku itu kau bawa kembali ke sana.” Abraham pergi dan ia pergi keluar untuk selamanya.

 

            Kita tidak akan kembali, kembali ke kehidupan yang lama, kembali ke geng yang dulu, kembali ke dunia yang lama, kembali ke kompromi yang lama. Tidak Eliezer,”jika perempuan itu tidak mau mengikuti engkau, maka lepaslah engkau dari sumpahmu ini, hanya saja jangan kau bawa anakku kembali ke sana.” Kita ada dalam perjalanan panjang. Kita dalam perjalanan menuju Allah. Kita sedang dalam perjalanan menuju surga dan kita tidak akan kembali.

 

            Pandangan kita mengarah ke Ur, kota yang mempunyai dasar yang dibangun dan dibuat adalah Allah. Mengapa Allah tidak malu untuk disebut sebagai Allah mereka, karena Ia telah membuatkan sebuah kota untuk mereka. Oh, saya suka sekali membaca buku itu, dan membicarakannya dengan anda. Bagaimana kita membutuhkannya, kekuatan, makanan, pertolongan, dorongan, Allah di dalam diri kita diyatakan melalui firmanNya.

 

            Setiap hari Minggu pagi pada pukul 8:15, datang saja bila anda mau. Dimana kita keluar, kita bangkit dan mulai dari awal lagi. Sekarang kita nyanyikan sebuah lagu, sementara kita menyanyikannya apabila ada seseorang pada pagi ini yang memberikan hatinya kepada Allah, atau ingin mengabdikan hidupnya di gereja, apakah sebuah keluarga atau hanya seseorang saja, marilah anda maju dan berdiri di samping saya. Sekarang mari menyanyikan sebuah lagu, satu bait saja. Mari maju ke depan sementara kita berdiri dan bernyanyi.