BANGSA-BANGSA BINATANG

(THE BEAST NATIONS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Daniel 7:1-28

01-16-72

 

 

Warta ini diberi judul, BANGSA-BANGSA BINATANG. Dan pasal yang ketujuh dimulai dari ayatnya yang pertama:

 

Pada tahun pertama pemerintahan Belsyazar, raja Babel, bermimpilah Daniel dan mendapat penglihatan-penglihatan di tempat tidurnya. Lalu dituliskannya mimpi itu, dan inilah garis besarnya: Berkatalah Daniel, demikian: “Pada malam hari aku mendapat penglihatan, tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar, dan empat binatang besar naik dari dalam laut, yang satu berbeda dengan yang lain. [Daniel 7:1-3].  

 

Dan demikian penglihatan-penglihatan itu berlanjut. Ia menentukan tanggal penglihatan itu terjadi di tahun pertama dari pemerintahan dari Belsyazar. Belsyazar meninggal di malam orang-orang dari kerajaan Media-Persia mengambil alih Kerajaan Babel, di malah pada saat tangan Tuhan membuat tulisan di dinding – dan itu terjadi pada tahun 538 SM. Dia pasti memerintah - Belsyazar, secara pasti memerintah selama tiga tahun lamanya. Maka di tahun pertama pemerintahan dari Belsyazar pasti terjadi di sekitar tahun 541 SM. Pada saat ini Daniel sudah berusia delapan puluhan tahun. Dia sudah terabaikan. Mereka telah melupakan dia. Raja yang tidak bermoral yang memerintah sekarang ini tidak memiliki waktu untuk seorang negarawan yang beriman, seorang yang takut akan Tuhan seperti Daniel. Dan ini adalah tahun yang keenampuluh setelah Daniel mengartikan mimpi dari Nebukadnezar tentang patung dari seorang yang besar. Di sekitar tahun 541 SM, tahun pertama dari pemerintahan Belsyazar, Daniel melihat penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi dan dia menuliskannya. Dan ini merupakan Kitab yang paling unik di dalam kesusasteraan umat manusia.

 

Kitab Daniel merupakan wahyu yang pertama diberikan. Setelah zaman Daniel, ada banyak literatur palsu yang bersifat kewahyuan. Tiga dari penyingkapan yang sebenarnya – penyingkapan yang asli berada di dalam Alkitab: yaitu Kitab Zakharia, dan kitab dari Yohannes yaitu Kitab Wahyu yang menutup dalil agama tersebut. Akan tetapi kitab bersifat wahyu yang pertama yang dituliskan adalah kitab yang dituliskan oleh Daniel. Kitab itu merupakan suatu metode dengan jalan mana Tuhan mengungkapkan kebenaran-Nya melalui simbol-simbol serta tulisan-tulisan kuno. Tuhan memasukkan Daniel kepada penyebaran agama yang bersifat kewahyuannya dalam rangka bahwa ia boleh menyingkapkan adanya pembersihan sejarah umat manusia melalui masa depan kepada kita. Dan di dalam tulisan yang bersifat wahyu itu, Daniel tidak memiliki suatu ramalan kecuali yang diberikan oleh rasul Yohannes yang menulis Kitab Wahyu. Perbandingan antara kedua penulis penyingkapan itu selalu menarik. Daniel merupakan nabi yang paling utama di zaman bangsa lain selain bangsa Yahudi. Dan dia mengikuti pembersihan dari sejarah umat manusia sampai datangnya Kristus ke dalam dunia-Nya, supremasi dunia. Rasul Yohannes menguraikan penyingkapan terhadap masa depan, pembersihan sejarah sampai pada kedatangan Kristus ke dalam supremasi surgawi-Nya, pada saat langit dan pemimpin dari segenap penciptaan tunduk kepada Raja dan Tuan dari semuanya. Kedua orang tersebut, keduanya merupakan penulis penyingkapan, dengan menggunakan simbol-simbol, dengan menggunakan gambar-gambar, mereka menjelaskan keseluruhan sejarah umat manusia sampai pada penyempurnaan dari penaklukan, dengan datangnya Kristus.

 

Sekarang, pasal yang ketujuh memiliki tiga penglihatan yang aktual di dalamnya. Penglihatan yang pertama adalah bahwa terdapat empat binatang besar naik dari dalam laut yang sedang mengamuk. Penglihatan yang kedua – dimulai dari ayat yang kesembilan – merupakan sebuah penglihatan tentang Hari Penghakiman yang agung itu, ketika Yang Lanjut Usianya itu duduk di atas takhta-Nya dan dihadapan selaksa kali berlaksa-laksa berkumpul. Dan hukuman telah ditetapkan dan kitab-kitab telah dibuka. Penglihatan yang ketiga dimulai dari ayatnya yang ke tiga belas, ketika ia melihat sebuah penglihatan dari seorang yang seperti Anak Manusia datang dengan awan-awan dari langit dan diberikan kepada-Nya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan yang kekal dan tidak akan musnah.

