PENCIPTAAN MANUSIA: ALLAH ATAU GORILA

(THE CREATION OF MAN: GOD OR GORILLA)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diedit oleh Dr. Eddy Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas

13 Januari 1957

 

Kejadian 1:26

 

            Sejak musim panas yang lalu, saya berkhotbah di setiap kebaktian pagi dari Kitab Kejadian pasla pertama tentang penciptaan dunia. Dan pagi ini kita membahas ayat 26 tentang penciptaan manusia dan bunyinya demikian : “Berfirmanlah Allah : “ Baiklah Kita menjadikan menusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

            Ayat berikutnya:  Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

            Khotbah pagi ini adalah kothbah pendahuluan. Merupakan suatu pernyataan rencana. Judulnya adalah : “Penciptaan manusia: Allah atau Gorila.” Ada fakta yang nyata yang dapat dillihat oleh semua orang dimana saja, kapan saja. Dan fenomena yang kelihatan dan dapat dibuktikan itu adalah: bahwa dalam segala hal, manusia berbeda dengan binatang buas. Allah berkata demikian. Ilmu pasti berkata demikian. Di dalam tulang, di dalam darah, di dalam daging, di dalam sel, di dalam pikiran, di dalam jiwa, di dalam roh, seorang manusia berbeda dengan seekor binatang. Sebagai contoh, manusia berjalan tegak. Tidak ada binatang yang berdiri dan berjalan tegak. Arthropoda mengembara di hutan dengan merangkak. Ketika seekor arthropoda duduk, dia melakukannya dengan sangat menggelikan dan tidak nyaman. Dia tidak bisa duduk, berdiri dan berjalan tegak seperti halnya manusia. Hanya manusia yang berdiri dan berjalan tegak.

            Seorang manusia memiliki raut muka berbeda dengan binatang buas, ada pancaran kecerdasan di wajah dan matanya. Salah satu ayat yang paling indah dalam Perjanjian Baru mengatakan demikian: Sebab Allah yang telah berfirman : “Dari dalam gelap akan terbit terang !” Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.”

            Manusia berbeda dengan binatang dilihat dari kerangka tulangnya, dan struktur tulang pada tubuhnya. Sebagai contoh, manusia memiliki tangan, satu-satunya hewan yang mempunyai tangan, suatu hadiah yang menakjubkan dari Allah. Hanya manusia yang mempunyai ibu jari yang terpisah dengan jari-jarinya. Seekor arthropoda memiliki satu jari kaki yang besar yang terpisah dengan jari-jari lainnya, tetapi kaki manusia diciptakan untuk berjalan. Arthropoda tidak punya ibu jari yang berlawanan dengan jari-jari lainnya. Hanya manusia yang punya tangan yang memampukan manusia untuk menggunakan alat dan melakukan bermacam-macam hal dengan menggunakan berbagai macam alat yang ia ciptakan. Sisik ikan, kaki singa, kuku kuda, cakar burung, tetapi hanya manusia yang punya tangan.

            Seorang manusia berbeda dari binatang buas baik dari pikirannya, akal sehat dan dari kemampuan untuk melakukan penemuan-penemuan baru. Pernahkah anda mencoba mengajar geologi pada seekor gajah? Apa anda pernah mengajar astronomi pada seekor elang? Pernahkah anda mencoba untuk mengajar theologi pada seekor anjing? Namun begitu, manusia liar yang primitif yang tinggal jauh di tengah hutan mampu untuk mempelajari ketiganya.

            Yang terakhir, manusia berbeda dengan binatang buas dari jiwanya, rohnya dan dari gambar keagungan Allah yang dihembuskan ke dalam kerangka tubuhnya. Betapa indahnya Alkitab mengekspresikan hal itu: “ketika itulah Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup.” (Kej 2:7). Tidak satupun binatang buas atau hewan lain memiliki jiwa, memiliki roh seperti manusia. Kesadaran moral, kemampuan untuk mengenal Allah dan berpikir seperti jalan pikiran Allah. Manusia adalah moral, gambar Allah, sadar siapa penciptanya.

