REALITAS ALLAH

(The Reality of God)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diedit oleh Dr. Eddy Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas

16 April 1973

 

Kejadian 1:1

 

 

Untuk merayakan saat yang mulia ini, serangkaian pesan yang akan dibawakan pada siang hari ini berhubungan dengan doktrin iman: hari ini, Realitas Allah; besok, Inkarnasi Kristus; Rabu, Penghapusan Dosa, Pengampunan Dosa; Kamis, Kebangkitan dari Antara Orang Mati; dan Jumat, Kedatangan Kristus yang Kedua Kali; hari ini Realitas Allah.

Kitab Suci dibuka dengan kata-kata, “Pada mulanya, Allah.” Dan itu adalah seluruh argumen dan presentasi Alkitab tentang realitas Allah. Tidak ada yang lebih dan tidak ada yang lain yang dikatakan atau ditambahkan. Itu adalah salah satu hal teraneh bagi saya yang bisa ditemukan di dalam iman.

Hanya ada satu pengecualian kecil atas penegasan bahwa Allah ada: Anda akan menemukannya di dalam pasal keempat belas dari Kitab Mazmur dan di dalam pasal ke limapuluh tiga dari Kitab Mazmur. Keduanya dimulai dengan, “Orang bebal berkata dalam hatinya: ‘Tidak ada Allah.’”

Tidak ada yang lain di dalam Kitab Suci tentang penegasan keberadaan dan realitas ketuhanan. Itu tidak pernah dibicarakan. Itu tidak pernah diperdebatkan. Itu tidak pernah dibantah.

Ketika Anda mengambil buku-buku teologi yang berat ini, presentasi yang Anda temui berbeda dari Alkitab. Ini adalah pikiran saya dalam mempersiapkan pesan ini hari ini, untuk mengikuti argumen intelektual yang Anda temukan di dalam buku-buku teologi sehubungan dengan realitas dan eksistensi Allah. Apakah ada keberadaan seperti itu? Apakah Allah itu nyata? Apakah Ia benar-benar ada?

Buku-buku teologi ini akan mengikuti lima perdebatan argumen, perbantahan, penegasan, keberadaan ilahi. Satu, mereka akan menggunakan argumen kosmologis. Yakni, harus ada penyebab adanya faktor-faktor yang tak terhingga seperti yang kita lihat di alam semesta yang ada. Apa penyebabnya? Dan argumennya: Allah. Itu satu.

Yang kedua, ada argumen teologis, dari kata Yunani teleos, yang berarti “sempurna, lengkap, matang.” Dan argumen itu adalah bahwa alam semesta memperlihatkan kecerdasan dan rancangan. Siapakah kecerdasan dan siapakah arsitek itu dan siapa yang memikirkan rancangan itu? Allah.

Argumen ketiga yang Anda temukan di dalam buku-buku teologis ini adalah sebuah argumen antropologis. Ini berasal dari kepribadian manusa. Mungkinkan materi yang ada di dalam diri manusia itu bisa menciptakan pikiran dan kepribadian manusia? Fakta bahwa kita adalah pribadi akan membuat seseorang menyimpulkan bahwa dari manapun kita berasal, siapa pun yang melakukannya, pastilah Ia sendiri adalah seorang pribadi yang memiliki pikiran dan kecerdasan. Itu adalah Allah

Argumen keempat yang akan Anda temukan di dalam buku-buku teologi ini adalah sebuah argumen ontologis, dari kata Yunani ontos, “ada, keberadaan.” Dan argumennya adalah, karena manusia memiliki gagasan tentang Allah di dalam pikirannya, maka pasti memang ada keberadaan tertinggi.

Argumen kelima yang akan Anda temukan di dalam buku-buku itu adalah sebuah argumen moral. Yakni, kita secara moral peka, dan dari manapun kita berasal, dan siapa pun yang membuat kita, Ia sendiri pasti adalah seorang pribadi yang secara moral peka, dan itu adalah Allah yang sempurna.

Ketika saya melihat buku-buku itu dan membaca kembali argumen-argumen tentang keberadaan Allah itu, ada yang muncul di dalam hati saya, bahwa lebih baik orang Allah melakukan apa yang dikatakan oleh Alkitab daripada memasuki perdebatan dan diskusi mengenai adanya keberadaan tertinggi.

Tidak ada argumen, tidak ada diskusi, tidak ada debat, hanya sebuah penegasan : Allah ada, Allah berkarya, Allah berbicara, Allah bergerak.“Pada mulanya Allah,“ dan kemudian selebihnya adalah kisah penyingkapan diri.