 

Sekarang, Daniel di dalam penglihatan itu, berdiri di tepi laut yang besar. Ada empat lautan besar yang disinggung di dalam Alkitab: Laut Galilea, Laut Mati, dan Laut Merah, serta apa yang disebut di zaman dahulu dengan Laut Mediterania. Sudah banyak dari antara saudara-saudara sekalian yang sudah pernah berdiri di tepi pantai Laut Mediterania. Secara pasti Daniel sering berdiri di tepi pantai itu di masa mudanya. Dan di dalam penglihatan itu, ia sedang berdiri di pantai laut Mediterania. Jantung dari peradaban manusia dan dari sejarah umat manusia dan kesudahan zaman. Dan sementara dia berdiri di sana, ia melihat sesuatu, ia melihat suatu badai besar yang berwarna ungu. Sejauh mata bisa melihat, laut itu terguncang sampai kedalamnya oleh angin yang sedang mengamuk. Keempat angin dari langit angka empat itu – di dalam tanda angka empat itu – empat itu melambangkan dunia ini – keempat angin dari langit, empat jenis musim,  empat bagian dari kompas. Hal itu melambangkan bumi ini. Sekarang, kita sedang diberitahu di dalam Alkitab apa yang dilambangkan oleh laut tersebut. Di dalam Kitab Wahyu 17:15: “Semua air yang telah kaulihat, dimana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.” Jadi laut yang sedang mengamuk, begitu menderita dan bersuara gaduh itu, adalah gambaran dari revolusi sosial serta nafsu dari kemanusiaan. Daniel melihatnya di dalam sebuah penglihatan sebagai sebuah laut yang besar yang terguncang dari pusatnya ke daerah sekelilingnya, dari tingginya sampai ke dalamnya – badai yang besar, laut kemanusiaan yang bergejolak.

 

Sekarang, ketika dia melihat kepada laut yang sedang mengamuk itu yang begitu terpecah dan tersiksa, dia melihat keluar dari semburan air yang bergeliat serta angin dan penderitaan itu, dia melihat empat binatang besar yang berbeda satu persatu naik ke permukaan. Mereka bukan binatang yang sebenarnya, mereka adalah hyroglif – tulisan kuno. Mereka adalah gambaran yang diberikan Tuhan terhadap rangkaian kerajaan-kerajaan. Yang pertama seperti seekor singa dengan sayap burung rajawali. Yang satunya lagi adalah beruang yang berdiri pada sisinya yang sebelah dengan tiga buah tulang rusuk masih berada di dalam giginya. Yang satunya lagi seekor macan tutul dengan empat buah sayap burung pada punggungnya dengan empat kepala. Dan yang satunya lagi tidak digambarkan, binatang yang menakutkan dan mendahsyatkan dengan gigi besar dari besi yang melahap. Dan lalu yang terakhir, ada sepuluh buah tanduk yang datang dari binatang yang terakhir itu.

 

Salah satu sahabat terkasih kita yang merupakan seorang pelajar nubuat datang untuk menemui saya sekali waktu dan dia berkata – dan penafsirannya terhadap keempat binatang besar ini telah saya baca beberapa kali di dalam Kitab tersebut. Ia mengatakan bahwa mereka melambangkan singa itu – Britania Raya. Dan dikatakan bahwa – dia berdiri sebagai seorang manusia dan hati seorang manusia telah diberikan kepadanya. Dia berkata bahwa Inggris telah menjadi pembudaya dunia dan ibu dari parlemen. Hal itu merupakan hati seorang manusia dari rasa simpati dan kasihan. Dan dia mengatakan singa itu melambangkan Inggris Raya. Ia berkata beruang itu selalu menjadi hyroglif dari Rusia. Beruang adalah lambang dari Rusia. Dan ia mengatakan macan tutul itu melambangkan Amerika Serikat, dan kecepatan dari naiknya serta keempat sayapnya melambangkan keempat cabang dari angkatan bersenjata. Dan hal-hal yang seperti itu. Dan ia mengatakan yang terakhir, dengan gigi besarnya yang terbuat dari besi, binatang yang keempat, melambangkan kerajaan Anti Kristus ketika Tuhan akan datang di dalam penghalangan serta campur tangan di dalam sejarah umat manusia serta menetapkan kerajaan-Nya untuk selama-lamanya. Baiklah, semua hal itu adalah menarik dan tentu saja bisa saja benar, karena simbol-simbol Tuhan sering sekali diulang dan digambarkan di dalam penggunaan yang berulang dan berulang kembali.

