DIANGKAT MENJADI ANAK
(ADOPTION)
Oleh Dr. W. A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Pagi, 5 November 1972
di First Baptist Church in Dallas
Teks: Galatia 4
Kami mengucapkan selamat bergabung bagi para pendengar radio dan pemirsa televisi yang mengikuti siaran kebaktian First Baptis Church di Dallas ini. Dan ini adalah gembala kami yang akan menyampaikan firman Tuhan dengan tema DOKTRIN PENGANGKATAN SEBAGAI ANAK (THE DOCTRINE OF ADOPTION).
Dalam khotbah seri kita dari Kitab Galatia, kita sudah sampai pada pasal 4. Dan ini adalah perikop yang akan kita jadikan dasar:
“Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. Demikian pula kita: selama kita belum akil balig – dalam bahasa Yunani menggunakan kata nepios yang berarti “bayi” – kita takluk juga kepada roh-roh dunia. Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Jadi kamu bukan lagi hamba (doulos), melainkan anak (huios); jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah melalui Kristus” – cetak miring ada dalam KJV (Galatia 4:1-7)
Atau seperti yang juga Paulus tuliskan dalam Kitab Roma 8:17, “menerimanya bersama-sama dengan Kristus.” Menjadi ahli waris dari semua kekayaan Allah dalam kemuliaan.
Pertama, ketika saya memperhatikan bagian Firman Tuhan ini saya melihat di dalam tulisan Paulus ini terdapat ide tentang ketritunggalan Allah. Trinitas dari pengalaman kita di dalam Allah. Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus.
Allah Bapa mengutus Anak-Nya dan karena anda adalah anak, Ia mengutus Roh Kudus ke dalam hati anda. Ini adalah pengalaman kita tentang Allah tritunggal.
Jika saya menunduk berdoa kepada Abraham Lincoln, saya akan merasa begitu aneh ketika melakukan itu dan anda tentu juga merasakan demikian. Jika saya menunduk dan menaikan doa kepada George Washington, saya akan merasa sangat aneh dan begitu juga anda. Jika saya menunduk dan menaikan permohonan doa saya kepada Elsay, Mahvera, Krishna, Buddha, Confucius, saya akan merasa seperti penyembah berhala dan begitu juga halnya dengan anda.
Namun jika saya berlutut dan berdoa kepada Allah Bapa atau Allah Putera atau Allah Roh Kudus, saya akan merasakan kedamaian yang begitu sempurna dalam jiwa saya, merasakan kehadiran damai sejahtera dari Tuhan, demikian juga halnya dengan anda.
Karena kita mengenal Allah dalam pengalaman dan hidup kita sebagai Tritunggal. Kita mengenal Dia sebagai Bapa. Kita mengenal Dia sebagai Juruselamat. Dan kita mengenal Dia yang mendiami hati kita, yaitu Roh Allah yang hidup dan tinggal dalam hati kita.
Itulah Allah yang memberikan pengharapan hidup kepada kita melalui kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Itulah Allah Juruselamat yang telah menebus kita dari dosa kita dengan darah-Nya yang mahal.
Dan itulah Allah Roh Kudus yang menghidupkan kita, melahirbarukan kita ke dalam kerajaan Bapa yang telah memberikan kepada kita meterai jaminan keselamatan kita melalui kehadiran-Nya di dalam hati kita, Dia yang mahahadir, Dia yang mendiami hati orang percaya dan di dalam jemaat-Nya.
Dan ketika saya berdoa kepada Roh Kudus, saya akan merasakan damai di dalam hati saya. Dan anda juga akan merasakan hal yang sama. Allah Bapa, Allah Putera dan Allah penolong kita, paraclete, yang diam dalam hati saya dan dalam persekutuan dan koinonia jemaat,, yaitu Allah Roh Kudus, kita dapat berdoa kepada ketiganya yang esa.
