PEMBUANGAN DI BABEL

(THE BABYLONIAN CAPTIVITY)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Daniel 1:1

09-19-96

 

 

Saya mengingatkan saudara bahwa saudara berhutang banyak penghormatan kepada saya. (suara tertawa). Astaga, saya merasa begitu senang sekali.

 

Sebelum kita mulai pelajaran kita tentang Pembuangan di Babel, saya menggunakan waktu cukup lama untuk menuliskan dua kalimat untuk membentuk pendahuluan ini. Kalimat-kalimat itu adalah: Kisah alkitabiah tersebut diselesaikan dan dipenuhi dengan banyaknya perincian, akan tetapi Tuhan Allah memiliki berkat untuk kita yang meluangkan waktu dan bersabar untuk melihat padanya serta mendapatkan manfaat daripadanya. Dan kalimat yang kedua adalah: Pembaca yang biasa dapat dilelahkan dengan rincian-rincian waktu, akan tetapi Alkitab itu diinspirasikan dan jika kita meluangkan waktu sejenak untuk membacanya, maka pelajaran yang abadi akan diberikan kepada jiwa kita.

 

Maka, ketika masuk pada sebuah studi seperti ini, semuanya sangat berdasarkan waktu. Sangat didasari oleh waktu. Hampir tidak seorangpun yang bahkan pernah melihat padanya karena sangat melelahkan dan isinya begitu penuh dengan rincian-rincian yang sama sekali tidak menarik. Akan tetapi, Tuhan Allah menginspirasinya dan Tuhan membuat semua itu dituliskan di dalam kitab ini dan kita akan menjadi salah satu dari sedikit yang membaca kitab tersebut karena Tuhan Allah menginginkan kita untuk melakukannya.

 

Kita akan kembali 2.600 tahun kepada kerajaan Asyur, Babilonia, Persia dan Mesir. Sampai dengan sekarang, nama-nama berikut ini sudah cukup populer untuk kita: Musa, Samuel, Daniel, Daud, Salomo, Hizkia, Yunus, Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel. Mereka telah diperkenalkan kepada kita sejak kita masih kanak-kanak.

 

Tetapi, Alkitab juga memberikan waktu perkenalan terhadap Sargon, Sanherib, Esarhadon, Tiglath-Pileser, Shalmaneser, Maradat-Paladin, Nabopolassar, Nabonidus, Belsyazar, Darius dan Koresy kepada kita. Walaupun demikian, di seluruh dunia yang teramat besar ini, nama-nama tersebut tidak dikenal dan tidak penting.

 

Sekarang ketika kita kembali kepada kisah tentang Pembuangan ke Babel, kata-kata ini merupakan ciri khas dari dari kesedihan dan penderitaan yang luar biasa yang dihasilkan dari kehancuran yang tragis, kehancuran dari sebuah bangsa, kehancuran dari sebuah kota dan tembok-tembok penahannya, kehancuran dari sebuah Bait Suci dan perampokan sebuah kota yang mengerikan, yang dilakukan oleh pasukan asing yang menghancurkan perbatasan mereka.

 

Seandainya saya boleh membuat sebuah pengamatan tanpa kelihatan seperti sedang melakukannya – tanpa pemikiran tentang kebaikan, ketika para pasukan tersebut melimpahi sebuah kota, hal yang pertama mereka perbuat adalah menahan seluruh wanita dan anak-anak gadis, mencabik - cabik pakaian mereka dan memperkosa mereka. Begitulah yang akan saudara-saudara sekalian persaksikan di dalam sebuah tragedi dari apa yang sedang kita bicarakan hari ini.

 

Jadi Mazmur ini hanya merupakan pencerminan dari jiwa mereka yang menderita kesedihan itu yang kewalahan dan dimasukkan ke dalam perbudakan. Bukalah Kitab Mazmur Pasal yang ke seratus tiga puluh tujuh:

 

Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian , dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!” Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku! Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku! 

 

Hal ini begitu dicerminkan dari sakit hati dan penderitaan yang tak terperihkan itu, yang diderita oleh orang-orang terkasih yang kewalahan menghadapi paukan bangsa Kasdim itu.

