PEMBELAAN YANG MERAGUKAN DARI DARWINISME

(The Dubious Defenses of Darwinism)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diedit oleh Dr. Eddy Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas

3 Maret 1957

 

Kejadian 1:26-27 ;  2:7

 

            Ini adalah pelayanan dari First Baptist Church di Dallas, Texas. Bapak Gembala Sidang sedang membawakan kebaktian pagi pada pukul 8:15 tentang penciptaan manusia. Untuk selama beberapa minggu terakhir ini, kami telah berkhotbah tentang Kejadian pasal satu—penciptaan  dunia kita. Dan kita sampai pada ayat 26, yang bunyinya demikian :

            Berfirmanlah Allah: “ Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi,” maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka.

 

Dan di dalam Kejadian 2:7

            Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup.

            Inilah catatan Kitab Kejadian yang menceritakan tentang penciptaan manusia. Dan hal itu sudah menjadi bahasan kita selama beberapa minggu terakhir; bahwa semua fakta, baik itu fakta biologi, embriologi, paleontologi (fosilologi), maupun antropologi mendukung tentang penciptaan manusia yang istimewa ini. Sudah menjadi thesis kita bahwa tidak ada fakta yang dapat ditemukan maupun dibuktikan yang menyangkal penciptaan istimewa oleh tangan Allah ini.

            Nah, pagi ini kita alihkan perhatian kita pada Darwinisme—teori Darwin. Dan judul dari khotbah ini adalah : Pembelaan yang meragukan dari Darwinisme. Kaum evolusionis, materialis, menghadapi suatu masalah yang sangat besar dan mengejutkan. Noktah kecil kehidupan, yang dikatakannya berkembang dari benda mati, berkembang sendiri dari sesuatu yang tak ada, dan yang pada akhirnya berkembang menjadi manusia. Ia menghadapi suatu masalah yang membingungkan dalam usaha membuktikan hipotesa tersebut secara tersembunyi. Kenyataannya, tidaklah terlalu membingungkan. Bahwa ketika ia berupaya untuk memberikan sebuah jawaban tentang pembuktian, terdapat teori, hipotesa dari proses evolusioner yang sama banyaknya dengan para evolusionisnya sendiri. Satu-satunya hal yang mereka setujui adalah ini : bahwa Allah tidak ada hubungannya dengan proses evolusioner; tetapi ia berkembang sendiri secara tersembunyi, secara kebetulan dan terjadi begitu saja.

            Pendahulu Charles Darwin adalah seorang ilmuwan Perancis, Lamarck. Ia memperhatikan semua perbedaan jenis, bentuk, ukuran dan warna di antara para keturunan orangtua dari bentuk-bentuk kehidupan yang berbeda; dan ia menyimpulkan bahwa lingkunganlah yang merubah keturunan ini. Dan “karakteristik yang diinginkan” dari keturunan diwariskan kepada anak-cucunya. Maka kemudian, secara bertahap berkembanglah suatu spesies baru pada akhirnya.

            Sampai tahun 1900, para ahli biologi percaya bahwa karakteristik yang diinginkan—yaitu sesuatu yang diinginkan orangtua dalam hidupnya dari lingkungannya—adalah sesuatu yang dapat diwariskan. Ambil contoh anjing kecil. Potong ekornya, dan anaknya tidak akan punya ekor. Itulah contoh dari karakteristik yang diinginkan.

            Kini, tentu saja, kita tahu kalau hipotesa semacam itu tidak lah mungkin. Ciri-ciri yang dikehendaki tidak diwariskan. Bila anda potong tangan anda, anak anda tetap akan dilahirkan dengan dua tangan. Apapun yang terjadi pada anda, yang diwariskan kepada anak anda tidak berasal dari karakteristik yang anda inginkan. Tetapi warisan kepada anak terdapat di dalam gen kromosom sewaktu sperma dan sel telur bersatu.

             Jadi, Charles Darwin mengikuti Lamarck, dan dia melakukannya dengan : “Lamarck Remark” ini. Ia katakan : “ semoga Sorga menghindarkan saya dari omong kosong Lamarck.”  Ia memulai semuanya dari landasan yang berbeda. Ia percaya bahwa semua bentuk kehidupan yang berpuncak pada manusia, berkembang dari satu sel purba. Sebagai contoh, inilah kutipan dari Charles Darwin :

            Leluhur kita yang paling tua dalam kerajaan verterbrata, dimana kita bisa mendapatkan sekilas pandangan, jelas sekali terdiri dari sekelompok hewan-hewan air yang menyerupai larva ascidian (sejenis cacing-cacing kecil dalam air). Kemudian ia menarik garis ke atas dari cacing-cacing kecil ini, ke monyet dan akhirnya ke manusia.

