ZAMAN SETELAH AIR BAH

(The Post-Diluvian Age)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diedit oleh Dr. Eddy Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas

19 Mei 1957

 

Kejadian 9-11

 

            Anda sedang berbagi bersama kami di dalam pelayanan firman di First Baptist Church di Dallas, Texas. Ini adalah pendeta yang membawakan pesan pagi dari pasal sembilan dari Kitab Kejadian, sampai bagian pertama dari pasal dua belas dari Kitab Kejadian. Dan ini mencakup Zaman Setelah Banjir dan Panggilan Abraham.

            Marilah kita buka pasal sembilan dari Kitab Kejadian. Dan kita akan mulai di sana, kisah tentang sebuah zaman baru, sebuah pemerintahan baru, sebuah ketetapan baru. Saya yakin siapa pun yang mempelajari Alkitab bisa mengelompokkan perkembangan pewahyuan Allah, dan urusan Allah dengan manusia, dalam berbagai cara. Tetapi ada satu: ada cara Allah berurusan dengan manusia di Taman Eden dan kita menyebutnya “Zaman Tanpa Dosa”. Lalu Allah berurusan dengan manusia setelah itu sampai kepada penghakiman dengan banjir. Dan itu adalah zaman ketika setiap orang melakukan apa yang disukainya, dan kita menyebutnya, “Zaman Hati Nurani”.

            Lalu ada zaman lain, dan zaman ini mengikuti banjir dan berakhir pada saat Abraham dipanggil. Dan kita menyebutnya “Hari dan Zaman Pemerintahan Manusia“. Ini adalah hari, ini adalah zaman, ketika bangsa-bangsa mulai terorganisir dan ketika hukum-hukum sosial dan sipil dan tatanan mulai ada di bumi. Kemudian ada “Zaman Bapa-Bapa”: Bapa Abraham, Ishak, dan Yakub dan keduabelas anak-anak Israel. Dan Anda bisa menyebutnya “Zaman Perjanjian” atau “Zaman Bapa-Bapa”. Kemudian ada kisah yang panjang tentang Musa sampai kedatangan Kristus. Jadi, Anda bisa menyebutnya “Zaman atau Ketetapan Hukum”.

            Lalu, ada kisah tentang kedatangan Kristus dan penyaliban-Nya dan itu adalah zaman di mana kita hidup sekarang dan Anda bisa menyebutnya “Zaman Gereja” atau “Zaman Kasih Karunia” atau “Zaman Roh Kudus” atau “Zaman Pekabaran Injil Anak Allah”. Dan itulah hari, ketetapan, pemerintahan, zaman di mana kita hidup. Kemudian ada lagi zaman yang akan datang, hari yang akan datang, kerajaan yang akan datang, dan itu akan mulai dengan munculnya Tuhan kita ke dalam kekekalan. Dan Anda bisa menyebutnya “Zaman Kerajaan”. Jadi, kalau Anda menerima Alkitab secara utuh, seperti saat Allah menyatakan diri-Nya, dan ketika Ia berurusan dengan manusia yang Ia ciptakan, maka kita mulai memasuki zaman itu. 

            Pada pagi ini, kita akan membahas yang ketiga, zaman setelah Banjir, setelah Air Bah. Dan kita akan melihat apa yang dilakukan oleh manusia di bawah sebuah pemerintahan baru dan petunjuk dari Tuhan. Sekarang, lihatlah. Di sini, dalam pasal kesembilan ayat dua, Tuhan berkata bahwa kita akan berkuasa atas binatang di darat dan burung di udara dan segala sesuatu yang merayap di bumi. Seperti apakah itu? Itu akan berada di dalam ketundukan yang penuh kasih, seperti di Taman Eden, ataukah akan seperti itu karena kita pandai dan berbakat dengan kekuatan untuk membunuh dan menghancurkan? 

            Akan seperti apakah zaman baru ini? Di sini dikatakan, “Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan.“ Itu adalah sebuah mandat dari Allah. Itu adalah dekrit dari yang Mahakuasa. Dan ini seperti yang Allah putuskan. Seorang manusia adalah makhluk yang paling lemah dan tidak berdaya di antara semua makhluk yang Tuhan ciptakan.

