Index

 

TEMPAT GEMBALA-PENGKHOTBAH DALAM RENCANA KRISTUS

(The Place of the Pastor-Preacher in Christ’s Plan)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Alih bahasa oleh Wisma Pandia, Th.M.

Editor Dr. Eddy Peter Purwanto

 

 

Pemberian Karunia Oleh Kristus

 

1. Pemberian karunia oleh Kristus merupakan hal yang paling utama dalam sumbangan yang diberikan oleh Perjanjian Baru. Suatu kemampuan yang dianugrahkan kepada setiap pria dan wanita untuk memuliakan Tuhan dan untuk memajukan pelayanan terhadap jemaat. Karunia-karunia itu kadang-kadang disebut sebagai ta pneumatica ( 1 Kor. 12:4). Tetapi di bagian lain, pemberian karunia Kristus disebut sebagai “doma” (Ef.4:8), sebuah “karunia”, sebuah “hadiah”, dan di sini ditujukan bukan sebagai sumbangan tetapi untuk memilih, dan menetapkan seseorang. Karunia-karunia diberikan Kristus kepada jemaat setelah kenaikan-Nya ke surga yang didasarkan atas kemenangan-Nya terhadap setan, dosa, dan kematian. Kejayaan, Dia memiliki hak untuk membagikan dan mengatur pemberian-pemberian yang menakjubkan. Orang-orang yang mendapat karunia  Kristus di dalam gereja adalah pendeta-pengkotbah. Betapa agung panggilanNya! Betapa menakjubkan panggilanNya! Tuhan memanggil para pendeta dan memberikan mereka tugas atas jemaatNya.

 

2. Panggilan untuk Berkotbah dicela oleh orang-orang dari dunia sekuler.

 

Di awal abad ini, seorang pengkritik sastra dari sebuah surat kabar New York, setelah mendapat sebuah buku tentang pengkotbah masa kini, termasuk dari terbitan Philiph Brooks, memberikan sebuah cercaan yaitu “Sangat disayangkan betapa banyak kemampuan dan pekerjaan yang telah dihabiskan untuk orang-orang yang bekerja terlepas dari masalah-masalah pokok yang menjadi kebutuhan utama dari manusia.”

Ketika saya memberikan seluruh hidup saya untuk menjadi seorang pengkotbah, kata-kata yang diberikan kepada saya adalah,” Suatu hal yang disayangkan untuk menyia-nyiakan hidupmu begitu saja!” Penilaian yang begitu banyak dari orang-orang yang tidak percaya di dunia ini bahwa pengaruh dari mimbar sejak lama telah ditolak oleh pikiran manusia dan bahwa kesucian mimbar merupakan sesuatu yang tidak relevan dan hambar.

Tetapi di dalam penilaian Tuhan pemberian karunia oleh Kristus merupakan hal yang paling bernilai, sangat berharga, dan (terpujilah namaNya), abadi.

Kekayaan dari gereja tidak ditemukan dalam sebuah monumen bangunan atau investasi keuangan, tetapi di dalam manusia Allah yang telah dipanggil dan ditetapkan untuk menjadi pelayan dari tebusanNya.

 

3. Kristus dari surga tidak pernah gagal untuk melimpahkan ke atas gerejaNya pemberian karunia-karunia tersebut.

Sepanjang abad hingga kedatangan Yesus kembali, Kristus memilih, Kristus mengirim, Kristus memberikan manusia pekerjaan dan akan memberkahi serta memperkaya gereja-gereja Allah.

Di zaman para Rasul ada pengkotbah-pengkotbah besar dari Allah: Petrus, Paulus, Stefanus, penginjil Filipus, Apollos sang orator, Timotius dan Titus.

Di Anti-Nicea, zaman Nicea, dan Post-Nicea ada Policarpus dari Smirna, Papias dari Hieropolis (melewati Sungai Lycus dari Laodekia), Ignatius dari Antiokia, Yustinus Martir dari Samaria, Irenius, Tertulianus, Origen, Agustinus, Cristosomus, si “Mulut Kencana.”

Di masa sebelum reformasi ada Peter Waldo, John Wicliff, Savaranola, John Huss, Thomas Cranmer, Hugh Latimer, Menno Simon, dan George Fox.

Di zaman Reformasi ada Martin Luther, Melanchaton, Ulrich Zwingli, John Calvin, John Knox, Balthasar Hubmair, Felix Manz.

Di abad ketujuh belas ada John Bunyan, Richard Baxter, Samuel Rutherford, William Guthrie, Roger Williams, William Penn.

Di abad kedelapan belas ada John Wesley, George Whitefield, Jonathan Edwards, David Brainerd, William Carey.

