RAHASIA TERAKHIR

(FINAL MYSTERIES)

 Dr. W. A. Criswell

Daniel 12:4-13

05-21-72

 

 

Kita telah sampai kepada ayat yang terakhir dari pasal yang terakhir dari Daniel. Dan khotbah ini akan menyimpulkan dan merupakan yang terakhir yang akan saya ajarkan tentang nabi negarawan itu serta penglihatan dan penyingkapan yang diberikan Tuhan kepadanya. Untuk menunjukkan sudah berapa lama waktunya, warta ini akan menjadi warta yang terakhir di dalam jild yang keempat yang mana akan dipublikasikan tahun ini. Dan mereka telah mempublikasikan satu jilid untuk setiap tahunnya. Jadi selama empat tahun penuh kita telah mempelajari – dengan beberapa jeda. Kita telah mempelajari nubuat dari Daniel. Sekarang, saya akan membacakan teksnya. Diambil dari kitab Daniel pasal yang kedua belas, ayatnya yang keempat sampai dengan ayat yang ketiga belas. Daniel dua belas, ayat keempat sampai dengan ayat yang ketiga belas.

 

Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan materaikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman, banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah. Kemudian aku, Daniel, melihat, maka tampaklah berdiri dua orang lain, seorang di tepi sungai sebelah sini dan yang lain di tepi sungai yang sebelah sana. Dan yang seorang bertanya kepada yang berpakaian lenan yang ada di sebelah atas air sungai itu; “Bilakah hal-hal yang ajaib ini akan berakhir?” Lalu kudengar orang yang berpakaian lenan, yang ada di sebelah atas air sungai itu bersumpah demi Dia yang hidup kekal, sambil mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya ke langit: “Satu masa dan dua masa dan setengah masa; dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan digenapi!” Adapun aku, memang kudengar hal itu, tetapi tidak memahaminya, lalu kutanya: “Tuanku, apakah akhir segala hal ini?” Tetapi ia menjawab: “Pergilah Daniel, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman. Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya. Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari. Berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti dan mencapai seribu tiga ratus tiga puluh lima hari. Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman. [Daniel 12:4-13]. 

 

Demikianlah menyimpulkan penglihatan tersebut, dan malaikatnya yang mengatakan: inilah akhirnya.  “Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan materaikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman.” [Daniel 12:4]. Ada dua hal yang dikatakannya di sini. Yang pertama, bahwa “hal ini menyimpulkan penglihatan tersebut.” Hal itu dimulai dalam pasal yang kesepuluh kitab Daniel dan berlangsung terus sampai kepada pasal yang kesebelas dan sekarang pasal yang kedua belas. Sudah berakhir. Gulunglah kembali gulungan tersebut. Penyingkapan itu sudah berakhir. Dan hal yang kedua adalah, “materaikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman “[Daniel 12:4]. Ada beberapa hal di dalam Alkitab dan di dlam penglihatan itu yang tidak dapat diketahui atau dipahami sampai pada kesudahan zaman. Mereka disembunyikan di dalam pemeliharaan dan di dalam kekuasaan dan di dalam rahasia Tuhan. Dan kemudian ia menambahkan, “banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah” [Daniel 12:4]. Saudara-saudara akan melihat pernyataan itu di dalam Yeremia dan di dalam Zakharia. Dan semua akan menunjukkan kepada mereka yang sangat bersungguh-sungguh dan sangat teliti dan seksama mempelajari penglihatan tersebut; akan tetapi mereka tetap tidak memahaminya. Jadi, Daniel meminta, sampai dua kali. Apa yang akan terjadi? Berapa lama hal-hal ajaib seperti ini akan berakhir? Lalu ia bertanya kembali. Apakah akhir segala hal ini – segala hal ini, hal-hal ajaib ini, perkembangan-perkembangan dalam sejarah ini? Apakah yang menjadi yang terakhir?

