BAHASA TUHAN ALLAH

(THE LANGUAGE OF GOD)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

 

Daniel 2:4

10-15-67

 

Di radio dan di televisi, anda sedang mendengarkan pelayanan dari Gereja First Baptist Church di Dallas. Ini adalah Pendeta yang membawakan warta pagi ini yang diberi judul: Bahasa Tuhan Allah.  Sebelum kita memulai khotbah ini, izinkan saya menambahkan kata-kata pribadi saya atas cinta kasih yang mendalam, serta penghargaan dan apresiasi kepada anakianak ini dan cucu-cucu dari pendeta yang termashur kita terdahulu. Anda memberikan suatu kehormatan yang luar biasa kepada kami dengan kehadiranmu. Dan juga orang tuamu dan kakek dan nenekmu, seperti apa yang telah dilakukan pendeta-pendeta kami terhadap dirimu oh, betapa banyak yang telah dibangun mereka dan pada betapa banyak kami telah berdiri sebagaimana ketika kami mencari untuk dibawa ke depan dan menuju pelayanan mereka yang mengagumkan. 

Sudah berulang kali saya katakan – dan tidak dapat diperdebatkan lagi oleh yang lain, Saya tahu, tetapi bagi saya, hal tersebut adalah benar bahkan jauh sebelum saya datang ke Dallas dan adalah benar pada hari ini dan akan tetap benar pada saya – bahwa tanah yang paling suci dari seluruh tanah Baptist di muka bumi ini adalah di First Baptist Church di Dallas. Ada lebih dari suatu kesetiaan dan penyajian terakhir dari apa yang dimaksudkan oleh orang-orang kita dan yang dimaksudkan di tempat yang terkasih ini, dari tempat yang lain yang saya tahu di seluruh permukaan bumi ini. Semoga Tuhan memberikan anugerah kepada para pendeta- pendeta yang telah berkhotbah di atas mimbar ini, semoga Tuhan memberikan berkat bahwa kebenaran yang disampaikan oleh mereka boleh hidup seribu tahun lagi di dalam kita semua.

Sekarang, warta hari ini adalah salah satu dari sebuah rangkaian yang panjang dari Kitab Daniel. Ini adalah warta yang ke lima ketika kita memulai rangkaian yang panjang ini. dan setiap orang sudah mengetahui sedikit banyaknya dari sebuah pengantar, yang menggambarkan latar belakang penulisan Kitab yang janggal di dalam Alkitab ini.

Sekarang, di dalam bab yang kedua di dalam Kitab Daniel, dari ayatnya yang ke empat, ayat itu dibaca demikian: “lalu berkatalah para Kasdim itu kepada raja (dalam bahasa Aram) …" 

Dan segera perhatian kita bertumpu pada kata “Aram”. Mereka berbicara dalam bahasa Aram. Dalam tahun-tahun kehidupan saya, Saya sudah selalu mengatakan bahwa Perjanjian Baru dituliskan di dalam bahasa Yunani dan Perjanjian Lama dituliskan di dalam bahasa Ibrani; dan di dalam kedua bahasa itulah Kitab Tuhan itu dituliskan: Kitab Perjanjian Lama: Ibrani; dan Kitab Perjanjian Baru: Yunani. Tetapi ternyata tidak selalu benar. Kitab Perjanjian Baru dituliskan dalam bahasa Yunani, hal itu benar. Akan tetapi tidaklah benar jika mengatakan bahwa Kitab Perjanjian Lama dituliskan hanya di dalam bahasa Ibrani seendiri. Karena Kitab Perjanjian Lama juga dituliskan di dalam dua bahasa. Kebanyakan di dalam bahasa Ibrani; tetapi ada warta yang besar di dalam Kitab Perjanjian Lama itu yang dituliskan di dalam bahasa Aram, yang mana di sini disebut juga dengan “Syriac” – dalam bahasa Aram. 

Ada empat tempat di dalam Kitab Perjanjian Lama dimana sebagian daripadanya dituliskan di dalam bahasa Aram. Satu bagian berada dalam Keluaran ayat ke tiga puluh satu ayatnya yang ke empat puluh tujuh. Disini ada ilmu mengenai nama-nama dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan juga ke dalam bahasa Aram. Bagian yang kedua berada dalam Kitab Yeremia. Di dalam Yeremia bab 10, ayatnya yang ke 11, ada sebuah fenomena yang unik di dalam Alkitab. Keseluruhan Kitab Yeremia dituliskan di dalam bahasa Ibrani, tetapi ayat yang satu ini ditulis dalam bahasa Aram. Dan tidak ada bahasa Ibrani yang asli untuknya di dunia ini. Kelihatannya dari awalnya satu ayat ini memang dituliskan di dalam bahasa Aram. Ayat tersebut merupakan sebuah ayat dimana kelihatannya Yeremia sedang memberitahukan bangsa Ibrani yang terbuang itu: "Ketika engkau diundang untuk menyembah dewa-dewa berhala dengan tetangga disekelilingmu, inilah yang seharusnya engkau katakan kepada mereka..." Dan tulisan itu ditulis di dalam bahsa tetangga dari bangsa Yahudi. Tulisan itu ditulis dalam bahasa Aram. 