 

Akan tetapi sebenarnya, bagi saya kelihatannya bahwa penglihatan Daniel di dalam pasal yang ketujuh sama persis dengan kitab Wahyu tentang penglihatan yang telah diberikan kepada Nebukadnezar dan diartikan oleh Daniel di dalam pasal yang kedua dari Kitab tersebut. Saya fikir alasannya bahwa karena mereka berdua mengikuti kisah dari sejarah umat manusia sampai kepada kesudahan zaman. Di dalam penglihatan di dalam pasal yang kedua dari Kitab Daniel, ada seorang yang besar. Dan kepalanya terbuat dari emas. Lengannya terbuat dari perak. Pinggulnya terbuat dari tembaga. Dan kedua kakinya terbuat dari besi. Dan tentu saja jari-jari kakinya terbuat dari besi dan tanah liat – kesepuluh jari-jari kakinya. Dan kemudian penyempurnaan zaman, datangnya Kristus yang menabrak patung itu di bagian kesepuluh jari kakinya. Demikianlah seluruh kisah sejarah sampai Yesus datang kembali - Kerajaan Babel; kedua lengan; kerajaan Media-Persia; pinggul yang terbuat dari tembaga. Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama menggunakan tembaga sebagai senjata serta perisai tembaga. – Bangsa Yunani yang sombong. Lalu kemudian kaki-kaki yang terbuat dari besi yaitu Kekaisaran Romawi bagian Timur dan bagian Barat. Dan kemudian kesepuluh jari kaki – pecahnya kerajaan sampai pada saat kedatangan Kristus – pembersihan seluruh sejarah.

 

Sekarang di dalam pasal yang ketujuh dari Kitab Daniel, terdapat pembersihan inklusif yang sama sampai pada akhirnya. Di sana ada singa yang akan melambangkan kerajaan Babel, beruang yang mana akan melambangkan kerajaan Media-Persia – ketiga tulang rusuk, pemusnahan bangsa Lydi, bangsa Mesir dan bangsa Babilonia – macan tutul dengan keempat sayapnya dan keempat kepalanya melambangkan Yunani yang terbagi menjadi empat kerajaan – masing-masing diambil oleh keempat jenderalnya. Dan kemudian binatang yang tidak dideskripsikan dengan gigi besarnya yang terbuat dari besi - Kekaisaran Romawi. Lalu kemudian kesepuluh tanduk, yang berkaitan dengan kesepuluh jari kaki yang ada pada sat kedatangan Kristus. Jadi, di dalam kedua pencitraan saudara-saudara melihat pembersihan sejarah sampai pada kesudahan zaman. Kenyataan bahwa Tuhan memberikannya sampai dua kali, menunjukkan betapa penting artinya.

 

Sekarang, alasan lain mengapa saya berfikir bahwa pencitraan itu adalah sama. Firman Tuhan mengatakan bahwa tiak akan ada lagi kerajaan dunia yang kelima. Setelah kerajaan Babilonia, setelah kerajaan Media-Persia, setelah kerajaan Yunani dan setelah kekaisaran Romawi, kerajaan-kerajaan terpecah menjadi bangsa-bangsa yang terpisah. Dan Firman Tuhan mengatakan tidak akan ada lagi kerajaan dunia yang kelima. Dan hal tersebut telah ditegaskan, sekarang ini. Seribu lima ratus tahun sejarah umat manusia. Charlemaine mencoba untuk membangun kerajaan yang kelima. Tamerlane juga mencobanya. Jengis Khan juga melakukannya. Napoleon melakukannya. Hitler melakukannya. Akan tetapi Firman Tuhan lebih berkuasa daripada pedang dari Charlemaine atau mahkota besi dari Napoleon atau divisi panser dari Hitler. Tidak akan pernah ada lagi kerajaan dunia yang lain. Maka  pembersihan sejarah yang dinyatakan kepada kita di dalam pasal yang kedua dari kitab Daniel, serta dari pasal yang ketujuh dari kitab Daniel adalah pembersihan yang persis sama.

 