 

Pada tahun 722, Sargon, menaklukkan dan menghancurkan kerajaan sepuluh suku Israel yang dari utara itu. Lalu Sargon meninggikan prestise kerajaan Asyur kepada suatu tempat yang lebih tinggi lagi. Akan tetapi ia mengalami kegagalan di dalam sebuah perang dan meninggalkan kekuasaan barunya kepada puteranya, Sanherib. Sargonlah yang membuat kota Niniwe menjadi kota yang termasyhur di zaman dahulu, yang terletak di sisi sebelah Timur sungai Tigris.

 

Maka di bawah pemerintahan Sanherib, putra dari Sargon, bangsa Asyur perlahan-lahan mendekat kepada Yehuda. Nabi Yesaya berjalan telanjang dan tidak berkasut di jalanan kota Yerusalem selama tiga tahun penuh lamanya sesuai dengan perintah Allah, sebagai sebuah pertanda bahwa bangsa Asyur akan datang. Kita dapat membacanya di dalam kitab Yesaya 20: 2 - 3.

 

Jadi, Tuhan telah memanggil bangsa Kasdim, dan sebelum mereka dipanggil, ada bangsa Asyur. Di dalam kitab Yesaya 10: 5, ia menunjukkan dan berkata: “Asyur menjadi cambuk murkaKu dan yang menjadi tongkat amarahKu.”

 

Baiklah, kita telah sampai pada kisah penghancuran dan pembuangan bangsa itu. Tuhan Allah kembali memperingatkan kita, dan lagi, dan lagi dan lagi. Hukuman tidak dijatuhkan tanpa diduga dan tanpa pemberitahuan. Bahkan dalam palu penjatuhan hukuman telah diketukkan, Tuhan Allah masih memberikan waktu dan tempat terhadap sebuah pertobatan. 

Tidak pernah ada kata terlambat untuk kembali menjadi benar dengan Tuhan. Jika saja kita menyesal, maka Tuhan Allah menyesal. Bukankah hal yang sedemikian yang saudara-saudara sekalian baca di dalam kitab Yunus? Ketika orang-orang di kota Niniwe bertobat, maka Tuhan Allah menyesal.

 

Dari debu dan reruntuhan sebuah penghancuran, Tuhan, dalam berkat dan kasih kemurahan, menaikkan seseorang yang berhati mulia dan murni untuk melakukan kehendakNya di muka bumi ini. Kehendak Allah tidak pernah gagal. Setiap sedu sedan serta air mata dan kepedihan dimaksudkan menuju ke arah kehendak utamaNya di muka bumi ini: Rancangan Tuhan untuk berkat dan keselamatan kita.

 

Maka, sejenak kita melihat pada peringatan Tuhan Allah kepada bangsa Yehuda. Yang pertama, contoh dari 10 suku Israel dari utara: pemujaan terhadap berhala di Israel merajalela di bawah pemerintaah Yerobeam, pemimpin mereka yang pertama. Dan peristiwa itu membawa kembali kepada kenangan atas patung anak sapi di Bethel dan di Dan.  

 

Dalam kitab Hosea 4: 17 berkata: - mengutip Tuhan: “Efraim bersekutu dengan berhala-berhala, biarkanlah dia! Aku sudah mencoba dan mencoba. Aku meninggalkannya di dalam tangan penghakiman.”

 

Maka, Tiglath-Pileser membuat Israel di bawah penjajahan. Syalmaneser mengepung kota Samaria. Dan Sargon menghancurkan kerajaan dari utara dan kesepuluh suku tersebut dikeluarkan dari seluruh Asyur dan dari seluruh dunia.

 

Bangsa Asyur, seperti yang saya katakan, perlahan-lahan bergerak mendekati Yehuda. Ketika Sargon mengalami kekalahan di suatu peperangan, ia meninggalkan kerajaannya kepada putranya Sanherib. Dan Sanherib menyerbu Yehuda ketika Yehuda berada di bawah pemerintahan raja Hizkia, seorang raja yang baik. Dan Yehuda kemudian diselamatkan. Sebagai pemeliharaan dengan Yesaya dan raja yang baik Hizkia, Yehuda diselamatkan oleh seorang malaikat Tuhan.

