ANAK-ANAK ADAM

(The Children of Old Man Adam)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diedit oleh Dr. Eddy Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas

29 Juni 1988

 

Kejadian 6:1-7

 

            Ini adalah pendeta First Baptist Church di Dallas menyampaikan pesan yang berjudul: Anak-anak Adam. Dalam pasal keenam dari Kitab Kejadian dikatakan:

Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."

 

Lalu datanglah penghakiman—ayat 5:

Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."

 

            Tetapi ada pengecualian: Satu orang dari antara semua ciptaan ini mendapatkan kasih karunia dari Tuhan. Nuh! Anak-anak Adam: Sejarah tentang sifat dasar manusia yang tidak diperbarui selalu sama—mengisi halaman surat kabar dengan pembunuhan dan perang dan pertumpahan darah. Saya takut dengan surat kabar pagi ini. Kira-kira pada tahun 6.000 s.M. Kain membunuh Habel; dan kira-kira pada tahun 4.000 s.M. terjadilah banjir yang menghancurkan bumi dan kira-kira tahun 2.000 s.M.—zaman Abraham.  Ia berasal dari negeri pemuja berhala, dan ada sodomi di negeri yang ia lalui.

 

 

Dan di dalam kisah tentang Amerika, sejarah kita tertulis dengan darah dan konflik; ada Perang Perancis dan Indian; ada perang Spanyol. Ada perang dengan Inggris; pada tahun 1776 ada Revolusi; pada tahun 1812 ada perang dengan Inggris; pada tahun 1846 ada perang dengan Meksiko; pada tahun 1860 ada perang saudara; pada tahun 1892 ada perang dengan Spanyol; pada tahun 1914, Perang Dunia Pertama. Itulah yang mulai bisa saya ingat. Saya ingat dengan jelas. Pada tahun 1940 kita terlibat dalam Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1950-an ada Perang Korea dan pada tahun 1960-an adalah tragedi Perang Vietnam.

Seluruh catatan sejarah manusia bermandikan darah! Sejarah umat manusia adalah sejarah penolakan Allah, ketidaktaatan. Di dalam Taman Eden Allah berkata, “Semua pohon di dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi ada satu pohon yang hanya Aku Sendiri yang boleh memakannya.” Dan manusia yang pertama berkata, “Tidak, kami tidak peduli akan perintah itu, kami akan mengambilnya ada Allah atau tidak.”

Pada zaman hukum Taurat, Allah berkata, “Patuhilah perintah-perintah-Ku.”

Dan manusia berkata, “Tidak, kami melanggarnya satu per satu.”

Pada zaman nabi-nabi, mereka berkhotbah, “Bertobatlah, bertobatlah, mengapa engkau ingin mati?”

Dan anak-anak Adam berkata, “Tidak, kami tidak akan bertobat.”

Dan sebagian dari para nabi itu ada dirajam hingga mati. Dan sebagian ada yang diumpankan kepada singa-singa. Dan ada juga yang dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan sebagian ada yang digergaji hingga hancur.

Lalu pada zaman Perjanjian Baru Allah mengirimkan utusan-Nya dari Sorga, yang berkata, “Bertobatlah, sebab kerajaan sorga sudah dekat.”

Dan mereka berkata, “Tidak, kami tidak akan bertobat.” Dan mereka memenggal kepalanya dan ia mati bersimbah darah.

Lalu Allah berkata, “Mereka akan menghormati Putera-Ku.” Dan Ia datang berkata, “Percayalah kepada Dia yang mengirimkan Aku.“

Dan mereka menyalibkan-Nya.           

           Allah membangkitkan para rasul dan mereka berkata, “Jika engkau mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya di dalam hatimu bahwa Ia hidup, engkau akan diselamatkan.”

Dan mereka berkata, “Tidak, kami tidak akan mengaku Dia sebagai Tuhan.”

Dan sebagian dari nabi-nabi Allah mereka rajam dan sebagian lagi mereka siksa dan sebagian lagi mereka pancung dan sebagian lagi mereka asingkan ke pulau yang sepi dan sebagian dari mereka menderita dan membusuk di dalam penjara.

Tampaknya, anak-anak Adam telah banyak berubah. Misalnya, untuk melakukan perjalanan: Pada zaman Abraham, zaman Israel, mereka berjalan atau naik keledai. Ketika Yesus pergi dari Nazaret ke sungai Yordan untuk dibaptis, Ia berjalan sejauh enam puluh mil. Sekarang, kita mengendarai mobil atau terbang dengan pesawat.

Dalam hal komunikasi: Pada zaman Abraham, hanya ada lembaran dari tanah liat (tablet) seperti yang ada di El Amarna. Mereka membakar pesan dan membawanya dalam bentuk lembaran tanah liat. Sekarang ada pengiriman tulisan jarak jauh. Anda bisa melihat di layar dan membacanya dan ada orang yang sedang berbicara di Afganistan; atau Anda bisa mendengarkannya di radio atau menyaksikannya di televisi, Anda bisa menyaksikan berita tentang berbagai kejadian di depan mata Anda.

