BATU MISTIS

(THE MYSTIC STONE)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

 

Daniel 2:34

03-10-68

 

Ini adalah pendeta yang membawa warta dengan judul: Batu Mistis. Batu yang misterius, tak terkalahkan – ini merupakan bagian khotbah yang kedua yang mana telah disampaikan pada hari Minggu pagi yang lalu dengan judul: “Pembersihan Sejarah manusia.” Warta tersebut disampaikan pada hari Minggu yang lalu dan mencapai klimaksnya ada di dalam warta pada hari Minggu pagi ini, adalah terhadap sosok gambaran yang sangat besar dan luar biasa mengerikan yang dinyatakan oleh Tuhan kepada Nebukadnezar, raja dari Babel, serta penafsiran terhadap pernyataan dari nabi, Daniel, ketika Tuhan menyatakan skema dari seluruh sejarah umat manusia serta penyempurnaan akhir dari masa ini. 

Sekarang, inilah mimpi yang diingatkan kembali oleh Daniel terhadap pikiran raja dan kemudian beserta dengan penafsirannya. 

 

Engkau, raja yang paling tahu, dan melihat akan sebuah patung yang besar. Patung yang agung ini yang mana kecemerlangannya sempurna, berdiri di hadapan engkau; dan bentuk daripadanya juga mengerikan. Kepala dari patung ini terbuat daripada emas tua, dada serta lengannya terbuat daripada perak, perut dan pinggang yang terbuat daripada tembaga. Pahanya terbuat dari besi, kaki-kakinya sebagian terbuat daripada besi dan sebagian lagi dari tanah liat.

 

Engkau yang tetap paling melihat bahwa ada sebuah batu yang terpotong tanpa tangan yang menghantam kaki dari patung ini yang terbuat daripada besi dan tanah liat, serta meremukkannya menjadi berkeping-keping. Lalu besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas tersebut pecah berkeping-keping dan menjadi seperti sekam di tempat pengirikan di musim panas dan angin menghembuskannya sehingga tidak ada bekas-bekasnya ditemukan: dan batu yang meremukkan patung tersebut menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi. 

 

Lalu kemudian ia menafsirkan bagian-bagian tersebut, perbedaan logam-logam tersebut, dalam patung raksasa yang megagumkan itu. Dan itulah khotbah pada hari Minggu yang lalu. 

Sekarang, klimaks dari penglihatan itu: 

 

Seperti yang tuanku lihat besi bercampur dengan tanah liat, mereka akan bercampur dengan benih manusia: tetapi mereka tidak akan saling memotong, bahkan ketika besi tidak bercampur dengan tanah liat. 

Dan pada zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya: dan kekuasaan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain, kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya. 

Tepat seperti yang tuanku lihat, bahwa tanpa perbuatan tangan manusia sebuah batu terungkit lepas dari gunung dan meremukkan besi, tembaga, tanah liat, perak dan emas itu. Allah yang Maha Besar telah memberitahukan kepada tuanku raja apa yang terjadi di kemudian hari; mimpi itu adalah benar dan maknanya dapat dipercayai.

 

Puncak dari penglihatan ini adalah batu tanpa perbuatan tangan manusia yang meremukkan patung itu di bagian kakinya, lalu kemudian, tumbuh menjadi sebuah gunung yang mengisi seluruh bumi ini, sebuah kerajaan yang akat tetap sampai selama-lamanya – batu mistis, batu yang misterius. Batu itu dapat disebut dengan berbagai macam kata seperti itu tetapi bagaimana engkau membaca serta mengerti bagian ini..  “Tuanku yang paling melihat bahwa ada sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia,” tanpa tangan manusia. 

Lalu ada kekuatan di jagad ini, di dalam dunia kita dan di dalam kehidupan kita yang turun dari atas, yang bukan manusia – sebuah batu yang tanpa perbuatan tangan manusia. Bahwa ada kenyataan lain, ada kebenaran yang lain; ada realita di dalam dunia ini daripada yang dapat digambarkan oleh kelima indera kita – sebuah batu yang tanpa perbutan tangan manusia. 