            Nah, begitu Charles Darwin menyelesaikan teori evolusinya tentang bagaimana kenaikan manusia terjadi, dia menghasilkan dua hukum besar. Pertama, hal itu terjadi dengan cara kerja hukum seleksi alam atau survival of the fittest (yang paling pantaslah yang bertahan). Dan kedua, terjadi melalui hasil kerja hukum seleksi secara seksual.

            Jadi, untuk memulai pagi ini, kita akan melihat kedua hukum evolusi Darwin tadi: hukum seleksi alam dan survival of the fittest. Darwin melihat dua hal tentang bentuk kehidupan di dunia. Pertama, memperhatikan kalau para keturunan saling berbeda di antara mereka juga dari orangtuanya. Kadangkala mereka berbeda ukurannya, kadang berbeda warna, terkadang berbeda bentuknya; namun terdapat perbedaan antara anak-anak dengan orangtuanya. Dengan demikian, anak-anak kucing kemungkinan akan punya warna yang lebih sedikit dibandingkan orangtuanya. Anak-anak anjing mungkin memiliki warna yang berbeda dari induknya, dan terus seperti itu dimanapun anda temui. Ia melihat variasi pada keturunan yang kontras dengan orangtuanya.

            Yang kedua adalah, ada usaha yang keras untuk hidup pada beribu-ribu keturunan yang dilahirkan ke dunia. Tidak semua biji akan tumbuh menjadi pohon, tidak semua telur ikan akan berkembang menjadi ikan. Masih ada banyak lagi biji atau telur lain yang bisa berkembang menjadi orangtua dewasa. Jadi, ia menyimpulkan kalau ada usaha yang keras agar dapat tetap hidup di antara banyaknya keturunan yang dilahirkan ke dalam dunia ini.

            Nah, dari kedua observasi ini, ia menarik kesimpulan pada hukum yang pertama: bahwa yang paling pantas akan bertahan—dengan akumulasi melalui abad demi abad, dengan modifikasi kecil permenit, organ-organ baru tumbuh dan spesies baru pun muncul. Modifikasi yang tidak menguntungkan, yang merugikan, ditolak dengan keras, dianggap tidak pantas untuk hidup. Dan hanya mereka yang paling kuat dan paling pantaslah yang bertahan, sementara sisanya mati, binasa.

            Dasar dari hal itu, pada saat anda mulai menerapkannya adalah : organ-organ baru dan spesies-spesies baru secara bertahap berkembang melalui suatu akumulasi dari modifikasi-modifikasi kecil. Sewaktu suatu keturunan dilahirkan, akumulasidari modifikasi itu secara bertahap berkembang menjadi organ-organ baru dan menjadi spesies baru.

            Kelihatannya sangat terpelajar dan pandai bila anda perhatikan. Sepanjang itu hanya teori, hal itu tampaknya seperti pandangan yang hebat. Tapi, ketika anda mulai untuk menerapkannya kepada perkembangan yang aktual dari suatu organ baru, ini merupakan sebuah hipotesa yang membingungkan dalam pengaplikasiannya. Misalnya, pada saat anda hendak menjelaskan tentang perkembangan mata—untuk anda ketahui, menurut teori mereka ada suatu masa dimana sama sekali tidak ada mata. Sewaktu anda mencoba untuk memakai teori itu untuk perkembangan jantung, ada masa dimana tidak ada jantung; ketika anda mulai untuk menerapkannya untuk perkembangan telinga, ada masa dimana tidak ada telinga, demikian halnya untuk kaki atau paru-paru, ada masa dimana tidak terdapat kaki atau jantung. Pada saat anda mulai memakai teori itu untuk perkembangan organ yang aktual, menurut saya, itu meenjadi suatu hal  yang membingungkan.