            Bila seorang manusia, sendirian melawan seekor macan tutul atau seekor harimau atau seekor singa atau seekor gajah, ia bukan apa-apa. Ia lemah dan remeh, dan akhirnya Tuhan berkata, “ke dalam tanganmulah Aku telah menyerahkan segala binatang dan segala sesuatu yang bergerak di udara atau di laut.” Dan alasannya adalah kepandaian manusia yang telah Allah ciptakan. Kita memiliki bom atom dan bom hidrogen dan peluru kendali dan senjata api dan saya tidak tahu apa lagi yang kita miliki. Dan kerajaan binatang tunduk kepada kita karena takut dan gentar. Tidak seperti halnya pada waktu di Taman Eden yang tanpa dosa, ketika singa berbaring bersama dengan domba dan lembu dan serigala, semuanya bersama. Tidak, dunia tempat kita hidup, adalah dunia taring dan harimau dan kepalan tangan. Dan akan terus seperti itu sampai Tuhan  datang dan memenuhi bumi ini dengan kasih dan damai sejahtera dan kebenaran.

            Saya tidak peduli berapa banyak PBB atau berapa banyak Liga Bangsa-bangsa atau berapa banyak Petetapan Perdamaian (Concord Acts) atau berapa banyak pakta perdamaian Kellogg. Kera dan harimau dan singa ada di dalam hati manusia dan mereka ada di bumi ini. Dan ini adalah dunia di mana kita hidup. Hari di Taman Eden yang tenang dan damai telah hilang. Dosa menghancurkannya. Dan kita hidup di dalam zaman, kata Alkitab, “takut dan gentar” dan ketika Anda menyingkirkan Napoleon, Anda harus menghadapi Bismarck. Dan ketika Anda menyingkirkan Bismarck, Anda harus menghadapi Kaiser Wilhelm II. Dan ketika Anda menyingkirkan Kaiser Wilhelm II, Anda harus menghadapi Hitler. Dan ketika Anda menyingkirkan Hitler, Anda harus menghadapi Stalin. Dan ketika Anda menyingkirkan Stalin, Anda menghadapi gangster-gangster di Cina dan di Kremlin. Dan jika kita mampu mengalahkan Komunisme dalam semalam, kita masih harus menghadapi setan. Anda tidak bisa menyingkirkan mereka. Itulah yang dikatakan oleh Alkitab, dan itulah yang saya lakukan, hanya memberi tahu Anda tiap hari Minggu, apa yang dikatakan oleh Alkitab. Ini adalah dunia yang penuh dengan rasa takut dan gentar, bukannya damai dan kebenaran.

            Baiklah, mari kita lihat lagi. Allah melakukan hal lain. Sebelumnya, semua makhluk adalah herbivora. Allah tidak pernah menginginkan dunia ini menjadi dunia karnivora. Allah tidak pernah membuat binatang-binatang-Nya saling memakan. Allah tidak pernah membuat manusia memakan daging. Pada masa seribu tahun, ini semua akan kembali seperti pada saat di Eden di mana Allah menciptakan bumi. Singa akan memakan jerami seperti lembu. Tetapi, setelah dosa menghancurkan dunia Allah yang indah, binatang saling memakan. Dan di sini di ayat 3 dari pasal 9 Kitab Kejadian, Allah pertama kalinya memberikan dekrit kepada manusia sehingga ia boleh memakan daging. “Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.

            “Hanya,” kata Allah, “daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan.” Karena nyawa dari daging ada di dalam darah, dan Ia memberikan kepada kita sebagai penebusan atau teman bagi jiwa kita. Jadi kita bisa makan daging. Itulah saat pertama kali Allah memberikan perintah itu kepada manusia. Seperti itulah dunia kita. Ini adalah dunia darah, dan ini adalah dunia pembunuhan, dan ini adalah dunia kematian, dan ini adalah dunia pemakan daging, di mana anjing memakan anjing. Dan bahkan manusia ciptaan Allah memakan daging. 