Sekarang bagian yang ketiga di dalam Alkitab dimana ada bahasa Aram – yang begitu luas – seperti di dalam kitab Ezra. Lebih dari sepertiga dari Kitab Ezra dituliskan di dalam bahasa Aram. Ezra empat, dimulai dari ayat yang ke delapan sampai dengan Ezra enam, ayat ke delapan belas – seluruh dari ayat-ayat yang besar itu – kesemuanya ditulis dalam bahasa Aram. Dan di dalam bab ke tujuh dalam Kitab Ezra, dimulai dari ayat yang ke 12 dan diteruskan dengan ayat yang ke 26, keseluruhannya dituliskan di dalam bahasa Aram. Lebih dari sepertiga dari Kitab Ezra dituliskan di dalam bahasa Aram. 

Ketika kemudian kita melihat ke Kitab Daniel, sedikit lebih dari separuh Kitab Daniel dituliskan di dalam bahasa Aram. Dimulai pada Daniel bab kedua, ayatnya yang ke empat, seluruhnya sampai pada akhir dari bab yang ketujuh – melalui Daniel 7:28 – seluruh bagian dari di dalam Kitab Daniel dituliskan di dalam bahasa Aram. Lebih dari setengah dari kitab itu! 

Sekarang, sepertinya Ezra lahir pada saat penawanan Babel dan ia hidup di hari-hari pembuangan Babel. Daniel, sebagai seorang pemuda yang dibawa pergi sebagai tawanan ke Babel. Kepada kedua mereka itu, bahasa Aram merupakan bahasa yang kedua.  Dan sepertinya mereka berdua, jatuh ke dalam penggunaan dari bahasa Aram atas saran yang paling sederhana. Ezra melakukannya ketika ia memulai mengutip dari dokumen-dokumen di dalam arsip bangsa Persia yang terkait dengan pembangunan kembali kuil di Yerusalem. Dan Daniel memilih bahasa Aram serta menggunakan bahasa Aram ketika ia mulai mengutip apa yang ditakitkan oleh kasdim tersebut untuk mangatakannya kepada raja. Jadi, di dalam Alkitab dan khususnya di dalam Kitab Ezra dan Daniel, dan yang paling khusus lagi di dalam Kitab Daniel, yang merupakan firman Allah dituliskan di dalam bahasa Aram.

Sekarang, apakah bangsa Aram itu dan siapa yang berbicara dengan menggunakan bahasa Aram itu? Dan bagaimana bahasa itu bisa lewat sehingga sebagian dari Alkitab kita ditulis di dalam bahasa itu? Dan apakah artinya di dalam pelajaran kita atas Kitab Daniel? Baiklah, pertama marilah kita memulainya dengan cerita mengenai bangsa Aram itu sendiri. Siapakah mereka? Di dalam kitab Kejadian bab yang kesepuluh dan ayatnya yang ke sepuluh, anak-anak dari Sem diberi nama. Sekarang, Nabi Nuh memiliki tiga orang putra, Sem, Ham, and Yafet. Dan di dalam bab yang kesepuluh di dalam Kitab Kejadian tersebut, dinamai putra-putra dari Sem. Dan salah seorang dari putra-putra tersebut adalah Aram, dan turunan dari Aram dinamakan dengan Aram. Mereka yang paling banyak berkembang biak dan tercerai berai, dan berbeda dari semua bangsa Semit yang lain.…  Sekarang, kata Semit, anda menggunakannya selalu. Jika seseorang adalah Anti – Yahudi, anda menyebutnya dengan kata Anti Semit. Anti - Semitisme adalah Anti Judaisme – berlawanan dengan bangsa-bangsa Yahudi.

Sekarang, kata itu berasal dari kata "Sem." Dan ketika anda membuat sebuah kata sifat dari kata benda, anda meninggalkan huruf “h” dan menggunakan kata "Semitik, Semitisme." Sebuah turunan daripada Sem; dan Yahudi merupakan keturunan daripada Sem dan bangsa Aram juga merupakan keturunan dari Sem. 

Sekarang, bangsa Yunani menyebut bangsa Aram dengan kata “Syria,” yang merupakan sebuah kesalahan. Karena ketika bangsa Yunani bertemu dengan bangsa Aram, mereka merupakan rakyat dari kekaisaran Assiria. Dan "Syria" merupakan bentuk pendek dari "Assiria." Jadi bangsa Yunani menyebut kaum Aram dengan sebutan “bangsa Syria.” Dan itu diikuti di dalam versi King James dan di dalam Alkitab edisi revisi. Di manapun bangsa Yahudi menggunakan kata "Aram", maka kata itu akan diterjemahkan di dalam Alkitab sebagai “Syrian.” Saya pikir itu merupakan suatu istilah yang tidak cocok karena saudara mendapatkan ide bahwa bangsa Aram adalah bangsa Syria yang kita kenal sekarang ini, yang beribukota Damaskus. Hanya itu saja bagiannya yang benar. 