Di dalam keseharian kita, di dalm masa kita dan di dalam generasi saudara, murid-murid kita dan kita sendiri diarahkan untuk melihat kepada ilmu pengetahuan – dengan huruf besar “I” – ilmu pengetahuan merupakan suatu jenis dari lembu yang keramat dan tidak dapat disentuh, diluar teguran dan kritikan, yang memiliki jawaban atas segala hal. Dan Ilmu pengetahuan dengan “I” huruf besar berbicara dalam  And huruf besar ini “S” science (ilmu pengetahuan) dalam nada yang meremehkan dan sombong menyangkut kenyataan yang besar dari kehidupan spiritual setegas bahwa mereka tidak pernah ada, ataupun mereka tidak pernah dihadapkan dengannya di dalam dunia ini serta di dalam kehidupan umat manusia. 

Sekalipun begitu dengan segala keangkuhannya, dan dari segala keunggulannya yang terdengar, engkau tidak akan pernah melihat figur yang berlumuran yang begitu tidak menentukan saat pseudoscience ini diminta untuk menerangkan urutan yang paling sederhana dari kehidupan. Ia menjadi terperosok kedalam suara dari ketidak tahuan ketika dibasahi dengan hujan yang tidak tampak. Tidak pernah ada penanggung jawab pada saat pemakaman seseorang yang miskin, diliputi dengan air bah, yang mengurangi sedikit dari figur penentu dari pseudoscience ini ketika ia berdiri dengan semua jawabannya di dalam kehadiran dari misteri yang paling umum di dalam kehidupan. 

Sebuah batu yang tanpa perbuata tangan manusia – matahari terbit di pagi hari tanpa perbuatan tangan manusia. Dedaunan dan bunga yang paling kecil mengangkat kepalanya serta menghangatkan dirinya oleh sebuah panas yang luar biasa tanpa perbuatan tangan manusia. Dan setangkai bunga pansy yang kecil diberikan warna oleh warna dan kuas daripada Tuhan tanpa perbuatan tangan manusia. Setiap hari saya melihat mereka pada saat saya masuk ke dalam mobil kita. Disana, yang berbaris di pagar sana adalah bunga-bunga pansy yang kecil itu, melihat kepada saya dengan wajah yang dilukis oleh Tuhan Allah tanpa perbuatan tangan manusia. 

Walaupun kita dapat melupakan himbauan-himbauan kerohanian serta misterius itu – dan inspirasi, serta pergerakan – yang menyusahkan jiwa kita dan menggerakkan kita mengarah kepada Tuhan dan surga tanpa perbuatan tangan manusia. Tidak ada penjelasan, tidak ada alasan, tidak ada pemahaman, hanya kehadiran Tuhan di dalam hati kita. Walaupun kita tidak mampu melarikan diri dari penghakiman Tuhan dalam sejarah, tertulis pada dinding tanpa perbuatan tangan manusia. Walaupun puisi di dalam seluruh bahasa kesusasteraan tidak mampu, ataupun penulis hymne di dalam seluruh melodinya, tidak juga seorang pengkhotbah di dalam ikhtisar terbaiknya cukup menggambarkan bahwa rumah tersebut tidak dibuat dengan tangan, abadi di dalam surga, yang telah dipersiapkan oleh Tuhan Allah kepada mereka yang mencintaiNya. 

Sebuah batu yang tanpa perbuatan tangan manusia – dan siapa gerangan batu itu – dan apakah gerangan batu itu?  “Tuanku yang paling melihat bahwa ada sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia.” Di dalam kitab Injil, dijelaskan bahwa batu itu telah berulangkali. Di dalam bab yang ke empat puluh sembilan dari Kitab Keluaran: “Tuhan yang Maha Kuasanya Yakub; (lalu kemudian menjadi gembala, batu dari Israel).” 

 

Lalu saya membuka Kitab Psalm yang ke 118: Batu yang telah ditolak oleh para pembangun menjadi kepala dari batu penjuru. Inilah yang dilakukan oleh Tuhan, hal itu sangat menakjubkan di depan matamu.

 

Ini adalah bagian yang diacu oleh Tuhan ketika Ia berbicara mengenai dirinya di dalam bab yang ke duapuluh dari Kitab Lukas. Ayat tersebut merupakan bagian dari Psalm 118 yang diacu oleh Simon Petrus di dalam bab yang ke empat dari Buku Tindakan. Dan di dalam bab yang kedua dari surat Simon Petrus yang pertama, ini adalah batu yang menjadi “Kepala dari batu penjuru” dari seluruh dunia.