            Kadang kala, ketika saya memikirkan hal itu, sangat sulit bagi saya untuk menyadari dunia seperti apakah tempat kita hidup sehingga kita memakan salah satu makhluk Allah. Kenyataannya, kadang-kadang kita saling memakan. Kalau tidak memakan secara jasmani, maka memakan kita dengan kata-kata dan roh, dan saya tidak tahu semua itu. Tetapi, seperti inilah dunia. Kenyataannya, banyak orang hidup di dalam rumah seperti itu, memakan mereka. Memang, itu bukanlah hal yang mudah, bukan?

            Baiklah, mari kita lihat hal lain yang telah Allah lakukan. Pada ayat 6 dari pasal 9 Kitab Kejadian terdapat pengumuman dekrit dari Allah tentang hukuman yang besar. Kejadian 9:6: “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” Dekrit itu tidak pernah dibatalkan, atau diubah. Pedang sang hakim telah ditempatkan pada tangan manusia. Dan ini adalah permulaan hukum dan pemerintahan dan sebuah masyarakat yang teratur.

            Sebentar lagi kita akan membuka pasal 10, kita akan melihat sebuah kata baru, sebuah klasifikasi baru, sebuah tatanan sosial yang baru. Anda akan menemukan pemerintah dan bangsa-bangsa dan pedang sang hakim telah ada di tangan manusia. Dan hukuman besar, kuasa untuk mengambil hidup manusia, adalah tanda yang sangat jelas dan pelindung kekuasaan itu. “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” Seorang manusia sekarang dapat mencoba, dan apabila ia bersalah dan pengadilan memutuskan bahwa ia harus membayar dengan hidupnya, maka kuasa itu diberikan kepada pengadilan.

            Pada pasal 13 dari Surat Roma, sebuah tulisan di Perjanjian Baru mengenai pemerintahan manusia. “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.“ Semua pemerintahan berasal dari Allah. Permerintah adalah berada di bawah Allah, bukan anarki, tetapi pemerintah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.“

Anda hidup di dalam zaman pemerintahan dan tatanan sosial. ”dan seorang Kristen adalah seorang warga negara yang baik,” kata Dr. James. Kita tidak hidup di dalam pelanggaran roh dan undang-undang negara kita, tetapi kita harus patuh. Dan bila kita pikir ada undang-undang yang tidak adil, maka kita harus berusaha dengan segala cara yang damai untuk mengubah undang-undang itu. Tetapi seorang Kristen selalu adalah warga negara yang baik di negaranya.

Baiklah, sekarang izinkanlah saya mengatakan sesuatu. Saya tidak bisa memahami mengapa saya bukanlah seorang Kristen yang baik karena saya adalah seorang nasionalis. Saya adalah seorang Amerika dan seorang Amerika yang patriotis. Beberapa teolog baru ini dan beberapa filsuf baru ini mulai mengajarkan sebuah pemerintahan baru bahwa seseorang yang loyal kepada negaranya dan konstitusinya tidak perlu loyal kepada visi besar dari harapan kemanusiaan, dan bahwa kita harus bekerja demi sebuah pemerintahan super dunia.

Sekarang, saya bisa menjadi seorang warga Negara Amerika yang baik dan loyal. Dan tetangga saya di sebelah utara bisa menjadi seorang Kanada yang baik dan loyal. Dan tetangga saya di sebelah selatan bisa menjadi seorang Meksiko yang baik dan loyal. Dan tetangga saya di seberang lautan dapat menjadi seorang Filipina yang baik dan loyal. Dan tetangga saya di sisi lain dapat menjadi seorang Perancis yang baik dan loyal. Dan kita semua, di dalam damai sejahtera dan kasih Allah, akan bisa berdampingan kalau kita mau. Patronisme, nasionalisme, kecintaan pada negara, adalah salah satu hal yang Allah taruh di dalam hati manusia. Supaya bisa mengasihi Amerika dan mengasihi bangsa dan mengasihi rakyat Anda, Anda harus mengasihi Allah. Tuhan telah membuatnya seperti itu.