 

            Sebagai contohnya, mari kita ambil mata. Ada suatu masa, tentunya menurut para evolusionis, dimana tidak ada mata karena kita semua berasal dari noktah kecil purba yang menyerupai protoplasma yang secara bertahap berkembang menjadi manusia. Baiklah darimana asalnya mata? Yang menurut evolusionis, kejadiannya seperti ini: pada tubuh mahluk kecil itu ada suatu tonjolan atau bintil kecil seperti jerawat, atau semacam pigmen kecil di kulit. Dan ketika ada cahaya menyinari mahluk kecil tersebut, daerah yang terdapat bintil kecil tadi lebih sensitif. Jadi, mahluk iltu mengarahkan tonjolan kecil itu ke cahaya. Dan karena gelombang cahaya terus-menerus mengenainya selama jutaan tahun, lama-kelamaan karena merasa terganggu tumbuhlah di sana suatu wilayah sensitif secara bertahap. Dan setelah berabad-abad, daerah sensitif itu perlahan-lahan berkembang menjadi urat syaraf, yang mana urat syaraf tersebut berkembang menjadi mata. Dan dari sanalah mata anda berasal.

            Nah, ketika anda melihat hal semacam itu, bagaimana mungkin satu jerawat kecil, bintik kecil ada di sana selama berjuta-juta tahun yang tak terhitung ketika mata berkembang? Dan menurut teori itu, seharusnya ada bintil kecil lainnya, karena anda mempunyai dua mata bukannya satu. Dan tidakkah itu merupakan suatu hal yang luar biasa kalau bintil itu bisa kebetulan berada di lokasi yang tepat? Yang satu tidak terletak di bawah telapak kaki anda dan yang satunya di atas kepala, tapi berada di tempat yang tepat. Dan bukankah itu suatu hal yang tidak biasa kalau kebetulan ada dua? Begitu gelombang cahaya menyinari bintik-bintik kecil itu, mengapa di sekujur tubuh tidak tumbuh mata? Dan tidakkah itu luar biasa kalau ia berhenti berkembang? Anda tidak melihatnya lagi. Mengapa anda tidak menyaksikan proses pertumbuhan mata saat sekarang ini? Saya katakan, teori ini sangat membingungkan, ketika anda menggunakannya pada perkembangan organ-organ tubuh. Tidakkah anda senang bahwa pada saat gelombang cahaya mengenai sebuah bintik kecil yang kemudian tumbuh menjadi telinga, mereka berada di posisi yang tepat, bukan dimana saja di sekujur tubuh anda? Bukankah itu suatu hal yang  menguntungkan?

            Itulah evolusionis. Begitulah caranya organ-organ tubuh berkembang. Melalui akumulasi dari modifikasi kecil permenit melewati periode berjuta-juta tahun.

            “ Darimana kakimu berasal?”

            “ Yah,” kata evolusionis, “pada suatu masa dulu, ketika tidak ada kaki dan nun jauh di masa lalu, ada suatu mahluk kecil yang memiliki semacam kutil di tubuhnya. Dan sewaktu mahluk itu bertumbuh, ia menyadari kalau dengan bersandar pada kutil tersebut, bergerak menggunakan kutil itu, ia bisa bergerak sedikit lebih baik. Sangat membantu dalam proses pergerakan. Jadi, ia mulai bergantung pada bintil itu setiap kali ia bergerak. Dan setelah melewati jutaan tahun yang tak terhitung, kutil itu berubah menjadi kaki.” Tidakkah suatu keberuntungan kalau ada kutil kecil lainnya di tempat yang tepat dan berubah juga menjadi kaki?

            Sewaktu saya membaca hal itu, saya berpikir,” Wow, saya yakin kita telah berkembang ke arah yang salah. Manusia hanya punya dua kaki. Teruslah berkembang! Sekalipun begitu, inilah kebenaran, inilah fakta yang disebut sebagai evolusi “ilmiah.” Menurut saya, ini adalah penghinaan terhadap intelegensi manusia.

            Darwin punya pertimbangan lain untuk mendukung teori akumulasi permenit tersebut. Ia tertarik pada jaman geologi. Katanya: “ Nah, hal ini tidak bisa terjadi hanya dalam beberapa tahun atau beberapa juta tahun, tapi terjadi dalam berabad-abad.” Misalnya, pada salah satu perhitungan Darwin, ia sampai pada suatu kesimpulan yang mengejutkan, yaitu proses evolusi mencapai 306.602.400 tahun!