Sekarang, Tuhan akan melakukan sesuatu dengan mengulangi penglihatan tersebut. Ketika manusia melihat kepada pekerjaannya; melihat pada gedung-gedung hebat serta melihat kepada kerajaan dan kekaisaran manusia itu, dia melihat seperti apa yang dilihat oleh Nebukadnezar di dalam penglihatannya – sebuah patung manusia yang sangat besar: dengan kepala yang terbuat dari emas, bahkan dada dan hati yang terbuat dari perak. Ia melihat pada kerajaannya di dalam simbol dari berdirinya seorang manusia yang besar, yang mengesankan, yang berjaya dan kuat. Akan tetapi di dalam pasal yang ketujuh dari Kitab Daniel, melihat pada pembersihan sejarah umat manusia yang sama, Tuhan melihat padanya di dalam cara berbeda secara keseluruhannya. Tuhan melihat kepada kerajaan-keajaan itu di dalam simbol dan bentuk dari binatang buas. Seorang manusia melihat padanya dalam bentuk dari jendral atau negarawan atau raja yang besar, penakluk tegak berdiri serta berjaya. Akan tetapi ketika Tuhan melihat kepada kerajaan yang sama di dalam evaluasi keilahian sebagai bentuk dari binatang buas. Dan alaan untuk itu adalah sangat nyata. Mereka bertindak kearah yang satu dengan sifat kebinatangan. Mereka adalah binatang buas. Bangsa-bangsa bangkit oleh kekuatan pedang, dengan darah dan pembantaian, di dalam kemarahan dan di alam api serta di dalam pemaksaan. Ketika kita membicarakan kerajaan-kerajaan besar ini seperti halnya kerajaan Yunani, kita tidak membicarakan suku barbar yang mana sebagai pemuja serta penyembah berhala. Mereka merupakan bangsa yang paling terlatih serta yang paling cerdas dari seluruh bangsa-bangsa yang pernah hidup. Kita tidak sedang membicarakan suku yang haus darah yang oleh Livingston, David Livingston lihat di jantung benua Afrika ketika mereka saling menyerbu ke masing-masing desa, ketika mereka saling membakar satu sama lain, dan saling membantai  satu sama lain dan saling menjual antara satu sama lain kepada perbudakan, parit-parit kecil serta sungai-sungai mereka yang menjadi merah karena darah. Kita sedang membicarakan tentang bangsa yang paling terlatih dan bangsa yang paling maju dari seluruh bangsa yang ada di dalam dunia peradaban. Ketika Alexander yang Agung menaklukkan dunia yang telah dijelajahi sebelumnya, dengannya ia mambawa serta Aristoteles, yang merupakan seorang filsuf besar yang pernah hidup.

 

Ketika Alexander yang Agung berbaris maju menuju kota Yerusalem, ia datang untuk memusnahkannya. Kisah yang paling cmerlang yang dapat saudara-saudara baca – salah satu yang paling mengharukan yang datang dari Josefus – bagaimana Yerusalem diselamatkan. Izinkanlah saya memakai waktu sejenak untuk meringkaskannya.  Alexander masih berada di Tirus. Ia sedang mencari cara untuk menaklukkan Tirus – dengan mengepung Tirus. Nebukadnezar mengepung Tirus selama delapan belas tahun dan tidak pernah berhasil mengurangkannya. Untuk yang pertama kalinya Tirus pernah ditaklukkan adalah oleh Alexander yang Agung. Sementara dia berada di sana di pengepungan tersebut, ia mengirimkan pesan kepada negara-negara di sekelilingnya untuk mendapatkan bantuan terhadap pasukannya ketika dia menggempur benteng serta bangsa dan pasukan dan pelaut Tirus. Ketika Yerusalem menolak untuk menolongnya, Yehuda menolak untuk membantunya. Jadi setelah perang di Tirus itu selesai, Alexander berbaris menuju ke Gaza dan membakar kota itu sampai rata dengan tanah. Dan dia sedang di dalam perjalanannya ke kota Yerusalem untuk membinasakannya serta membakarnya sampai rata dengan tanah. Di dalam amarah serta kebencian karena mereka tidak membantu dia pada saat pengepungannya di Tirus.

 

Pada waktu yang sama, Tuhan menyatakan diri kepada Jaddua, imam tinggi itu serta memberitahukan Jaddua apa yang harus dilakukan. Maka pada keesokan harinya ketika Alexander dengan pasukan perangnya datang untuk menyapu bersih ke kota Yerusalem untuk memusnahkan serta membakar kota itu, Jaddua, imam tinggi itu, keluar bersama topi keimamannya yang tinggi itu dan dengan pelindung dadanya yang bertakhtakan dua belas buah batu berharga, dengan matel lenennya dan dengan semua keindahan dari lonceng dan delimanya. Dan dia diikuti oleh semua imam yang berpakaian serba putih. Dan kemudian dia diikuti oleh semua orang di kota itu yang mamakai jubah yang berwarna putih bersih. Dan mereka menyambut Alexander yang Agung. Mereka membukakan pintu-pintu kota mereka dan membukakan pintu-pintu bait-bait suci mereka. Dan salah satu dari antara mereka mengambil kitab suci dan menunjuk ke dalam nabi Daniel di mana Daniel telah bernubuat tentang hal-hal yang menyangkut kedatangan Alexander yang Agung. Dan penakluk seluruh dunia begitu diliputi oleh apa yang dilihatnya di dalam barisan prosesi para imam Yahudi itu, dan oleh penyambutan kaum suku Yehuda, bahwa ia kemudian berlutut dan berdoa di dalam nama Tuhan Allah. Dan dia mempersembahkan kurban di atas altar tembaga di dalam bait suci itu. Dan Parmenio, penasehatnya, pada saat dia melihat Alexander berlutut di dalam doanya dan mempersembahkan kurban di hadapan Allah Yahwe, ia memperlihatkan perasaan yang terkejut dan takjub. Dan ketika Alexander kemudian bangkit, ia berkata bahwa di dalam sebuah mimpi sebelum dia meninggalkan Makedonia, ia telah melihat orang yang sama, imam tinggi Jaddua itu, berkata kepadanya, bahwa jika dia menyeberangi Hellespoint dengan pasukan Yunaninya, bahwa Tuhan Allah akan memberikan kemenangan terhadap seuruh Asia kepadanya. Demikian adalah sebuah kisah yang mengagumkan. Akan tetapi Alexander yang Agung datang untuk memusnahkan kota Yerusalem dengan sebuah pedang dan dengan kobaran api. Maka semua kerajaan ini, kegiatan-kegiatan mereka dan perilaku mereka mengarah kepada satu selain sifat kebinatangannya. Hal itu berdasarkan hukum kekuatan. Hal itu berdasarkan darah dan api.