Ini adalah zaman kita hidup. Dan yang perlu kita lakukan bukanlah percaya bahwa undang-undang negara bertentangan dengan kehendak dan Roh Allah dan kita harus menyingkirkan nasionalisme dan menyingkirkan rasa cinta kepada negara kita supaya kita bisa bekerja menuju suatu pemerintahan super, sama sekali tidak. Kita semua bisa menjadi warga negara yang baik di tanah air kita dan dengan kasih karunia Allah saling mengasihi. Itulah yang dikehendaki oleh Allah. Itulah yang menyenangkan Allah. Masalahnya adalah kita kurang mengasihi satu sama lain.

Sekarang, bacalah pasal 10 dari Kitab Kejadian. Anda akan menemukan sebuah kata yang belum pernah digunakan sebelumnya. Di dalam ayat 5 dari pasal 10 Kitab Kejadian, ada kata gowy dan kata itu diterjemahkan sebagai “bangsa-bangsa”.  Ini diterjemahkan sebagai bangsa-bangsa pertama kali di dalam pasal 5, ayat 5 dari pasal 10 dalam Kitab Kejadian. Kata “bangsa-bangsa” digunakan dua kali di sana, di dalam ayat 5 dari pasal 10 Kitab Kejadian. Ini digunakan lagi di dalam ayat 20 dari pasal 10 Kitab Kejadian. Ini digunakan lagi pada ayat 31 dari pasal 10 Kitab Kejadian. Ini digunakan lagi dua kali di dalam ayat terakhir pasal 10 Kitab Kejadian. Ini adalah keluarga-keluarga dari anak-anak Nuh setelah generasi mereka di dalam bangsa mereka. Dan oleh karena itulah bangsa-bangsa terbagi di bumi setelah banjir. Jadi, kita sampai pada hari dan zaman pemerintahan manusia dan pembagian keluarga Nuh menjadi bangsa-bangsa yang menyenangkan Allah. Allah membuatnya seperti itu, agar kita menjadi orang Amerika, dan orang lain menjadi bangsa lain dan warga negara lain. Hal seperti itu menyenangkan Allah, dan memang seperti itu.

Ketika saya membaca tentang permulaaan bangsa-bangsa ini, di dalam pasal 10 saya membaca Nimrod pada ayat 8. Nimrod yang merupakan penakluk besar pertama, orang yang berkuasa, dan pemburu di hadapan Allah. Kemudian pada ayat 10 saya membaca tentang Babel yang adalah Babilonia. Dan pada ayat 11 saya membaca tentang Niniwe. Dan pada ayat 15 saya melihat Sidon. Semuanya ini, keturunan Nuh, mulai terbagi menjadi bangsa-bangsa dan membangun kota-kota, dan membentuk pemerintahan. Itu adalah dunia yang sedang dijadikan oleh Tuhan.

Sekarang kita sampai pada pasal 11, dan marilah kita lihat bagaimana manusia hidup pada hari baru ini dan di pada zaman baru setelah banjir ini. Anda akan berpikir, bukan? Katakanlah dengan jujur, bahwa setelah banjir kita akan memiliki dunia yang benar. Benar-benar kesempatan emas untuk melayani Allah, untuk menegakkan keadilan, untuk memiliki damai dan kemauan baik dan kasih Allah di mana pun manusia berada, bukan kah Anda berpikir seperti itu?

Lihatlah. Setelah banjir pada Nuh adalah seorang berpengalaman selama 600 tahun. Dan ia adalah orang yang benar dan seorang yang baik, satu-satunya orang baik, dengan keluarganya di bumi ini. Dan ia mendapatkan kasih karunia di mata Allah. Setelah banjir, terdapat Nuh yang berpengalaman selama 600 tahun. Ada pula putranya termuda Sem, yang berusia 98 tahun. Semuanya ada tiga: Sem, Ham, dan Yafet. Bahkan yang termuda, Sem, telah berusia 98 tahun. Dan ia benar-benar siap dan dewasa, untuk tugas-tugas yang telah menanti di depan. Di belakang mereka adalah peringatan yang mengerikan akan penghakiman dan murka Allah kepada dunia. Tidak ada yang seperti itu dan tidak akan ada hingga penyiksaan besar yang akan datang. Penghakiman dan murka Allah yang menghancurkan seluruh umat manusia, semua kecuali Nuh yang benar dan keluarganya.