 

Apakah saudara-saudara sekalian mengingat kisah tersebut? Ia mengabaikan pasukan dari bangsa Asyur di malam hari – seorang malaikat Tuhan – serta menghancurkan sebanyak 185.000 orang tentara bangsa Asyur. Demikianlah kebaikan Tuhan Allah kepada raja Hizkia. Di dalam catatan tentang Zakaria, tabung-tabung tanah liat yang digali di Syria, dikatakan bahwa Sanherib membawa sebanyak 200.000 orang tawanan dari Yehuda.

 

Sekarang, putra dari Hizkia, Manasye, menerima posisinya dalam pemujaan berhala yang kotor. Hizkia merupakan seorang yang baik, seorang raja yang mengagumkan. Akan tetapi, putranya Manasye, sangat menyedihkan. Dan bangsa Asyur menangkap Manasye dan membawanya pergi, di dalam rasa malu, ke salah satu propinsi mereka, Babilon.

 

Sekarang, Manasye dibebaskan karena penyesalannya. Tetapi, karena dosa-dosa yang telah dilakukan oleh Manasye, Tuhan Allah menolak untuk mengampuni Yehuda.

           

Di bawah seorang pemimpin yang lemah, Asyurbanipal, bangsa Asyur dihancurkan pada tahun 612 SM. Akan tetapi, kota Babilon mengambil tempat kota Ninewe – para Kasdim. Di dalam kitab Habakuk 1:12 mengatakan bangsa Asyur sebagai “ditetapkan untuk penghukuman” dan “ditentukan untuk disiksa.”

 

Kebangkitan dari kerajaan Babilonia terhadap kejatuhan dari bangsa Asyur, sama cepatnya dengan kematiannya ketika misi mereka untuk menghukum bangsa Tuhan telah selesai dilaksanakan. Maka, kita menyinggung tentang nubuat yang berterus terang dari nabi Yesaya dan nabi Mikha. Kota Babel di jadikan sebuah kota dari namanya sekitar 100 tahun sebelum kota itu dibuat menjadi ada. Di dalam kitab Yesaya 39: 6 dan 7, kepadanya telah diberitahu bahwa mereka akan di buang ke Babel dan oleh karenanya putra-putra mereka akan dijadikan sebagai sida-sida di dalam istana.

 

Dan saudara ingat, ketika Daniel dan ketiga sahabatnya di bawa ke Babel dan lalu mereka kemudian dikebiri. Mereka telah dilemahkan. Mereka dijadikan sebagai sida-sida. Dan begitulah sebagian dari hukuman Allah.

 

Dan nabi Yeremia, kemudian, di dalam Pasal yang kedua puluh lima dari nubuatnya, berbicara tentang fakta, bahwa Babel akan berdaulat di atas Yehuda sampai tujuh puluh tahun lamanya. Dan kita akan melihat kepada masa tujuh puluh tahun tersebut dan beberapa hal yang dihasilkan pada masa tersebut.

 

Jadi, kita berbicara tentang hukuman Allah Yang Maha Kuasa yang tidak dapat dielakkan lagi. Dan saudara-saudara sekalian lihatlah padanya. Ada kebangkitan yang dahsyat pada suku Yehuda di bawah pemerintahan Yosia. Dan selama masa-masa terakhir dari pemerintahannya, kerajaan Asyur dihancurkan.

 

Lalu kemudian Yehuda menyongsong masa depannya yang keemasan. Tangan Allah dan berkat daripada Tuhan ada pada bangsa itu. Tetapi, walaupun terjadi kebangkitan rohani di bawah pemerintahan Yosia, ataupun kekalahan dari kerajaan Asyur tidak membuat suatu pengaruh yang tetap terhadap bangsa Yehuda.

