SETIA SAMPAI MATI

(FAITHFUL UNTO DEATH)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi oleh Dr. Eddy Purwanto

 

Wahyu 2:10

01-16-83

 

“Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10)

 

            Ada orang yang menyalah-artikan ayat ini dengan mengatakan, “Setialah sampai mati, dan bila engkau dapat setia engkau dapat diselamatkan.” Sebenarnya bukan itu yang dimaksudkan dalam ayat ini. Tuhan sedang menyatakan, “Engkau harus setia dan benar apapun harga yang harus engkau bayar dalam hidupmu, maka Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota (stephanos).” Kata stephanos  berarti mahkota. Dan Tuhan berkata, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Mahkota yang dimaksud di sini adalah mahkota kerajaan. Namun entah itu suatu mahkota atau karangan bunga atau mahkota kemenangan, atau mahkota kehidupan, Tuhan berfirman bahwa bila kita setia sampai mati, Ia akan mengaruniakan mahkota kehidupan kepada kita. Dan ini memimpin saya untuk menyampaikan khotbah hari ini dengan tema Tujuh Karakteristik Murid Tuhan – tujuh tanda orang Kristen sejati.

 

Pertama, Mengasihi Kristus lebih dari Segalanya

 

Alkitab, Perjanjian Baru menunjukkan dengan jelas bahwa mereka mengasihi Yesus Tuhan kita.

 

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:25-26)

 

Ini kedengarannya perkataan yang ekstrim. Namun apa yang diperintahkan Tuhan  di sini adalah untuk membandingkan yang mana yang lebih kita kasihi. Tuhan atau semua orang di sekitar kita yang kita kasihi, misalnya istri, anak, rumah, saudara, saudari, dan semua orang yang kasihi. Bandingkan apakah Anda lebih mengasihi Kristus dibandingkan dengan mengasihi mereka semua.

 

Kasih terbesar kita kepada Kristus adalah bukti kita adalah orang Kristen sejati. Nathan Hale  masuk Yale University untuk studi demi menjadi seorang pendeta. Namun tahun 1776, ia bergabung dengan Pasukan Revolusi (Revolutionary Army). Jendral Washington membutuhkan informasi tentang pasukan Inggris. Dan Nathan Hale secara sukarela menjadi mata-mata untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Ia menyamar sebagai seorang pengajar. Ia memperoleh informasi tersebut. Namun pada waktu ia berada dalam perjalanan kembali kepada Jendral Washinton, ia tangkap dan digantung di New York – sekarang New York City, di Market Street dan East Broadway. Dan kapanpun Anda mengunjungi monumen peringatan Nathan Hale Anda akan menemukan tulisan disana yang merupakan kata-kata terakhirnya yang berbunyi, “Aku bangga karena aku hanya memiliki satu kehidupan, dan aku kehilangan kehidupan itu demi negaraku.” Itu adalah perkataan patriotic yang luar biasa. Seharusnya seperti itulah kasih kita kepada Kristus.

Charles Wesley adalah seorang pendeta Anglikan. Dan setelah ia mulai khotbahnya – baru setelah ia menjadi pendeta, ia mengalami pertobatan. Itu sungguh luar biasa. Dan pada ulang tahun pengalaman pertobatan pertamanya, ia menulis lagu pujian yang luar biasa indahnya:

 

O for a thousand tongues to sing
My great Redeemer’s praise,
The glories of my God and King,
The triumphs of His grace. 

[Charles Wesley, “O for a Thousand Tongues”]

 

Ada hal luar biasa yang terjadi ketika seseorang menempatkan Yesus menjadi yang pertama dan terutama dalam hidupnya. Mengasihi Tuhan lebih dari segalanya. Ia akan membalasmu dengan kasih yang luar biasa bagi rumahmu, keluargamu, istrimu, bisnis Anda, anak-anak Anda, setiap mimpi dan cita-cita Anda. Ia memberkati berlipat ganda, ketika Anda menempatkan Yesus yang pertama dalam hidup Anda.