 

Lalu kemudian di dalam bab yang ke dua puluh delapan dari Kitab Yesaya:

 

Sebab itu beginilah firman Tuhan Allah, “sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya tidak akan gelisah!

 

Dan bagian itu menunjuk kepada Kristus, sang batu.

Di dalam bab yang kesembilan dalam Kitab Romawi, pada ayatnya yang terakhir, ayat yang ketiga puluh tiga, - dan ayat tersebut mengacu kembali di dalam Kitab Injil yang Suci di dalam 1 Petrus babnya yang kedua – batu ini adalah Kristus. Di atas batu karang ini, di atas ketuhanan dari Putra Tuhan, begitulah diakui oleh Simon Petrus, gereja itu didirikan. 

Dan di dalam bab kesepuluh dari Kitab 1 Korintus: “Mereka minum dari batu karang yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.” Batu yang muncul keluar dari gunung tanpa perbuatan tangan manusia. Tidak ada tangan manusia yang membuat Anak yang lahir dari perawan yang dari Roh Allah. Tidak juga ada tangan manusia yang membangkitkanNya dari kematian. Ia telah dinaikkan, dipublikasikan, digembar-gemborkan, ditunjukkan sebagai Anak dari Tuhan Allah melalui kesucian RohNya yang membangkitkanNya dari kematian. Batu yang meremukkan patung tersebut adalah Kristus, batu karang, Anak Allah. 

Sekarang, Tuhan telah mengungkapkan kepada kita kapan Tuhan Yesus Kristus Mesias akan muncul, ketika di dalam sejarah ia akan datang secara tiba-tiba, dan menghancurkan patung itu, dan memecahkannya menjadi berkeping-keping. Ia akan datang! Kemunculan dari Tuhan yang Agung dan Juru Selamat kita akan terlihat oleh mat kita ketika seluruh kekaisaran menghilang.

Di dalam khotbah hari Minggu pagi yang lalu, kita telah mempelajari menurut pengertian Tuhan bahwa kepela yang terbuat dari emas tersebut melambangkan kerajaan Babelia. Dan kedua lengan yang terbuat dari perak melambangkan Kekaisaran Medo-Persia. Dan dada serta perut yang terbuat dari tembaga melambangkan Kekaisaran Yunani. Dan kedua kaki yang terbuat dari besi melambangkan kekaisaran Romawi. Dan kedua kaki yang sebagian terbuat dari tanah liat dan sebagian terbuat dari besi. Lalu jari-jari di kaki melambangkan divisi yang sudah berjumlah sepuluh kali lipat kedalam mana seluruh bangsa di dunia ini telah ditaklukkan. 

Tidak akan pernah lagi ada kekaisaran dunia. Dan batu ini akan menyerang setelah seluruh kerajaan dari dunia menghilang. Di dalam sejarah nampaknya ada suatu kesamaan di dalam penetapan sebuah kedaulatan yang mendunia, sebuak politik, kerajaan yang berdaulat yang merangkul dunia yang beradab. Hal itu terjadi pada masa Napoleon Bonaparte. Seluruh Eropa bertekuk lutut dibawah kakinya, dan nampaknya seolah-olah cangkir dunia itu diangkat menuju bibirnya. Ia dikelilingi oleh sebuah pasukan yang terdiri dari pahlawan, gagah berani dan penuh pengabdian. Nampaknya Napoleon akan menaklukkan seluruh peradaban dunia. Tetapi sungai menelan batalion yang tak terkalahkan miliknya. Dan salju yang tidak bersuara, lembut jatuh seperti kain kafan disekitar separuh dari pasukannya yang binasa di padang rumput di Rusia – dan sebagian  lagi dari pasukannya yang gagah perkasa berbaring dengan tulang belulang mereka yang memutih atau tubuh mereka yang terkubur di dataran Waterloo. Dan sang Kaisar, yang berbaring di malam hari, dikelilingi oleh enam ratus ribu bayonet yang siap untuk berperang untuk melindunginya, lalu terbangun di pagi hari, seorang pengungsi dan orang buangan untuk meninggal sendirian di pulau karang Helena; karena Tuhan telah mengatakan enam ratus tahun sebelum Masehi, dan dua ribu tahun sebelum Napoleon lahir, bahwa setelah kekaisaran Romawi tidak akan ada lagi penguasaan atas dunia. 