            Dengarkan saya, tidak ada satu anak sekolah pun yang tidak tahu kalau dalam masa yang begitu panjang, permukaan dunia ini, bumi ini, planet ini dan juga iklimnya telah berkali-kali berubah. Darwin harus menganggap kalau dunia ini berada dalam kondisi seperti sekarang ini selama berjuta-juta tahun pada proses evolusi tersebut. Dan menurut saya, anak sekolah mana pun tahu kalau dunia ini tidak berada pada kondisi seperti sekarang—yang enak untuk ditinggali—untuk kondisi seperti periode waktu dulu.

            Hal yang kedua, saya akan berpikir kalau semua ahli biologi sekarang telah terpengaruh bahwa periode lamanya kehidupan dalam dunia ini tidak seperti yang telah mereka pikirkan. Bahwa kehidupan belumlah ada di dunia ini pada waktu jaman geologi, dianggap penting oleh Darwin.

Satu hal lain tentang teori seleksi alam, survival if the fittest. Hukum itu sendiri sebagaimana yang dinyatakan Darwin, sangat kontradiksi. Inilah hukum Darwin :

Keselamatan atau perlindungan bagi yang disukai, perbedaan-perbedaan dan variasai-variasi individu, dan pembinasaan bagi mereka yang merugikan, saya sebut seleksi alam atau survival of the fittest. Setiap variasi yang merugikan walaupun dalam tingkat yang paling rendah akan musnah.

Nah, itu adalah pernyataan Darwin yang saya kutip. Sedangkan menurut saya ada suatu kontradiksi yang sangat besar di dalam hukum itu sendiri. Pertama, dia bilang bahwa semua organ dan semua spesies berkembang dengan akumulasi bertahap dari modifikasi yang disukai, permenit dan menguntungkan. Ia juga katakan di kalimat berikutnya bahwa modifikasi yang merugikan yang tidak berguna, akan ditolak dengan keras. Nah, organ-organ ini tidak berguna sampai mereka nanti komplit. Apabila mereka tidak berguna karena belum lengkap, berarti hukum seleksi alam akan dengan segera menolak mereka karena dianggap tidak pantas untuk bertahan. Lalu, bagaimana mereka bisa berkembang?

Sekarang saya akan menerapkannya agar anda dapat lebih mudah mengerti. Ambil contoh seekor laba-laba. Di bagian bokongnya (posterior) terdapat organ khusus untuk membuat jaring. Dan ia membuat jaring dengan tujuan untuk memperoleh makanan untuk hidup. Kini, dalam jutaan tahun yang dibutuhkan untuk modifikasi organ sehingga ia dapat membuat jaring untuk menangkap makanan, mengapa ia tidak kelaparan?

Andaikan ia makan dengan suatu cara—yang mana harus dilakukannya—maka bintik kecil yang termodifikasi menjadi organ untuk membuat jaring seharusnya sudah ditolak, karena sudah dianggap tidak layak untuk hidup. Sudah tidak ada gunanya lagi, karena bagaimanapun laba-laba itu sudah bisa makan dengan suatu cara tertentu.

Mari kita coba lagi dengan kelenjar susu. Payudara mamalia—yang menurut mereka merupakan proses evolusioner tertinggi—adalah alat bagi mamalia untuk memberi makan anaknya. Kelenjar ini memproduksi susu. Berjuta-juta tahun lalu, sewaktu kelejar susu ini sedang berkembang, bagaimana anak-anak itu diberi makan? Mengapa mereka tidak mati kelaparan? Seandainya anak-anak itu diberi makan dengan suatu cara, bagaimanakah kelenjar susu itu dapat bertumbuh? Karena mereka tidak ada gunanya selama berjuta-juta tahun sampai akhirnya mereka dewasa. Dan dalam masa jutaan tahun itu, modifikasi itu akan tidak berguna. Dan menurut hukum Darwin, variasi apapun yang tidak ada gunanya akan dimatikan. Jadi bagaimana kelenjar susu bisa ada di sana agar mamalia dapat menyusui anaknya?

Atau, mari kita ambil organ seksual. Organ-organ seksual harus berkembang secara paralel dan simultan pada jantan dan betina. Jadi pada saat mereka sedang betumbuh melalui jutaan tahun baik pada jantan maupun betina, organ-organ itu tidak berguna sampai mereka menjadi sempurna. Nah, dalam waktu jutaan tahun, modifikasi sedang terjadi. Setiap variasi yang tidak berguna akan dihancurkan. Bagaimana mereka pada akhirnya bisa berkembang? Karena pada saat setengah jadi, mereka itu tidak berfungsi.

