AWAL DAN AKHIR DUNIA

(The Beginning and the End of the World)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diedit oleh Dr. Eddy Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas

28 April 1991

 

Kejadian 1:1

 

Sekali lagi kami mengucapkan selamat datang kepada Anda yang berbagi saat ini dalam siaran radio dan televisi. Anda sekarang adalah bagian dari First Baptist Church di Dallas.

Sambil mendengarkan pujian Creation, karya Haydn yang dipersembahkan oleh paduan suara dan orkestra yang luar biasa malam ini pada pukul 07.00, ini akan menjadi khotbah keempat yang disampaikan oleh pendeta senior kami tentang awal penciptaan oleh Allah. Judul pesan tersebut adalah “Awal dan Akhir Dunia”.

 

Kejadian 1:1, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”

Bārā’, yang digunakan tiga kali di dalam pasal pertama, bārā; penciptaan dari yang tidak ada oleh tangan Allah yang mahakuasa. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”—penciptaan zat, apa yang Anda lihat, materi.

 Bārā; digunakan lagi di dalam Kejadian 1:21, “Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak”. Pertama, bārā, penciptaan zat dari yang tidak ada. Kedua, penciptaan segala yang hidup dan bergerak, dunia binatang.

Ketiga, “Maka Allah menciptakan (bārā) manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya (bārā) dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kejadian 1:27).

Tiga kali kata bārā, “diciptakan” digunakan pada awal dunia di mana kita hidup. Kata lain yang digunakan di seluruh pasal pertama Kitab Kejadian adalah āsâ—membentuk apa yang telah Allah ciptakan.

Seperti seorang pembuat meubel, Ia mengambil apa yang telah Ia ciptakan dan membuat sesuatu darinya. Ia menyusunnya kembali. Seperti seorang juru masak, Ia mengambil unsur-unsur dasar dan menghasilkan makan malam yang nikmat. Atau seperti proses perakitan, Ia mengambil apa yang telah diciptakan dan Ia membuatnya menjadi sesuatu yang lain. Ia menyusunnya kembali menjadi sesuatu yang lain.

Jadi, Allah menciptakan zat atau unsur-unsur dasar. Allah menciptakan kehidupan binatang. Dan Allah menciptakan manusia. Dan semua hal lain yang Anda lihat di dalam dunia fisik telah diatur oleh Allah dari semua ciptaan itu.

Sekarang, dosa masuk ke dalam dunia yang telah dijadikan oleh Allah dan menghancurkannya. Ada dua cara yang bisa Anda gunakan untuk melihat masuknya dosa ke dalam ciptaan Allah. Pertama, antara Kejadian 1:1 dan Kejadian 1:2.

“Allah menciptakan langit dan bumi.”

“ Dan bumi (and the earth was)—dan beberapa kali di dalam Alkitab kata kerja itu diterjemahkan “menjadi”—dan bumi, atau, bumi menjadi, tōhû wābōhû”—diterjemahkan di sini “belum berbentuk dan kosong.”

Ketika saya membuka Yesaya pasal 45 ayat 18, “Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan (bārā) langit, -- Dialah Allah -- yang membentuk (bārā) bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, -- dan Ia menciptakannya (bārā) bukan supaya kosong (tōhû wābōhû).

Apa yang terjadi? Dosa masuk ke dalam ciptaan Allah, dan menjadi gelap dan tidak berbentuk dan kosong dan sia-sia. Kalau Anda tidak ingin mempercayai hal itu, maka ada kesempatan kedua.

Pada pasal ketiga dari Kitab Kejadian, di luar Taman Eden terdapat ular, Iblis. Dari mana ia datang? Saya pikir pasal keempatbelas dari Kitab Yesaya, menyebutkan raja Babel, dan pasal keduapuluh delapan dan Yehezkiel, menyebutkan raja Tirus, kata-kata itu di dalam berbagai nubuatan arti bukan hanya Babel atau Tirus.

            Dan saya pikir kata-kata itu mengacu pada masuknya dosa, kesombongan, ke dalam hati penghulu malaikat Allah, Iblis. Dan Iblis jatuh, dosa memasuki alam semesta ciptaan Allah dan seluruh dunia jatuh oleh karena dosa.