            Profesor Townsend dari Universitas Boston suatu ketika berkata, “Seandainya pada mulanya tidak ada pemikiran yang diberkati dengan suara hati dan dimana evolusi organik tidak ada hubungannya dengan itu, agama juga tidak, khususnya Yahudi dan Kristen dengan kekuatan yang memberi inspirasi dan mengangkat semangat yang membantu ras manusia, umat manusia pasti sudah lenyap dari muka bumi ini sejak dulu.”

             Nah, kita punya fakta di depan kita. Kita punya fenomena yang tampak di seputar kita—manusia berbeda dari binatang buas. Bagaimanakah kita bisa menjelaskan fakta yang sangat jelas itu? Ada dua penjelasan. Pertama adalah, yang baru saja saya baca di dalam Kitab Kejadian pasal 1 dan 2, yaitu bahwa atas perintah dengan kuasa yang hanya dimiliki oleh Allah Yang Maha Kuasa, Allah menciptakan manusia secara ajaib, dengan cara yang mengagumkan, dengan indahnya. Tuhan Allah barrah, mencipta. Hanya Allah yang dapat barrah, mencipta; yaitu membuat sesuatu dari sesuatu yang tak ada atau menghadirkan sesuatu yang tadinya tak ada. Allah menciptakan manusia dan  menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya sehingga ia menjadi mahluk yang hidup (Kejadian 1).

            Dan Alkitab mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan manusia buas yang primitif, tetapi Ia menciptakan menusia dewasa lengkap dengan segala kemampuannya. Segera setelah diciptakan, Adam yang cerdas menamai segala binatang buas di daratan dan segala burung di udara. Ia adalah manusia sempurna dalam hal moral, intelektual dan fisik. Tubuh dan pikirannya cerminan kebenaran dan gambar Allah.

            Dari semua yang indah, suci dan sempurna, manusia itu dan istrinya jatuh karena dosa. Dan mereka jatuh, menjadi rendah bahkan lebih rendah dari beberapa binatang di daratan. Kedalaman dosa dimana mereka tidak akan pernah bisa melepaskan dirinya sendiri. Tetapi Tuhan Allah menjanjikan seorang pembebas, benih dari perempuan itu. Janji bahwa suatu hari nanti Ia akan datang kembali dalam wujud Kristus, dan pohon kehidupan dan surga akan dibenahi kembali untuknya.

Diciptakan sempurna, menurut gambar Allah, diciptakan dengan firman, dengan perkataan Tuhan, itulah yang tertulis di Alkitab. Itu satu penjelasan dari fenomena yang nyata, yang kita lihat di sekeliling kita, keberadaan manusia.

            Penjelasan lainnya disebut hipotesa atau teori; yaitu sebuah perkiraan, suatu dugaan yang jelas dan diakui. Ada orang-orang yang mencoba menjelaskan fenomena manusia dengan mengesampingkan Allah dan menganggap manusia sebagai suatu produk mekanis, bukan merupakan suatu pribadi, teori ini disebut hipotesa evolusioner. Bahwa di sana, di suatu tempat, telah menjelma protozoa purba semacam amoeba, suatu molekul atom kecil, binatang bersel satu, setitik protoplasma. Dan dari molekul atom tersebut, melalui proses transisi yang tiada habisnya, berkembanglah manusia yang kini menguasai burung-burung di udara, ikan di laut dan binatang-binatang liar di bumi.

            Saya tidak bisa menjelaskannya lebih baik dari penjelasan Charles Darwin dalam tulisannya yang diterbitkan dengan judul The Origin of Species. Pada halaman 523, Charles Darwin mengatakan, “Analogi mengarahkan saya untuk percaya bahwa hewan-hewan dan tumbuhan adalah nenek moyang dari suatu prototipe. Seluruh organisme berawal dari sesuatu yang rendah, dari suatu bentuk yang rendah dan menengah, binatang-binatang dan tumbuhan kemungkinan telah mengalami perkembangan. Semua mahluk organik yang pernah hidup di bumi kemungkinan merupakan keturunan dari suatu bentuk purba.” Itulah kesimpulan dari bagian akhir buku Darwin.

            Menurut saya, bagaimanapun noktah kecil itu, titik kecil protoplasma, telah menjelma di suatu tempat. Begitu kecilnya sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Dan dari suatu generasi ke generasi berikutnya, noktah kecil itu bertumbuh, menyusun seluruh bentuk kehidupan dalam dunia binatang, segala kehidupan tumbuh-tumbuhan, seluruh wujud kehidupan yang kita lihat sekarang.