 

Kedua, Menyangkal Diri Sendiri

 

Karakteristik kedua dan tanda orang Kristen yang kedua adalah menyangkal diri sendiri.

 

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 16:24-25)

 

Karakteristik dan tanda anak Tuhan yang sejati adalah menyangkal diri sendiri dan mentahtakan Tuhan Yesus dalam hidupnya. Dia adalah Raja bagi hidup kita.

 

 

Ketiga, Memikul Salibnya

 

            Karakteristik ketiga dari murid Tuhan yang sejati adalah ketika kita menyangkal diri dan memikul salib kita.

 

“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:38)

 

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Matius 16:24).

 

Salib adaalah instrumen hukuman mati. Orang yang memikul salib berarti orang yang telah dijatuhi hukuman mati.  Memikul salib bukan hanya sekedar berarti menderita atau pun dikecewakan. Memikul salib juga bukan hanya sekedar mengalami penderitaan fisik. Bukan itu yang dimaksudkan oleh Alkitab. Dalam Alkitab, memikul salib berarti siap mati atau sedang menuju kepada kematian. Karena salib adalah alat untuk menghukum mati. Dan ketika saya diminta untuk memikul salib saya, itu berarti saya diminta untuk menyerahkan hidup saya sendiri untuk mati demi kasih saya kepada Tuhan.

Ketika Tuhan sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mati, di Perea, di seberang sungai Yordan, Ia dijumpai seorang muda yang kaya. Ia memanggil Tuhan, “Hagathai didaskai.”  Dan Tuhan mengatakan bahwa tidak ada yang  hagathai  selain Allah. Dia bertanya kepada Yesus, bagaimana supaya memperoleh hidup kekal. Dan Tuhan berkatanya kepadanya untuk menuruti perintah Allah. Dan ia berkata bahwa ia sudah menurutinya sejak masa mudanya. Alkitab mengatakan bahwa “Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya” (Markus 10:21). Dan Yesus berkata kepadanya, “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya” (Markus 10:21-22).   

Mengapa Tuhan tidak mengatakan hal serupa kepada Zakhius? Alkitab mengatakan bahwa Zakheus adalah orang kaya. Namun Tuhan tidak pernah mengatakan kepada Zakheus untuk menjual semua hartanya dan membagi-bagikan kepada orang miskin. Mengapa Tuhan juga tidak pernah memerintahkan hal yang sama kepada sebuah keluarga yang kelihatannya mapan di Betania, yaitu keluarga Lazarus, Maria dan Martha. Mengapa Tuhan tidak memerintahkan hal itu kepada Yusuf Arimatea, yang mana Alkitab menjelaskan bahwa dia adalah seorang yang kaya? Itu karena Tuhan melihat hati orang kaya itu. Karena ketika Tuhan melihat hati orang kaya itu, ia tahu bahwa dalam hati orang itu hartanya lebih berharga baginya dari pada Allah. Ia lebih mengasihi hartanya dari pada Allah.  Anda tidak dapat masuk sorga melalui jalan yang lebar. Karena sesaklah pintu menuju kepada kehidupan, dan dengan semua cintanya kepada dunia ini tidak mungkin ia bisa masuk melalui pintu yang sesak itu. “Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya” (Markus 10:22). Kata “sedih” di sini adalah stugnazo. Kata ini digunakan dua kali dalam Alkitab. Dalam Matius 16:3  Yesus menggunakan kata ini untuk menjelaskan langit yang merah dan redup. Langit merah yang melukiskan kegeraman. Dan Ia menggunakan kata stugnazo di sini yang diterjemahkan “merah dan redup.” Dan kata ini digunakan untuk menunjukkan kesedihan orang muda tersebut. Yang menggambarkan bagaimana wajahnya yang merah padam mendengar jawaban Yesus tersebut.