            Satu hal yang pasti, tidak hanya dalam membaca Firman Allah, tetapi di dalam pengalaman hidup manusia, di manapun dosa masuk, ada kutuk dan kehancuran dan kejatuhan dari Allah. Tidak ada pengecualian dalam pengalaman hidup manusia, di dalam hidup manusia, dan, tentu saja, di dalam Firman Allah.

            Saya bisa menyebutkan kedua orang ini dan Anda akan mengenalnya, pengusaha terkenal dan berbakat di Dallas. Mereka adalah sahabat karib. Dan pada suatu hari salah seorang di antaranya datang ke rumahnya tanpa disangka, tanpa pemberitahuan, dan mendapati temannya ada di ranjang bersama dengan istrinya.

Dosa menghancurkan persahabatan itu. Tragis. Di mana pun dosa masuk, pasti menghancurkan. Sebuah rumah bisa jadi indah, seperti firdaus, seperti sorga, dan dosa dapat membuatnya menjadi tempat yang menyiksa dan terkutuk.

Seorang ibu, suaminya meninggal dan ia menikah lagi. Kali ini suaminya mudah berubah dan penuh amarah dan kekerasan. Pada saat sarapan, hidangan yang ada tidak menyenangkannya, ia mengangkat mangkuk yang berisi bubur panas dan melemparkannya ke wajah sang istri dan menginjak-injaknya.

Dan anaknya yang masih kecil berpaling ke ibunya dan berkata, “Ayo kita pergi. Ayo kita pergi.”

Dan sang ibu menjawab, “Nak, tidak pernah ada perceraian di dalam keluargamu. Aku akan segera mati, aku tidak akan hidup lama.”

Dan ramalan itu menjadi kenyataan. Ia segera mati, dan anak laki-laki itu tumbuh di panti asuhan.

Kapan pun dosa masuk, pasti menghancurkan, mendatangkan kutukan. Seperti alam semesta kita, bahkan di dalam gereja—dunia tanpa akhir!—gereja kita sebagian dikuasai oleh kepahitan, konfrontasi tanpa akhir.

Salah satu hal teraneh yang pernah terjadi pada diri saya di sini sebagai seorang gembala gereja di sini: Kami memiliki 33 misi. Salah satu di antaranya sangat diberkati oleh Allah, tumbuh, dan terus tumbuh. Dan saya berkata,“Marilah kita bagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mengelola gereja mereka dan properti mereka sendiri.“

Kami melakukannya. Kami membagi kapel itu menjadi gereja dan memberikan propertinya kepada mereka. Tidak begitu lama kemudian mereka datang kepada saya dan berkata, “Tidak ada yang hadir.” Tak seorang pun! Tak seorang pun! Tidak ada yang hadir di kapel, kosong!

Dengan penuh kepahitan dan konfrontasi orang-orang yang datang ke kapel akhirnya membubarkannya. Saya mengambilnya kembali. Sekarang itu menjadi salah satu dari 31 kapel yang tumbuh subur di dalam pelayanan gereja kami. Kapan pun dosa masuk, bahkan di dalam rumah Allah, pasti mendatangkan kutuk dan kehancuran.       

Savings and Loans Associations (semacam Koperasi Simpan Pinjam): di dalam salah satu di antaranya saya kehilangan ribuan dan ribuan dolar. Lembaga ini merencanakan penipuan yang menyebabkan kebangkrutan. Dosa mendatangkan kutuk dan kehancuran.

Saya memikirkan bangsa-bangsa di dunia. Saya pernah mengunjungi Libia, dan diterima dengan ramah. Saya pernah berkhotbah di Etiopia, salah satu gerakan destruktif di bumi ini—bahkan dijamu oleh negara. Saya mendapatk satu pengalaman yang manis di Iran. Saya pernah berkhotbah di Cili. Dosa mendatangkan kutuk dan kehancuran!

Dan itulah yang terjadi pada alam semesta kita. Iblis, dengan penuh amarah, melawan Allah dan membenci manusia yang diciptakan oleh Allah.