 

Raja-raja penyembah berhala meniadakan pengaruh spiritual raja Yosia. Dan kaum Kasdim dari kerajaan Babilonia mengambil tempat dari kerajaan Asyur. Dan Nebukadnezar, salah satu pemimpin yang paling berkuasa dan otoriter, mengangkat kebijakan-kebijakan yang sama terhadap pemindahan seluruh penduduk yang ditemukan serta didirikan oleh raja-raja Asyur dan hanya mengikuti di bel;akangnya.

 

Bagi Nebukadnezar, pembuangan memiliki dua arti: yang pertama, tidak akan ada lagi pemberontakan di Yehuda. Karena Yehuda sudah dihancurkan untuk selama-lamanya … sampai pada tanggal empat belas bulan Mei tahun 1948. Yehuda sudah dihancurkan selama-lamanya.

 

Dan yang kedua: pembuangan itu memasok tukang-tukang yang terampil untuk sang raja, beserta dengan para tukang tangan untuk pelaksanaan pembangunan kota yang gemerlap di Babilon, begitulah yang ditujunya. Dan jumlah dari para budak pekerja itu sangat banyak. Jumlah yang memberikan suatu kemampuan untuk melakukan seluruh pekerjaan yang hebat itu.

 

Di bawah pendudukan orang-orang Babilonia itu – yang mengambil tempat kaum Asyur, ada tiga kali terjadi pembuangan. Pembuangan yang pertama terjadi pada tahun 605 SM, pada saat Daniel dan saudara-saudara seimannya – Hananya, Misyael dan Azariah – ketika mereka di bawa ke dalam pembuangan, bersama dengan mereka terdapat anggota keluarga kerajaan lainnya dan harta kekayaan dari kerajaan. Demikianlah pembuangan yang pertama: ketika Daniel turut dibawa serta.

 

Pembuangan yang kedua terjadi pada tahun 598 SM, ketika raja Yoyakim dan keluarga kerajaan, termasuk nabi Yehezkiel, di bawa ke dalam pembuangan.

 

Dan pembuangan yang ketiga – pembuangan yang terakhir kalinya – terjadi pada tahun 587 SM. Dan bersamanya terjadi penghancuran atas Bait Suci, penghancuran terhadap kota dan penahanan total terhadap penduduk.

 

Raja Zedekia, yang akan kita jumpai sebentar lagi, melakukan pemberontakan pada tahun yang kesembilan pemerintahannya. Dan ia menyempurnakan pemusnahan yang sempurna terhadap kota dan terhadap Bait Suci tersebut.

 

Semua imam dibunuh. Putra dari Zedekia dibunuh tepat di depan kedua matanya. Dan ia di bawa ke Babilon dalam keadaan terbelenggu. Yang tertinggal di negeri tersebut  hanyalah kaum miskin dan papa dan tidak berdaya. Dan raja Nebukadnezar menempatkan seorang gubernur atas negeri tersebut yang bernama Gedalya.

 

Jadi, marilah kita melihat pada para raja dan nabi selama masa yang tragis itu. Ada lima orang nabi: Yeremia – yang selama beberapa kali akan kita temui, sebentar lagi – Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Zefanya dan Habakuk. Ada lima orang nabi selama masa itu. Dan keempat putra dari Yosia yang menjadi raja adalah: Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia.

 

Bangsa Yehuda tidak menyadari perubahan yang tersimpan bagi mereka menyusul kematian raja yang baik Yosia itu – raja terakhir yang baik hati dari bangsa Yehuda, Yosia. Dengan suatu keyakinan mereka mengharapkan pengganti dari raja Yosia akan meneruskan kebangunan rohani serta kebijakan tentang kemeredekaan berpolitik untuk bangsa Yehuda. Pengganti dari raja Yosia – semua dari keempat putranya – merupakan penyembah berhala dan melakukan perbuatan-perbuatan jahat di hadapan Tuhan dan membawa negeri beserta dengan penduduknya kepada puing-puing belaka.