            Ini suatu teori yang hebat dan menyesakkan dada. Suatu hal yang menakjubkan bila manusia sampai menahan nafas membaca kisah penciptaan dalam kitab Kejadian, berapa banyak lagi dia harus menahan nafas karena kekaguman pada teori ini.

            Para evolusionis sendiri merupakan sekelompok orang-orang yang mengagumkan. Saya terkaget-kaget ketika saya mengetahui bahwa hanya teori itulah yang menjadi kesamaan mereka. Pada waktu mereka sedang membahas dugaan awal, teori-teori evolusioner sama banyaknya dengan evolusionis yang ada. Setiap orang punya dugaannya sendiri-sendiri. Masing-masing punya dugaan dan hipotesa sendiri. Satu-satunya kesamaan mereka adalah, bahwa mereka setuju kalau kehidupan berawal dari satu sel purba.

            Herannya, teori itu telah diterima secara luas oleh para intelektual, dunia ilmu pengetahuan. Mereka tidak pernah mempertanyakannya. Dan bila ada yang bertanya tentang hal tersebut, berarti dia tidak pernah belajar, tidak pernah baca buku dan pasti tidak pernah sekolah. Karena setiap ilmuwan, setiap intelektual meyakini penjelasan, mekanisme dan materi dari perkembangan kehidupan yang kita lihat di dunia ini. Suatu hal yang mengherankan bagaimana suatu hipotesa yang tidak terbukti dan menggelikan ini diterima sebagai suatu fakta yang ilmiah.

            Sebagai contoh, ini suatu kutipan dari sebuah buku teks di salah satu sekolah kita: manusia dan kera masing-masing mewakili spesies yang berbeda yang sama-sama berasal dari bentuk asal yang rendah. Ini penggeneralisasian manusia kera. Bahasa Latin untuk kera adalah simia. Bahasa Yunani untuk kera adalah phitekos. Jadi, sewaktu anda melihat kombinasi pithecanthropus dan simian, keduanya diambil dari kata-kata Latin dan Yunani yang berarti gape (terbuka lebar).

            Nenek moyang yang digeneralisasi ini merupakan pelopor manusia yang hidup di jaman Miocene, jutaan tahun sebelum pithecanthropus erectus. Hidupnya kemungkingan aboral. Ia tinggal di pohon-pohon sampai iklim menjadi semakin dingin mendorongnya untuk hidup di gua-gua. Di sinilah awal mulanya catatan awal dan evolusi kehidupan. “Dalam tinjauan ini kami tidak perlu menyediakan waktu dan tempat untuk setiap argumen baru tentang kebenaran teori evolusi. Pembuktian dari evolusi adalah aturan hukum mahluk hidup yang universal sebagai pencapaian intelektual terhebat pada abad ke-19. Evolusi telah menjadi teori yang terkemuka.” Kutipan ini adalah awal dari suatu artikel di majalah mingguan Life, bukan edisi terbaru tapi terbitan terakhir, yaitu “Living Fossils of Australia” yang judul artikelnya “Carrying Their Young In Pouches.” Marsupial—kata Latin untuk pouch (kantung) adalah marsupias—mereka membawa anak-anaknya di dalam kantung. Marsupial di Australia terus hidup dengan evolusi terakhir mereka yang terlindungi.

            Kemudian kisah berlanjut dengan marsupial (marsupilami) di Australia yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari mamalia pertama yang berkembang dari reptil. Itulah dasar dari penjelasan tentang kehidupan. Dan hasil dari evolusi di Australia ini adalah binatang aneh yang diperlihatkan pada gambar-gambar ini oleh John Domininous dari Life yang menempuh 10.000 mil dan menghabiskan lima minggu untuk memotret mereka di tempat tinggal aslinya. Jangan pernah mempertanyakannya. Itu hanyalah salah satu dari kebenaran hidup.