 

Hal itu tidak berbeda dengan zaman sekarang. Politik internasional dihadapkan dengan yang bersangkutan dengan kekuatan. Pemerintah Amerika Serikat, sebagai contoh, dengan datar akan mengatakan bahwa ketika kita duduk pada kursi perdamaian atau komperensi tentang perdamaian dengan kekuatan kaum komunis, kita tidak dapat berurusan dengan kelemahan. Kita harus berurusan dengan kekuatan. Oleh sebab itu, pasukan kita dan angkatan laut kita, serta angkatan udara kita dan pembom-pembom kita serta cadangan bom atom kita harus dahsyat. Kalau tidak, kita tidak memiliki wewenang untuk bernegosiasi kecuali dari kekuatan. Bangsa-bangsa modern selalu berada di dalam neraca keadilan pedangnya. Hal itu tidak pernah gagal. Rusia telah menghancurkan Latvia, Esthonia, dan Lithuania. Mereka sudah tidak ada lagi. Rusia telah menghancurkan kemeredekaan rakyat Hungaria, menghancurkan pemberontakan mereka dan menahan mereka di dalam tangan besi seluruh negara di daerah Eropa Timur. Vietnam Utara terpencar dengan kekerasan dan dengan peperangan untuk memaksakan kemauan kerasnya kepada orang-orang di bagian Selatan. Korea Utara melakukan hal yang sama kepada orang-orang di bagian selatannya. Dan minggu ini Sadat berkata bahwa alasan mengapa pasukannya tidak sedang berperang dengan Israel di zaman sekarang ini karena negara Bangladesh berperang di antara Pakistan dan India. Negara-negara bertindak antara satu sama lainnya seperti binatang – dengan pedang, dengan kemarahan, dengan kobaran api, dengan kekejaman dan dengan kekuatan. Tuhan Allah melihat kepada mereka seperti binatang dan seperti binatang mereka bertindak antara satu dengan yang lainnya. Lenin berkata, “Apa yang akan menjadi masalah jika dua pertiga populasi dunia dihancurkan, dan sepertiga lagi yang tersisa adalah kaum komunis?”  Sementara ahli-ahli ilmu agama berdebat apakah neraka benar-benar merupakan danau api, negara adi daya di dunia ini mencadangkan bom-bom nereka mereka untuk dijatuhkan terhadap kemanusiaan yang sedang menderita.

 

Demikianlah gambaran dari dunia tersebut. Apakah gerangan artinya? Ketika kita membacanya, apakah yang menjadi pesan untuk kita? Lautan kemanusiaan yang marah itu dan kekuatan-kekuatan adidaya ini yang naik dari dalam laut yang berhadapan dengan darah dan perang dan kekuatan, gambaran yang menakutkan ini, apakah artinya? Bagaimana dengan masa yang akan datang? Apakah masa depan dari negara kita? Apakah masa mendatang dari negara-negara di dunia ini? Apakah yang menjadi masa depan dari bangsa kita serta bangsa-bangsa di dunia ini? Dari hal-hal yang agung ini, kerumunan kemanusiaan yang bergejolak dari negara-negara ini bangkit. Bagaimanakah masa depan itu? Apakah baik? Apakah buruk? Apakah hal tersebut mengisyaratkan kejahatan serta kehancuran? Apakah laut yang bergelora itu Is that raging sea di dalam lemparak kelahiran ataukah hal itu berada di dalam perjuangan atas kematian? Apa? Sekarang, ketika seseorang menulis, dan ketika seseorang melihat dan ketika para ahli sejarah dari dunia ini – tanpa adanya penyingkapan serta inspirasi dari langit – ketika mereka melihat, apa yang dapat mereka lihat adalah lautan di dalam kegaduhannya yang menggemparkan dan bangsa-bangsa yang naik bersama-sama dengannya. Kitab Wahyu sosial yang agung yang meledak dan bergejolak – hanya sedemikian yang dapat dilihatnya. Demikianlah yang dapat dilihatnya di masa yang lalu. Dan sejauh mana ia dapat melihat masa depan, tidak ada apa-apa di sana kecuali kegaduhan dan penderitaan yang sama. Ada kemarahan di sana. Ada penderitaan di sana. Ada peperangan di sana. Ada kekejaman di sana. Ada pertentangan di sana. Hanya demikian yang dapat dilihatnya.