Di abad kesembilan belas ada Chrismas Evans, Charles H. Spurgeon, Joseph Parker, Thomas Chalmers, F.W. Robertson, Aleksander Maclaren, Charles G. Finey, Dwight L. Moody, Sam Jones, John A. Broadus, Adoniram Judson, David Livingstone.

Di abad duapuluh ada Robert E. Speer, John R. mott, George W. Truett, Lee R. Scarborough, Robert G. Lee, Billy Sunday, dan banyak lagi yang bias ditambahkan.

Selalu dan di sepanjang zaman ada pengkotbah di sana, yang dipanggil oleh Tuhan dan memberitakan kepada dunia kebenaran yang dari surga.

Ada sebuah patung dari John Bunyan di Bedford, Inggris. Terukir dalam sebuah panel hitam, kata-kata yang ditulis olehnya dalam Perjalanan Seorang Musafir yang terdapat dalam Rumah Jurutafsir, Si Kriten melihat gambar dari:

 

Seorang Pribadi yang Besar tergantung di atas dinding

Dan hal itu merupakan sebuah gambaran:

Matanya memandang kearah Surga

Kitab yang terbaik ada digenggamannya

Hukum dari kebenaran tertulis di atas bibirnya

Dunia ada di balik punggungnya

Dia berdiri seakan dia mengadakan pembelaan dengan manusia

Sebuah mahkota emas tergantung di atas kepalanya.

 

Ini adalah pengkhotbah, dan dia merupakan karunia yang diberikan Tuhan kepada dunia. Kita tidak dapat melakukan apa-apa tanpanya.

Lloyd-George, Perdana mentri Inggris pada masa Perang Dunia Pertama, mendeklarasikan,” Ketika kereta perang dari kemanusiaan tergelincir … tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali khotbah yang luar biasa yang secara tepat masuk ke dalam hati dan pikiran manusia. Tidak ada hal di dalam kasus ini yang dapat menyelamatkan dunia, tetapi hanya satu yang disebut sebagai,’kebodohan dari khotbah.’”

 

 

Tugas Ilahi dari Gembala-Pengkhotbah

 

Pengkhotbah diutus dengan sebuah misi dari Surga. Dia harus memberitakan Pesan Tuhan kepada dunia, “baik mereka mendengarkan atau tidak, sebab mereka adalah pemberontak” (Yehz. 2:5,7; 3:11).

 

1. Kotbah merupakan sesuatu yang diakui sebagai salah satu karunia dari Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Nuh merupakan “pemberita kebenaran” (2 Pet. 2:5) yang bersaksi pada masa sebelum air bah, ketika dunia dihukum (Ibr. 11:7). Pemazmur dan Para nabi menyampaikan pesan mereka melalui pembelaan, peringatan, penglihatan, dan janji-janji dari Allah.  Para nabi berkhotbah tentang hari-hari mereka dan pendahulu dari Bentara Perjanjian Baru dalam menyampaikan Injil.

Setelah keluar dari Masa Pembuangan, pembacaan dan penafsiran Kitab Suci dilakukan di dalam Sinagoge, dan secara rutin disebutkan dalam Perjanjian Baru. Yesus, “menurut kebiasaanNya,” pergi ke Sinagoge pada hari Sabat dan menyampaikan pesan yang indah tentang pengharapan yang tercatat dalam Lukas 4:17-22. Dalam Kisah Rasul 13:15, dikatakan “Setelah selesai pembacaan dari hukum Taurat dan kitab nabi-nabi”  pejabat-pejabat dari Sinagoge dikunjungi oleh dua orang pengkotbah, Paulus dan Barnabas, untuk menyampaikan pesan yang membangun. Dalam Kisah Rasul 15:21, Yakobus,  penatua dari jemaat Yerusalem dan salah seorang pemimpin dalam sidang Yerusalem, berbicara tentang fakta bahwa,”Sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat.” Yudaisme senantiasa memiliki pengajar-pengajar.

 

2. Gereja Perjanjian Baru, memiliki hal yang sama, melangkahkan kakinya dengan dasar, “mengkotbahkan Injil damai sejahtra dan membawa kabar baik dari hal-hal yang baik” – KJV (Roma 10:15). Yang Paulus sampaikan bahwa iman di dalam Kristus sebagai Tuhan akan menelamatkan setiap orang yang berseru kepadaNya (ayat 9), tetapi “bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya jika mereka tidak percaya kepadaNya? Bagaimana mereka dapat percaya kepadaNya, jika mereka tidak mendengar tentang Dia, bagaimana mereka dapat mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?” (ayat 14)

Kotbah keselamata yang Paulus maksudkan adalah memberitakan Firman Tuhan yang tercatat dalam Kitab Suci dan merupakan pusat di dalam penebusan yang dilakukan oleh Kristus. Merupakan sebuah panggilan kepada manusia untuk berpaling, beriman, dan taat di hadapan  Tuhan Yesus. Ini merupakan ketetapan Allah yang bermaksud untuk mengkomunikasikan Injil tentang pengharapan kepada orang-orang dunia yang tidak percaya dan untuk menguatkan iman kepada setiap orang yang telah memiliki perlindungan di dalam Allah kita yang hidup.