 

Kelihatannya, akhir dari semua itu selalu datang, walauun belum pernah sampai. Apa yang menjadi perkembangan terakhir sebelum akhir masa yang terakhir? Apakah gerangan? Dan Daniel berkata, sebagai jawaban terhadap penglihatan dari malaikat tersebut, saya mendengarnya, akan tetapi saya tidak memahaminya. Dan dua kali malaikat itu berkata kepada Daniel, “Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan materaikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman” [Daniel 12:9] dan sekali lagi, “Pergilah Daniel, sepasal firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman” [Daniel 12:13]. Kelihatannya, hal itu menjadi suatu kesedihan kepada Daniel bahwa dia tidak dapat memahaminya. Dua kali bertanya: Twice, asking:  Apakah akhir segala dari dunia ini? Keajaiban dan pertanda serta perkembangan apa yang akan menyertai kesudahan zaman, kesudahan dari sejarah umat manusia; seperti apakah gerangan nantinya? Dan pada saat malaikat itu menjawab, Daniel menuliskan: Saya mendengarnya, akan tetapi saya tidak dapat memahaminya. Dan di dalam permintaannya untuk mengetahui, dan semua kita seperti itu, apakah yang menjadi masa depan kita?  Apakah yang akan menahannya? Dan apakah pertanda dari akhir zaman? Daniel berada dalam kesedihannya, karena tidak mampu untuk memahami, telah dua kali diberitahu oleh malaikat tersebut, “Pergilah Daniel, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman.” “Pergilah Daniel, sampai dengan akhir zaman” Apa yang saudara fikirkan tentang seseorang yang seperti dia? Apa yang saudara fikirkan tentang nabi negarawan ini yang meliat malaikat iru, yang mendengar firman tentang wahyu, akan tetapi ia mengatakan: “Aku tidak dapat mengerti. Aku tidak dapat memahami. Aku menuliskan apa yang tidak kuketahui sama sekali”

 

Apa yang saudara fikirkan tentang seseorang yang seperti dia? Saya berkata bahwa yang sedemikian merupakan sejenis guru yang kita butuhkan dan yang telah kita nantikan selama ini. Seorang guru besar yang berdiri di hadapan para murid dan berkata, “Murid-muridku, saya mengaku kepada engkau bahwa engkau mengetahui sebanyak ini yang aku ketahui, yaitu tidak ada sama sekali. Aku tidak mengerti.” Kita memiliki sebuah contoh mengenai hal tersebut di dalam gambaran mengagumkan dari Yesaya di dalam pasal yang kedua puluh sembilan dari nubuatnya. 

 

Maka bagimu penglihatan dari semuanya itu seperti isi sebuah Kitab yang termeterai, apabila itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai, dan apabia kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.”   

 

 Diperlukan orang yang terpelajar tentang budaya dan pelajaran. Seorang akademisi dari sekolah-sekolah, apakah artinya semua itu? Dan ia berkata: Saya tidak tahu. Saya tidak mengerti. Dan diperlukan orang yang tidak tahu membaca dan tidak terpelajar dan penglihatan itu diberikan kepadanya: Apakah gerangan artinya? Dan ia akan menjawab “Saya tidak tahu. Saya tidak mengerti.” Bukankah hal itu ganjil? Ada orang yang dengan berbagai alasan yang hidup di dalam generasi ini, seperti hidup di dalam setiap generasi, yang dapat membangkitkan Daniel dari kematian setelah dua ribu lima ratus tahun dan berkata: Kami tahu tentang semuanya itu. Mengapa harus memahami setiap suku-kata daripadanya? Dan betapa bodohnya saudara tidak melihatnya pada saat itu. Akan tetapi nabi itu menuliskan: Saya mendengar penglihatan itu dan saya melihat malaikat itu akan tetapi saya tidak memahaminya. Apakah saudara berfikir bahwa ada kelemahan di dalam diri kita untuk mengakui ketidak-cerdasan kita serta ketidak-mampuan kita untuk memahami rahasia Tuhan serta penyingkapan dari Tuhan serta bahkan kekuatan yang mengendalikan serta menggerakkan kita di dalam jiwa kita sendiri? Apakah saudara berfikir bahwa adalah kelemahan untuk mengakui di depan Tuhan dan di depan manusia: Saya tidak melihat dan saya tidak memahaminya? Bagi saya kelihatannya bahwa yang satu itu merupakan yang paling jujur, yang paling terus terang dan yang paling bijaksana.Siapa yang kemudian mau berdiri di depan orang-orang dan malaikat-malaikat dan berkata: Mereka tidak dapat memasuki dan tidak dapat menduga rahasia di daam Tuhan dan di dalam kuasa kasih Tuhan mereka tidak dapat memasukinya. Saya tidak mengenal mereka dan saya tidak mengerti mereka.