            Nah, Pak Gembala Sidang, kenapa anda mempertanyakannya? Mengapa anda tidak bisa menjadi seorang evolusionis theistik? (theistic evolusionist). Saya rasa lebih dari yang orang-orang sadari bahwa banyak, sangat banyak, para theolog dan pemimpin-pemimpin gereja dan para pengkhotbah adalah theistic evolusionist. Mereka bilang tidak menjadi persoalan bagaimana Allah menciptakan manusia. Bila Allah menciptakan manusia dari satu protoplasma kecil dan berkembang menjadi seperti yang sekarang ini, yah, tidak masalah buat kami. Kami hanya percaya bahwa Allah melakukan itu, sama percayanya dengan apa yang Allah lakukan seperti yang tertulis di Alkitab. Hal itu sama sekali tidak berarti apa-apa buat kami.

            Baiklah, sekarang anda tanya saya, mengapa saya tidak bisa menjadi theistic evolusionist? Yah, asal-usul. Darwin dalam bukunya Origin of The Species menanyakan hal yang sama. Dengarlah yang Darwin katakan di dalam bukunya—yang saya kutip demikian—“Saya tidak melihat ada alasan mengapa pandangan-pandangan dalam buku ini mengguncang perasaan religius setiap orang. Seorang pengarang terkenal dan hebat, seorang pendeta gereja menulis pada saya bahwa ia perlahan-lahan telah belajar untuk mengerti bahwa konsep ketuhanan yang percaya bahwa Allah menciptakan beberapa bentuk mula-mula yang dapat berkembang sendiri sama mulianya dengan yang mempercayai bahwa Allah menciptakan manusia seperti yang tertulis di Alkitab.”

            Nah, mengapa anda tidak menjadi theistic evolutionist? Baiklah, akan saya katakan mengapa. Ada tiga alasan. Pertama, saya bukanlah dan tidak bisa menjadi theistic evolutionist atau materialistic evolutionist atau yang lainnya karena hal itu tidak nyata. Itu fakta pertama.

            Saya tidak perduli teori atau evolusionis mana yang anda percaya. Teori itu tidak nyata. Dan setiap orang yang mencintai kebenaran dan memberikan hidupnya untuk memberitakan fakta dan kebenaran Allah tentu saja akan meragukan hipotesa evolusioner tersebut.

            Yah, itu akan menjadi khotbah di masa yang akan datang. Evolusionis mengatakan bahwa dengan fakta biologi, embriologi, paleontologi dan antropologi, ia bisa membuktikan kebenaran evolusi. Kami akan mengambil fakta-fakta tersebut dan mengakuinya, dan menunjukkan bahwa tidak ada suatu fakta pun di dunia ini yang bisa dibuktikan, tidak satupun, tidak juga oleh para ilmuwan itu yang mendukung teori evolusioner.

            Kini, dalam sedikit waktu yang saya punyai pagi ini, kita akan mengilustrasikan hal itu. Karena ini adalah pesan untuk masa depan. Marilah kita ambil salah satu dari teori kesayangan para evolusionis. Suatu transisi, transmutasi spesies oleh seleksi alam. Spesies tersebut berubah dari satu ke yang lainnya oleh seleksi alam, seleksi secara sexual. Yang ini pilih itu, yang itu pilih yang lain dan yang ini pilih yang lain lagi. Dan melalui pilihan yang begitu banyak, berkembanglah dari sel purba/asal menjadi segala bentuk yang menakjubkan yang kita lihat pada manusia. Sekarang mereka tidak punya penjelasan bagaimana sel asal itu memilih sesuatu atau bagaimana anaknya memilih sesuatu. Mereka harus mulai teori ini dari awal lagi. Namun teori seleksi alam bahwa ada transmutasi spesies yang berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya, terus berubah sampai akhirnya menjadi manusia.

            Nah, seperti yang saya katakan kita tidak punya waktu pagi ini, tapi saya hanya mau menyampaikan beberapa hal saja mengenai hal ini. Kalau saya lihat, seleksi alam ini bukannya meningkat tetapi malah menurun. Percampuran secara acak tidak akan pernah menghasilkan keturunan murni, tapi menghasilkan keturunan bastar (campuran). Seperti itulah yang saya lihat. Jika anda ingin membiakkan sapi dengan keturunan sedarah atau kuda atau anjing atau jenis binatang apapun, anda harus menternakkannya dengan hati-hati. Harus dipilih secara hati-hati. Tetapi tentu saja teori evolusi tidak punya kekuatan. Tidak ada polanya, tidak ada kreatifitas, tidak ada tangan yang membimbing. Namun secara kebetulan, dengan seleksi, mereka tumbuh sendiri dan kata saya, “Saya tidak pernah melihat contohnya. Dengan perkawinan acak, dimana tidak ada kontrol, anda akan mendapatkan keturunan campuran bukannya keturunan murni.”