            Dalam kehidupan kita sehari-hari, seberapa besar kemajuan yang telah kita capai dalam hidup kita? Ketika para malaikat utusan Allah datang kepada Abraham, Abraham berkata, “Silakan.“ Dan ia menyiapkan hidangan bagi para tamunya: ia menyembelih seekor domba. Pikirkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan hal itu. Sekarang Anda mempunyai lampu listrik, kulkas, dengan semua peralatan dapur seperti oven microwave, dengan semua hal yang kita miliki, ini adalah perubahan yang mengherankan dan mengagumkan dalam hidup manusia.

            Tetapi sifat Adam masih tetap sama. Kita mungkin berubah di sisi luar, kita mungkin telah berubah dalam cara kita menjamu tamu di rumah, tetapi sifat Adam yang lama belum berubah.

            Saya tidak bisa melupakan adegan yang saya baca di dalam buku Thinking Black, oleh Dan Crawford. Ia adalah seorang misionaris di jantung benua Afrika, dan suatu hari ia berkata, “Kita akan pergi ke pantai. Kita akan pergi ke laut. Dan dari sana kita akan naik kapal dan kita akan pergi ke Amerika.“ Dan salah seorang kulit hitam besar tampaknya sangat tidak tersentuh oleh prospek tentang kemakmuran Amerika yang luar biasa ini. Dan Dan Crawford, sang misionaris, berbicara tentang kemakmuran dan kesejahteraan dan semua peralatan yang mendampingi kehidupan orang Amerika modern, dan tetap tidak terkesan. Dan ketika menanyakan sebabnya, orang itu berdiri tegak dan melipat tangannya dan berkata, “Lebih kaya tidak berarti lebih baik.“  

            Jika kemakmuran Amerika yang besar bisa membuat bangsa kita diterima dalam pandangan Allah, maka saya tidak bisa memahaminya. Dan tampaknya negeri kita sangat tidak menghormati, sangat tidak memuliakan Tuhan Allah yang besar yang telah menciptakan kita. Sifat lama Adam masih tetap sama.

            Pada zaman Kain, ia membunuh saudaranya, Habel, dengan sebuah tongkat. Sekarang, kita membunuh dengan bom, senapan mesin, robot, dan peluru kendali. Ada evolusi, bahkan di dalam cara kita membunuh. Pada zaman dahulu kala, seperti dalam Kejadian 4:22, Tubal-Kain seorang pembuat alat-alat dari besi dan tembaga. Orang melakukan hal itu dengan tangannya. Sekarang pabrik baja bisa menghasilkan amunisi dan tank dan senjata. Di masa lalu, energi mereka berasal dari keledai yang memutar batu penggilingan. Sekarang kita mempunyai fisi atom dan tampaknya energi yang dihasilkan oleh pendekatan baru pada karya Allah ini tidak akan ada habisnya. Pada zaman dahulu orang berperang dengan menggunakan perahu dayung dan sabit. Sekarang ada kapal induk pengangkut pesawat tempur dan kapal besi.

            Dalam hal pendidikan pada zaman dahulu, ada gulungan kertas yang disalin dengan tangan dan sekolah-sekolah seperti Akademi Plato dan Lyceum Aristoteles dan Stoa Zeno. Sekarang kita mempunyai sistem universitas, dan di sini ada akademi, di sana juga ada akademi, setiap anak memiliki komputer. Anak-anak ini tahu sepuluh ratusan kali lebih banyak daripada saya dan mereka semakin pintar dari menit ke menit—tetapi mereka tidak menjadi lebih baik.

            Di dalam rumah kita, dalam hidup kita sehari-hari, pada zaman dahulu, mereka harus pergi ke sumur untuk memperoleh air. Mereka tidak mempunyai lampu dan  mereka hidup di dalam kegelapan. Sekarang kita memiliki lampu listrik dan air yang mengalir. Seberapa besar dunia dan hidup manusia telah berubah. Tetapi seberapa besar dalam diri mereka yang masih tetap sama?

            Anak-anak Adam—kutukan dari dosa dan penghakiman universal dan maut tetap ada di hadapan kita. Kita tidak berdaya. Tidak ada pembuat undang-undang yang mampu membuat undang-undang tentang dosa dan maut dan kekerasan agar keluar dari manusia. Tidak ada sistem pemerintahan, tidak ada pendidikan, tidak ada pelatihan yang akan membebaskan kita dari itu semua.

            Saya ingat betul ketika Leon Trotsky dan Joseph Stalin berusaha menguasai Rusia yang Komunis. Dan seperti yang Anda ketahui, Stalin menang dan Leon Trotsky dibuang ke luar negeri. Ia dikucilkan. Dan di Mexico City, ia dibunuh dengan beliung. Seorang utusan dari Stalin mengikutinya mengambil sebuah beliung dan menancapkan di kepalanya.