 

Izinkan saya menyinggung tiga wilayah di dalam mana pengakuan tentang suatu ketidaktahuan kedalaman yang tidak terukur serta ketidak-pahaman serta ketidak-mengertian? Yang paling berhubungan adalah rahasia Tuhan sendiri. Tidak ada seorangpun yang begitu tidak dapat dijelaskan dan begitu tidak dapat dimengerti serta begitu membingungkan seperti Tuhan sendiri? Demikianlah kekuasaan Tuhan bahwa Dia dapat menyembunyikan sesuatu dan membuanya. Kenyataan tentang Tuhan, kebenaran tentang Tuhan, penyingkapan tentang Tuhan seperti sebuah gunung yang mana tidak seorang manusiapun sanggup memanjatnya. Dan jika kita sanggup, kita hanya berbuat tidak sopan kepadanya. Karena bagaimanapun juga kebesaran Tuhan terletak pada bagian yang tidak kecil di dalam keTuhanan-Nya – ketidak-tercapaian Tuhan oleh tangan dan pikiran dari seorang manusia. Bagaimanapun, bukan puncak dari sebuah gereja – bukan menara dari sebuah rumah yang diletakkan di sana, bukan sebagai tempat berdiri dari seseorang, akan tetapi bangkit untuk menunjuk kepada kemuliaan ketuhanan dari sang Pencipta Agung? Bagaimanapun juga, kita dapat membajak tanah kecuali langit yang berada di atas kita serta surga yang berada di atasnya tetap akan dilihat secara hormat dan untuk dilihat saja. Saudara tahu bahwa ada beberapa orang yang berfikir, “Jikalah saya mampu memahami agama, maka saya telah melakukannya. Saya telah melakukannya. Jika saja saya dapat memahaminya.” Jiwaku, agama tidak pernah dibuat untuk dimengerti oleh seorang manusia. Saudara-saudara tidak akan pernah menggolong-golongkannya. Saudara-saudara tiak akan pernah menganalisanya. Saudara tidak akan pernah mengagamakannya. Karena bagaimanapun juga, agama merupakan sebuah api untuk dialami. Agama merupakan sesuatu di dalam jiwa kita. Agama merupakan suatu kekuatan yang tidak terlihat dari langit yang dapat menahan hidup kita. Agama itu untk dirasakan. Agama itu merupakan sebuah atmosfir, bukan seperti mantel.

 

Saudara tahu, saya tidak sempurna. Saya bisa saja begitu keliru di dalam penilaian dan sensitifitas. Akan tetapi saya benar-benar percaya, jika saya memiliki sebuah pilihan dari dua hal yang berkenaan dengan pencerminan serta sensitifitas yang nyata terhadap iman kepercayaan – satu, seorang filsuf yang dingin dan telah meninggal yang bertahan dengan kategorinya yang menguraikan setiap penyingkapan Tuhan di dalam relungnya yang pantas an kemudian di dalam judul tambahannya. Jika saya memiliki suatu pilihan antara dia dengan orang tidak dapat membaca tadi yang mendapatkan api dari pada Tuhan di dalam jiwanya, yang tidak melakukan apapun kecuali berteriak dan bernyanyi serta bertepuk tangan serta bersama-sama bersukacita di surga – dari keduanya, saya fikir yang belakangan disebut merupakan orang yang benar-benar telah menemukan api surgawinya. Ia mengetahui seorang Tuhan berada di dalam jiwanya Yang merupakan kobaran api yang berkobar dan membakar habis. Saya akan berfikir dan saya mengatakan bahwa saya bisa saja keliru. Apa yang akan kupikirkan dibutuhkan orang dari gereja, dan apa dicari dan dibutuhkan oleh seluruh umat Kristen, bukanlah ahli-ahli agama dengan kategori-kategori mereka – buku-buku besar dan tebal mereka, uraian-uraian mereka serta jawaban-jawaban mereka yang tepat – akan tetapi saya berfikir apa yang dibutuhkan itu adalah pembaptisan surgawi dari api Pentakosta. Karena agama bukanlah sesuatu yang bahkan dapat didefinisikan. Agama adalah iman kepercayaan. Agama merupakan sebuah kekuatan. Sesuatu yang bergerak di dalam jiwa. Saya memilikinya. Saya meresakannya, Agama itu realita. Bagaimanapun juga, agama bukan suatu kekuatan yang besar di dalam kehidupan dan di dalam dunia ini – apakah agama tidak tak kelihatan dan tak terlihat? Rasul Paulus menutup pasal luar biasa yang keempat dari 2 Korintus: “sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal.” [2 Korintus 4:18]. Substansi yang agung, fakta dan kenyataan hidup dan waktu dan takdir yang substansial selalu tak kelihatan dan tidak terlihat.