Menurut saya, hukum itu memiliki kontradiksi yang besar dan tidak dapat dipahami. Dan sewaktu anda menerapkannya pada perkembangan suatu organ baru atau suatu spesies baru, anda akan menghadapi ketidakmungkinan yang absolut.

 

Mau tidak mau saya setuju dengan Profesor Lock dari Cambridge yang mengatakan : “ Seleksi, baik itu alami atau buatan, tidak punya kekuatan untuk menciptakan yang baru.” Dan Hugh de Vries menyatakan: ” Seleksi alam dapat menjelaskan teori survival of the fittest, namun tidak dapat menjelaskan adanya kecocokan itu.” Dan Profesor Coultre dari University of Chicago mengatakan : “ Keberatan yang paling mendasar terhadap teori seleksi alam ialah bahwa teori ini tidak bisa membuat karakter/ciri. Ia hanya bisa memilih dari antara karakter-karakter yang sudah ada.” Akhir dari kutipan. Q.E.D. (Quod Erad Demonstrandum), habis perkara! Sekalipun begitu, itu adalah teori evolusi yang hebat. Dan menurut saya, ketika anda memakai teori itu dan memperhatikannya, teori itu sangatlah menggelikan dan hampir tidak dapat dipahami.

Nah, Darwin punya akses lain : ia menyadari kalau ia tidak bisa, dengan cara apapun, menjelaskan semua fenomena dari bentuk-bentuk kehidupan dengan hukumnya yang pertama—seleksi alam melalui survival of the fittest. Ia menyadari bahwa ada beberapa karakteristik, misalnya dari manusia, yang hanya dapat dijelaskan oleh pilihan yang dilakukan secara sadar. Jadi, ia mensosialisasikan hukumnya yang kedua, yaitu seleksi secara seksual; bahwa sesuatu bisa ada dan berkembang karena pilihan secara sadar. Secara seksual dari pihak orangtua pada saat terjadinya perkawinan.

Darwin melakukannya terhadap dua hal. Pertama, pada jaman Darwin ada suatu teori yang diterima oleh masyarakat bahwa pria lebih pandai dari wanita—kepandaian pria lebih baik dan lebih kuat dibandingkan kepandaian wanita. Masyarakat percaya itu. Jadi Darwin harus menjelaskannya.

Sekarang hal yang kedua, dengan prinsip seleksi secara seksual yaitu di jaman Darwin hal ini benar, sejak permulaan hidup manusia juga benar dan demikian juga di jaman sekarang ini, bahwa manusia dilahirkan sebagai hewan tak berambut, tak tertutup apapun.

Sekarang apa keuntunganya untuk manusia yang berkembang dari anthropoid yang berbulu lebat/tertutup rapat, apa keuntungannya bagi manusia pada saat ia bertumbuh—dan ingat hukum Darwin bahwa semua mahluk ada karena proses evolusi, bisa eksis karena yang paling kuatlah yang bertahan. Ini adalah suatu keuntungan baginya untuk berkembang dengan cara demikian. Nah, apakah keuntungannya bagi manusia yang—menurut kaum evolusionis—berkembang dari anthropoid yang sekujur tubuhnya tertutup bulu? Apa pula keuntungannya bila ia telanjang tanpa bulu? Ia adalah satu-satunya hewan di dunia ini yang tidak tertutup bulu. Ia harus membuatnya sendiri. Setiap binatang lain dalam penciptaan ini, diberikan Allah bulu penutup tubuh, tapi tidak kepada manusia. Lalu, apa untungnya?

Darwin menjelaskannya dengan teori seleksi secara seksual. Sekarang, mari kita lihat. Pertama, ia menjelaskan keunggulan otak pria—menurut saya “yang diduga” unggul. Ia akan menerangkan tentang otak pria yang diduga lebih unggul daripada otak wanita dengan seleksi seksual; yaitu bahwa pria berjuang keras untuk wanita dan karenanya dalam perjuangan kerasnya itu, mereka membentuk otak yang lebih superior dibanding wanita. Karena itulah laki-laki mempunyai kepandaian mental yang lebih tinggi daripada wanita.