            Satu hal lain, saya tidak pernah melihat mereka berubah menjadi spesies-spesies tersebut. Bukan begitu cara kerja alam. Anda bisa mendampingkan seekor kuda dengan seekor keledai selamanya, dan mereka tidak akan pernah bercampur. Manusia harus mengawin-silangkannya dulu. Dan ketika anda menyilangkan mereka, anak-anak mereka akan selalu mandul; baik itu bagal nya, atau hinny, atau terpin, atau catallo atau apapun (semua itu adalah jenis-jenis keledai). Dengan seleksi alam saya tidak melihat adanya bukti peningkatan, perkembangan ke atas, selalu menurun. Ada yang mereka sebut dengan pengembalian ke sifat-sifat semula (reversion to type). Dan pengembalian ini sama sekali bertentangan dengan teori evolusi.

            Baiklah, mari kita lihat teori yang lainnya. Singkat saja. Salah satu dari teori mereka adalah kelangsungan hidup bagi yang paling pantas. Itulah caranya kita berkembang ke atas. Yang lemah akan lenyap dan yang kuat akan bertahan, terus dan terus naik, kita berkembang melalui apa yang mereka sebut dengan survival of the fittest. Yah, suatu doktrin yang aneh bila anda hendak membuktikannya. Melihat kembali ke belakang, pada jaman dahulu, bumi ini dihuni oleh dinosauros. Anda tahu apa itu dinosauros? Kata dalam bahasa Yunani untuk menakutkan dan mengerikan adalah deinos, dan dalam bahasa Inggris kata itu menjadi suatu bentuk kombinasi dari gigi. Dan kata Yunani untuk kadal adalah sauros. Jadi dinosaurus adalah kadal yang menakutkan dan mengerikan. Jaman dahulu kala, mereka hidup di bumi ini dan mereka adalah monster-monster yang ganas. Beberapa di antara mereka dapat melemparkan tubuhnya ke udara seperti seekor kelinci raksasa. Dengar, bila anda berbicara tentang kelangsungan hidup untuk yang paling pantas, mereka pasti akan masih ada di bumi ini untuk selamanya.

            Tapi kenyataannya tidak demikian. Terima kasih Tuhan. Saya tidak berharap untuk bertemu dangan salah satunya dalam perjalanan pulang hari ini. Kelangsungan hidup untuk yang paling pantas (survival of the fittest) tidak berlaku untuk kasus ini. Terima kasih Tuhan. Saya akan ambil teori lainnya, yang mana evolusi dapat dibuktikan. Ini adalah idenya Lemark. Dibuktikan dengan pemakaian panca indera ataupun tidak, dan ia akan mengilustrasikannya. Sebagian besar monyet yang hidup di pohon-pohon (arboreal monkey) memiliki ekor yang dapat melilit/memegang sesuatu (prehensil). Ekor yang panjang ini membantunya untuk memanjat. Jadi ia menjelaskan kalau monyet yang hidup di pohon ini akan meloncat dari dahan ke dahan dan hidup di sebuah pohon. Ia punya ekor yang panjang. Sementara itu monyet tanah (ground monkey) hanya memiliki ekor yang belum sempurna. Suatu teori yang hebat sampai anda melihat gibbon yang mampu berdiri tegak atau kera barbary yang juga bisa berdiri tegak. Sementara tak satupun dari mereka yang mempunyai ekor. Bahkan tidak juga ada tanda-tanda pangkal ekornya.

            Mereka mengatakan tentang ikan tak bermata di Mammoth Cave—salah satu pembuktian hebat sampai anda mengetahui bahwa di gua yang sama, dalam kegelapan yang sama, ada juga tikus-tikus dan kelelawar yang pandangannya telah dibuat sangat peka oleh kondisi gua yang sangat gelap.