 

Sekumpulan orang mengira bahwa isi dari kehidupan, kenyataan hidup, merupakan materi dari semesta ini, dari tanah ini, dari bumi yang padat ini. Semuanya merupakan substansi dari kehidupan. Mengapa? Mereka tidak akan keliru lebih dalam atau lebih besar lagi. Karena kekuatan besar yang menggerakkan serta mengendalikan hidup dan ciptaan Tuhan tidak dapat didefinisikan serta ditemukan. Mereka tidak kelihatan dan tidak terlihat. Hal itu seperti suatu pendekatan terhadap musim panas. Apakah gerangan artinya? Hal itu berarti bahwa planet ini yang telah dilemparkan ke dalam orbit di angkasa telah – telah berjalan sejauh sembilan puluh tiga juta mil jauhnya. Dan kemudian, berbelok dari jarak ini dari matahari yang membawa musim dingin kepada kita, hal itu kembali lagi dan menjadi lebih dekat dan lebih dekat lagi dan lebih dekat lagi. Dan sekarang, waktunya musim panas. Tangan yang tidak terlihat yang bagaimana yang dapat menjangkau sampai ke ruang angkasa menyeberangi sejauh sembilan puluh tiga mil dan menariknya kembali dari arah yang sebaliknya? Tangan apa? Kekuatan apa? Apakah ada seseorang yang pernah melihatnya? Apakah ada seseorang yang pernah menegaskannya? Apakah ada seseorang yang pernah mengkategorisasikannya? Apakah ada seseorang yang pernah menganalisanya? Hal itu tidak terukur dan misterius. Hal itu merupakan kekuatan yang menjaga agar keseluruhan semesta alam inii selalu bersama, tidak terlihat dan tak terlihat. Akan tetapi kenyataan yang membuatnya menjadi mungkin, yang membuatnya tetap aktif, demikianlah gambaran dari hidup kita.

 

Substansi yang besar, yang mengisi kenyataan di dalam hidup saudara-saudara  selalu tidak terlihat dan tak kelihatan. Selalu. Berjalan di sepanjang jalan di kota ini. Dan seperti yang saudara lakukan, mengingat kembali dasar filosofi fundamental dari Plato yang mengatakan bahwa keabadian, kenyataan, substansinya tidak kelihatan., akan tetapi berada di dalam pikiran – dari nousMereka adalah ide itu sendiri. Dan yang selainnya hanya merupakan ekspresi dari ide tersebut – kenyataan. Berjalan di sepanjang jalan di kota serta memikirkan tentang dasar filosofi Plato, yang merupakan seorang spiritualis, seorang pemikir. Lihatlah akan gedung-gedung ini. Apa gerangan mereka? Apakah gereja ini termasuk salah satu dari mereka? Apakah gedung-gedung yang berada di dalam kota ketika saudara-saudara berjalan melalui ngarai-ngarai yang besar dan melihat pada gedung-gedung besar yang seperti menara itu? Apakah gerangan mereka? Sahabatku, jika mereka tak lain dan tabukan kecuali baja dan besi serta batu dan kaca dan pipa serta material lainnya, lalu mereka tak lain dan tak bukan kecuali tumpukan sampah. Jadi apa sebenarnya mereka? Terjalin pada setiap gedung di kota ini, termasuk yang satu ini, merupakan pemikiran serta tujuan dan pikiran. Dan kenyataan merupakan tujuan yang berada di belakangnya. Dan segala bahan itu hanyalah ekspresi dari pemikiran dari dalam. Lihatlah pada kota ini. Kota ini merupakan ekspresi dari material dari pemikiran bagian dalam serta api dan arah dari – dan kemudian nama mereka – dari para kapitalis, bankir, para eksekutif asuransi, para pendeta serta jemaatnya, arsiteknya, senimannya. Hal itu hanyalah suatu ekspresi dari jiwa yang di dalam dan semangat yang di dalam dari mereka yang membangun dan menciptakannya. Dan kenyataan yang besar itu bukanlah tumpukan sampah, akan tetapi kenyataan besar itu adalah kekuatan pikiran dan hati yang tak terlihat dari orang yang menciptakannya. Gereja ini berada di dalam bentuknya dan di dalam arsiteknya, di puncak menaranya dan jendela-jendela Gothiknya, adalah suatu ekspresi dari sebuah loteng yang menjulang ke atas dari iman orang-orang yang berada pada tahun 1890, mendirikan struktur ini. Rahasia keilahian dari Tuhan – tidak terlihat dan tidak nampak – kekuatan yang menggerakkan.