Baiklah. Itulah penjelasan Darwin mengenai hal itu. Mengenai mengapa kaum pria tidak berbulu, Darwin menjelaskan demikian : bahwa wanita lebih menyukai anthropoid yang berbulu sedikit. Akibatnya, mereka menghilangkan bulu pada pria. Nah, sewaktu anda membacanya, anda masuk ke dalam lingkaran. Ia mengatakan jika keunggulan mental laki-laki terjadi karena pilihan laki-laki atas wanita. Kemudian di halaman berikutnya, ia bilang alasan mengapa pria telanjang adalah karena pilihan wanita terhadap pria untuk punya rambut lebih sedikit.

Yah, sewaktu anda membacanya, anda akan berpikir—saya terlibat dalam apa sih? Jadi satu-satunya hal bisa kita pikirkan adalah, bahwa mungkin maksud Darwin adalah bahwa selama bertahun-tahun laki-laki yang memilih wanita dan karenanya membentuk intelegensi yang lebih unggul. Dan dalam lompatan waktu, wanita yang memilih pria dan menghilangkan bulu-bulu mereka. Hanya itulah yang bisa saya bayangkan. Apakah menurut anda itu tak apa-apa? Menurut Mr. Saunders itu merupakan anggapan yang logis.

Observasi saya mengenai hal itu adalah demikian, saya tidak percaya kalau wanita masa lampau berbeda dengan yang sekarang. Mereka berbeda hanya dalam hal selera, ya tidak? Beberapa di antara mereka menyukai anthropoid besar yang kasar dengan bulu yang lebat di sekujur tubuhnya, sedangkan yang lainnya menyukai yang bulunya tidak terlalu tebal.

Dengar, saya membaca di sebuah artikel di luar Hollywood, dimana salah satu dari aktris-aktris tersebut menyatakan mengapa ia lebih menyukai suatu pahlawan tertentu. Ia menyukai seorang pahlawan karena senyumnya; yang lain bilang karena ukuran tubuhnya; yang lain lagi karena suaranya—dan seterusnya. Dan salah satu dari pahlawan-pahlawan itu, seorang bintang film, yang benar-benar ia sukai adalah karena bulu dadanya. Saya baca itu di sebuah majalah nasional. Mereka berbeda seperti saya bilang!

Nah, sewaktu Darwin mempublikasikan edisi yang selanjutnya dari Descent of Man, dimana ia membicarakan semua hal ini, ia memperkuat teori tersebut—alasan pria dilahirkan sebagai hewan tak berbulu adalah karena pilihan wanita: mereka menyukai laki-laki dengan bulu yang lebih sedikit. Katanya : “ Telah dilaporkan kepadanya (Charles Darwin) bahwa ada seekor mandrill (nama lain untuk babon Afrika Barat yang buas) yang bangga dengan adanya bagian tubuhnya yang tak berbulu.” Itulah bukti Darwin untuk dugaan ini, bahwa pada masa lalu wanita menghilangkan bulu dari tubuh kaum pria dengan cara memilih laki-laki yang memiliki bulu lebih sedikit.

Saya ulangi, bila kebodohan semacam itu, kekonyolan seperti itu, bila hal yang menggelikan seperti itu ada terdapat di dalam Alkitab, anda pasti tertawa mengejeknya.. Tapi ini ilmu pengetahuan! Ini adalah “fakta” evolusi. Saya beri tahu pada anda, seandainya ada satu hal saja yang benar mengenai seleksi seksual, maka inilah dia: teori ini tidak  berkembang ke atas. Tak terelakkan lagi, ini adalah degenerasi. Hal ini benar dimanapun juga.

Dengarkan saya, dalam dunia binatang, dari kelinci ke gajah, mereka dibutakan oleh kecemburuan, mereka dibuat bingung oleh hawa panas. Dan seperti keluarga Jukes, mereka menurunkan anak-anaknya di tepi jalan raya. Dengan seleksi kepandaian yang sangat hati-hati, dengan membiakkan benih-benih yang baik, akhirnya kita dapat menghasilkan keturunan yang bagus dalam bidang botani dan zoologi. Tetapi ketika manusia lelah dan berhenti, anjing-anjing berubah menjadi blasteran (tidak murni lagi). Kucing-kucing berubah menjadi kucing jalanan. Kentang-kentang menjadi terlalu kecil untuk digali. Kuda-kuda menjadi terlalu liar dan kurus kering untuk ditangkap dan dijinakkan. Daging ternak berubah menjadi tulang-tulang iga dan tanduk. Ketika tali putus, layangan akan jatuh. Seleksi seksual ini bukanlah evolusi ke atas, ini adalah degenerasi ke bawah. Dan tidak ada pengecualian untuk hal dalam fakta-fakta biologi.