Itu adalah masa lalu. Dan di depan mereka bumi penuh dengan semua kemungkinan yang luar biasa dan Nuh dan keluarganya keluar untuk mengisi dan menaklukkan bumi. Sekarang, bukankan Anda berpikir seandainya manusia memiliki kesempatan emas untuk mendatangkan kedamaian dan kebenaran dan penghakiman dan keadilan maka itu adalah sekarang? Baiklah, apa yang mereka lakukan dengan hal itu?

Ketika mereka menempuh perjalanan dari timur mereka menemukan sebuah dataran di tanah Sinear, yang berada di antara sungai Tigris dan Efrat, dan di sanalah mereka menetap dan bertambah banyak. Dan saat mereka tinggal di sana, mereka berkata kepada satu sama lain, “"Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik,” seperti halnya batu bata yang digunakan untuk membangun gedung-gedung bertingkat di Dallas. Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.

Ada minyak di sana di negeri itu, kata Alkitab di dalam pasal 11 dari Kitab Kejadian. Ter berasal dari minyak, minyak bumi, dan mereka berkata, “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” Itulah keluarga Nuh, keturunan Nuh. Apa yang coba mereka lakukan di sini? Ada yang berkata, “Mereka mencoba membangun sebuah menara untuk menyelamatkan diri dari banjir.” Tidak ada hal seperti itu di dalam Alkitab dan akal sehat saya mengatakan bahwa apabila saya ingin membangun sebuah menara untuk menyelamatkan diri dari banjir saya tidak akan membangunnya di dasar sungai, saya tidak akan membangunnya di sebuah dataran, saya akan membangunnya di atas gunung supaya bisa lolos dari banjir.

Tetapi tidak ada hal seperti itu di dalam Alkitab, itu hanya imajinasi seseorang. Seseorang datang dan berkata bahwa orang lain mendengarnya dan ia mengatakannya dan ia akan datang dan Anda mengatakannya. Itu tidak ada di dalam Alkitab. Tidak ada hal seperti itu di dalam Alkitab.

Inilah sebabnya mengapa Alkitab berkata bahwa mereka membangun kota dan menara itu. Pertama, “supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” Mereka dengan sengaja menentang perintah Allah. Tuhan berkata kepada keturunan Nuh agar memenuhi bumi dan menaklukkannya dan mereka berkata, “Tidak, kami tidak mau bekerja keras di tempat yang jauh dari semua kenyamanan berkumpul bersama dan kami tidak mau terserak, dan kami tidak mau pergi ke tempat yang jauh, dan kami tidak akan menaklukkan dan memenuhi bumi ini. Tetapi, kami akan tinggal bersama di mana segalanya menyenangkan dan mudah dan nyaman bagi kami.” Maka mereka membangun kota ini dan menara besar itu sebagai tempat berkumpul. Itu adalah sebuah pusat di mana mereka dapat bertemu untuk berkerumun seperti lebah. Itulah hal yang pertama.

Hal yang kedua adalah mereka berkata, “Marilah kita lakukan dan membuat nama kita besar.” Jika Anda punya waktu sekitar satu jam di sini, kita akan berbicara tentang  sifat dasar manusia, “Marilah kita membuat nama kita besar.” Banyak dari Anda pernah melihat piramid. Pasti banyak yang Anda pikirkan ketika Anda menatap pyramid-piramid raksasa di tanah Mesir. Mereka ada di sana dan Anda berdiri di sana dan Anda memandangi mereka dan pikiran Anda berkelana jauh ke belakang, mengapa mereka dibangun?