 

Akan tetapi Daniel berkata – dia berkata,

 

“Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaianNya putih seperti salju dan rambutNya bersih seperti bulu domba, kursiNya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapanNya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri d hadapanNya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab. Aku terus melihatnya, karena perkataan sombong yang diucapkan tanduk itu; aku terus melihatnya, sampai binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan kedalam api yang membakar. Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut, dan jangka hidup mereka juga ditentukan sampai pada waktu dan saatnya. Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa kehadapanNya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.  

[Daniel 7:9-14]. 

 

Di atas dan melampaui siksaan lautan kemanusiaan yang mengamuk, Daniel melihat takhta dari Allah yang Hidup. Dan datang ke hadapan takhta itu, ia melihat anak manusia yang menerima kerajaan yang kekal, tidak akan lenyap dan tidak akan pernah musnah. Jadi, ketika saya membaca ayat-ayat ini, saya melihat bahwa kerajaan-kerajaan serta kekaisaran-kekaisaran binatang buas ini berlangsung terus hanya sepanjang Tuhan mengatakan mereka akan berlanjut terus. Dan mereka ada hanya sepanjang Tuhan berkata bahwa mereka itu ada. “Aku terus melihatnya, sampai binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan kedalam api yang membakar. Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut, dan jangka hidup mereka juga ditentukan sampai pada waktu dan saatnya.” Saya tidak dapat mengikuti ke dalam pemahaman akan hal tersebut. Mengapa Tuhan memperbolehkannya? Demikianlah rahasia ketidakadilan yang ditunjuk oleh Paulus di dalam Surat untuk Jemaat di Tessalonika yang kedua, pasal yang kedua dan ayatnya yang kedua. Kita tidak disingkapkan, hal itu tidak dinyatakan kepada kita, rahasia ketidakadilan itu. Mengapa Tuhan memperbolehkan bangsa-bangsa ini bertindak demikian kejamnya, begitu sembarangan, begitu haus akan darah, begitu memaksa? Mengapa Tuhan memperbolehkan mereka menyapu bersih terhadap bumi ini dan membawakan penyiksaan dan ketakutan yang tak terceritakan serta penderitaan kepada umat manusia? Kepada kita tidak diberitahukan. Kita hanya diberitahu bahwa kasih karunia Tuhan, ketika Roh Allah memikirkan wajah-wajah yang begitu mendalam, dan membawa tatanan dari kegaduhan; di dalam kitab Kejadian pasal yang pertama dan ayatnya yang kedua. Jadi kehendak kuasa Tuhan memikirkan terhadap lautan umat manusia – perairan samudera umat manusia yang besar – dan Tuhan sedang mempersiapkan serta bekerja kearah penyempurnaan yang agung, ketika kerajaan dari bumu akan menjadi milik dari kerajaan Kristus. Dan Dia akan memerintah dunia tanpa akhir. Maka bangsa-bangsa binatang buas tersebut, yang naik dari laut yang bergejolak itu,  mereka akan berlanjut terus ketika Tuhan berkata demikian. Dan mereka diperbolehkan melakukan sedemikian banyak karena diizinkan Tuhan dan tidak ada yang lain. Akhir dari mereka bukan apa yang mereka pilih ataupun apa yang mereka suka.

 

Apakah saudara-saudara sekalian soneta yang terkenal dari Shelley yang berjudul “Ozymandias”?  Dengarkanlah pada soneta itu.

 

Aku berjumpa dengan pengelana dari negeri antik
Yang berkata: “Dua kaki batu yang luas dan tanpa tubuh
Berdiri di padang gurun. Dekat dengan mereka, di atas pasir,
Setengah tenggelam, wajah yang hancur tergeletak, yang merengut,
dan bibir yang mengkerut serta senyum perintah yang dingin,
Mengatakan pemahatnya yang dibaca penderitaan itu baik
Yang meskipun belum bertahan, diberi tanda pada hal yang tak bernyawa,
Tangan yang mengolok-olok mereka dan hati yang memberi makan.
Dan di atas alas kata-kata ini muncul -
"Namaku Ozymandias, raja dari segala raja:
Lihatlah pada karyaku, engkau yang Perkasa, dan menderitalah!"
Tiada di samping yang tersisa. Di sekeliling reruntuhan
Dari puing yang besar, tanpa batas dan hampa
Pasir yang sendiri dan rata terserak jauh.'  

 

[Percy Bysshe Shelly, “Ozymandias”].  