Batu itu akan menyerang, demikian firman Tuhan, tidak pada zaman kerajan Babel. Batu tersebut tidak menyerag kepala patung tersebut. Batu itu juga tidak menyerang pada zaman kekaisaran Medo-Persia.  Juga tidak menyerang dadanya. Juga tidak menyerang di zaman kekaisaran Yunani. Btu itu tidak menyerang bagian perut atau pinggang. Batu itu juga tidak menyerang di zaman kekaisara Romawi. Batu tersebut tidak meremukkan pahanya. 

Bukanlah persoalan perubahan kekuasaan yang diperkenalkan pada zaman kekaisaran Romawi, ketika kaum Kristen dilahirkan bersama dengan Tuhan. Tetapi seturut dengan wahyu dari Allah, batu tersebut akan menyerang bagian kaki dari patung itu ketika pembersihan seluruh kekaisaran di dunia telah berlalu, dan ketika suku-suku bangsa di dunia terpecah-pecah, suku bangsa di Asia, Afrika, Amerika, utara dan barat.  Pada zaman itulah batu itu akan menyerang. 

Sekarang, bukan hanya Tuhan Allah yang diungkapkan ketika batu itu akan menyerang, ketika Tuhan akan datang, ketika Tuhan akan muncul, hanya pengertian dari Tuhan dan wahyu daripada mimpi ini juga akan menjadi sikap, karakter dan cara kedatanganNya dan kemunculan Tuhan. 

Pertama, batu itu adalah batu yang menghancurkan: Batu itu memecahkan dan menghancurkan batu itu akan meremukkannya jadi berkeping-keping. Begitu banyak sehingga bagian-bagiannya dihembuskan pergi “seperti sekam di tempat pengirikan di musim kemarau.” Batu yang menyerang itu, kedatangan dari Tuhan Allah Mesias, akan menjadi yang pertama dari seluruh penghancuran itu. Hal ini akan menjadi pertunjukan dunia yang tidak akan jatuh di dalam Firman Tuhan. Tuhan Allah kita di dalam tulisan wahyuNya di dalam bab yang ke dua puluh empat dari Kitab Matius mengatakan:

 

“Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang”.

 

“Matahari akan menjadi gelap:” Kekuasaan kekaisaran akan dinodai.

“Dan bulan tidak akan bercahaya” – kekuatan satelit melakukan dan membendungnya.

“Dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit:” Gereja-gereja dan penguasa sipil akan binasa. 

“Dan kuasa-kuasa langit akan goncang:” Seluruh dunia akan bergerak akan kehadiran dari kemunculan dan kedatangan Tuhan yang Agung serta Juru Selamat kita, Yesus Kristus. Ia akan datang untuk menghancurkan.

 

Pemerintahan yang dikenal oleh Nebukadnezar – dan seluruh barisan penguasa yang telah diterbangkan dari ibukota-ibukota kita, serta para kaisar, dan penguasa setelah itu – semuanya akan dibawa pergi – seluruhnya. Tidak ada lagi yang ada atau tersisa atau tertinggal. “Seperti sekam di lantai pengirikan di musim kemarau,” seluruh dunia urutan politik dan kedaulatan serta kekuatan dan kekuasan seperti yang kita kenal akan dihancurkan untuk selama-lamanya dan dibinasakan. Batu itu adalah batu yang menghancurkan. Batu itu adalah batu yang membinasakan. Batu itu adalah batu yang meremukkan. 

Tetapi batu itu adalah batu yang menyembuhkan. Ada suatu tujuan tanpa batas dari keinginan kedaulatan Tuhan Allah. Ketika bangsa-bangsa di dunia dan pemimpin-pemimpin politik mereka serta para penguasa akan dibinasakan, Tuhan sedang mempersiapkan suatu renovasi. Tuhan menghancurkan yang lama dan lalu kemudian Ia akan membawa yang baru. Dan ini juga seturut dengan Firman Allah. Pada bab yang ke dua puluh satu, permulaan iklim dari sebuah akhir dari Kitab Wahyu adalah demikian:

 

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku Yohanes melihat kota yang kudus turun dari surga dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. 