            Alasan kedua mengapa saya bukanlah seorang theistic evolusionist: karena tidak ada penjelasan untuk pertanyaan besar yang penting tentang kehidupan, hal-hal yang saya sangat ingin tahu. Dari mana noktah itu berasal? Dari mana datangnya air untuk merawat noktah itu? Bagaimana ia bisa ada di tempat yang luas dan dengan kehampaan tiada akhir itu? Siapa yang melakukannya? Dari mana datangnya? Hipotesa evolusioner tidak menjawab pertanyaan sama sekali. Saya ingin tahu yang sebenarnya, hal yang utama dan mendalam. Apakah evolusi punya jawabannya? Yang terbaik yang bisa mereka berikan adalah sebuah artikel yang sebagian besar dari anda telah membacanya di surat kabar, berjudul: “Dugaan Baru tentang Bagaimana Kehidupan Berawal.” Dan artikel itu diperuntukkan bagi American Association for the Advancement of Science. Dikatakan dalam artikel tersebut bahwa di masa lampau ketika bumi diselimuti gas beracun, kemungkinan terjadi petir yang menembus gas-gas tersebut dan membuat suatu kombinasi kimiawi yang ketika masuk ke laut menjadi asam amino. Dan di dalam struktur tubuh kehidupan, anda akan menemukan asam amino. Itulah dugaan terbaik mereka yang terbaru tentang asal-usul kehidupan.

 

            Bisakah seorang manusia memberi makan dirinya sendiri di dalam kulit ari semacam itu? Dari mana datangnya petir itu? Dan asalnya air laut itu? Asalnya bumi? Dan asalnya gas-gas itu? Apakah ada jawabannya? Tidak. Gelap dan hampa, tidak berjiwa, tidak bertujuan, tidak ada apapun. Bahkan Lecost berkata, “Apabila kehidupan muncul secara spontan dari suatu mahluk rendah, secara fisik maupun kimiawi, dengan proses alami, kondisi yang dibutuhkan untuk suatu perubahan yang luar biasa, hampir tidak bisa diharapkan terjadi hanya satu kali dalam sejarah bumi; bukan hanya tidak ada hasilnya tapi juga tidak bisa dibayangkan.”  Bagaimana bisa terjadi hanya satu kali saja? Bahkan Huxley mengakui, “Melihat ke belakang ke masa lalu yang luar biasa, saya tidak menemukan catatan tentang awal kehidupan dan karena itu saya sama sekali tidak bermaksud untuk membuat kesimpulan nyata mengenai kondisi dari penampilannya.”

            Dari mana datangnya kehidupan? Kaum evolusionis berkata ada suatu masa di dunia ini dimana tidak ada satu kehidupan pun. Ilmu pengetahuan mengatakan demikian. Alkitab juga berkata begitu. Para evolusionis katakan ia datang dengan sendirinya, generasi spontan yang belum pernah dilihat, yang tidak bisa dihasilkan dan tidak bisa menghasilkan. Dan Lecost, sang ilmuwan hebat ini mengatakan, “Tidak bisa dibayangkan, tidak bisa dipikirkan.” Lalu dari mana datangnya? Alkitab katakan Allah yang menciptakannya.

            Baiklah. Hal itu mengarah pada pernyataan terakhir saya, mengapa anda bukan seorang theistic evolusionis? Saya sudah bilang, itu bukan fakta ilmiah, tidak dapat dibuktikan. Saya sudah katakan, hal itu tidak menawarkan penjelasan untuk pertanyaan besar tentang kehidupan. Dan inilah yang ketiga: hal itu salah. Secara rohani itu tidak benar. Anda harus membuat pilihan. Tidak bisa mengambil keduanya. Anda tidak bisa menunggang dua ekor kuda ke arah yang berlawanan. Mereka mengatakan hal-hal yang bertentangan. Alkitab mengisahkan dunia yang diciptakan oleh tangan Allah. Alkitab mengatakan suatu bentuk pribadi ketuhanan, yang dengan kuasaNya yang tak terbataslah semua ini dibuat dan direncanakan dan dibentuk.