Jadi, ketika kita mengambil Alkitab dan membacanya, di sana kita menemukan jawaban atas pertanyaan kita, “Seperti apakah Allah?“ Bukan, “Apakah ada Allah?“

Alkitab berkata bahwa orang bebal berkata di dalam hatinya, “Tidak ada Allah.“ Jangan melemparkan permata kepada babi, jangan biarkan diri Anda larut dalam diskusi tentang ateisme atau agnotisme; hanya penegasan, “Allah ada“, dan pertanyaan kita, “Seperti apakah Dia?“ dan yang tertulis pada halaman-halaman Alkitab adalah penyingkapan diri. Seperti apakah Allah?

Jika saya bisa menyimpulkan Alkitab dalam dua kata, seperti apakah Allah: Allah dituliskan pertama di dalam Alkitab sebagai Dia yang menyingkapkan diri.

Pertama, Allah adalah pencipta kita yang mulia, mahakuasa. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Jadi, Allah adalah kemuliaan dan kemenangan yang ada di balik semua yang ada di atas kita dan di sekitar kita, makrokosmos cakrawala dan mikrokosmos bilangan yang tidak terhingga, Allah atas bidang berbentuk bola dan Allah seorang pesolek, Allah dari orang besar dan Allah orang kecil, Allah atas semua yang lebih hebat dan luas daripada kita.

Alam semesta kita ini adalah bagian dari galaksi yang kita sebut Bima Sakti (Milky Way). Galaksi ini berbentuk seperti arloji. Garis tengahnya adalah 100.000 tahun cahaya, dan berputar dengan kecepatan 186.000 mil per detik. Dan diperlukan waktu 100.000 tahun untuk menyeberangi galaksi kita ini.

Galaksi kita itu tebalnya 30.000 tahun cahaya. Diperlukan waktu 30.000 tahun bagi cahaya yang berkecepatan 186.000 mil per detik untuk menembus ketebalan galaksi Milky Way.

Ini adalah galaksi kita. Dan kita hanyalah salah satu dari sekian juta galaksi tidak terhitung banyaknya, kemuliaan yang tidak terhingga di atas kita, makrokosmos di atas kita.

Tetapi, Ia juga tidak kurang adalah Allah mikrokosmos di bawah kita, Allah dari yang kecil dan tidak terhingga, karena segala sesuatu yang kita lihat terbuat dari sistem tata surya kecil itu. Ada nuklei, dan ada neutron dan proton yang berputar mengelilingi mereka.

Ukuran seorang manusia adalah kira-kira di pertengahan jalan antara ukuran kecil yang tak terhingga dan ukuran besar yang tak terhingga. Ukuran manusia adalah separuh dari ukuran yang besar dan ukuran yang kecil.

Dan Kitab Suci menyatakan kepada kita Tuhan Allah sebagai keberadaan yang tidak terhingga, berdaulat, Pencipta mahakuasa yang membuat semuanya. Alkitab dibuka dengan karya tangan yang kreatif itu, dan pemazmur menyanyikannya, seperti dalam Mazmur 104:24, “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.”

Itu membawa kita kepada penyingkapan diri Allah yang kedua di dalam Alkitab. Ia bukan hanya Pencipta, pembuat yang mahakuasa atas segala sesuatu yang tidak terhingga di atas kita dan segala segala sesuatu yang tidak terhingga di bawah kita. Ia juga adalah Allah yang penuh kasih dan mengampuni. Karena Ia menyingkapkan diri kepada kita di dalam Alkitab sebagai Seseorang Yang menginginkan, mencari persekutuan, kebersamaan, koinōnia.

Bagaimana bisa sebuah planet mengasihi Allah? Atau, bagaimana bisa lautan dan pegunungan berbicara kepada Allah? Bagaimana bisa mereka tanggap terhadap kasih Allah?

Jadi, Allah menjadikan manusia sesuai dengan gambarnya, serupa dengan-Nya—yakni supaya bisa berbicara kepada Allah dan merespon Allah dan mengasihi Allah dan untuk bersekutu dengan Allah. Itulah sebabnya Ia menciptakan manusia.

Di dalam pemeliharaan Allah, manusia merusak persekutuan itu dengan ketidaktaatan, dosa, pelanggaran. Dan ia sendirian dan malu, terbuang.