Negara Aram merupakan negara yang paling subur, dan yang paling cepat berkembang biak, serta menyebar dari seluruh bangsa Semit. Dan mereka tinggal dari Tirus yang Agung – yang disebut juga dengan bertambah subur dari bukit Media, semua melalui Lembah Mesopotamia; banyak dari antara mereka menyebar ke atas sampai ke Asia kecil, semua melewati Tunisia; semua melewati Palestina dan sampai ke bawah Lembah Nil. Dalam “Bertambah Subur” yang agung, bangsa Aram berada di tanah airnya dimana saja.

Banyak yang menyinggung tentang bangsa Araean ini di dalam Kitab Perjanjian Lama. Mereka adalah orang-orang yang paling sangat dekat berhubungan dan berhubungan dengan bangsa Yahudi. Sebagai contoh, di dalam bab yang ke dua puluh empat dari Kitab Kejadian, di dalam cerita mengenai Abraham ketika ia memangil pelayannya dan mengirimkannya untuk mencarikan istri untuk anaknya Ishak. Dan Abraham berkata kepada pelayannya, Eliezer, ia berkata kepadanya: "Engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang istri dari antara perempuan Kanaan yang diantaranya aku diam. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku…  Jadi, pelayan tersebut, demi menepati instruksi dari Abraham, membawa semua hadiah tersebut dan ia bangkit dan pergi ke Mesopotamia (dituliskan disini di dalam versi King James) dan ia datang ke Mesopotamia sampai ke kota Nahor.” 

Sekarang, Nahor adalah saudara dari Abraham. Akan tetapi kata itu diterjemahkan menjadi “Mesopotamia,” didalam bahasa Ibrani berarti “Aram Nahărayim,” Aram. Di sanalah negerinya dan di sanalah bangsanya - Aram Nahărayim “Aram dari dua sungai,” yaitu, dari sungai Tigris dan dari sungai Efrata. Semua daerah dipenuhi dengan suku bangsa Aram. Dan Abraham, ketika ia meninggalkan Ur, pergi menjumpai Haran dari Aram Nahărayim dan dari Haran turun ke negeri yang disebut dengan Kanaan. Jadi, ketika Abraham mengutus Eliezer untuk mencarikan seorang istri kepada Ishak, Abraham mengutusnya ke tengah-tengah dari populasi Aram. 

Lalu, ketika saya membalik-balikkan halaman dari Kitab Kejadian, saya membaca: “Dan Ishak berumur empat puluh tahun ketika ia mengambil Ribka menjadi istrinya, putri dari Bethuel (dan itu di dalam versi King James) Seorang bangsa Syria (dalam bahasa Ibrani, “Aram”) dari Padan Aram, yang dalam kata lain - “Padan Aram” – berarti kata Ibrani lain untuk “Aram Nahărayim” . “Dan ia merupakan saudari dari Laban orang Syria.”  Ia merupakan saudari dari Laban, orang Ibrani mengatakan, "the Aram," keluarga Aram dari Abraham.

Kini, ketika saya membaca halaman tersebut, di dalam sini, kitab Kejadian, Saya sampai kepada cerita dari Yakub. Dan Ishak memanggil anaknya Yakub dan berkata kepadanya, "Engkau tidak akan menikahi seorang perempuan dari Kanaan. Tapi saya akan mengirimkan engkau kembali ke bangsa dari mana kita berasal. Dan engkau akan mengambil seorang istri dari mereka." Maka Ishak memanggil Yakub dan memberkatinya dan berkata: "Bangkitlah, pergilah ke Padan Aram, di atas sana di sebelah utara dari lembah Mesopotamia. Dan disana temukanlah seorang istri." 

Lalu Ishak mengutus Yakub dan ia sampai ke Padang Aram, kepada Laban, anak dari Bethuel, orang Aram (dan saudara telah menterjemahkannya menjadi “bangsa Syria” di sini). Dan di sana ia menikah dengan Rachel dan Lea – orang Aram. Baiklah, kita tidak memiliki waktu untuk melanjutkannya lagi. Salah satu dari bagian yang hebat dan subur oleh kaum Aram adalah bagian atas dari lembah Mesopotamian.

Sekarang, bagian yang lain yang sangat sering disinggung di dalam Alkitab, adalah Aram Damaskus. Orang-orang tersebut secara keseluruhan tidak pernah membuat sebuah kelompok politik. Mereka tidak pernah membuat sebuah negara nasional. Tetapi mereka memiliki sebuah negara dan Damaskus merupakan ibukotanya. Lalu saudara sering membaca di dalam Alkitab, mengenai Aram Zobah kepada siapa Daud dan Saul berperang. Hal ini merupakan latar belakang yang kecil dari bagaimana saudara menemukan orang-orang Aram di dalam Kitab Perjanjian Lama. 