 

            Allah akan membersihkan planet tua ini. Allah akan merenovasi dunia yang sudah tua. Allah akan menciptakan kembali bintang-bintang serta langit di atas kita dimana kita mungkin bisa diami di dalamnya di dalam sebuah penciptaan baru dan sempurna serta mulia. Ribuan dan ribuan kali saya bertanya, “Apakah kita akan tinggal di surga? Dan dimanakah surga itu?” Surga akan berada di bumi ini. Dan rumah kita yang abadi akan berada di dalam bola dunia ini. “Saya melihat sebuah Jerusalem yang baru turun dari surga dari Allah, dipersiapkan laksana seorang pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.” 

            Kita akan tinggal di sini. Rumah kita akan berada di sini. Surga akan berada di sini di dalam dunia baru yang telah di renovasi dan diciptakan kembali – dan surga akan melengkung di atas kita. Batu yang meremukkan ini datang dalam rangka bahwa yang lama akan dihancurkan dan yang baru mungkin akan direalisasikan, ditarik menuju kepada kesempurnaan untuk orang-orang suci Tuhan dapat mendiaminya.

 

Robert Browning menyuruh Pippa berkata di dalam nyanyian “Morning Song:”

 

Allah berada di dalam surgaNya,

Semuanya berjalan dengan baik di bumi ini.

 

Sebuah perasaan yang indah, tetapi hendaknya menjadi benar secara teologi pada saat kita membacanya seperti ini:

 

Allah berada di dalam surgaNya,

Dan akan memperbaiki bumi ini!

 

Suatu hari, pada suatu ketika, dimana kita hidup, pada zaman dari kaki dan jari-jari kaki daripada patung itu, pada akhir penyempurnaan dari sejarah manusia, adalah campur tangan dari tanpa perbuatan tangan manusia. Adalah campur tangan dari Allah, yang turun dari surga. 

Di dalam bayangannya ia melihat sebuah batu meremukkan patung tersebut dan menjadi sebuah gunung yang besar yang memenuhi seluruh bumi ini. Marilah kita kembali lagi ke belakang dan melihat apa yang dimaksudkan terhadap telinga Nebukadnezar beserta kaum Magi yang mengelilinginya, ketika Daniel berdiri di sana dan berbicara mengenai gunung yang besar tersebut yang akan memenuhi seluruh bumi ini. Ada sebuah nama yang akan engkau temukan di dalam tulisan-tulisan kuno itu, prasasti yang bertuliskan huruf baji, yang dingkat dari reruntuhan kota Babel. Ada sebuah nama yang akan engkau temukan seorang kepala keamanan dari dewanya raja Nebukadnezar, Bel-Merodach. Nama itu adalah Shadu-Rabu, gunung yang besar - Shadu-Rabu, Gunung yang besar, nama untuk dewa mereka, Bel-Merodach. 

Saudara lihat, yang paling kuno dari seluruh kuil dari Babelia kuno adalah Nippur. Dan dewa dari Nippur yang disembah di dalam kuil tersebut adalah Enlil. Dan ketika Nebukadnezar datang beserta dengan pasukannya, ia meliputi Nippur. Dan untuknya hal itu berarti dewanya, Bel-Merodach, lebih agung dan lebih kuat daripada dewa dari Nippur. Jadi raja Nebukadnezar mengambil nama Enlil tersebut, Shadu-Rabu, gunung yang besar, dan dikenakannya kepada dewanya, Bel-Merodach, karena dewanya lebih kuat dari Enlil. Seandainya ia tidak menaklukkan Nippur – dan kuil yang paling tua dari seluruh kuil di Babelia itu disebut juga rumah dari gunung yang agung dari negeri itu, mengacu kepada Enlil. Dan sekarang Bel-Merodach merupakan gunung yang besar dari negeri itu dari seluruh bumi. 