            Teori evolusi berpendapat bahwa semua yang  terjadi di dunia ini melalui suatu proses materialistik, proses impersonal dan proses tindakan. Sementara dunia yang mana yang dimaksud, mereka tidak punya penjelasan, proses yang mana, juga tidak ada penjelasan. Tetapi secara impersonal, secara mekanis, secara mekanistik, semua ini terjadi dan menghasilkan fenomena luar biasa yang anda lihat hari ini. Sekarang, pilih yang ini atau yang lainnya. Bahkan Allah sendiri tidak bisa menyangkal diriNya sendiri, dan Allah tidak dapat bekerja dengan prinsip-prinsip yang saling bertentangan.

            Alkitab mengatakan manusia diciptakan dengan sangat sempurna dan berjalan keluar dari Taman Eden dengan seluruh kemampuan yang dimiliki manusia sekarang ini, dan dia terjatuh dan terpuruk. Evolusi mengatakan bahwa manusia berasal dari suatu sel purba yang kecil dan telah mengalami perkembangan, terus dan terus sejak saat itu. Kedua pendapat ini sangatlah berbeda. Yang ini atau yang itu? Apa pertanyaan ini dosa? Menurut Alkitab, dosa adalah pelanggaran dan ketidaktaatan terhadap hukum moral Allah. Apakah dosa itu dalam teori evolusi? Dosa tak lain hanyalah bawaan dari nenek moyang kita. Dosa hanyalah penghalang untuk menuju ke atas. Anda merusak seluruh firman Allah. Penebusan dosa oleh Kristus, khotbah pendeta yang membawa pesan Yesus. Semuanya sia-sia.

            Saya pernah nonton sirkus, dan saya pernah melihat penunggang-penunggang kuda yang hebat menunggangi dua ekor kuda. Tetapi dia selalu berhati-hati mengawasi kuda-kudanya, untuk membuat mereka pergi ke arah yang sama dan tetap berdampingan. Saya belum pernah melihat seseorang menunggang dua kuda yang bergerak ke arah yang berlawanan, dan saya belum pernah melihat seorang theolog atau filsuf yang mempercayai Alkitab dan hipotesa evolusi secara bersamaan. Mereka sangat berlawanan. Bolehkah saya tutup pernyataan ini?

            Pada hari dimana teori ini bisa dibuktikan, bahwa kehidupan berasal dari generasi spontan tanpa Allah, bila bisa dibuktikan bahwa tidak ada Allah di dalam penciptaan manusia melainkan berkembang dengan sendirinya, saya dan rekan-rekan seiman saya akan diam-diam melipat tenda kami dan pergi dengan sembunyi-sembunyi.

            Pak Pendeta, apa anda mau mengorbankan mimbar? Apa anda berniat untuk menutup Alkitabmu? Atau berhenti berkhotbah di gereja? Tidak, Pak. Karena saya sudah yakin di dalam hati saya kalau tangan yang menulis Alkitab adalah tangan yang sama dengan tangan yang menulis namaNya di langit dan di serangga kecil yang tak berarti yang sayap peraknya memantulkan keagungan matahari yang menyinarinya.

            Saya sama seperti Pasteur, salah satu ilmuwan mahsyur sepanjang jaman, yang dijuluki dermawan bagi umat manusia. Dengarkanlah Pasteur. Suatu saat nanti, anak cucu kita akan mentertawai kebodohan filosofi modern yang materialistik. Semakin saya berpegang pada alam, semakin saya takjub pada hasil karya Sang Pencipta. Semakin saya tahu, iman saya semakin seperti seorang petani Inggris. Andaikan saya bisa tahu semuanya, saya akan punya iman layaknya seorang petani wanita Inggris. Ilmu pengetahuan yang hebat dan pernyataan keyakinan kita akan kekekalan tidak mengubah kebenaran wahyu Allah.

            Ini adalah pendahuluan, dan itu akan merupakan tujuan kita pada jam-jam minggu pagi berturut-turut untuk menunjukkan dengan fakta bukan teori, tetapi dengan fakta biologi, embriologi, paleontologi, antropologi dan anatomi, pekerjaan tangan Allah yang mengasihi kita, menciptakan kita dan memberikan diriNya untuk kita. Amin.

            Sekarang, mari kita berhenti sejenak. Kita akan menyanyikan pujian undangan. Dan bila ada seseorang di sini yang memberikan hatinya pada Allah atau mengabdikan hidupnya kepada persaudaraan gereja, untuk momen ini saja mari kita berdiri dan bernyanyi. Kita akan mengucap syukur.