Sekarang, mari kita melihatnya lebih dekat lagi, dan melihat siapakah sebenarnya mereka dan penduduk seperti apa mereka itu. Kaum Aram adalah kaum pedagang dan penggembala. Mereka bukan penggembala seperti yang ada di Arab modern. Jika saudara sudah pernah ke sana. Saudara akan tahu apa yang saya maksudkan. Tetapi kaum Aram merupakan penggembala dalam hal bahwa mereka menyimpan kawanan ternaknya untuk pasar-pasar di kota-kota besar; di dekat mana mereka selalu dapat temukan. Kalau bangsa Phoenicia berada di dekat laut, kaum Aram berada di jalur lalu lintas di darat. Dan selama kerajaan berturut-turut dari Assiria, dan Babel, dan Persia, mereka mengendalikan bisnis dan perdagangan di dunia zaman dahulu.  

Pusat pelatihan mereka yang luar biasa di dekat sebelah Timur adalah di Haran, di bagian atas dari sungai Efrta. Dan pusat perdagangan mereka yang besar berada di sebelah timurlaut Palestina adalah di Damaskus. Dan kemanapun mereka pergi, mereka mendominasi perdagangan dan penjualan dari negara itu.

Sekarang, kita sampai pada jantung dari pelajaran ini, tidak hanya pada para pedagang dan pebisnis Aram yang selalu ada dimana-mana saja; dan tidak hanya mereka mendominasi kehidupan bisnis dari negara-negara dalam rangkaian kerajaan itu saja; tetapi hal yang paling fenomenal yang pernah saya baca di dalam sejarah – dan saudara segera akan melihatnya pada saat kita sampai pada Yahudi – kaum Aram mendominasi semua daratan dimana saja mereka tinggal, dengan bahasa mereka. Setiap orang! Misalnya, kerajaan Assiria, penakluk dari Asyur. Penakluk itu membuat sebuah kebijakan negara bahwa mereka menumbangkan orang-orang yang mereka taklukkan dan mereka akan menggantikan mereka dan akan menempatkan mereka di suatu tempat dalam kerajaaan Asyur. Maka ketika bangsa Asyur menaklukkan bangsa demi bangsa, mereka menaklukkan kaum Aram dari Damaskus. Sekarang, mereka sudah mempunyai banyak orang Aram di Asyur, tetapi mereka mencabut ribuan dan ribuan keluarga Aram dan memindahkan mereka ke Niniwe dan kota itu merupakan daerah milik kerajaan Asyur.

Dan sesuatu yang luar biasa datang: Kaum Aram menaklukkan kaum Asyur dengan bahasa mereka. Dan bahasa dari kaum Aram menjadi bahasa negara dari kerajaan Asyur. Cara dari kaum Asyur berbicara dan berkomunikasi dengan sejauh mana kerajaan mereka adalah dengan menggunakan cara dari Aram.

Sekarang saudara menemukan betapa menariknya dalam sebuah cerita di dalam kitab kedua dari Raja-raja dan di pertengahan ayat-ayat tersebut. Sanherib, Raja dari Asyur, mengepung Yerusalem. Dan Rab-shakeh, yang mana seorag tentara dari pasukan Sanherib berbicara kepada orang Yahudi pada tembok Yerusalem. Dn ia berbicara kepada orang-orang Yahudi itu, bahwa mereka lebih baik menurunkan lengan mereka dan menyerah kepada penguasa mereka, Sanherib. Sama seperti Rab-shakeh, petugas dari pasukan Asyur ini, berbicara kepada orang-orang Yahudi di dekat tembok Yerusalem, memcoba untuk membuat mereka menyerah, mengapa Eliakim, orang Yahudi tersebut berkata kepada Rab-shakeh:  “Bicaralah, saya berdoa, tuanku, kepada hambamu di dalam bahasa Syria (sudah diterjemahkan).”  “Di dalam bahasa Aram – bicara kepada hambamu di dalam bahasa Aram; karena kami memahaminya; tetapi jangan berbicara kepada kami di dlam bahasa kaum Yahudi …”  “Dalam bahasa Ibrani." 

Sekarang, bukankah hal tersebut menarik? Bahasa Aram merupakan bahasa diplomatik dan komunikatif dari seluruh kerajaan Asyur; dan bahasa tersebut dimengerti oleh perwira-perwira tinggi Asyur, dan dimengerti oleh perwira-perwira tinggi di Yerusalem. Tetapi masyarakat biasa tidak dapat memahaminya. Mereka berbahasa Ibrani. 

Apakah perbedaan antara bahasa Aram dengan bahasa Ibrani – karena mereka tidak dapat saling mengerti satu sama lain? Bahasa Aram adalah bahasa yang universal,  lingua franca dari seluruh kerajaan Asyur; seperti bahasa Inggris dan bahasa Perancis di zaman ini. Tetapi seorang Ibrani tidak dapat memahaminya. Perbedaannya adalah: “Bahasa Percintaan” , misalnya, bahasa Perancis dan Italia – keduanya datang dari bahasa percintaan, dari bahasa Latin. Tetapi seorang Perancis tidak memahami seorang Italia, dan seorang Italia tidak mampu memahami seorang Perancis, kecuali mereka mengetahui bahasanya. 