Allah, Bapa kita yang kita kenal sebagai Bapa kita. Allah Juruselamat, yang kita kenal sebagai Juruselamat kita. Dan Allah Roh Kudus yang diam dalam hati kita, memimpin kita dalam pengenalan lebih dalam tentang Kristus. Dialah yang menyatakan Tuhan kepada kita dalam segala kemuliaan dan keindahan-Nya. Ini adalah doktrin tentang Trinitas yang Paulus rangkai dalam Kitab Galatia 4.
“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!(Abba’, ho pater) (Galatia 4:4-6)
Di sini menggunakan kata Aramik, Abba’, dan menggunakan kata Yunani, Pater dan keduanya berarti “Bapa.”
KEISTIMEWAAN PERTAMA KITA ADALAH
KITA DIADPOSI MENJADI ANAK ALLAH
Kata huiothesia ini adalah kata yang secara istimewa digunakan oleh Paulus. Dan ia menggunakan kata ini beberapa kali dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Inggris dengan “adoption,” atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “diterima menjadi anak.” Kata tersebut berasal dari gabungan dua kata Yunani, yaitu ‘thesia’ yang berari “menempatkan,” dan ‘huios’ yang berarti “anak.” Jadi ‘huiothesia’ berarti “anak yang ditempatkan dalam suatu keluarga” atau “diangkat menjadi anak.”
Karena anda tahu bahwa secara natur kita bukanlah anak-anak Allah. Alkitab tidak mengajarkan bahwa doktrin kebapaan Allah secara universal (the universal fatherhood of God) atau Allah adalah Bapa dari semua orang. Hanya dalam pengertian bahwa Allah adalah sang Pencipta, maka Ia adalah Bapa dari semua manusia. Namun secara natur, melalui kelahiran, kita semua adalah manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Dan dosa itu memisah kita dari Dia. Seperti Paulus menulis dalam Efesus 2:1, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Jadi menurut kelahiran dan natur kita, kita adalah anak-anak yang patut dimurkai dan telah mati oleh karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita.
Namun bukan hanya Roh Kudus telah menghidupkan kita, tetapi Ia juga meregenerasikan kita, memberikan kelahiran baru kepada kita. Bukan oleh kehendak manusia, juga bukan oleh keinginan daging, bukan melalui darah, tetapi oleh Roh Allah, dan dalam kelahiran kembali kita diadopsi atau diangkat atau diterima ke dalam keluarga Allah. Tiga kali dalam Perjanjian Lama mencatat tentang adopsi secara aktual. Misalnya Musa diadopsi menjadi anak Firaun di Mesir.
Dalam 1 Raja-raja 11, Genubat adalah anak Hadad yang tinggal di Mesir. Bibinya adalah Tahpenes, permaisuri Firaun. Ia diangkat menjadi anak atau diadopsi ke dalam keluarga istana raja Mesir.
Dan yang ketiga dalam Kitab Ester 2, kita diberitahu bahwa Ester diadopsi oleh Mordekhai, pamannya.
Semua orang yang mengenal Allah di dalam Kristus diadopsi ke dalam keluarga Allah. Dan kita diperlakukan secara istimewa dalam keluarga Allah. Kita diperlakukan secara istimewa sebagai anak. Paulus menegaskan, “Jadi kamu bukan lagi hamba (doulos), melainkan anak; jikalau kamu anak (huios), maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah” (Galatia 4:7).
Sebelum kita diselamatkan kita adalah seorang hamba. Kita bekerja untuk mendapatkan upah. Dan upah kita mungkin ingin dipuji Tuhan. Melaluinya kita mengharapkan keselamatan dari Tuhan. Namun walaupun kita bekerja seumur hidup, kita akan tetap menjadi hamba, dan bukan anak. Seorang hamba dapat bekerja untuk selama-lamanya. Hamba dapat menerima upah untuk selamanya namun tidak akan pernah memperoleh status sebagi anak dan ahli waris dalam keluarga itu.