Tetapi, Allah seperti apakah Allah itu? Seperti apakah Ia? Ketika yang Mahakuasa menyingkapkan diri, di dalam halaman-halaman Alkitab, kisah itu dinyatakan dari tahun ke tahun, pasal demi pasal, tentang Allah yang sedang menanti kembalinya manusia yang Ia ciptakan segambar dan serupa dengan-Nya.

Saya akan menutup. “Pak Pendeta, apakah Anda mengatakan bahwa Allah atas alam semesta, Allah atas hal-hal besar yang tak terhingga, Allah atas hal-hal kecil yang tak terhingga, Allah yang tidak terbatas, yang tidak terhingga, bahwa Ia peduli dan mengasihi makhluk kecil seperti saya? Apakah Ia begitu? Apakah Ia mengenal saya? Apakah Ia begitu? Apakah Ia tahu nama saya? Apakah Ia melihat saya? Apakah Ia mempedulikan saya, kesulitan saya, dan sakit hati saya dan hidup saya?

“Kemuliaan besar yang saya lihat di sekeliling dan di atas saya, dan saya, sebuah noda di dalam cakrawala besar alam semesta Allah, menempatkan saya di planet kecil ini—apakah Allah mengenal saya? Dan apakah Allah peduli kepada saya? Apakah Ia tahu nama saya?”

            Baiklah. Lihatlah. Jika Anda adalah orang terkaya di dunia dan Anda memiliki sebuah rumah besar di Fifth Avenue di New York, dan di dalam rumah besar itu ada lukisan dan gorden dan karpet dan peralatan dari perak dan semua tanda-tanda kemakmuran, dan juga seorang bayi yang serupa dan segambar dengan Anda dan dipanggil dengan nama Anda—makhluk kecil, mungkin beratnya tidak lebih dari tujuh setengah pon.

            Ketika Anda sedang bekerja, misalnya di lantai keempat puluh Manhattan Tower di Wall Street, telepon berbunyi dan sebuah suara dengan terburu-buru berbicara kepada Anda di ujung telepon dan berkata, “Rumah besar Anda yang indah itu terbakar. Terbakar habis.”

Apa yang akan Anda katakan?“ Oh, rumah besar saya terbakar. Apinya berkobar. Terbakar habis. Bagaimana dengan lukisan saya? Bagaimana dengan peralatan perak saya? Bagaimana dengan gorden dan karpet saya? Bagaimana dengan tangga marmer saya? Bagaimana dengan semua perabotan saya?”  Atau Anda akan berkata, “Apakah bayiku selamat?”

Jawabannya terserah Anda. Kalau Anda punya hati, yang pertama kali Anda cemaskan adalah, “lukisan, lupakan. Peralatan perak, lupakan. Karpet, lupakan. Korden, lupakan. Apakah anak kecil itu selamat?”

Allah mempunyai hati. Itu adalah penyingkapan diri dalam Alkitab. Allah adalah kasih yang menebus. Ini adalah halaman demi halaman ketika Ia berkarya di sepanjang waktu dan sejarah untuk mengembalikan manusia yang Ia ciptakan. Dan ini adalah kisah tentang penantian dan pencarian dan pembelaan terhadap hari-hari dan abad-abad dalam hidup kita di bumi: agar manusia kembali. “Adam, Adam, Adam, Adam, Di manakah engkau?” 

Ini adalah realitas Allah, seperti yang Ia singkapkan Sendiri di dalam halaman-halaman Alkitab.

Dan besok, kita akan membicarakan inkarnasi Allah dan Kristus Tuhan kita. Dan hari berikutnya, penghapusan dosa, dan hari berikutnya, di dalam kemenangan kebangkitan kita dari kematian, dan hari berikutnya dan hari terakhir, di dalam kerajaan ketika kita akan, bersama Dia, menjadi anak-anak Allah, raja dan iman, dan ahli waris Tuhan atas alam semesta yang Allah ciptakan bagi kita.

Dan Tuhan kita di dalam pengungkapan diri atas yang Mahakuasa, bahwa Allah mengenal kita—ia mengenal saya dan Ia tersentuh dengan perasaan lemah kita—bahwa simpati-Nya dan kebaikan hati-Nya Ia mencari kita, meskipun Ia adalah Allah atas alam semesta yang tak terhingga, Ia juga Tuhan kita, Juruselamat kita, imam tertinggi dan penebus kita.

Dan Tuhan, belajar dari-Mu, membaca tentang-Mu, mengalami-Mu, Semoga kami mengasihi-Mu. Di dalam roh Yesus dan di dalam nama Allah sangat berharga, Amin.