Cara yang sama dengan bahasa dari ilmu linguistik Jerman kita: Anglo-Saxon dari Inggris dalah sebuah bahasa Jerman. Jerman, sudah pasti merupakan bahasa Jerman. Tetapi, seorang warga Inggris tidak mampu mengerti bahasa Jerman, dan seorang bangsa Jerman tidak mampu memahami seorang bangsa Inggris, kecuali mereka saling mengetahui bahasa mereka. 

Hal yang sama juga terjadi dengan bahasa Aram dan bahasa Ibrani. Ketika Abraham datang dari Ur, ke Haran, sampai ke Kanaan, Saya pikir ia berbicara dengan bahasa Aram. Tetapi ketika ia sampai ke Kanaan, ada perubahan dalam bahasa yang dipakai oleh Abraham dan ia mulai berbahasa Ibrani Kanan – bahasa dari Moab – dan sebuah bahasa keluarga dari Moab dan suku Kanaan yang tinggal di Palestina.

Jadi, pada zaman kerajaan Asyur, bahasa Aram merupakan sebuah bahasa diplommasi dan bisnis, dan pemerintahan. Bahasa Aram merupakan bahasa yang universal dari dunia yang beradab. Sekarang, untuk sebuah kekaguman dari siapa saja yang mempelajarinya dan memikirkannya – ketika Asyur ditaklukkan oleh Nabopolassar dan putranya, Nebukadnezar, dan kerajaan Babel (Kerajaan Neo-Babel) didirikan – bahasa Aram juga merupakan bahasa yang dipakai ketika Babel memerintah daerah mereka yang sangat luas itu. Dan di kota Babel, di dalam poliglot dari sebuah kota metropolis yang besar, bahasa Aram merupakan bahasa umum diantara semua orang. Misalnya, ketika mereka menggali di sana di kota Babel lembaran-lembaran bertuliskan tulisan paku, kontrak-kontrak bisnis manusia. Dn di bagian belakang dari lembaran-lembaran tersebut anda akan mendapatkan label yang ditulis di dalam bahasa Aram, sehingga para petugas tata usaha dengan mudah mengarsipkannya, serta mengklasifikasikannya dan mencarinya. 

Jadi bahasa Aram menjadi bahasa dari Babel. Sekarang, Babel, seperti yang saudara ketahui, ditaklukkan oleh Koresh pada tahun 539 SM. Dan yang menjadi kekaguman saya, paling sedikit, bahasa Aram yang sudah menjadi bahasa dari Asyur, dan bahasa Aram sudah menjadi bahasa dari Babel, bahasa Aram dilanjutkan dan menjadi bahasa dari kerajaan Persian, yang meliputi pada saat itu hampir semua dari dunia yang beradab. 

Kemudian, hal yang tiada tara dan fenomenal ini yang datang menghampiri: Ketika Ketika bangsa Yahudi ditawan dan dibawa pergi keluar dari Yerusalem, dan keluar dari Yehuda serta ditempatkan di Babel, kebiasaan berbicara dari orang-orang Yahudi berubah. Tidak hanya mereka benar-benar memakai bahasa Ibrani, tetapi dalam rangka berkomunikasi dengan tetangga mereka yang bukan bangsa Yahudi, mereka juga mulai berbicara dalam bahasa Aram. 

Dan ketika masa pembuangan di bawah pemerintahan Zerubbabel, dan di bawah Ezra, dan di bawah Nehemiah, kembali ke tanah air ke Yerusalem dan ke Yehuda, kembali mereka berbicara dalam dua bahasa. Saya tahu mereka masih memakai bahasa Ibrani karena Nabi Hagai, dan Zakaria, dan Maleakhi berbicara kepada orang-orang di Israel dan menuliskan wahyu mereka di dalam bahasa Ibrani; akan tetapi porang-orang juga berbicara dalam bahasa Aram. Dan ketika mereka kembali ke negeri itu, mereka mendapati bangsa Aram berbicara dalam bahasa leluhur mereka. Lalu hal yang mustahil yang datang menghampiri: Entah dimana di dalam periode waktu postexilic – dan tiada seorangpun tahu kapan tepatnya – tetapi di suatu tempat di dalam periode waktu postexilic itu, orang-orang dari bangsa Israel Hebrew berhenti memakai bahasa Ibrani. Dan semua mereka mulai memakai bahasa Aram. Dan bahasa Ibrani, sebagai sebuah bahasa yang hidup, mati diantara orang-orang Ibrani itu sendiri. Dapatkah saudara membayangkannya? Hal tersebut menjadi hal yang paling fenomenal yang saya pernah temukan di dalam sejarah bangsa itu sendiri. 