 

Bangsa-bangsa serta kerajaan-kerajaan dan kekaisaran-kekaisaran ini hanya ada karena Tuhan telah mengatakannya. Mereka hanya akan berakhir ketika Tuhan mengatakannya. Mereka hanya akan berlanjut terus sehubungan dengan kehendak memperbolehkan Tuhan. Dan adalah Tuhan Allah yang memandu takdir mereka kepada kehendak penyempurnaan apapun juga yang sesuai dengan rencana induk Tuhan. Mereka tidak memilih untuk diri mereka sendiri. Tidak dengan apa yang mereka suka. Tidak dengan apa yang mereka pilih, akan tetapi seperti yang disuka Tuhan dan seperti yang dipilih oleh Tuhan. Para penguasa dan raja dari semesta alam ini bukanlah kekaisaran itu dan bukan pula pada negara itu, dan bukan pada kerajaan itu, akan tetapi pada Tuhan itu sendiri.

 

Satu hal lagi. Apakah artinya kepada kita secara pribadi, secara individu? Bagi saudara-saudara? Bagi kita semua? Apakah gerangan artinya? Kita juga berada di laut yang mengamuk itu. Kita berada di dalam planet ini. Kita mengendarainya. Kita akan dikuburkan di dalam planet ini jika Tuhan menunda kedatangan-Nya. Kita tidak dapat membubarkan diri kita sendiri dari keluarga manusia serta dari umat manusia. Ada lautan yang sedang mengamuk yang menyiksa serta melemparkan kita. dan semua kita menghadapinya – jika tidak pada hari ini, kemudian keesokan hari. Ada kehancuran, ada disintegrasi dan ada era serta ada umur yang sudah uzur, dan ada kejahatan, serta ada kematian, dan ada pemakaman. Dan semuanya kita bersama-sama di dalam penyiksaan tersebut. Ketika kita melihat ke depan dan melihat penyiksaan dari laut yang gaduh itu kedalah kehidupan kita yang mana hidup kita telah dilemparkan serta dijaring, apakah gerangan artinya untuk kita? Kepada orang-orang yang tidak percaya, kepada kaum agnotis, kepada kaum kafir, kepada mereka yang menolak Kristus? Apa yang dapat dilihatnya adalah kemarahan dari lautan yang mengerikan tersebut, roman muka dari musuh yang terakhir, kematian. Semua yang dihadapinya adalah kecurangan, serta kehancuran dan kuburan. Kegelapan serta malam, itulah semua yang diberikan kepadanya. Hanya penyiksaan yang dengan kemarahan dari suau masa depan yang tidak pasti dan kelam. Apakah gerangan artinya untuk kita ketika kita membuka mata kita? Kita tidak melihat ratapan itu, atau penyiksaan tersebut atau penderitaan tersebut, atau kecurangan tersebut atau keruntuhan itu, atau gelapnya malam itu. Tidak bagi kita yang melihat ke dalam Iman kepada Yesus. Karena bagi kita, kita melihat telah dilemparkan untuk kita dan kita lihat sebuah takhta kemurahan. Dan di atas takhta tersebut, penjelmaan Putra Allah – Raja atas langit dan Raja di atas bumi ini. Dan disekitar-Nya ada selaksa kali berlaksa-laksa orang-orang yang dibangkitkan dan dijadikan abadi, yang bertindak di dalam nama-Nya dan yang percaya atas kehadiranNya. Dan hidup kita dipenuhi dengan harapan serta kemuliaan dan optimisme dan kejayaan serta kemenangan.

 