Di dalam 2 Korintus 4:4 disebut sebagai penguasa dunia. Dan saya tahu karakter itu memang benar. Ia menguasai dunia maut. Dan saya hidup di dalam dunia seperti itu.

Selama 64 tahun saya telah menjadi pendeta, lama sekali saya hidup di dalam dunia maut. Pada saat saya baru melayani, ada seorang bayi yang meninggal—anak seorang petani miskin. Mereka membuat sebuah kotak, memasukkan anak itu ke dalamnya, menaruhnya di dalam truk. Membawanya keluar dan menguburkannya. Itu pengalaman saya yang pertama.

Minggu lalu saya memimpin tiga ibadah penguburan dari jemaat gereja kami. Kita hidup di dalam dunia maut, di dalam dunia terkutuk, di dalam dunia kegelapan, di dalam dunia air mata dan kesedihan—permulaan dunia.

Akhir dunia. Akhir dunia ada dua: satu, penyiksaan yang mengerikan, konfrontasi yang penuh kejahatan dan kegelapan di dalam kerajaan Iblis; dan kedua, kemenangan Allah Tuhan kita, yang akan datang dengan kasih karunia dan kemuliaan, raja yang memerintah kita.

Tanpa kecuali Alkitab memberikan gambaran akhir dunia ini, pertama, dengan konfrontasi dalam penyiksaan. Yehezkiel 32:7, Waktu Aku membinasakan engkau, langit akan Kututup dan bintangnya Kubuat berkabut. Matahari Kututup dengan awan dan bulan, cahayanya tak disinarkan. Semua yang bersinar di langit akan Kugelapkan demi engkau. Kegelapan Kudatangkan atas tanahmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.“

Dan lihatlah lagi di dalam Yoel, pasal 1, “Wahai, hari itu! Sungguh, hari TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.”

“Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunung-Ku yang kudus! Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari TUHAN datang, sebab hari itu sudah dekat“

“Suatu hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat; seperti fajar di atas gunung-gunung.”

“Di depannya api memakan habis, di belakangnya nyala api berkobar. Tanah di depannya seperti Taman Eden, tetapi di belakangnya padang gurun tandus.“

“Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu.“

“Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. “

“Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.“

Di dalam 2 Petrus dikatakan, “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.“

“Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.“

Dan ayat penutup pasal keenam dari Kitab Wahyu, “Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?“

Tidak ada pengecualian. Dari awal pewahyuan Allah sampai akhirnya, sejarah selalu berada di dalam konfrontasi dan penghakiman yang mengerikan.

Saya membaca tentang penciptaan dunia ini dan berpikir dan melihat bagaimana mungkin api dan panas bisa ada di planet ini dengan sendirinya, ke langit. Para astronom mengamati langit—seperti yang dikhotbahkan oleh Dr. Gregory pada pelayanan pukul 08.13—dan ia melihat bintang-bintang di langit meledak dan mati.

Para ahli fisika dan geologi mengamati planet tempat kita hidup. Ini adalah planet api. Dan kita hidup di atas lapisan kulit, di atas kulit telur. Di bawah kita ada panas yang menyala-nyala.

Para ahli kimia berbicara tentang atmosfer. Itu terbuat dari oksigen dan nitrogen. Kalau dicampur akan menghasilkan nitrogliserin. Ia melihat air, H2O, hidrogen-oksigen, eksplosif.

Di dalam firman yang kita baca tentang Yoel dan diulangi di dalam nubuatan Tuhan, “Matahari akan berubah menjadi gelap gulita.“  Itu adalah asap dari planet yang hancur ini. dan bulan menjadi darah.“ Itulah gambaran panasnya api yang membakar dunia.

Itu akan berakhir di dalam kutuk dan konfrontasi, di dalam api dan perpecahan yang mengerikan—tidak hanya dunia fisik tempat tinggal kita, tetapi juga keberadaan kita.