Namun di dalam Kristus, kasih karunia yang dicurahkan atas kita, kita diadopsi ke dalam keluarga Allah. Bukan dengan pekerjaan kita, kita menerima atau membelinya, memenangkannya. Namun itu adalah sesuatu yang Allah lakukan atau kerjakan bagi kita. Dan Ia menanggalkan status kita sebagai hamba, dan mengangkat atau menerima kita sebagai anak dan ahli waris Kerajaan Bapa.
Kadang-kadang kebenaran itu lebih sulit dipahami dari pada fiksi. Beberapa tahun yang lalu, ada seorang anak kecil penjual koran di jalanan kota itu. Ia adalah anak yatim piatu dan miskin. Ia berteriak-teriak menawarkan koran dagangannya ketika menyusuri jalanan kota itu.
Di kota di mana ia tinggal, ia melewati rumah besar atau istana yang indah. Rumput di halaman itu dipelihara dan ditata dengan begitu rapi dan indah. Ada air mancur di tengah taman halaman itu. Pada Hari Minggu yang indah, Minggu pagi, rumah besar itu menarik perhatiannya.
Dan anak kecil itu berdiri di sana dan memandangi halaman rumah itu dan masuk ke dalam halaman itu. Ia melangkah menuju pintu utama dan memencet bel di pintu itu. Minggu pagi itu, seorang bisnismen kaya raya, yaitu Mr. Lowery membukakan pintu dan menemui anak kecil penjual koran itu. Anak kecil itu berdiri di depan laki-laki besar itu dan sangat terkejut dengan apa yang telah ia lakukan. Ia sangat takut atas kesembronoannya itu. Dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan atau apa yang harus ia katakan dan tidak dapat berpikir apa-apa, selain bagaimana bisa segera pergi keluar dari rumah itu.
Ia berkata, “Apa yang kamu miliki nak? Apa yang kami muliki nak?
Dan orang itu memandang anak kecil itu dengan sedih dan berkata, “Tidak, Nak, Ibu Lowery dan saya tidak memiliki anak. Kami tidak memiliki anak.”
Dan anak kecil itu menjawab, “Oh, oh, saya mau memberikan segala sesuatu yang saya miliki, segala sesuatu, jika saya dapat menjadi anak anda dan saya dapat bermain di halaman rumput yang indah ini. Dan tidak ada siapapun yang akan mengambil atau membatalkan saya menjadi anak anda. Oh, saya mau memberikan segala sesuatu yang saya miliki jika saya dapat menjadi anak anda.”
Dan salah satu orang terkaya, atau Mr. Lowery ini masuk dan memanggil istrinya yang ada di lantai atas rumahnya.
Dan ia berkata, “Istriku, kemarilah.”
Dan wanita itu menuruni tangga yang indah itu dan berdiri di samping suaminya.
Dan suaminya berkata, “Sayang, apakah kamu mau menggangkat anak ini menjadi anak kita?”
Ia menjawab, “Oh suamiku, oh.”
Dan kemudian ayah angkat itu memanggil anak itu, “Nak Sonny, kemarilah. Kemarilah nak.”
Dan anak kecl itu berjalan masuk ke dalam rumah mewah itu. Dan hal pertama yang ia lakukan seperti yang ia janjikan, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan uang tiga belas sen.
Dan memberikan uang itu kepada orang kaya itu sambil berkata, “Tuan, ini adalah semua yang saya miliki.”
Dan seperti itulah kita ketika kita memberikan kepada Allah apa yang kita miliki yang tiada harganya dan dengan itu kita pikir kita dapat membeli keselamatan kita. Itu tidak ada artinya sama sekali.
Kemudian orang kaya itu memegang tangan anak kecil itu dan menutup telapak tangannya sehingga uang tiga belas sen itu kembali tergenggam oleh tangan anak kecil itu sambil berkata, “Nak, simpan saja uang itu. Karena aku memiliki lebih dari cukup bagi kita bertiga.”