 

Sekarang, kita akan melihat kepada keempat raja tersebut - keempat putra dari raja Yosia itu. Yang pertama, Yoahas: terhadap kematian dari Yosia, bangsa dari negeri itu mengangkat putra Yosia yang paling muda, Yoahas, dan meminyakinya sebagai raja mereka. Ia memerintah hanya selama tiga bulan saja, ia melakukan perbuatan-perbuatan jahat di hadapan Tuhan Allah, dan kemudian ia disingkirkan oleh Nekho-Firaun, yang dulunya membunuh Yosia. Nekho-Firaun menyingkirkan Yoahas dalam keadaan terbelenggu ke Mesir, dimana ia kemudian meninggal di sana.

 

Kemudian, Nekho, mengambil putra Yosia yang lain yang kemudian diberinya nama Yoyakim dan medudukkannya di atas takhta. Raja Yoyakim ini terang-terangan merupakan seorang raja yang berpihak kepada Mesir dan anti terhadap kaum Kasdim. Seperti mengapa Yoyakim disingkirkan oleh rakyat dan digantikan oleh adiknya, dan mengapa Nekho mengangkatnya menjadi seorang raja, Yoyakim memberikan upeti yang sangat besar kepada Mesir. Dan Yoyakim memerintah selaam 11 tahun di sana.

 

Ketika Yoyakim di bawa ke Mesir, di mana ia kemudian meninggal di sana, saudaranya, Yoyakhin, diangkat menjadi raja pada tahun 605 SM. Dan ditahun inilah terjadi pembuangan yang pertama itu: di bawah pemerintahan Yoyakhin, pada tahun 605 SM. Ketika kemudian Nekho dikalahkan oleh Nebukadnezar di Karkemis dan di Hamath, orang-orang Babylonia mengikutkan kekalahan bangsa Mesir di sebelah barat. Dan negeri dari bangsa Yehuda menjadi di bawah kedaulatan Babilonia.

 

Yoyakim, seperti yang dikatakan dalam 2 raja-raja 23: 37 – mengutip: “ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.” Dan setelah tiga tahun, ia memberontak menentang raja Nebukadnezar, ia menolak untuk membayar upeti kepadanya. Dan ia tidak bersandar kepada Tuhan, akan tetapi ia bersandar kepada Mesir, untuk membebaskannya, harapannya telah dikuatkan – dan itulah alasannya mengapa saudara-saudara sekalian melihat betapa banyak detil di dalam hal-hal seperti ini – pengharapannya telah dikuatkan oleh nabi palsu. Di dalam kitab Yeremia 5: 11: “sebab kaum Israel dan kaum Yehuda telah sungguh-sungguh berlaku tidak setia terhadap Aku.”

 

Saya memiliki sebuah catatan tentang nabi Yeremia. Nabi Yeremia, seorang nabi besar, menaikkan suara yang keras menentang persekutuan dengan Mesir. Kehendak Tuhan, katanya, bukan untuk memberontak terhadap kaum Babilonia. Yoyakim menjadi musuh Yeremia yang lebih sengit. Sang raja memenjarakan dia untuk menjauhkannya dari Bait Suici dan menjauhkannya dari bangsa Yehuda. Lalu kemudian nabi Yeremia mendiktekan Firman Allah terhadap bangsa Yehuda kepada Barukh, tangan kanannya.

 

Sekarang, saudara bisa melihat akan hal ini: ketika pesan dari Yeremia tersebut – pesan yang didapatkannya dari Tuhan Allah – ketika pesan tersebut diberikan kepada Yoyakim, ia mengoyakkannya, helai demi helai, dengan sebilah pisau lipat, lalu kemudian ia membuangnya, helai demi helai ke dalam api unggun di musim dingin dalam istananya. Akan tetapi nubuat tentang Yoyakim bertahan di dalam rasa malu yang akan menemuinya. Saya kutip: “Yoyakim akan dikuburkan dengan cara penguburan seekor keledai.”