Suatu ketika saya sedang berada di pesawat hati saya panas karena saya dipindahkan ke pesawat lain. Saya telah memesan tiket dan akan pergi ke Detroit dan saya harus berbicara pada pertemuan besar malam itu. Dan mereka berkata bahwa kelebihan penumpang dan mereka memindahkan saya ke dalam pesawat itu.

Dan ketika saya harus masuk ke pesawat, satu jam kemudian saya menyadari bahwa saya marah.

Saya pun masuk ke dalam pesawat. Dan semua penuh kecuali baris kedua di dekat jalan. Itu satu-satunya yang kosong. Saya menuju ke sana dan duduk dengan marah.

Ketika akhirnya saya membuka mata dan melihat sekeliling, ada seorang jenderal dan ada seorang kolonel dan ada marsekal dari Pentagon. Dan saya melihat orang di samping saya, dan ia memiliki bintang lima. Bintang lima! Dan saya melihat wajahnya. Ia adalah Jenderal Omar Bradley.

Singkat saja. Ia pernah ke California. Menantunya baru saja tewas—ia adalah seorang pilot tes. Dan ia di sana bersama dengan putrinya dan anaknya yang masih kecil, dan berencana untuk mengasuh keluarga itu.

Ketika ia tahu bahwa saya adalah seorang pendeta, bahwa saya adalah seorang pengkhotbah, tampaknya ia merasa mendapat hadiah dari sorga. Ia mencurahkan isi hatinya kepada saya selama berjam-jam saat kami duduk di pesawat.

Ia sedang menuju ke Boston untuk memberikan sambutan. Dan saya mendapat salinan sambutan sang Kepala Staf.

“Dengan adanya berbagai senjata yang mengerikan yang dimiliki manusia, kemanusiaan terancam bahaya terjebak di dalam dunia moral yang belum matang. Pengetahuan kita tentang Ilmu Pengetahuan jelas-jelas telah melebihi kemampuan kita untuk mengendalikannya.

Kita memiliki terlalu banyak ilmuwan dan terlalu sedikit orang-orang Allah. Kita telah memecahkan misteri atom dan menolak Khotbah di Bukit.

Dunia kita adalah dunia raksasa nuklir dan anak-anak dalam hal etika. Kita lebih banyak tahu tentang perang dari pada damai. Kita lebih banyak tahu tentang membunuh daripada hidup.

Seluruh bumi bergerak menuju akhir yang tragis dalam sejarah manusia. Saya harus segera berbicara tentang kemenangan Allah di akhir dunia.

Dan saya melihat langit baru dan bumi baru, karena langit yang lama dan bumi yang lama telah berlalu.

Dan 

Seluruh bumi bergerak dalam kesudahan sejarah manusia yang tragis itu. Saya harus bersegera mengisi saat yang diberikan untuk berbicara mengenai kemenangan Allah pada akhir dunia tersebut.  

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.

Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.“

Ada sarjana yang mengatakan bahwa itu berarti dunia saat ini akan dihilangkan seluruhnya, dan Allah akan membuatnya lagi, Allah akan menciptakannya lagi.

Saya tidak percaya akan hal itu. Bagi saya, materi tidak dapat dihancurkan. Allah menciptakannya, dan akan ada selamanya. Dan langit baru dan bumi baru adalah dunia ini dan langit di atasnya dan semua planet di sekitar kita yang dibuat lagi, diciptakan lagi—seperti vas bunga dari emas yang hancur dan dilebur di dalam api, dan menghasilkan emas yang bisa dibentuk menjadi sebuah ciptaan baru.

Atau lebih tepat lagi: seperti tubuh kita. Jika Ia menunda kedatangan-Nya, maka kita akan dikubur di tanah dan akan kembali menjadi debu tanah. Tetapi Allah akan menciptakan kembali tubuh manusia ini, dan kita akan dibangkitkan secara anatomis seperti halnya Tuhan kita yang hidup.

Allah akan membuang dosa kita. Di dalam British Museum ada sebuah batu-bata dari Babilonia kuno. Raja membubuhkan gambarnya pada setiap batu bata dan memeteraikannya. Dan pada batu bata ini ada jejak anjing di atas gambar raja. Itulah dunia modern ini.