Dan ketika nabi Daniel berdiri dan memberikan pernyataan di hadapan raja dan berkata, “Ada sebuah batu yang akan bertumbuh menjadi sebuah gunung yang besar,” Daniel mengatakan bahwa kedaulatan dan kepemimpinan politis serta kekuatan dari muka bumi ini telah diberikan pertama sekali di Babel, kemudian di Medo-Persia, kemudian di Yunani, lalu di Romawi, kemudian terpencar diantara suku-suku bangsa di muka bumi ini – bahwa akan datang suatu masa ketika semua dari seluruh kedaulatan dan kepemimpinan dan kekuasaan dari muka bumi ini akan diberikan di dalam Shadu-Rabu yang besar – gunung yang besar, batu itu, Tuhan Allah, Kristus yang Mulia, yang akan datang belakangan pada saat hari penyempurnaan untuk menghancurkan iblis dan kejahatan dari muka bumi ini, untuk membersihkannya daripada yang jahat dan kelak Ia akan merancang sebuah kerajaan yang kekal dan tidak berkesudahan serta binasa untuk orang-orang suciNya berdiam. Inilah penafsiran dari Daniel, dan maksud daripadanya adalah tentu dan pasti.

Betapa mengagumkan Wahyu daripada Allah. Tuhan dari dunia ini adalah seorang anak manusia, anak manusia itu adalah Kristus Yesus, sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia. Tuhan di dunia ini adalah inkarnasi Tuhan Allah pada manusia. Satu-satunya Tuhan yang akan pernah engkau lihat adalah Yesus. Dan satu-satunya Tuhan – adalah Yahwe yang Agung Tuhan Allah di surga dan di bumi. Suatu hari nanti Tuhan Allah yang agung akan datang, Tuhan Yesus yang agung, mulia dan terpuji, gembala dan batu dari Israel. Sungguh sebuah wahyu yang mengagumkan!

Wahyu yang mengagumkan kedua adalah: bahwa tubuh-tubuh ini akan bangkit dari debu tanah, dari jantung bumi ini serta dari kedalaman lautan, dan kita akan hidup di dalam tubuh-tubuh ini, dimuliakan, kekal, dihidupkan dan dibangkitkan daripada yang mati. Tidak ada lagi yang lama – bangsa Assiria, Babelia, Yunani, Mesir, Romawi – tidak ada lagi yang lama kecuali yang percaya di dalam kekekalan jiwa. Doktrin baru yang asing serta mengagumkan dari iman kekristenan adalah bahwa tubuh-tubuh itu akan dibangkitkan daripada yang mati. Dan kita akan hidup di dalam penglihatan Tuhan Allah selamanya, tubuh dan jiwa kita. 

Dan wahyu ketiga yang tiada tara daripada Tuhan Allah: bahwa akan datang suatu masa ketika Tuhan Allah secara pribadi akan muncul dari surga, serta merancang sebuah kerajaan di dalam dunia baru dan dimuliakan ini yang akan berdiri selama-lamanya. Ini adalah salah satu seruan dan doa paling dalam yang dapat dijumpai di dalam firman Tuhan. Sebagai contoh, nabi Yesaya mengatakan:

 

Oh Tuhan, Engkau yang membelah langit, Engkau yang akan datang, bahwa gunung mungkin dapat terbang ke bawah kakiMu, ketika kobaran api yang mencair…. bangsa-bangsa yang akan bergetar dengan kehadiranMu.

Oh Tuhan, Engkau yang akan turun ke bawah, Engkau yang dapat membelah langit sebagaimana akan menggulung kembali seperti sebuah gulungan (dan Tuhan akan tampak).

 

Dan doa yang paling sungguh-sungguh yang sama menutup Alkitab tersebut. Diluar dari kalimat-kalimat hukuman tersebut, Alkitab ditutup dengan seruan Isai yang sama ketika Tuhan Allah berkata, “Ia yang bersaksi akan hal-hal tersebut berkata, pasti Aku akan datang dengan segera.” Jawaban doa dari nabi yang sudah tua, seorang rasul dan penglihat, Yohanes, adalah: “Walaupun begitu, datanglah, Tuhan Yesus” Tuhan yang Maha Besar, turunlah, turunlah, turunlah. Di dalam dunia kematian serta penghakiman serta kejahatan dan penderitaan serta air mata, Tuhan yang agung, turunlah, turunlah – ketika pengingkaran terhadap Babel akan dicabut dari muka bumi selamanya dan asap dari apinya akan mendaki dunia ini tak berkesudahan, ketika bangsa Israel dikumpulkan kembali di tanah air mereka, ketika orang-orang yang sudah mati dibangkitkan dan para peniup sangkakala Tuhan, dan kita yang hidup dan tersisa dikumpulkan bersama dengan mereka untuk menemui Tuhan kita ketika Ia turun ke bumi menaiki awan di angkasa. 