 

Di bawah penutup kubur
Bunga bakung mendengar panggilan Tuhan. 
Tanpa pijarannya, begitu ganjil manisnya,
Menjawab denyut jantung yang mulai berdetak. 
Bumi terbaring begitu kelam, basah dan dingin. 
Serta menahan bau dari kuburan dan jamur. 

Akan tetapi bunga lily tidak pernah berkata,
“Oh, siapa yang akan menggulingkan batu itu pergi?” 
Ia mendengar seruan, seruan dari Tuhan. 
Dan keatas melalui rumah penjara kubur. 
Datang dari tempat pemakaman yang suram
Untuk mencari hidupnya yang sempurna untuk merekah.  

 

[sumber tidak diketahui]

 

Siapa yang melakukannya? Kekuatan dan tangan dan hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak terlihat. Rahasia Tuhan. Aku mendengarnya, akan tetapi aku tidak memahaminya.

 

Rahasia yang kedua. Penyingkapan – penglihatan yang aku dengar akan tetapi tidak kumengerti – Alkitab itu sendiri. Alkitab Tabut Perjanjian Wahyu – penyingkapan diri Tuhan. Dan selama hal itu seperti demikian, maka itu akan menjadi tempat yang kudus yang luar biasa. Dan tak seorangpun mengetahuinya atau memahaminya. Rasul Paulus menuliskan: “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samara-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” [1 Korintus 13:12].  Di dalam tugas doctoral saya, saya mengambil pelajaran tambahan. Saya mengambil satu mata pelajaran pokok dan dua mata pelajaran tambahan. Salah satu dari pelajaran tambahan itu adalah di dalam Penebusan – mempelajari penebusan melalui kitab suci – kurban darah yang mana ditemukan di Taman Eden yang berlanjut terus sampai kepada penyingkapan sampai di dalam surga kita – yang telah mencuci jubah mereka dan membuatnya menjadi putih di dalam daran Anak Domba. Dan setelah belajar selama dua tahun, saya duduk di sana di depan fakultas dan lulus ujian doctoral tentang penebusan. Dan saya tidak gagal atau membesar-besarkan atau memungkiri hati saya ketika saya mengatakan bahwa di akhir dari dua tahun masa belajar saya yang hebat – bagi saya kelihatannya bagai siang dan malam – saya sedikit mengetahui tentang penebusan daripada ketika saya pertama sekali memulainya. Bagaimana darah Kristus dapat membersihkan dosa kita semua? Bagaimana salib Kristus menyelamatkan kita dari kematian dan mendengarkannya? Saya tidak dapat mengerti akan hal tersebut. Hal itu tidak terlukiskan, hal itu merupakan milik dari penyingkapan Tuhan: “Aku mendengar, aku membaca, akan tetapi aku tidak mengerti.”