            Itu mengingatkan saya pada sesuatu yang dikatakan oleh Trotsky—ia menulis tentang perubahan bahwa revolusi Komunis menuju hidup manusia, menuju hati manusia—dan ia menulis: “Semua emosi yang kita, para revolusionis saat ini, rasakan sulit disebutkan, misalnya pertemanan tanpa ketertarikan, kasih terhadap sesama, simpati akan menjadi kata-kata yang terus diulang di dalam puisi kaum sosialis. Semua orang akan tertarik kepada keberhasilan semua orang. Tidak perlu mengejar keuntungan. Tidak akan ada artinya. Tidak ada pengkhianatan. Tidak ada penyuapan. Tidak akan ada unsur-unsur kompetisi yang akan membagi masyarakat menjadi kelas-kelas.” Dan mereka membunuhnya dengan beliung.

            Dr. Robert J. McCracken adalah presiden Universitas Chicago, dan dalam sebuah sambutan dalam pertemuan The Baptist World Alliance di Cleveland, Ohio, ia memberika penutup yang berbunyi, “Seperti yang dikatakan oleh Herbert Spencer, ‘Tidak ada rumusan politis yang bisa Anda gunakan untuk menghasilkan perilaku emas dari naluri yang gelap.” Dan inilah paragraf penutup sambutan Dr. McCracken: “Mereka yang mencoba menyingkirkan diri mereka dari akar dosa, akar di mana kesombongan dan hawa nafsu berasal, cepat atau lambat akan menghasilkan dua penemuan. Pertama, bahwa tidak ada yang bisa memenuhi keinginan mereka kecuali sebuah transformasi di dalam diri mereka, sebuah perubahan sifat yang radikal. Dan kedua, bahwa mereka sendiri dan dengan kekuatan mereka sendiri, mereka tidak berdaya untuk menghasilkan transformasi itu.”  Anda tidak akan bisa mengubah sifat manusia dengan pendidikan, pemerintahan, dan pelatihan.

Ini adalah sebuah penemuan yang sejalan dengan prinsip dasar Kekristenan. Kekristenan lebih empatik daripada ini: Bahwa sifat dasar manusia membawa di dalam dirinya benih-benih frustrasinya dan kekalahan dan kematiannya sendiri. Bahwa manusia yang tidak memperoleh pertolongan tidak akan berdaya untuk mewujudkan apa yang ia inginkan. Bahwa ia memerlukan penebusan. Bahwa jika masyarakatnya ingin dselamatkan, maka diperlukan kuasa yang lebih besar daripada kuasanya sendiri, bahwa ia harus “dilahirkan kembali”.

Seperti yang telah saya katakan, saya telah hidup melalui perang terakhir pada abad keduapuluh ini di mana Amerika terlibat. Seorang wartawan perang Amerika di jalanan London, mengamati serangan udara sepanjang malam, salah satu perang terburuk: ”Bom merobek atap Westminster Abbey—(saya pernah berdiri di sana dan melihatnya)—melalui Gedung Parlemen—(dan saya juga telah melihatnya)—dan menghancurkan sayap St. Paul Cathedral (Katedral St.Paulus)—(saya pernah berdiri di sana dan melihatnya). Sirine terus berbunyi, mesin-mesin perang terus bergemuruh dan bom-bom berjatuhan dan ada kematian dan kehancuran di mana-mana di Kota London yang besar itu. Si wartawan perang Amerika itu pergi ke ruangannya, berdoa supaya ia tidak hidup keesokan harinya—ia ingin mati. Saat terlelap, ia mendengar nyanyian. Ia pikir ia berada di sorga. Ia pergi ke jendela dan di bawah ia melihat kapel yang hancur. Atap kapel itu telah runtuh. Di antara reruntuhan itu terdengar sebuah paduan suara. Sang pelayan firman berdiri di belakang mimbar dan ibadah terus berlanjut sementara paduan suara menyanyikan:

                       

Satu-satunya dasar Gereja

Adalah Yesus Kristus Tuhan

Ia adalah ciptaan-Nya yang baru

Dengan Roh dan Firman

Dari sorga Ia datang dan mencarinya

Untuk menjadi mempelai perempuan-Nya yang kudus

Dengan darah-Nya sendiri, Ia telah membelinya

Dan demi hidupnya Ia mati.

 

Di tengah kerja keras dan penyiksaan

Dan gemparnya peperangan,

Ia menunggu perwujudan

Damai selamanya;

Dengan visi kemenangan

Matanya mencari dengan kerinduan;

Dan Gereja yang besar menang

Akan menjadi Gereja selamanya.

 

            Itulah Allah! Itulah janji Firman-Nya! Itulah arti hadirat-Nya dan itu adalah injil kemenangan yang kita katakan dan tawarkan kepada dunia. Tidak ada harapan lain. Saya tidak bisa menggambarkan sukacita tanpa batas yang saya alami ketika mengakui hal itu dan membagikannya di mimbar.

            Nah, kita akan menyanyikan lagu dan sementara kita menyanyi, siapa pun Anda yang malam ini ingin memberikan Anda kepada Tuhan Yesus, yang ingin masuk ke dalam persekutuan gereja kami, rasakanlah panggilan Allah di dalam hati Anda, majulah ke depan. Majulah dan kami akan menyambut—sementara kita berdiri dan menyanyi.