Teks dari Wahyu 1:7:

 

Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia, Ya, Amin.

 

Batu yang tanpa perbuatan tangan manusia meremukkan patung tersebut, menghancurkannya serta bertumbuh menjadi sebuah gunung yang besar. Dan kalimat tiada tara yang sama tersebut diekspresikan di dalam nyanyian puji-pujian kita yang paling baik.  Charles Wesley – lahir pada tahun 1707. Charles Wesley mengambil doa kaum Isai yang luar biasa tersebut: “Oh Tuhan, Engkau yang paling dapat membelah langit, Engkau yang akan turun ke dunia,” dan nats dari Wahyu 1:7: “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia, Ya, Amin. Turunlah, oh Tuhan Allah,” Dan ia menulis lagu puji-pujian ini yang kita nyanyikan saat ini. Dan sering sekali saya meminta Leroy untuk memimpin kita menyanyikannya:

 

Lihat! Ia datang turun dengan awan-awan,

Sekali untuk pembunuh pendosa yang terkasih;

Ribuan dan ribuan orang suci menyertai,

Menambah kemenangan keretaNya.

Haleluya!  Haleluya!

Tuhan muncul di dunia untuk memerintah.

 

Setiap mata akan melihat Dia sekarang

Berjubahkan keagungan dan kemuliaan;

Mereka yang membangkang dan menjualNya,

Menusuk dan memakunya ke pohon itu,

Meratap pilu, meratap pilu,

Akan melihat Mesias yang benar.

 

Sekarang Juru Selamat yang ditunggu-tunggu,

Lihatlah kemegahan yang tampak hikmat;

Semua yang tidak menolakNya,

Sekarang akan menyongsongNya di angkasa.

Haleluya!  Haleluya!

Lihatlah hari Tuhan akan datang!

 

Ya, amin. Mari kita semua memuji Engkau,

Tinggi di atas tahtaMu yang abadi;

Juru Selamat, ambillah kekuasaan dan kemuliaan,

Merebut kerajaan menjadi milikMu;

Oh, cepatlah datang!  Oh, cepatlah datang!

Allah yang tak berkesudahan, datanglah.

 

Siapakah yang sedang kita nantikan? Tuhan – secara pribadi, yang hidup, memerintah, Tuhan yang hidup kembali, anak manusia, Tuhan Yesus, batu yang meremukkan patung tersebut, serta bertumbuh menjadi sebuah gunung yang besar yang memenuhi bumi ini. Sekarang, saya ingin kita menyanyikan bait yang terakhir dari lagu puji-pujian itu, dan melihat pada kata-katanya ketika menyanyikannya. Baiklah, Leroy, mari kita menyanyikannya. 

Sekarang, untuk lagu puji-pujian pengundang kita marilah kita menyanyikannya. Nyanyikanlah seluruhnya. Sebagaimana dituliskan di sini di Alkitab, Firman Tuhan, begitu juga Charles Wesley menuliskannya di dalam lagu ini – mencari Yesus, mencari Allah. Ya, amin, Tuhan yang kekal, turunlah. 

            Dan ketika kita menyanyikan bait dari lagu puji-pujian tersebut, engkau akan memberikan hatimu kepada Yesus – engaku akan meletakkan hidupmu di dalam persekutuan, lingkaran, tangan-tangan para pendoa, kasih dari gereja tercinta ini, engkau datang. Keluargamu, pasanganmu, seseorangmu – di lingkaran balkon, di lantai yang lebih rendah, ke dalam altar dan kebawah ini sampai ke depan: “Pendeta, Inilah Aku, Aku datang sekarang.” 

Buatlah keputusan itu sekarang. Dan sebentar lagi ketika kita berdiri dan bernyanyi, berdiri dan datanglah kemari. Langkah pertama akan menjadi langkahmu yang paling baik dan besar, dan para malaikat akan menyertaimu selama perjalananmu. Datanglah sekarang. Jawablah sekarang: “Inilah aku, pendeta, inilah aku datang” – sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.