Jadi Bahasa Ibrani telah dilupakan oleh orang-orang umum. Dan bahasa daerah yang umum diantara orang-orang tersebut, tidak lagi dipercakapkan di dalam bahasa Ibrani; tetapi orang-orang memakai bahasa Aram. Saudara lihat bahwa di dalam bagian ini: Dalam bab yang kedelapan Kitab Nehemia, pada ayat-ayat pertengahan dikatakan bahwa ketika Ezra membuka kitab tersebut – Ezra adalah seorang pengkhotbah, ia adalah seorang pendeta, ia adalah seorang juru tulis, ia adalah seorang imam – dan ketika Ezra membuka Kitab Tuhan, seluruh orang berdiri. Itulah yang kita lakukan ketika membaca Kitab itu – semua kita berdiri. Sekarang, Ezra membuka kitab tersebut dan semua orang berdiri. Lalu ayat itu mengatakan bahwa ia yang menyebabkan semua orng mengerti akan kitab tersebut: "Maka mereka membaca Kitab Tuhan itu dengan jelas (anda harus menterjemahkan kata ini, distinctly)."  Hal itu tidak berarti dengan ucapan dan pengucapan yang baik; yang artinya mereka membaca kitab Tuhan itu, dituliskan dalam bahasa Ibrani, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Aram "dan memberikan pengertian dan membuat mereka memahami apa yang dibaca itu." Jadi, bahkan pada hari-hari dari Nehemia, ketika Alkitab mengatakan apa yang sudah dibaca, dituliskan di dalam bahasa Ibrani, mereka juga harus mengartikannya ke dalam bahasa Aram, bahasa dari orang umum. 

Sekarang, karena waktu terus berlanjut, dan karena hari-hari berlalu, bahasa Ibrani sama sekali tidak lagi dipercakapkan di antara orang-orang; akan tetapi orang-orang berbicara dalam bahasa Aram. Sekarang, beberapa hal yang keluar darinya adalah: Pertama adalah Alkitab harus diterjemahkan ke dalam bahasa Aram dan kami menamakan terjemahan itu sebagai Targum. Targum Yahudi adalah penterjemahan bahasa Aram dan terjemahan dari Alkitab Ibrani. Kemudian hal yang lain: Semua Alkitab Ibrani, semuanya, dituliskan di dalam tulisan Aram, di dalam karakter Aram. Tidak ada Alkitab Ibrani di dunia ini yang dituliskan di dalam tulisan Ibrani, di dalam karakter Ibrani, tidak ada selama ribuan tahun. Bahasa Aram dengan sederhana melenyapkannya dihadapan setiap bahasa nasional yang disentuhnya. Dan di seluruh kehidupan saya, kepada saya telah diajarkan bahwa alfabet kita datang dari kaum Phoenicia. Tidak benar! Hampir semua alfabet dari dunia yang beradab ini datang dari tulisan kuno Aram, dari alfabet Aram. Dan setiap Alkitab Ibrani yang ada di dunia ini dan telah ada selama ribuan tahun ditulis dengan memakai tulisan Aram, di dalam karakter Aram.

Dan bukan hanya itu, Talmud juga dituliskan dengan memakai bahasa Aram. Talmud Babel dituliskan di dalam bahasa Aram Babel. Dan Talmud Palestina dituliskan di dalam bahasa Aram Palestina. Dan bukan hanya itu saja, tetapi ketika Tuhan datang ke dunia ini, dan hidup di dalam waktuNya sebagai manusia, Tuhan itu sendir berbicara dalam bahasa Aram. Misalnya, ketika saya membuka bab kelima dari Kitab Markus: “Dan ketika ia membawa anak perempuan itu (Tuhan mengambil anak perempuan Jarius yang berusia dua belas tahun) dengan tanganNya dan berkata kepadanya, "Talita kum." Didalam bahasa Aram berarti "gadis, bangunlah." 

Saya membuka halaman dari kitab tersebut di sini dan saya membaca dimana ada seorang tuli dan Tuhan melihat ke langit dan kemudian berkata kepadaNya: "Efata." Itu dalam bahasa Aram untuk "celiklah". Dan saya membuka halaman dari kitab itu dan saya membaca di dalam cerita dari penyaliban: “dan pada jam yang kesembilan Yesus berteriak dengan suara yang keras, berkata, "Eloi (atau ketika Matius menuliskannya - Eli, Eli), lama sabachthani…  TuhanKu, TuhanKu, mengapa, mengapa Engkau meninggalkanKu??" Itu adalah bahasa Aram. Yesus berbahasa Aram ketika ia hidup di masaNya sebagai manusia. 

Saya membuka ke Surat kepada jemaat di Korintus, 1 Korintus, bab yang terakhir, bab yang keenam belas dari ayatnya yang ke dua puluh dua dan saya lihat kata “Maranatha.” Maranatha: Dalam bahasa Aram berarti "Ia akan datang." Yesus akan datang kembali - “Maranatha.” Dan itulah cara dari orang-orang Kristen yang pertama dengan para rasul kadang kala mengatakan salam perpisahan antara satu sama lain: “Maranatha, Maranatha,” “Yesus akan datang, Ia akan datang.”  Dan itu adalah bahasa Aram!