 

Kemudian saya mengajar melalui Wahyu. Beberapa di antara saudara-saudara berada di sini did lam waktu yang tujuh belas tahun dan delapan bulan itu ketika saya mengajarkan melalui Alkitab. Sampai kepada Wahyu, kitab yang terakhir dari Perjanjian Baru, saya mengajar sampai dua tahun di sepanjang kitab Wahyu. Bagian pertengahan dari kitab Wahyu merupakan bagian yang paling sukar untuk saya – sangat sukar. Saya belum pernah diperkenalkan kepadanya. Saya belum pernah mempelajarinya – tidak pernah – tidak pernah saya duduk di bawah seorang gurupun atau mendengar seseorang yang telah mempelajarinya. Kitab itu merupakan hal yang baru untuk saya. Dan ketika saya belajar melalui pasal-pasal pertengahan dari kitab wahyu, saya fikir, sekarang saya sampai kepada pasal yang menyimpulkannya, ketika saya sampai kepada Kitab Wahyu pasal yang ke dua puluh satu dan dua puluh dua – surga yang baru dan dunia yang baru, dan wahyu menunjuk kepada millennium yang baru – ketika saya sampai di sana, saya fakir bahwa hal itu akan menjadi mudah. Akaqn menjadi begitu mulia. Hal itu hanya akan menjadi seperti makanan penutup setelah jamuan makan yang lama. Ketika saya sampai kepada kitab Wahyu yang terakhir, saya bukan hanya mengetahui bahwa pasal itu lebih sukar, akan tetapi – setelah mempelajarinya serta membaca serta berdoa dan berusaha keras semampu saya untuk memahaminya – saya menutup Alkitab itu dan mengajarkan khotbah yang terakhir dengan pertanyaan-pertanyaan yang saya tidak menemukan jawaban untuknya. Jawabannya tersembunyi di dalam keilahian yang tak terukur dari kehendak Tuhan. Saya mendengar, saya membaca akan tetapi saya tidak dapat memahaminya. Rahasia dari Alkitab itu sendiri.

 

Yang ketiga, rahasia ketidakadilan. Yaitu ekspresi yang digunakan oleh Paulus di dalam surat 2 Tessalonika dalam pasal yang kedua – rahasia ketidakadilan. Mengapa Tuhan berdiri kelihatan seperti tidak mempan terhadap penderitaan dan dukacita serta kekejaman dan darah serta perang? Mengapa Tuhan berdiri kelihatan seperti tidak dapat digerakkan dan kejayaan Iblis? Iblis telah merayakan hari peringatannya. Iblis memiliki kemenangannya. Di dalam teks di sini dikatakan: “kebencian yang membuat yang telah binasa akan disusun, ketika kurban sehari-hari dihentikan” [Daniel 12:11]. Ah, kekuasaan iblis. Musuh akan mendatangi setiap pintu dari tempat yang kudus dan ia membawa pergi api dari altar dan tidak meninggalkan apa-apa kecuali rasa dingin, kematian dan debu yang berwarna putih. Tuhan berdiri menanti. Dan bukan hanya itu saja, akan tetapi di dalam pasal ke dua puluh dari kitab Wahyu, turun dari langit seorang malaikat yang kuat menangkap Iblis dan mengikatnya dengan belenggu dan melemparkannya ke dalam lubang sempit yang tidak berdasar selama seribu tahun. Sekarang, ayat yang berikutnya: “Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, iblis akan dilepaskan dari penjaranya” [Wahyu 20:7]. Mengapa? Ia yang memiliki kekuasaan atas penyakit atau kegelapan serta penjara bawah tanah dan kematian, ia yang memiliki kekuasaan atas kesia-siaan, mengapa Tuhan melepaskannya? Mengikatnya serta melemparkannya di dalam lubang itu, mengapa Tuhan tidak meletakkan kaki-Nya ke atas lehernya dan tetap mengikatnya untuk selamanya? Ayat yang berikutnya: “dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi” [Wahyu 20:8]. Rahasia ketidak-adilan. Demikianlah mengapa saya meminta saudara untuk membaca pasal yang kesepuluh dari kitab Wahyu pagi hari ini di dalam ayat kitab suci kita. Karena waktunya telah tiba ketika kesabaran rahasia Tuhan telah sampai pada kesudahan zaman. Dan demikian menyimpulkan kitab Daniel. “Aku mendengar, akan tetapi aku tidak dapat memahaminya. Dan ketika aku bertanya, “Apakah yang menjadi akhir dari hal ini?” [Daniel 12:8] Tuhan berkata kepada Daniel sebanyak dua kali, “Pergilah Daniel, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman” [Daniel 12:9]. . . . “Berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti dan mencapai seribu tiga ratus tiga puluh lima hari. Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman” [Daniel 12:12, 13]. 