Dan ia menuntun anak kecil itu ke dalam rumah dan mengangkat atau mengadopsi anak itu dan sejak itu anak kecil itu menjadi anak Mr. Lowery.
Persis seperti itulah apa yang Allah telah lakukan bagi kita. Kita adalah anak-anak terlantar dan miskin dan lemah dan terbuang. Dan ke dalam keluarga Bapa sorgawi kita yang mulia, Allah telah menggundang kita dan menerima serta memperlakukan kita sebagai anak terkasih. Ia mengadopsi kita ke dalam keluarga sorga. Dan kita adalah ahli wari bersama Kristus saudara sulung kita.
Sesungguhnya anda tidak lebih dari pada doulos. Anda tidak lebih dari pada seorang budak. Anda tidak lebih dari pada seorang hamba. Anda tidak lebih dari seorang pelayan, namun kemudian anda diterima menjadi anak, diadopsi menjadi anak. Dan sebagai anak, anda adalah ahli waris Allah melalui Kristus.
KEISTIMEWAAN KEDUA KITA ADALAH
KITA TIDAK LAGI DI BAWAH PENGASUH
Dan ini membawa saya untuk menunjukkan keistimewaan kita yang kedua. Kita tidak lagi berada di bawah pengasuh atau penuntun. Namun kita sekarang telah menjadi dewasa. Kita adalah anggota keluarga itu. Kita diterima menjadi anak terkasih. Kita menjadi orang yang terpandang dalam keluarga itu.
Kemungkinan yang menjadi latar belakang dari apa yang Paulus katakan di sini adalah bahwa pada zaman Pemerintahan Romawi, ketika anak lelaki sudah mencapai umur dua puluh lima tahun, ia diberikan jubah dan ia diakui menjadi warga negara Roma, dengan semua hak dan perlakuan khusus serta hak istimewa atau prerogtif yang diberikan kepadanya.
Ia telah menjadi laki-laki dewasa. Ia telah diakui sebagai warga negara. Ia telah memperoleh pengakuan. Dan dengan memakai jubah anak itu telah sah menjadi warga negara Romawi. Ini sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di Bar Mitzvah, ketika seorang anak telah akil balig, ia diterima sebagai laki-laki dewasa dalam keluarga Yahudi. [Bahasa Ibrani ‘Bar Mitzvah’ ini berarti “putra hukum illahi.” ‘Bar Mitzvah’: anak lelaki Yahudi yang telah mencapai umur 13 tahun dan dengan demikian memperoleh tugas dan tanggung jawab dalam hal agama – tambahan penerjemah, diambil dari Kamus Teologi Inggris- Indonesia oleh Henk ten Napel. Jakarta: BPK Gunung Mulis].
Jadi yang dimaksud Paulus di sini adalah bahwa di dalam Kristus kita tidak lagi ada dalam tipe atau bayang-bayang dan hukum Taurat dan ordinansi-ordinansi serta ritual-ritual. Namun kita sekarang adalah orang merdeka. Kita diakui sebagai warga negara. Kita telah menjadi dewasa. Kita diadopsi menjadi anak. Kita menjadi ahli waris bersama Kristus.
Dalam Galatia 3:27, Paulus berkata, “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” Kata mengenakan di sini diterjemahkan dari kata Yunani ‘enedusasthe’ dari kata ‘eneduo’ yang berarti “telah mengenakan Kristus untuk dirimu sendiri.”
Dan sebagai anak muda di masa Pemerintahan Romawi yang telah diberikan jubah untuk dikenakan pada dirinya sendiri sebagai warganegara, demikian juga Allah telah memberikan Kristus kepada kita dan kita mengenakan Tuhan bagi diri kita, kita mengenakan Kristus. Kita menjadi ahli waris, kita adalah anak di dalam rumah tangga Bapa kita.
KEISTIMEWAAN KETIGA KITA ADALAH MENJADI
AHLI WARIS ALLAH DI DALAM KRISTUS
Perlakuan khusus kita yang ketiga adalah bahwa kita adalah ahli waris Allah di dalam Dia.