Tahukah Anda bahwa selama berabad-abad orang berkata bahwa piramid-piramid itu, sebagian berkata, untuk tujuan astronomis, untuk mengamati langit? Sebagian lagi berkata bahwa piramid-piramid itu dibangun untuk menahan gangguan pasir padang gurun. Sebagian orang berkata bahwa mereka memerlukan lumbung dan mereka digunakan sebagai lumbung, di mana mereka menyimpan makanan dan gandum. Kapan tepatnya mereka dibangun, itu sama tuanya dengan unsur-unsur sifat manusia. Mereka dibangun mengabadikan dan mengenang Firaun Agung yang memerintahkan para budak kerja paksa untuk mendirikan bangunan untuk mengabadikan sebuah nama. Mereka berharap agar mereka diingat karena telah membangun musoleum dan menyusun batu-batu itu hingga ke langit, di mana mereka bisa dikuburkan dan di mana ingatan tentang mereka akan abadi. Itu adalah sifat manusia dan itulah yang dilakukan oleh orang-orang ini. Mereka mencoba membuat nama mereka besar, dan terkenal di seluruh bumi.

Lalu, datanglah Tuhan melihat apa yang dilakukan oleh keturunan Nuh. Dan lihatlah mereka menentang perintah Allah tanpa tujuan sama sekali untuk memenuhi bumi ini dan menaklukkannya. Dan mereka sedang mencoba membuat nama mereka besar.

Tahukan Anda bahwa Tuhan adalah yang paling berbakat di muka bumi ini? Bagaimana mungkin Tuhan akan menghentikan hal itu? Anda mungkin berkata, “Saya tahu bagaimana Tuhan akan menghentikan hal itu.” Ia akan menciptakan perselisihan di antara mereka, dan mereka akan saling bertengkar dan saling membinasakan. Tidak, Ia tidak melakukannya seperti itu. Anda mungkin berkata, “Tuhan akan mengirimkan banjir besar dan ia akan menghapuskan mereka semua.“ Ia tidak melakukan hal itu. Orang lain mungkin berkata, “Saya tahu bagaimana Tuhan akan melakukannya. Ia akan mengirimkan api dari langit seperti belerang dan membakar mereka seperti yang Ia lakukan terhadap Sodom dan Gomora.” Dan ia tidak melakukannya seperti itu. Ia melakukannya dengan cara yang paling tidak biasa yang pernah Anda bayangkan.

Siapa yang pernah mengira bahwa Tuhan akan melakukan hal ini. Tuhan berkata, “Pergilah dan taklukkanlah dunia ini dan penuhilah.“ Dan mereka tidak mematuhi Allah. Dan mereka berkata,“Kita akan membangun menara besar sebagai monumen kekuatan dan kecerdasan kita dan kejeniusan arsitektur dan keahlian mekanis kita. Kita akan melakukannya demi nama kita.“  Dan Tuhan memiliki lebih banyak cara untuk mengacaukan orang-orang yang tidak taat. Itulah yang Allah lakukan! Siapa yang pernah membayangkan bahwa cara yang dilakukan oleh Tuhan Allah adalah mengacaukan bahasa. Seluruh bumi, adalah satu bahasa dan satu logat. Saya ingin memperlihatkan sesuatu di sini. Bukankah menurut Anda hal itu benar, seluruh Bumi adalah satu bahasa dan satu logat? Hanya ada satu orang manusia, satu ayah dan namanya adalah Nuh dan memiliki bahasa dan ia memiliki tiga putra. Dan bukankah menurut Anda mereka memiliki bahasa yang sama dengan ayah mereka? Dan mereka masing-masing memiliki istri, tiga orang perempuan. Dan bahasa apa pun yang mereka ucapkan, bukankan menurut Anda mereka memiliki bahasa yang sama? Bukankah demikian?

Mereka memiliki anak. Bukankah menurut Anda mereka berbicara dengan bahasa yang sama? Dan mereka memiliki cucu-cucu. Bukankan menurut Anda mereka berbicara dengan bahasa yang sama? Bukankah menurut Anda semua bahasa di dunia adalah satu bahasa, berapa abad dan generasi telah berlalu? Oh, mungkin ada sedikit perbedaan dialek. Seorang Inggris mungkin memiliki sebuah aksen Inggris dan seorang dari Selatan memiliki aksen selatan, dan seorang dari Utara berbicara seperti seorang Yankee (orang AS bagian utara), dan mungkin ada beberapa dialek dalam satu bahasa yang sama. Tetapi, tahukah Anda bahwa orang-orang ini yang mempelajari semantik, tahukah Anda bahwa orang-orang ini yang mengajukan hipotesis bahwa semua bahasa berasal dari satu bahasa, tahukah Anda bahwa mereka tidak pernah bisa membuktikan hipotesis mereka? Ada beberapa ratus jenis bahasa di bumi ini, tahukah Anda?