 

Komentar saya, Tidak ada seorang manusiapun yang dapat tidak menghormati Firman Tuhan dan lepas dari kejatuhan dan hukuman yang akan sampai. Sekarang, hal itu benar adanya, apakah orang itu berada di dalam mimbar atau di dalam satu bangsa atau berada di dalam satu golongan agama tertentu atau berada dalam sebuah gereja atau di perguruan tinggi atau sebagai seorang pengkhotbah. Di suatu tempat, suatu waktu, akan datang penghakiman kepada mereka yang menganggap remeh atau mengabaikan atau meremehkan Firman Tuhan yang kudus. Bisa saja tidak terjadi sesegera mungkin, kemungkinan belum pada saatnya. Akan tetapi, peristiwa itu pasti datang. Kita akan melihatnya lagi, dan lagi dan lagi, di dalam penghakiman Tuhan terhadap umat manusia.

 

Pasukan Nebukadnezar yang berbaris mendekati Yehuda kembali. Kota Yerusalem telah dikepung oleh bangsa Kasdim. Akan tetapi sebelum kota itu jatuh, tiba-tiba raja Yoyakim meninggal dunia. Kemungkinan – hampir pasti – ia dibunuh. Dan putanya yang masih muda, masih berusia 18 tahun, Yoyakhin, di dudukkan atas takhtanya.

 

Di bawah pemerintahan Yoyakhin, terjadi pembuangan besar yang kedua dari Israel, lalu kemudian ditawan serta dibawa ke Babilon. Yoyakhin adalah seorang raja yang berhati jahat seperti ayahnya, Yoyakim. Setelah memerintah selama 100 hari, lebih lama sedikit dari tiga bulan, kota tersebut jatuh ke tangan bangsa Babilonia pada tahun 598 SM.

           

Dan penahanan yang penuh penderitaan yang hebat menyusul kemudian: nabi Yehezkiel merupakan salah seorang dari mereka; sang raja; ibu suri, orang-orang istana, pasukan tentara, tahanan dari negeri mereka; orang-orang terbaik di seluruh negeri dan dari istana raja – seluruhnya di bawa di dalam pembuangan yang kedua.

 

Peristiwa ini secara umum disebut dengan “pembuangan”. Disebut sebagai pembuangan karena jaraknya: karena sang raja; Yoyakhin, berada di Babel selama  37 tahun lamanya; dan karena pembuangan itu membawa benih keturunan dari pemulihan setelah pembuangan.

 

Hanya pada saat kematian Nebukadnezar, penggantinya Bel – Merudak, membebaskan Yoyakhin. Dan kenyataan dari membebaskan Yoyakhin, dituliskan dalam catatan lembaran-lembaran kuno tersebut.

 

Pada pembuangan di sana, mulai dari saat itu, melihat kepada Yoyakhin sebagai raja mereka yang sah, dan waktunya telah diperhitungkan dari pembuangan raja Yoyakhin. Misalnya, ketika nabi Yehezkiel memulai nubuat-nubuat besarnya yang panjang – kitab Yehezkiel – begitulah caranya ia memulainya – kitab Yehezkiel 1: 2 – dari pembuangan raja Yoyakhin.

 

Nabi Yeremia menuliskan pesan kepada orang-orang buangan – ia berkata: selama 70 tahun engkau akan berada di sana. Kemudian, Lalu kemudian engkau akan mendapatkan kemerdekaanmu untuk pulang ke negerimu. Maka, dirikanlah rumahmu dan buatlah kebun untuk kamu.

 

Nabi palsu berkata kepada Yoyakhin bahwa mereka akan bebas di dalam dua tahun. Akan tetapi nabi Yeremia mengatakan bahwa pembuangan itu akan berakhir setelah tujuh puluh tahun. Nabi Yeremia, di negeri Yehuda, berkeliling dengan sebuah gandar di tengkuknya, menandakan berlanjutnya pembuangan orang-orang tersebut di Babel.

 

Dan di sana ada seorang nabi palsu yang bernama Hananya. Lalu ia mematahkan gandar itu dari tengkuk Yeremia, seraya berkata bahwa bangsa itu akan dibebaskan dalam dua tahun. Lalu Yeremia menatap nabi palsu itu dan berkata, “Engkau akan segera mati.”

 

Kemudian kita sampai kepada raja yang terakhir. Ingatlah. Yoyakhin berada di Babel, di mana ia akan berada di sana selama 37 yahun. Putra keempat dari raja Yosia adalah Zedekia., sampai pada takhta ayahnya. Dan dengan dibuangnya Yoyakhin ke kota Babel menempatkan putra Yosia yang membawa kesialan kepada takhta.