Tetapi Allah akan membuang dosa itu. Ia akan menyingkirkan maut dan luka dan air mata dan tangisan dan kesedihan dan Allah akan membuat kembali ciptaan yang mulia ini.

Kita, menurut Firman Allah dan janji Allah yang tidak pernah gagal, akan mewarisinya. Orang-orang kudus akan mewarisi bumi.

Mengapa Allah tidak melakukannya sekarang? Mengapa Ia menundanya? Rasul Petrus mengtakannya dengan tepat, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

Mengapa dunia tidak berakhir sekarang, menit ini? Mengapa tidak terbakar? Mengapa Iblis tidak dihancurkan? Mengapa dosa tidak dihancurkan?

Alasannya adalah Allah sedang menunggu kita. Menurut Firman Tuhan Allah sedang menunggu kita untuk datang kepada-Nya. Ia sedang menunggu kita berbalik, bertobat, menerima Tuhan kita supaya kita diselamatkan.

Saya memikirkan kisah tentang Tuhan kita di dalam Lukas 15, perumpamaan tentang anak yang hilang: bapa yang menunggu, melihat ke jalan, hanya menunggu, menunggu, dan menunggu.

Apakah Anda memperhatikan bahwa ketika sang anak datang, bapanya mengenakan cincin di tangannya. Ia memasangkan cincin di jari anaknya dan memakaikan sepatu di kakinya. Saya bisa memahami sepatu di kakinya, supaya ia berjalan dengan nyaman.

Cincin di jarinya, itu yang pertama. Itu adalah gambaran tentang kemewahan dan sukacita sorga,            Allah, gereja, iman. Tidak ada yang mendapatkan kepenuhan hidup dan sukacita yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sebagai anak Allah.

Mengenakan cincin di jarinya, itu yang pertama, dan kemudian sepatu di kakinya. Dan hati Allah dinyatakan kepada kita di dalam Kitab Suci.

            Ulangan 5:9: “Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya!”

Atau Yehezkiel 33:11, “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?“ Itulah Allah.

Alasan Allah menunda penghakiman-Nya atas bumi ini adalah karena kita, hanya menunggu kita datang kepada-Nya, menerima kasih dan karunia-Nya, untuk diselamatkan.

Salah satu hal teraneh di dalam Alkitab adalah, Allah berkata melalui Nuh, “seratus dua puluh tahun, Aku akan menghancurkan bumi yang jahat ini dengan banjir.“

Mengapa ia tidak menghancurkannya? Nuh berkhotbah dan membela selama 120 tahun. Bagaimana seandainya Anda berkhotbah selama 120 tahun dan tidak ada orang yang bertobar? Tidak ada seorang pun!

Allah berkata, “Aku akan menghancurkan bumi ini dengan banjir,” tetapi Ia menunggu selama 120 tahun. Mungkin ada seseorang yang bertobat.

Hal yang sama tentang Abraham dan Sodom. Allah berkata bahwa Ia akan menghancurkan kota itu. Dan melalui doa syafaat Abraham, “Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu.“ Dan Allah mengirimkan malaikat-malaikatnya dan hanya menjumpai empat orang, Lot dan istrinya dan kedua orang anak perempuannya.

Hal yang sama juga terjadi pada zaman Yunus dan Niniwe, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan dijungkir-balikkan.“ Dan ketika Niniwe berobat, Allah mengampuni. Ketika Niniwe berubah, Allah berubah. Ia adalah Allah yang seperti itu.

Seperti Tuhan Yesus yang sedang duduk di bukit, melihat ke kota dan menangis, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”

“Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.”

Allah selalu meminta. Allah selalu menunduk, yang Mahakuasa berlutut di depan kita, menangisi kita, berharap kita akan berbalik.

Oh, saudaraku  yang terkasih

Ketika dunia terbakar

Apakah engkau tidak ingin dekat Allah

Supaya bisa menjadi bantalmu?

Menyembunyikan aku di Batu Karang Allah

Batu Karang melindungiku

 

Inilah waktunya untuk datang dan Allah menunggu dan berdoa dan berharap