Seperti yang Paulus tuliskan dalam Roma 8, bahwa kita menjadi ahli waris bersama dengan Tuhan. Semua yang Allah memiliki dan semua yang Allah lakukan, semua kekayaan dan ciptaan-Nya, semua itu diberikan kepada kita. Kita adalah ahli waris atas kerajaan dan ciptaan Allah, Bapa kita, yang begitu luas.
Sebagai anak, kita akan bersama Kristus menerima semua warisan.
Minggu ini saya mengendarai mobil bersama dengan seseorang yang baru bertobat. Baik dia maupun keluarganya baru saja bertobat. Mereka dibaptis di sebuah gereja Baptis kecil. Dan ia berbicara dengan saya. Ia memiliki ribuan pertanyaan.
Ini adalah pengalaman baru. Ini pengalaman iman barunya. Seakan ia bertumbuh di dunia yang berbeda.
Dan salah satu hal yang ia tanyakan kepada saya adalah, ia bertanya, “Ketika kami mati dan ketika kami pergi ke sorga, apa yang kami akan lakukan di sorga?”
Saya menjawab, “Tuan, itu adalah suatu lelucon. Itu adalah pertanyaan bodoh. Itu adalah suatu penghinaan kepada Allah dan Alkitab dan apa yang Allah telah maksudkan bagi kita.”
Kitab Suci menyatakan kepada kita bahwa sorga adalah tempat peristirahatan hidup kita dalam kemuliaan. Semua yang sejak semula Allah maksudkan atau tetapkan sejak permulaan Penciptaan Allah adalah memberikan kepada kita dunia yang akan datang.
Anda lihat, ketika Allah menciptakan dunia ini, Ia menyerahkannya untuk diperintah oleh Lucifer, malaikat suci yang belum jatuh. Namun kemudian Licifer jatuh, dan dosa masuk ke dalam dunia dan ciptaan jatuh bersama dengan dia, kemudian Allah menciptakan kembali sebagian alam semesta dan menyerahkannya kepada Adam untuk memerintah dunia ini.
Dan Allah berfirman kepada Adam, “Ini semua adalah milikmu. Tundukan semuanya, Dan kamu memerintah atas semua itu.”
Dan itulah sebabnya mengapa Setan membenci dia. Dan dari luar pintu gerbang taman itu ia mengancam dan menyusun rencana untuk menjatuhkan Adam, karena ia tidak suka Allah telah menciptakan makluk mulia lain untuk mengambil alih seluruh ciptaan dari tangan Lucifer yang telah jatuh.
Adam jatuh ke dalam dosa. Namun tujuan Allah tidak pernah gagal. Karena di dalam Kristus semua orang yang terhilang di dalam Adam ditemukan kembali di dalam Dia. “Seperti di dalam Adam kita semua mati. Demikian juga di dalam kristus kita semua menjadi hidup kembali.” (band. Roma 5:12-21). Dan seperti apapun kita sebelumnya, ini akan menjadi ribuan kali lebih mulia pada akhirnya, di dalam Tuhan kita.
Karena inilah maksud dan tujuan Allah, yaitu memberikan kepada kita hak untuk memerintah seluruh alam semesta, ciptaan Allah yang begitu luas dan tak terbatas. Dan saya tidak tahu apa maksudnya itu, karena kita masih berada di alam semesta kita sendiri yang begitu sempit, yaitu matahari, bintang dan planet-planet yang mengelilingi bumi kita ini. Dan kita akan memerintah alam semesta yang lebih luas dan tiada batas di bandingkan dengan luasnya antariksa kita.
Dan ketika kesudahan zaman tiba, Yerusalem Baru akan turun dari sorga. Kota emas Allah yang akan menjadi rumah kita. Istana kita di dalam kota yang indah. Kita akan turut memerintah atas seluruh kerajaan Allah.