 

Dan Zedekia memerintah selama 11 tahun di Yerusalem. Ia sama jahatnya dengan saudara-saudaranya. Sebelas tahun dari pemberontakan yang benar-benar matang serta korupsi membentuk karakter dari pemerintahannya.

 

Zedekia, raja yang terakhir itu, kelihatannya memiliki keinginan untuk mendengarkan Yeremia dan mencari cara untuk menyelamatkan hidupnya. Akan tetapi ia mengalah kepada pihak yang memihak kepada bangsa Mesir dan melakukan pemberontakan terhadap Nebukadnezar. Dan di dalam kitab 2 raja-raja mengatakan bahwa ia bersandar bukan kepada Tuhan Allah akan tetapi kepada bangsa Mesir.

 

Nebukadnezar bereaksi dengan cepat. Kali ini, ia menetapkan hatinya untuk mengenyahkan bangsa itu selama-lamanya. Ia diutus oleh Tuhan Allah untuk menyelesaikan hukuman tersebut. Dan pada bulan Januari tahun 588 – sudah berlangsung sejak tahun 597 - Yerusalem sudah dikepung dan sesaat lagi akan dimusnahkan.

 

Saudara-saudara sekalian telah mendengarkan nubuat dari nabi Yeremia – memang sedikit panjang. Selama pengepungan yang cukup lama itu, ia sangat menderita.  Selama bagian awal dari pengepungan itu, ia menuliskan Pasal yang ke 34 dari kitabnya. Dan selama bagian yang belakangan datang, ia menuliskan Pasal yang ke 32, 33 dan 39.

 

Ia telah didakwa atas sebuah pengkhianatan dan dimasukkan ke dalam sebuah penjara yang hina. Pada saat pengepungan berlanjut, ia dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang sempit, di mana ia dapat menjadi binasa, kalau bukan karena Ebed-Melekh, seorang sida-sida dari Ethiopia, yang menyelamatkan dia.

 

Dan detil yang kecil ini: ia ditempatkan di dalam sebuah lubang. Dan pada saat Ebed-Melekh mencari cara untuk mengeluarkannya, bencana kelaparan telah terjadi untuk beberapa lama dan mengerikan, bahwa diperlukan sebanyak 30 orang untuk mengangkatnya ke atas. Dibutuhkan sebanyak 30 orang untuk mengangkat nabi Yeremia dari lubang tersebut. Dan Tuhan Allah memberitahu Yeremia untuk mengatakan kepada Ebed-Melekh bahwa ia akan diselamatkan hidup-hidup dan akan dipelihara. Dan semua itu akan terjadi.

Baiklah, setelah sebuah satu setengah tahun pengepungan, bangsa itu mulai dilanda kelaparan – selama musim panas tahun 587 SM, sebuah akhir datang. Tembok-tembok itu dirubuhkan. Nebukadnezar telah menetapkan bahwa kota tersebut tidak akan menjadi sebuah benteng kembali dan kota itu akan menjadi sebuah tempat tanpa adanya pemberontakan di dalamnya. Bait-bait suci, rumah-rumah, dinding-dinding tersebut dirubuhkan sampai rata dengan tanah. Dan kejadian tersebut, tentu saja merupakan pembuangan yang ketiga dan yang terakhir.

 

Zedekia, raja itu, berencana untuk melarikan diri ke arah Amman, akan tetapi ia tertangkap di dekat Yeriko. Dan putra-putranya dibunuh di depan kedua matanya. Kemudian matanya sendiri dibutakan. Lalu kemudian, dalam keadaan buta dan terbelenggu, ia di bawa ke Babel untuk melayani dan untuk mati.

 

Yeremia diperlakuan dengan baik dan dalam kejayaan oleh bangsa Babilonia.

 

Sekarang, saya harus menutupnya. Adapun tujuan utama dari pelajaran kita hari ini adalah apa yang saya katakan sekarang. Ingatlah: Bangsa itu telah dihancurkan. Bait Suci itu telah dihancurkan. Semua orang masih berada di sana, di tepi sungai Babilon, menyanyikan lagu tentang keputus asaan serta kemiskinan mereka.