Dan ketika Anda mempelajari bahasa-bahasa di bumi ini dan mencoba menelusuri sejarah semua bahasa di bumi ini, tahukah Anda bahwa itu tidak bisa dilakukan? Anda bisa mempelajari banyak bahasa dan menemukan bahwa sebagian di antaranya berasal dari bahasa Romawi, dari bahasa Latin, dan sebagian dari bahasa Cina, dan sebagian dari Polinesia, dan sebagian dari Afrika, dan sebagian lagi dari Amerika. Tetapi tidak ada induk yang sama, latar belakang yang sama, tidak ada tali penghubung yang sama bagi bahasa-bahasa di dunia. 

Mengapa? Mengapa tidak ada? Ada saatnya ketika hanya ada satu bahasa yang digunakan di dunia ini, hanya satu. Dan akhirnya dari semua bahasa yang digunakan sekarang tidak ada satu hal yang bisa membawanya kembali ke satu induk yang sama, denominator yang sama. Mengapa? Di dalam Alkitab dikatakan, “"Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya.“ Dan Tuhan berkata, “Baiklah kita turun.“ Perhatikan “kita“ , baiklah “kita“ turun. Saya telah menyinggungnya sekilas, bukan?

Dan Allah berkata, “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” Dan “yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?“ (Yesaya 6:8). “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.“ Jadi, sejak itu Tuhan membuat mereka terserak di seluruh muka bumi. Dan pembangunan kota berhenti karena mereka tidak bisa berbicara satu sama lain. Yang bisa mereka lakukan satu sama lain adalah mengomel, dan yang seorang tidak bisa memahaminya dan orang yang lain mengomel di sana dan bagaimana melakukan hal itu dan ia tidak bisa memahami orang lain. Mereka tidak bisa membangun, mereka tidak bisa melanjutkan, mereka tidak bisa memahami satu sama lain. Oleh karena itu disebut “kekacauan” (kebingungan) (confusion). Babel, karena Tuhan mengacaukan (confound) bahasa semua orang di bumi dan sejak itu Tuhan membuat mereka terserak di seluruh muka bumi.

Sekarang saya harus pergi. Saya hanya ingin mengatakan satu hal lalu kita berhenti. Tidak ada, tidak tercatat di sini, satu orang saksipun bagi Allah, tidak satupun. Dan keturunan Nuh, setiap orang dari mereka sejauh yang kita tahu, setiap orang dari mereka berpaling kepada penyembahan berhala, setiap orang dari mereka dan menyembah bintang-bintang di langit dan matahari dan bulan dan bumi dan semua yang ada di dalamnya.

            Jadi, keturunan Nuh, dan bahkan Terah, menurut Yosua 24:2, bahkan Terah, ayah Abraham, adalah seorang penyembah berhala. Seluruh dunia berubah menjadi penyembah berhala di dalam zaman baru setelah banjir ini. Dan kemudian Allah memutuskan untuk memanggil sebuah keluarga, satu keluarga, dan melalui dia akan bangkit sebuah bangsa, yang melalui dia semua ramalan dan keputusan dan perintah dan hukum dan pewahyuan Allah bisa diajarkan kepada manusia, dan melalui dia akan datang Benih perempuan dan Juruselamat bumi. Dan Tuhan memilih Abraham, keluar dari dunia dan dari keluarga penyembah berhala sehingga ia bisa menjadi alat untuk memberkati dunia. Dan itulah yang akan kita bicarakan pada hari Tuhan berikutnya.

            Sekarang, sementara kita menyanyikan lagu pujian, adakah seseorang yang memberikan hatinya kepada Tuhan, seseorang yang memberikan hidupnya kepada persekutuan gereja sementara kita menyanyikan lagu ini. Datanglah kemari di samping saya, maukah anda datang dan maukah anda berdiri, sementara kita semua menyanyikan lagu pujian sekarang.