Rasul Yohanes menulis dalam I Yohanes 2:15-17: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” Ketika manusia mengasihi dunia dan semua hal yang ada di dalamnya, akan datang harinya di mana ia akan kehilangan semua itu dan hancur hatinya. Namun jika manusia mengasihi Tuhan, setiap hari akan menjadi hari yang indah, hari yang penuh kemenangan. Inilah karakteristik ketiga dari murid Tuhan, yaitu siap kehilangan segalanya dan memikul salibnya sendiri, dan menyalibkan segala kecintaannya kepada dunia ini, dan mengasihi Tuhan.

 

Keempat, Tetap Di Dalam Firman Allah

 

Karakteristik atau tanda keempat dari murid Tuhan yang sejati adalah tetap dalam Firman Allah.

 

“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:31-32)

 

“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17).

 

Jika seseorang mangasihi Kristus, ia tidak akan pernah bosan mendengar tentang Dia. Dan orang yang memberitakan Firman Allah adalah orang-orang yang senang mendengar Firman Allah. Ia akan menjelaskan Firman kepada kita dari Kitab Suci tentang Tuhan kita. Tanda sebagai murid Tuhan yang sejati adalah tidak pernah jemu, atau tidak kelihatan jemu mendengar dan mempelajari Firman Allah.

 

Lebih Lagi Tentang Yesus; dan Firman-Nya

Menikmati Persekutuan dengan Tuhanku

Mendengar Suara-Nya

Membuat Setiap Perkataan Setia Bagiku

[Eliza E Harris, “More About Jesus”].

 

 

Kelima, Memiliki Iman yang Teguh di dalam Tuhan

 

Karakteristik hamba Kristus yang sejati adalah terus memiliki iman yang teguh yang takan pernah mati dalam Tuhan Yesus Kristus. Ia tidak akan pernah menyangkal dan selalu menang pada akhirnya.

 

“Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah” (Yohanes 12:42-43).

 

Khususnya ini biasanya terjadi pada anak-anak muda. Mengapa pemuda-pemudi kita banyak jatuh ke dalam mabuk-mabukan, menggunakan obat-obat terlarang, dan ribuan hal kompromi lainnya? Semua itu disebabkan oleh lingkungan yang menekannya. Mereka melakukan itu agar diterima oleh kelompok atau teman-temannya. Ia ingin menjadi bagian dari mereka. Ia ingin berteman dengan mereka. Ia ingin dipuji dan diakui oleh mereka. Dan itulah yang menyebabkan mereka terjerumus dan membuat hancur hati orang tua mereka.

Kita semua seperti itu. Kita semua suka dipuji. Kita semua ingin diterima orang lain. Kita semua ingin diakui oleh orang lain. Namun demi semua itu kita rela melupakan komitmen kita kepada Kristus. Yohanes 1:10,11 mengatakan:

 

“Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”

 

Orang-orang di kampung halamanan-Nya, kampong di mana Ia dibesarkan di Nazaret, tidak mengenal Dia. Dalam Markus 9, Matius 9, Lukas 8, mereka mentertawakan Dia dan menganggap Dia gila di Kapernaum. Di Bethania mereka ingin membunuh-Nya. Dan di Yerusalem mereka menyalibkan Dia di kayu salib. Dengarkanlah kata-kata Tuhan kita dalam Lukas 6:26:

 

“Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”

 

Kita tidak membutuhkan pujian dari dunia ini. Kita harus benar di hadapan Tuhan, apapun perlakukan dunia terhadap kita. Itu berarti bahwa kita tidak akan pernah dapat berpaling. Kita harus selalu mempertahankan komitmen kita dengan menjadikan Yesus yang terutama di atas segalanya dalam hidup kita. Lukas 9:62 berkata:

 

“Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah”

 

Peliharaku, peliharaku, agar ku tak berpaling

Peganglah tangkai bajakku di mana air mata mengalir,

Walau beban berat menimpa

Namun, Tuhan ku, peliharaku tuk tak berpaling.

[Unknown, “The Plough”]

 

Kita tidak memiliki pujian yang penuh arti dan begitu indah lebih dari pujian ini:

 

Ku telah memutuskan mengikut Yesus,

Takan ku berpaling.