Pesan apostolic (kerygma), adalah kotbah dari orang yang pertama kali mendengar Amanat Agung dari Tuhan kita, yang terdiri atas ketujuh hal ini:

(1)   Ia merupakan sebuah tubuh yang nyata; sebuah “kebenaran yang proporsional”

(2)   Ia bukan merupakan sebuah filosofi yang spekulatif tetapi sebuah maklumat (anda dapat menyebutnya sebagai sebuah pemberitaan) dari intervensi Allah dalam sejarah manusia untuk keselamatan dari setiap orang yang mau mendengar, memperhatikan, dan menerima.

(3)   Ia berpusat di dalam karya penebusan Kristus, melalui salib dan penebusan atas dosa dan kemuliaan kebangkitan.

(4)   Ia merupakan kesaksian dan konfirmasi di dalam hati manusia melalui Roh Kudus.

(5)   Ia merupakan secara sejarah dan organisasi dihubungkan kepada Perjanjian Lama (merupakan bunga dan buah dimana Yudaisme sebagai akar dan batangnya).

(6)   Ia menekan keburukan, tuntutan yang layak atas manusia

(7)   Ia merupakan dimensi eskatologi yang luas. Langkah awal kepada sebuah kemenangan yang kekal di dalam Kristus.

 

Kebenaran Allah Melalui Pribadi Manusia

 

Di dalam pengaturan Allah, tidak ada hal seperti penyampain pesan yang mulia tentang kebenaran tanpa seorang pengkotbah. Di dalam maksud pilihan Allah tentang kehendak dan pekerjaanNya yang harus kita ketahui, disampaikan melalui seorang pribadi yang hidup. Ini merupakan esensi dari kotbah dan yang paling utama, panggilan awal dari pendeta.

Philiph Brooks di tahun 1877 dalam bukunya Yale Lectures on Preaching berkata: “Kotbah merupakan komunikasi dari kebenaran yang dilakukan oleh manusia kepada manusia. Kenyataan dari kebenaran dikomunikasikan dengan cara yang lain melalui kepribadian dari manusia kepada manusia tanpa berkotbah.”

Kotbah merupakan kebenaran Allah yang disampaikan melalui perkataan manusia, hidup, hati, tindakan dan melalui seluruh keberadaannya. Itulah sebabnya mengapa Spurgeon berkhotbah melalui sebuah “rel” dan bukan melalui sebuah mimbar. Dia mengatakan bahwa seorang pengkhotbah harus berkhotbah dengan seluruh tubuhnya dan tanpa harus ada yang tersembunyi.

Kebutuhan bagi khotbah yang hidup itu adalah kekekalan (Wahyu 14:16).

Untuk setiap konggregasi atau jemaat, dari generasi ke generasi selanjutnya kebenaran Allah harus dialami, dinyatakan, dan direinkarnasikan oleh pengkhotbah.

Sebuah artikel telah diterbitkan yang berupa panggilan terhadap sebuah penundaan di dalam khotbah. Harinya akan datang, sebuah ramalan telah dibuat, ketika setengah dari pengkhotbah yang terkenal menyampaikan khotbah melalui radio (atau bahkan televisi) untuk semua gereja dan konggregasi mereka. Pendeta lokal hanya merupakan sebuah bocah suruhan untuk orang-orang. Orang-orang kudus selanjutnya mendengarkan lentera yang besar dimana sinarnya berada di bawah permukaan air dalam kemuliaan yang lebih besar.

Mengapa ramalan ini kelihatan sangat buruk? Tiada kasih besar dapat mengasihi kita semua; tidak ada seorang suami dapat menjadi bapak dari semua anak-anak kita. Setiap generasi harus memiliki pengalaman tentang jatuh cinta, membangun sebuah rumah, membesarkan anak-anak. Jadi setiap konggregasi harus memiliki seorang pendeta yang hidup. Kebenaran Allah harus dibuat hidup secara berulang-ulang. Dan itu merupakan panggilan bagi pendeta-pengkhotbah.