Demikianlah caranya kitab Daniel ditutup. Dan Tuhan berkata kepada Daniel, “Tetapi engkau, pergilah sampai akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.” [Daniel 12:13].  Engkau akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman. Mengapa, Tuhan mengatakan kepada Daniel, “Engkau akan beristirahat. Engkau akan mengantuk. Akan tetapi akan ada waktu di akhirnya ketika engkau akan berdiri di atas bagianmu di dalam negeri yang kudus itu.”  Daniel adalah termasuk suku Yehuda, ia memiliki sebuah warisan. Dan di dalam hari agung yang terakhir itu, Tuhan berkata kepada Daniel, engkau akan berdiri di atas warisanmu – di atas bagianmu di dalam kerajaan suku Yehuda. Hal yang sama adalah berada di dalam hati Yusuf. Ketika Yusuf meninggal di Mesir, ia memaksa saudara-saudara kandungnya bersumpah bahwa ketika Tuhan mengunjungi mereka bahwa mereka akan membawa tulang-belulangnya kembali dke daerah warisannya di Israel dan ia akan dikebumikan di atas bagiannya, di dalam warisannya di tanah ang suci Palestina. Saudara melihat sebuah ilustrasi yang hampir sama dengannya itu dalam Westminster Abbey. Pada mulanya, Westminster Abbey, di awalnya, merupakan sebuah kapel yang sangat kecil. Dan seorang pengikut Kristus besar yang beriman raja Anglo-Saxon yang bernama Edward Sang Pengaku Iman meninggal dunia. Dan kemudian dia dikebumikan di dalam kapel tersebut. Dan teman yang yang berhati mulia berkata, “Aku ingin dikebumikan nantinya sedekat mungkin kepada Edward sang Pengaku Iman, sehingga  ketika Hari Kebangkitan datang, dan rajaku berdiri, aku akan berdiri dekat dengannya.” Dan teman bangsawan yang agung kedua berkata ketika ajal hendak menjemputnya, “Kuburkanlah aku di sisi yang satu lagi dari Edward sang Pengaku Iman, sehingga ketika rajaku berdiri di dalam Kebangkitan tersebut, aku akan berdiri di samping dia.” Dan orang-orang bangsawan lain mengatakan ketika mereka sedang sekarat, “Kuburkanlah kami sedekat mungkin kepada Edward sang Pengaku Iman itu.” Dan kemudian sahabat-sahabat mereka yang percaya kepada Kristus juga meminta untuk dikebumikan saling dekat antara yang satu dengan yang lainnya – dan demikian, Westminster Abbey dimulai. Takdir kita dari laut yang marah itu, bukanlah salah satu dari kekalahan, dan penderitaan serta disintegrasi dan kematian dan kecurangan serta pemakaman. Kita tidak mengharapkan kegelapan dan malam serta kekalahan. Akan tetapi kita mengharapkan kepada suatu kerajaan yang tidak akan pernah berakhir, berharap kepada sebuah kekaisaran yang tidak akan pernah binasa, kepada sebuah pemerintahan yang tidak akan berkesudahan. Kita tidak mengharapkan kepada kematian dan kecurangan serta pemakaman;kita sedang mengharapkan suatu kebangkitan, serta kepada surga dan kemuliaan serta persekutuan orang-orang yang kudus dan malaikat dari langit, sekarang esok, selamanya, dunia tanpa akhir. Demikianlah pesan dari Kitab Daniel. Dan Tuhan menuliskannya untuk kita bahwa kita yang tinggal di zasa sekarang ini serta lautan lama yang marah – yang melampaui semua siksaan dan penderitaan serta gejolak dan tekanan, kita boleh melihat Takhta Allah dan Dia yang memerintah di atasnya untuk selama-lamanya. Bagaimana saudara-saudara sekalian menyukainya? Demikianlah Buku Tuhan itu. Astaga. Kita selalu bergembira. Selalu dalam pengharapan. Selalu memberikan terang. Selalu berada di dalam berkat kasih dari kehendak Allah serta kemurahan kepada kita, Tuhan telah menyediakan hal-hal yang lebih baik kepada kita.

 

Sekarang, bolehkah kita berdoa sejenak? Tuhan kami, di sini di pagi hari ini di dalam kumpulan orang yang banyak ini ada beberapa orang kepada siapa Roh Allah telah berbicara – kepada siapa Tuhan membuatkan permohonana. Dan dengan rendah hati Tuhan, di dalam kasih kemurahanMu, mereka boleh menjawab, memberikan respon, menjawab dengan hidup mereka. Sementara bangsa kita berdoa bersama, jika Tuhan mengatakan kata-kata permohonan itu kepadamu, maukah sudara-saudara menjawab? Inilah aku, Tuhan, saya telah mengambil keputuan itu sekarang. Sekeluarga, pak Pendeta, inilah istriku, inilah anak-anak kami, semuanya kami datang pada hari ini. Engkau dan pasanganmu, atau hanya engkau sendiri. Di atas balkon dan disekelilingnya, jika saudara berada di barisan yang terakhir, jika Tuhan berbicara pada hari ini, maukan saudaar menjawab? Mbillah keputusan itu di dalam hatimu, membungkuk dengan kerendahan di hadapan Tuhan. Dan sebentar lagi ketika kita berdiri untuk bernyanyi, saudara melangkah ke dalam lorong itu atau menuruni anak-anak tangga itu dan dari sini sampai ke depan sampai kepada pak Pendeta. Aku datang pada hari ini dan inilah aku. Juru Selamat kita, berkatilah permohonan ini karena hanya Tuhan yang dapat memberkatinya. Ucapan kami penuh dengan kesalahan dan lemah dan bimbang dan manusiawi. Akan tetapi Roh Kudus mengatakan Firman Tuhan. Roh Kudus, ucapkanlah kata-kata permohonana dan berikanlah kami tuaian ini untuk mana dengan rendah hati kami berdoa di dalam nama-Mu. Amen.

 

Dan sekarang, kita akan berdiri dan menyanyikan lagu kita. Dan sembari kita menyanyikannya, datanglah. Karena Tuhan akan membukakan pintu itu dan memimpin di dalam perjalanan itu, ambillah keputusan itu sekarang. Datanglah, sekarang, Sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.