Nah, dalam waktu yang singkat ini, saya ingin sampaikan kalau dalam jaman modern ini ada suatu usaha yang sangat kuat untuk mendukung teori evolusi Darwin yang mulai merosot ketenarannya. Usahanya demikian : mereka mengakui kalau sangat sulit untuk membuktikan evolusi organ dan evolusi spesies melalui akumulasi variasi dan modifikasi kecil. Jadi mereka mendapatkan gagasan bahwa mungkin mahluk tidak berkembang secara bertahap melalui tahun-tahun yang tak terhitung banyaknya. Untuk satu hal, anda tidak butuh waktu bertahun-tahun supaya mereka berkembang. Namun, datang secara tiba-tiba dengan suatu mutasi baru yang cepat : dan untuk membuktikan hal itu, mereka mengambil contoh lalat pisang, lalat buah, drosophila—suatu instrumen yang hebat dari hasil eksperimen para ahli genetis—dan mereka mulai bekerja. Mereka menemukan kalau induk drosophila (induk lalat buah) disinari dengan sinar gamma dari suatu bahan radioaktif, mutasi menjadi dipercepat 150x. Jadi setelah lebih dari 40 tahun, mereka telah membiakkan lalat buah dan mereka menyinarinya dengan sinar gamma. Mereka telah melakukannya untuk ribuan generasi. Bila anda menterjemahkannya dalam evolusi manusia, itu berarti evolusi manusia selama berjuta-juta tahun—lebih dari seribu generasi dikali 150. menurut para evolusionis dalam jangka waktu tersebut seluruh jenis anthropoid dihasilkan, semua jenis kera, segala jenis manusia kera dan manusia dihasilkan.

Baiklah, sekarang kembali ke drosophila. Apa yang telah terjadi pada rentang evolusioner drosophila? Sudah lebih dari 40 tahun ini, lebih dari seribu generasi diternakkan di bawah sinar gamma—infra dan ultra, segala cara yang mereka ketahui untuk mengubah dan memutasi gen-gen tersebut—apakah jawabannya? Apa berubah menjadi tawon? Atau menjadi kumbang?

Saya punya teman yang sedang menyelesaikan tingkat doktoralnya di bidang biologi, bidang genetika, di University of Texas. Dia hidup bersama lalat-lalat itu. Kemanapun dia pergi, lalat-lalat itu dibawanya! Apapun yang dia lakukan, lalat-lalat itu bersamanya! Bahkan pada saat kita sedang mengerjakan sesuatu, dia akan pergi untuk melihat lalat-lalatnya itu. Ia tidak pernah jauh dari lalatnya. Mereka adalah bagian dari proyeknya di University of Texas, dimana ia menyinari mereka semua dengan sinar-sinar itu, menternakkannya dan mengawasinya.

Nah, jadi apakah hasilnya? Karena mutasi itu, karena sisnar-sinar itu, karena keturunan yang berbeda, mereka mendapatkan drosophila bermata merah, bermata hitam, bersayap kecil, bersayap besar dan ada yang besar, juga ada yang lebih kecil. Mereka mendapatkan segala jenis drosophila. Dan mereka bolak-balik menternakkannya, mengubah mereka, atas bawah, lagi, dan lagi. Namun setelah seribu generasi, dan setelah lebih dari 40 tahun, setelah menjadi mutan akibat sinar gamma sebanyak 150x lipat, tetap saja mereka itu drosophila yang sama dengan yang dipakai oleh ahli genetika waktu pertama kali dulu. Anda tidak mengubahnya! Itu menurut hukum Allah yang pasti. Ini akhir dari percakapan.

Hari Minggu pagi berikutnya, saya berkhotbah tentang : “Misteri tubuh manusia yang mengagumkan.” Kemudian semuanya itu akan diterbitkan dalam sebuah buku, termasuk yang Minggu depan. Saya akan simpulkan demikian : teman-temanku, evolusi—spekulasi dari evolusi matrialistik—bukanlah suatu hal yang baru. Sama tuanya dengan ras manusia. Pada masa permulaan dulu, ketika manusia mulai berpikir, menulis dan berpaling dari Tuhan, mereka mulai berspekulasi atas evolusi ini.