Saya pernah membaca di dalam Kitab Kisah Para Rasul dimana Rasul Paulus berdiri pada tangga dari menara Antonio, ditujukan kepada kumpulan massa yang menjengkelkan di bawah. Dan Alkitab berkata – Alkitab dari versi King James – bahwa ia berbicara kepada orang banyak itu di dalam bahasa Ibrani. Artinya adalah ia berbicara kepada oarng-orang dalam bahasa Aram – dalam bahasa mereka sendiri. Dan kemudian di dalam ayat itu, pada anak tangga di menara Antonio, ketika Rasul Paulus menjelaskan perubahannya, ia berkata bahwa, di tengah jalan menuju Damaskus, lalu Tuhan Yesus menemuinya di tengah jalan. Dan Rasul Paulus berkata: “Dan Ia berbicara kepadaku di dalam bahasa Ibrani” dengan mengatakan, Saul, Saul, mengapa engkau menganiaya Aku?'" Begitulah ayat tersebut diterjemahkan di dalam versi King James. 

Tuhan Yesus berbicara kepada rasul Paulus di dalam bahasa Aram: "Saul, Saul, mengapa engkau menganiaya Aku?" Dan inilah alasannya mengapa saya memberikan pelajaran ini dengan judul: Bahasa Tuhan. Ketika Yesus berbicara di dunia ini, Ia berbicara dalam bahasa Aram. Dan ketika Yesus muncul kepada Rasul Paulus dari langit dan berbicara kepadanya, Ia berbicara kepadanya di dalam bahasa Aram. Suatu hal yang menakjubkan bahwa bahasa Ibrani harus binasa di tanahnya sendiri, negeri Ibrani, oleh orang-orang Ibrani sendiri, dan bahwa mereka akan bicara dengan memakai bahasa Aram. 

 

Sekarang, apakah artinya untuk kita? Di dalam pelajaran kita terhadap Kitab Daniel dan kita harus mempercepat dengan sedemikian cepat – lebih dari setengah dari kitab Daniel dituliskan di dalam bahasa Aram, bukan Ibrani. Apa artinya? Artinya adalah satu dari antara tiga hal. Pertama, bisa saja artinya ada 2 pengarang di dalam kitab Daniel; atau adanya kepribadian ganda dari pengarangnya – katakanlah, paling sedikit dua – dan satu menulis dalam bahasa Ibrani dan yang satunya lagi menuliskannya dalam bahasa Aram. Pendapat seperti itu mustahil karena, dimana yang Ibrani pergi dan di mana yang Aram memulainya merupakan sesuatu di tengah-tengah sebuah cerita yang padu. Dan siapapun yang menulisnya di atas, adalah orang yang sama dengan yang menulisnya di bagian bawah. Gayanya juga sama – bahasanya – gayanya masih sama, sintaksisnya juga sama, perbendaharaan kata-katanya, keistimewaannya, idiom-idiomnya, keseluruhannya sama. Jadi tidak ada dua orang pengarang. Dan sekali lagi, bab yang ketujuh dalam Kitab Daniel ditulis dalam bahasa Aram. Bab yang ke delapan ditulis dalam bahasa Ibrani. Dan kedua bab tersebut berjalan bersamaan. Tidak ada dua orang pengarang, yang satu menulis dalam bahasa Ibrani dan yang satunya menulis dalam bahasa Aram. Dari penulis yang sama yang menuliskan keduanya. 

Walaupun saudara tidak dapat membagi kitab Daniel menjadi dua seperti enam bab yang pertama dituliskan oleh ahli sejarah dan enam bab yang terakhir dituliskan oleh seorang Nabi: Karena enam yang pertama bersifat sejarah, dan enam yang terakhir bersifat kenabian. Saudara tidak dapat membaginya karena bab yang kedua merupakan paralel dari bab yang ketujuh; dan bab yang ke tujuh merupakan paralel dari bab yang ke dua. Hanya ada satu orang pengarang di dalam Kitab Daniel, siapapun dia. Tidak ada dua. Penulis yang sama untuk keseluruhannya. 

Baiklah, kemungkinan yang kedua: Ada saja kemungkinan bahwa Daniel memiliki suatu kekosongan yang besar disana, suatu jurang pemisah yang besar, suatu tempat terbuka yang besar. Dan jika itu aslinya dituliskan di dalam bahasa Ibrani, lalu kemudian dimasukkan – jurang pemisah yang besar itu kesana – diisikan dari terjemahan bahasa Aram. Atau berbalik, jika aslinya dituliskan di dalam bahasa Aram, jurang pemisah yang berada di depan dan dibelakang diisi dengan yang dari bahasa Ibrani. Sekarang, tentu saja, tida ada orang yang tahu. Tetapi kita memiliki suatu hal yang pasti mengenai hal tersebut  - gulungan Qumran, gulungan dari laut mati yang telah kita temukan baru-baru ini. Di dalm gulungan-gulungan tersebut bukan hanya gulungan dari Nabi Yesaya, tetapi ada juga penggalan dari Kitab Daniel di sana, di dalam gulungan dari Loaut mati tersebut. Dan penggalan-penggalan itu persis seperti yang di Alkitab yang kita miliki saat ini. Di mana kitab Daniel ditulis dalam bahasa Ibrani, gulungan-gulungan tersebut dituliskan di dalam bahasa Ibrani. Dan dimana kitab Daniel ditulis dalam bahasa Aram, gulungan-gulungan itu ditulis dalam bahasa Aram. Identik! Dan ketika yang satu berganti menjadi yang lainnya, Perubahan yang identik di dalam semua gulungan Ibrani itu. Sekarang semua gulungan Ibrani itu dituliskan, beberapa dari antara mereka pada abad yang kedua sebelum Masehi. Jadi, sepanjang yang kita tahu dari belakang, bagian di dalam bahasa Ibrani serta bagian di dalam bahasa Aram belum berubah. 