 

Akan tetapi ada hal yang luar biasa datang dari pembuangan ke Babel tersebut. Dosa dari manusia tidak dapat membuat kegagalan kehendak Allah.

 

#1: Bangsa Israel tidak pernah lagi menyembah kepada berhala. Sampai dengan hari ini – saudara-saudara sekalian sudah membaca Alkitab – pernah ada seekor anak sapi yang terbuat dari emas dengan Musa dan setiap generasi dari Yahudi – bangsa Israel – mereka adalah penyembah berhala. Setelah pembuangan ke Babel itu, bangsa Yahudi tidak pernah lagi menyembah kepada berhala.

 

Misalnya, jika saudara-saudara sekalian mendatangi sebuah sinagog - gereja kaum Yahudi, dapatkah saudara-saudara sekalian membayangkan sebuah patung atau sebuah berhala di dalam sebuah sinagog? Dan sinagog tersebut adalah apa yang kita sebut dengan gereja. Dapatkan saudara bayangkan sebuah berhala di bawa masuk ke dalam sebuah gereja Baptist?  Semua berhala itu sudak dihancurkan di dalam pembuangan ke Babel itu. Bangsa itu tidak pernah lagi memuja berhala.

 

#2: Pembuangan itu melahirkan sinagog tersebut. Jemaat gereja kita – terpola sesudahnya, berkumpul bersama untuk mendengar Hukum dan para nabi, kita berkumpul untuk mendengarkan Firman Tuhan juga. Orang banyak diajarkan untuk patuh kepada Firman Tuhan serta untuk berdoa dan memuji Tuhan bersama-sama. Saya tidak dapat membayangkan sebuah sinagig selain daripada yang seperti itu – sebuah gereja Baptist selain daripada yang seperti itu. Membuka Kitab Tuhan – bangsa Yahudi membaca dari Perjanjian Lama – dalil-dalil itu – dan kita membaca Perjanjian Baru serta kasih daripada Kristus.

 

Saya sudah pernah mengunjungi kuil-kuil Hindu di India: Kuil agama Hindu. Dan mereka memiliki ribuan patung – kuil-kuil tersebut dipenuhi dengan patung. Saya sudah pernah mengunjungi kelenteng-kelenteng Budha, selalu, di sana selalu ada patung dari Buddha. Saya sudah pernah mengunjungi gereja-gereja Katolik yang dipenuhi oleh patung-patung – di semua tempat dalam gereja itu. Saya tidak dapat membayangkan sebuah patung di tempatkan di daalm Gereja First Baptist Church di Dallas. Inilah yang dihasilkan dari pembuangan di Babel tersebut.

 

Sekarang, ketiga hal besar yang dihasilkan dari pembuangan ke Babel tersebut merupakan dalil-dalil dari Kitab Suci – Alkitab. Pada saat orang menangis dalam penderitaan, mereka mencari cara untuk menyenangkan mereka serta mendorong semangat dari kitab-kitab suci tersebut.

           

Mereka mengumpulkan buku-buku tentang dalil tersebut bersama-sama. Dan Ezra dipakai oleh Tuhan di dalam pembuangan itu, untuk mengumpulkan buku-buu yang mengagumkan tersebut yang mana sekarang saudara-saudara sekalian menyebutnya dengan Alkitab.

 

Saya pikir saya harus berhenti sekarang. Di dalam penyebaran bangsa tersebut, pengetahuan yang sejati tentang Tuhan Allah telah disiarkan ke seluruh permukaan bumi ini.

 

Saya mendapatkan sebuah kesimpulan: pembersihan sejarah, kadang kala berabad-abad sebelum terlihat, adalah keberhasilah berkat Kekuasaan Tuhan. Dan hal itu yang menjadi kenyataan di dalam hidup kita. Kadang kala hanya di dalam kekekalan kita akan mampu melihat keberhasilan berkat Kuasa Tuhan di dalam kehidupan kita.