 

Ada empat hal di sini yang telahh dikatakan Tuhan di dalam syukuran, berkat pujian dari Daniel. Yang pertama, adalah kata reassurance-penenteraman hati.  “Daniel, tidak merasa takut.  Daniel, merasa tenang.  Daniel, menyerahkannya di dalam tangan-Ku. Karena seluruh takdir dari umat manusia, seluruh penciptaan berada di dalam kehendak kuasa-Ku.  Daniel, beristirahat. Tenang.” Dan Tuhan mengatakannya kepadaku. Tuhan mengatakannya kepada gereja-Nya. Tuhan mengatakannya kepada generasi itu. Tuhan mengatakannya kepada seluruh dunia dan dunia-dunia lain. Beristirahat di dalam penjaminan. Hal yang seperti ini menemukan alasan mereka serta penjelasan mereka walaupun kita tidak memahaminya. Mengapa, lihatlah. “Berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti dan mencapai seribu tiga ratus tiga puluh lima hari.” Lalu kemudian tepat diatasnya: “Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari.” Apakah gerangan artinya? Tidak seorangpun yang tahu. Tidak seorangpun yang akan tahu sampai waktu akhir dan penggenapannya. Hanya ini dan penenteraman hati: Saudara-saudaraku dan rekan-rekan pendeta, segala hal yang dapat diekspresikan di dalam zaman bersifat sementara. Hal itu bukanlah suatu kejayaan yang terakhir. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan kepada malaikat-jemaat di Smirna, “Jangan takut terhadap apa yang akan engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. [Wahyu 2:10]. Segala sesuatu yang diekspresikan di dalam hari-hari adalah bersifat sementara dan akan segera berlalu. Sebuah firman tentang ketenteraman hati.

 

Adalah kata tentang kelepasan-release. “Tetapi pergilah engkau sampai pada akhirnya.” Bukankah hal tersebut kedengaran seperti suatu nunc dimittis? Lalu para hamba itu pergi. Zakharia berkata, “Dimanakah para leluhur dan nabi yang terdahulu? Bukankah mereka semua telah meninggal?” Panggilan yang terakhir datang terakhir dan tidak terelakkan lagi. Daniel adalah lima yang terakhir dan berusia sembilan puluh tahun. Dan setelah menyelesaikan tugasnya dan melaksanakan pekerjaannya, Tuhan mengizinkan hamba-Nya untuk beristirahat di dalam iman kepercayaan. Dan betapa baiknya Tuhan melakukannya. Tuhan tidak membubarkan dia walaupun dia adalah anjing yang melanggar perbatasan. Akan tetapi, lebih baik, dengan tenang, dengan hati yang susah: “Pergilah kesana, negarawan Daniel, sampai pada akhirnya tiba.” Dan kemudian sebuah firman tentang beristirahat: “Karena engkau akan beristirahat.” Dan pada akhirnya, sebuah kata recompense-balas jasa: “Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.” Bukankah aneh meletakkannya bersama-sama?  “Karena engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.” Apakah gerangan artinya? Bagianmu? Mengapa hal itu mengacu kepada kepemilikan Tanah Kanaan oleh bangsa terpilih Tuhan, bangsa Israel. Di zaman Joshua, ketika mereka menyeberangi sungai Yordan, mereka masuk dan setiap suku menerima warisannya di Tanah Yang Dijanjikan berdasarkan bagiannya. Dan setiap keluarga dari setiap suku akan menerima warisannya berdasarkan bagiannya di Tanah Yang Dijanjikan itu. Dan malaikat itu berkata kepada Daniel, “Akan ada pemulihan terhadap Israel. Negeri itu akan menjadi milik mereka.” Dan pada akhir penyempurnaan, pada hari yang terakhir, bangsa Tuhan, Israel akan berada di negeri mereka. Dan setiap orang akan berdiri di atas bagiannya. Yehuda akan mendapatkan bagiannya. Efraim akan medapatkan bagiannya. Setiap suku akan mendapatkan warisannya. Dan setiap keluarga akan mendapatkan bagiannya. Seperti yang telah dikatakan oleh Mikha, setiap orang akan duduk di bawah kebun anggur dan di bawah pohon cemaranya. Dan tidak seorangpun yang membuat mereka ketakutan. Dan Daniel, yang termasuk pada suku Yehuda, di suatu tempat di Yehuda, ada sebuah taman yang kecil, sebuah ruang, sebidang tanah, satu kapling, dan itu akan menjadi milik Daniel untuk selama-lamanya. Tuhan telah mengatakannya demikian. Apakah saudara-saudara percaya akan hal itu? Tuhan telah berkata demikian. Rahasia keilahian Tuhan. “Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.”