Baiklah, kemungkinan yang ketiga: Jika tidak ada dua orang pengarang, jika seluruhnya sama, jika tidak ada sebuah kekosongan, sebuah jurang pemisah, sebuah halaman yang hilang, dan mereka mengisinya di dalam terjemahan bahasa Aram, jika hal tersebut tidak benar; maka yang ketiga haruslah benar. Ketika Daniel menulis Kitab Daniel, ia menuliskannya sama seperti yang saudara lihat di sini;Bagian yang ditulis dalam bahasa Ibrani dan sebagian lagi dalam bahasa Aram. Dan ketika saudara lihat pada kitab itu untuk melihat mengapa hal yang seperti itu seharusnya benar, mereka menjadi sangat jelas: Sebagian dari kitab tersebut yang terutama menyinggung bangsa Yahudi,  Daniel menulisnya dalam bahasa Ibrani; tetapi bagian dari nubuat yang menyinggung bangsa kafir itu, dituliskannya dalam bahasa dunia. Ia menuliskannya dalam bahasa Aram.

Sekarang, mengapa ia melakukan hal seperti itu? Karena alasan sederhana ini: Hal-hal yang menyinggung bangsa Yahudi, is menuliskannya di dalam bahasa bangsa Yahudi yaitu bahasa Ibrani; akan tetapi hal-hal yang menyinggung masalah bangsa-bangsa di dunia dan kepada keluarga-keluarga serta orang-orang di dunia, dituliskannya dalam bahasa Aram – karena bahasa Aram merupakan bahasa dari pemerintah, serta daripada para diplomat, dan dari bisnis dan dari telekomunikasi. Dan dengan menuliskannya dalam bahasa Aram, Daniel membuatnya memungkinkan untuk para keluarga dan seluruh suku bangsa beserta dengan raja-rajanya, serta menteri-menteri utamanya, dan perdana-perdana menterinya dan pemerintah, dan para pangeran dari pedagang untuk mengetahui apa yang dikatakan Allah, dan ap keinginan Allah dan apa tujuan kedaulatan Tuhan yang harus terjadi di dalam perbaikan dari tujuan kedaulatan yang agung Tuhan di dalam bangs-bangsa di dunia ini. Yang menunjukkan bahwa ini merupakan akibat wajar yang pasti dan meyakinkan: Begitulah kehendak Tuhan yang kita ketahui. KehendakNya di dunia ini. Bukan kehendak Allah jika kita sempoyongan di kegelapan; bahwa kita meraba-raba seperti orang buta untuk mencari tembok. Bukan kehendak Tuhan jika kita hidup di dalam kefrustrasian, keputus asaan dan di dalam kegelapan. Itulah kehendak Tuhan bahwa kita mengetahui masa depan. Merupakan kehendak Tuhan bahwa kita menghadapi masa depan dengan keyakinan yang mulia. Hal-hal yang terjadi ini di dalam sejarah dan revolusi ini, dan huru-hara, dan peperangan serta ribuan hal lainnya yang menimpa dan badai melalui keluarga manusia di dunia, hal-hal seperti ini tidak menguntungkan, mereka bukan barang-barang tambahan, bukan suatu ketidak sengajaan, mereka tidak terjadi secara kebetulan. 

Tetapi pergerakan sejarah yang hebat adalah yang seturut kepada kedaulatan kehendak Tuhan. Dan Tuhan memimpin semuanya. Dan bangsa Tuhan tidak akan dipenuhi oleh keputus asaan; dan mereka tidak akan merasa ketakutan. Tetapi kita akan menghadapi masa depan di dalam anugerah kedaulatan Tuhan; mengetahui bahwa di atas semua badai, dan kemarahan, serta revolusi kehidupan, ada yang memimpin Hakim yang Agung dan Raja dari seluruh bumi. Dan Ia memiliki bangsa-bangsa di dunia ini di dalam telapak tanganNya. Dan tetap pada wahyu tersebut, bahwa seluruh bangsa dapat mengetahui, bahwa Daniel menulis zaman dari bangsa kafir di dalam bahasa Aram – bahasa yang universal - lingua franca dari dunia ini. 

Oh Tuhan, betapa suatu keberhasilan dan kemenangan, dan betapa sebuah catatan dari rasa terima kasih yang tak terbatas untuk selamanya.