Namun, instrumen-instrumen fisik tidak akan pernah bisa mencapai realitas spiritual. Ilmu eksakta takkan pernah bisa memasuki asal-usul dari apapun. Ia hanya bisa meneliti hal-hal yang lewat di depan matanya.

Kembali ke masa lalu yang suram, bangsa Mesir, Hindu, Polynesia, memiliki teori evolusi sendiri-sendiri. Mereka percaya bahwa ada seekor telur purba darimana segala sesuatu dilahirkan dan berkembang. Hanya saja, bangsa Polynesia harus mempunyai seekor burung untuk bertelur, dan bangsa Mesir dan Hindu harus mempunyai dewa untuk menciptakan telur itu. Namun, di luar semua itu, berkembanglah di sana segala jenis bentuk kehidupan. Dan bangsa Yunani kuno, ketika mereka mulai berfilosofi, mereka berfilosofi tentang evolusi kehidupan. Hal itu merupakan suatu spekulasi yang sangat tua. Doktrin yang sudah tua. Bukan hal yang modern dan bukan sesuatu yang baru.

Para filsuf Yunani kuno itu pasti telah mengumpulkan ide mereka tentang perkembangan bentuk-bentuk kehidupan sedikit demi sedikit dari kepercayaan umat Hindu. Mereka mendengar doktrin dalam keyakinan umat Hindu, tentang transmigrasi jiwa dari hewan ke hewan dan kemudian ke manusia dan akhirnya ke kesempurnaan, yaitu Nirwana. Thales dari Miletus, lahir tahun 624 SM, menduga bahwa segala sesuatu berkembang dari air. Anaximander berpikir kalau semua berasal dari ketidakterbatasan—mirip seperti idenya Huxley—bahwa secara bertahap mengembangkan dirinya menjadi lumpur darimana semuanya berkembang. Anaximenes beranggapan bahwa udara adalah asal muasal dari segala sesuatu. Heraclitus berpikir bahwa hanya jiwa manusia yang bisa berasal dari sesuatu yang murni seperti api. Epicurus percaya dengan generasi spontan dan merupakan bentuk kasar dari ide Darwin tentang survival of the fittest. Aristoteles percaya kalau kelembaban bumi secara spontan memberi kehidupan pada vermin (hewan semacam kutu), tikus, cacing, anjing dan segala jenis bentuk kehidupan rendah. Semua spekulasi ini disimpulkan dalam sebuah syair yang ditulis sebelum era Kristen oleh seorang pernyair Roma bernama Lucretius, berjudul : De Rerum Natura (“The Nature of Things”). Dalam karya tersebut, ia menulis sebuah teori seperti yang kita punyai sekarang. Ia katakan dalam gerakan perlipatgandaan atom-atom itu, terbentuklah secara bertahap proses kehidupan seperti yang anda lihat hari ini.

Spekulasi modern tidak menambahkan sesuatu yang baru. Mereka bilang itu semua kembali ke masa ribuan tahun yang lalu. Ini merupakan sebuah misteri—kelahiran manusia. Anda atau teman anda, bagaimana kita dibentuk, bagaimana Allah menciptakan kita, merupakan suatu misteri ddalam tangan Allah. Dan setiap orang terpelajar di dunia ini tahu bahwa evolusi hanyalah teori belaka.

Ilmuwan terkenal Dr. Rudolph Virchow, memohon kepada tekannya agar tidak mengajarkan teori-teori evolusi sebagai fakta karena teori-teori itu tidak bisa didukung dan tak dapat dibuktikan. Dan setiap orang yang berpendidikan menyadari hal itu. Namun, dalam proses waktu dan dalam perjuangan yang terjadi, seseorang menyulut api dan terjadilah kebakaran. Seperti Titus yang memberi perintah untuk tidak membakar biara di Yerusalem pada tahun 70 M, tetapi seorang tentara Romawi melempar obor yang menyala melalui sebuah jendela kecil dan biarapun terbakar habis. Dan itulah yang terjadi di dunia akademis generasi kita.

Melalui filosofi materialistik ini, kita mempunyai kepercayaan yang mati dan abu-abu kepada Allah, yang telah menghancurkan harapan banyak orang.