Walau tak seorangpun pergi bersama ku, aku akan setia mengikut-Nya

Salib di depanku, dunia di belakang ku,

Takan ku berpaling

[Unknown, “I Have Decided to Follow Jesus”]

 

Saya memutuskan untuk mengikut Yesus. Itulah karakteristik dari murid Tuhan kita yang sejati.

 

Sebelum saya berbicara yang lain. Roma 4:17 mengatakan:

 

“Seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" --di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan” (Roma 4:17-21).

 

 

Saya menghubungkan dengan Kejadian pasal 15, di mana Abraham berkata di hadapan Tuhan dan berkata, “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak.” Dan Tuhan berfirman, “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar… Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya… Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”  Tuhan memperhitungkan imannya sebagai kebenaran, karena ia percaya kepada Tuhan.

 

Iman, iman yang besar, melihat janji

Dan hanya memandang kepada Allah saja;

Menertawakan kemustahilan

Dan Menyerukan, “Ini harus ku lakukan!”

[Charles Wesley, “Faith Mighty Faith”]
 

Keraguan melihat rintangan.

Iman melihat Jalan!

Keraguan melihat malam yang paling gelap,

Iman melihat hari terang benderang!

Keraguan melihat kengerian tuk melangkah,

Iman melesat ke tempat tinggi!

Keraguan bertanya, “Siapa percaya?”

Iman menjawab: “Aku!”

[Catherine Marshal, “Faith”]

 

Keenam, Mengasihi Umat Tuhan

 

Karakteristik murid Kristus yang sejati adalah kasihnya yang sungguh-sungguhn kepada umat Tuhan. Yohanes 13:34, 35:

 

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

 

“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:12, 13)

 

“Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain” (Yohanes 15:17).

 

“Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut” (I Yohanes 3:14)

 

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (I Yohanes 4:7)

 

“Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (I Yohanes 4:11)

 

“Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (I Yohanes 4:21).

 

Ini adalah salah satu tanda dari tanda-tanda dan karakteristik murid Yesus yang sejati, yaitu saling mengasihi antara satu dengan yang lainnya.

Pada masa-masa yang lalu, sekitar tahun 1700-an di sebuah kota kecil di Yorkshire, di suatu pedesaan di Inggris utara, di sana ada suatu keluarga miskin. Dan mereka mempunyai seorang anak lelaki yang diberi nama John Fawcett. Ketika ia berumur tiga belas tahun, oleh karena keluarganya yang miskin, mereka mengirimnya ke London untuk menjadi seorang penjahit demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika anak itu berumur enam belas tahun, ia menghadiri kebaktian yang dipimpin oleh George Whitfield dan dia akhirnya bertobat. Pertobatan yang luar biasa setelah mendengar khotbah  oleh George Whitfield. Dan kemudian ia menyerahkan hidupnya untuk menjadi pendeta Baptis. Itulah  John Fawcett. Ia dipanggil menjadi seorang pendeta di gereja kecil di sebuah desa kecil di Yorkshire yang disebut Wainsgate. Gajinya kurang dari dua ratus dollar per tahun. Dan karena kebutuhannya yang sangat mendesak dan keluarganya, akhirnya ia menerima panggilan untuk menjadi pendeta di gereja yang makmur di London.   

Jemaatnya begitu sedih ketika pendetanya memberikan salam perpisahan, dan mereka membantu menaikkan barang-barangnya ke kereta kudanya. Kemudian ia bersama istri dan anak-anaknya naik ke kereta itu untuk berangkat. Dan ketika kereta sudah mulai jalan, istrinya menjerit menangis dan berkata, “John, John, bagaimana mungkin kita dapat melakukan ini? Bagaimana mungkin kita dapat meninggalkan orang-orang terkasih di sini?” Dan suaminya menjawab, “Istriku, saya tidak tahu bagaimana kita dapat melakukan ini.” Kemudian ia memutar balik keretanya dan kembali ke pastori dan menurunkan semua barang-barangnya kembali. Ia masuk ke dalam rumah itu dan kemudian di sana ia menulis apa yang saya pikir menjadi lagu pujian yang sangat luar biasa dalam bahasa Inggris.