 

Apakah di sana ada bagian untuk kita? Apakah ada warisan untuk kita? Seperti Joshua yang mendapat bagian dan dipisahkan oleh bagiannya di dalam warisan dari keluarga Tuhan, Joshua kita – karena Yesus adalah Joshua; Joshua di dalam bahasa Ibrani adalah Yesus di dalam bahasa Yunani - Joshua kita suatu hari nanti akan membagi dengan kita warisan kita di taman paradiso di surga. Di sini kita mendapatkan bagian yang begitu kecilnya. Hanya sebidang ruang yang cukup besar untuk menampung tubuh kita dan hanya itu. Akan tetapi jalan masuk kita kepada kemuliaan akan besar dan berharga. Jalan masuk itu tidak akan ada bandingan berharganya dan bersifat surgawi. Dan Tuhan akan memberikan kepada kita di sana warisan kita, membagikan seluruh penciptaan kepada orang-orang kudus-Nya yang telah menaruh kepercayaannya di dalam Dia. Berdiri di atas bidang kita, di zaman kita, dan di waktu kita. Itulah sebabnya orang-orang tua biasanya menyanyikan lagu seperti ini:

 

Di tepi sungai Yordan yang rebut aku berdiri,
dan melemparkan pandangan yang penuh keinginan
kea rah Kanaan dan negeri bahagia
dimana kepunyaanku terletak. 

Aku terikat kepada negeri yang dijanjikan,
Aku terikat kepada negeri yang dijanjikan.
Oh,siapakah yang akan datang dan pergi bersama-sama denganku?
Aku terikat kepada negeri yang dijanjikan. 

 

[Samuel Stennett, “Negeri Yang Dijanjikan”]. 

 

Warisan kekal Tuhan, dipersiapkan, dijaga untuk kita, ketika kita akan berdiri di atas bidang kita di akhir dari jalan itu. 

 

Sebentar lagi kita akan berdiri untuk menyanyikan himne permohonan kita. Dan di dalam balkon dan di sekelilingnya, di lantai yang lebih rendah ini, engkau – engkau dan keluargamu, berpasangan, atau hanya engkau sendirian, berikanlah hatimu kepada Tuhan. Saya boleh saja tidak memahami, akan tetapi saya percaya. Saya boleh saja tidak memiliki seluruh jawaban, akan tetapi Dia memilikinya. Saya boleh saja tidak memiliki kekuatan itu, akan tetapi Dia memilikinya. Dan saya akan menyerahkan diri saya sendiri kepada kasih yang murah hati dan lembut daripada Tuhan, dan saya akan datang. Engkau dan seluruh anggota keluargamu. Pendeta, istriku, anak-anakku, semua kami datang pada hari ini – memberikan hidup kami di dalam persekutuan gereja yang terkasih ini, memberikan hatimu di dalam iman kepercayaab kepada Kristus, hanya dengan mempercayai-Nya. Bukankah itu merupakan Injil? Lihatlah dan hiduplah. Percaya dan akan diselamatkan. Cucilah maka akan menjadi bersih. Penuh kepercayaan, mempercayai, menerima – dan inilah aku datang. Pada nada yang pertama di bait yang pertama, lakukanlah sekarang juga. Datanglah sekarang juga, ambillah keputusan itu di dalam hatimu sekarang juga. Dan sebentar lagi, ketika kita berdiri untuk bernyanyi, berdirilah dan menuruni anak-anak tangga ini – atau masuk ke dalam lorong ini dari sini sampai ke depan. Inilah aku, pak Pendeta, Aku datang sekarang. Pada nada yang pertama dari bait yang pertama, lakukanlah. Datanglah. Jawablah dengan hidupmu, sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.