 

Indahnya ikatan

Di dalam kasih-Nya!

Sehati di dalam Tuhan

Laksana di surga

 

Beban berat ringan

Bersama hati kita

Prihatin terhadap kawan

Yang lagi berkabung

[John Fawcett, “Blest Be the Tie”]

 

Ia bertahan melayani sebagai pendeta di gereja kecil lebih dari lima puluh tahun. Seluruh  Inggris mengenal dia. Anda tidak dapat membayangkan seperti apakah orang ini. Dan ia pernah diundang untuk berkhotbah di depan Raja George III, tahun 1780. Dan ketika John Fawcett berdiri dan berkhotbah di depan raja, sang raja begitu tersentuh dan raja itu berkata kepadanya, “Mintalah sesuatu kepadaku dan aku akan memberikannya kepadamu.” Dan pendeta yang luar biasa itu menjawab, “Tuan, saya tidak memerlukan apa-apa, namun salah satu dari keluarga saya memiliki seorang anak laki-laki yang tidak patuh, dan anak itu sekarang sedang menghadapi hukuman mati oleh karena pemalsuan. Mohon yang Mulia, berkenankah yang Mulia memberikan pengampunan kepada anak itu?” Dan raja mengabulkannya. Dia adalah seorang lelaki yang luar biasa. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang luar biasa. Ia sangat mengasihi Yesus.

Sebelumnya saya melanjutkan ke poin berikutnya, bolehkah saya menekankan kembali beberapa tanda murid sejati Yesus dari tujuh tanda itu? 

·        Mengasihi Tuhan di atas segalanya

·        Menyangkal diri sendiri

·        Memikul salibnya sendiri. 

·        Tetap di dalam Firman Allah. 

·        Terus menghidupi iman di dalam Kristus. 

·        Dan satu lagi sebelum yang terakhir adalah: sungguh-sungguh mengasihi umat Tuhan.

 

Ketujuh, Memandang Sorga

 

Karakteristik atau tanda ketujuh dari murid Yesus yang sejati adalah ia yang menaruh pengharapan pada dunia lain – hidup, bekerja, dan memandang ke dunia lain, yaitu sorga.

 

“Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kolose 3:2).

 

“Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia” (I Korintus 15:19).

 

Ketika saya masih muda, Clarence Darrow mulai terkenal sebagai agnostik dan atheis. Ketika itu saya membaca The Story of My Life karya Clarence Darrow. Dan pada halam empat ratus ia berkata,

 

Jika ada satu bukti saja bahwa ada kehidupan di balik kematian, mengapa bukti itu tidak jelas bagi dunia?  Tentu saja di bawah semua hukum logika bila seorang beranggapan bahwa orang yang sudah mati akan hidup di dunia lain harus dapat menunjukkan bukti substansial. Bukan hanya tidak ada bukti bagi ketidak-fanaan, namun berbagai fakta menunjukkan bahwa itu mustahil bagi kita dapat hidup di tempat yang melampaui dunia ini.

 

Itulah apa yang mereka katakan. Itulah yang dikatakan oleh orang-orang tidak percaya dan agnostik. Namun perhatikanlah para pahlawan iman. Bacalah Ibrani 11 mulai ayat 9: “Karena iman ia (Abraham) diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibrani 11:9, 10). Mereka percaya pada janji itu dan “mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini” (Ibrani 11:13b). “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka” (Ibrani 11:16). Dan mari kembali ke kitab Wahyu: “Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya” (Wahyu 21:2).  

 

Itu adalah iman kita. Kita tidak bisa dikalahkan. Jika saya hidup itu adalah untuk mengasihi Dia.  Jika saya mati, terpujilah nama-Nya, karena aku akan bersama dengan Dia. Entah kita mati atau hidup, kita bersama dengan Dia. Oh betapa indah dan luar biasanya, mengasihi Tuhan dan meneladani Dia.