Daftar Isi

 

ANUGERAH YANG DICURAHKAN ATAS PAULUS

(THE GRACE BESTOWED UPON PAUL)

 

Oleh Dr. W.A. Criswell

Diterjemahkan Made Sutomo, MA

Editor: Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 9 Januari 1956

di First Baptist Church in Dallas

 

            Pokok yang akan saya bahas dalam bagian ini adalah : Anugerah Allah diberikan kepada Paulus.  Ayat Firman Tuhan yang saya ambil sebagai dasar pembahasan kita adalah dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus.  Berikut ini rasul Paulus menulis:

 

Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; Bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.  Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di anataranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.  Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya jemaat Allah.  Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.  Sebaiknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku (1 Korintus 15:3-10)

 

Saya percaya bahwa pasal ini merupakan pasal terbesar dalam Alkitab. Saya katakan demikian karena saya melihat bahwa bagian ini memiliki salah satu gambaran aktual dari semua doktrin-doktrin dari seluruh wahyu Allah, seluruh Perjanjian Baru, yang mencakup seluruh kehidupan masa kini, kehidupan di masa yang akan datang, dan merupakan satu pasal yang tidak ada bandingannya. 

Tokoh yang kita akan soroti dalam pembahasan ini adalah rasul Paulus.  Dari kata-kata Paulus dalam perikop di atas saya menemukan beberapa pokok yang sangat penting mengenai Paulus, antara lain: Paulus menerima Berita Injil karena anugerah Allah, Paulus menerima panggilan karena anugerah Allah, Paulus bekerja lebih keras karena anugerah Allah.   

 

1. Paulus menerima merita berita Injil karena Anugerah Allah

Paulus memulai pembicaraannya dengan mengenyampingkan untuk membicarakan dirinya, tetapi secara khusus mendeklarasikan Kristus, yang adalah inti pemberitaannya.  Hal itu jelas dari pernyataannya berikut ini: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri.”  Inti beritanya termasuk: kematian Kristus, penguburan, kebangkitan, dan penampakkan diriNya.  Ini semua merupakan berita Injil.   Ia juga menegaskan bahwa berita yang ia sampaikan ini adalah berita yang ia ‘telah terima.’   Cara Paulus menerima berita Injil ini adalah bahwa Yesus yang telah bangkit itu datang dan menampakkan diri kepadanya. Untuk membuktikan dan meneguhkan kebenaran tentang fakta bahwa Yesus memang benar-benar telah bangkit dan telah menampakkan diri, Paulus menyebutkan saksi-saksi yang lebih dahulu telah berjumpa dengan Kristus.  Ia mulai dengan Kefas atau Petrus, kemudian kepada kedua belas rasul, dan ia menegaskan bahwa mereka semua masih hidup saat itu.  Selain itu Paulus juga mengatakan bahwa ada kelima ratus orang lebih yang telah menyaksikan penampakkan Yesus.  Kelima ratus saksi-saksi mata ini pun menurut Paulus, hampir semuanya masih hidup saat itu.  Kemudian ia juga menyebutkan bahwa Yesus telah menampakkan diri secara pribadi kepada Yakobus, yang kemudian menjadi gemaba sidang di Yerusalem, dan setelah itu kepada semua rasul. 

Jadi, alasan Paulus mendaftarkan nama orang-orang yang menyaksikan penampakkan diri Yesus, baik itu nama pribadi, ataupun secara kolektif, sudah jelas untuk membuktikan bahwa apa yang ia telah sampaikan kepada para pendengarnya adalah fakta yang akurat.  Dan lagi berita ini bukan sesuatu yang ia cari atau peroleh oleh karena jasanya, tapi yang ia telah terima karena anugerah Allah di dalam Kristus.

 

2. Paulus menerima panggilan karena anugerah Allah.

Dari semua saksi-saksi yang telah menerima penampakkan Kristus yang telah bangkit, Paulus secara jujur dan dengan rendah hati menyebutkan dirinya dalam urutan yang terakhir, sebagaimana yang ia katakan berikut ini: “Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku”.

Selanjutnya, sebagai dampak perjumpaannya dengan Kristus yang telah bengkit itu, Paulus mengatakan sesuatu yang aneh: “Sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya”  Kata Yunani Ektroma yang diterjemahkan “lahir sebelum waktunya” artinya “keguguran kandungan” atau seorang bayi yang lahir sebelum waktunya.  Contoh-contoh referensi dari ayat ini sungguh sangat mengagumkan sekali.  Misalnya, menurut Nabi Zakharia, menurut kitab Wahyu, dan yang pasti menurut kitab Roma 11:1-36, di mana pasal ini merupakan pasal Paulus yang hebat sekali tentang maksud pilihan Allah. 

Berdasarkan firman Tuhan, Yesus Kristus sendiri, akan menampakkan diri pada saat kita diangkat dan diambil dari dunia ini.  Ia akan menampakkan diri kepada umatNya: Kepada saudara-saudara-Nya, kepada keluarga pilihan Allah, kepada orang Yahudi, dan Ia akan datang untuk menggenapi nubuatan yang tertulis, satu bangsa akan lahir dalam satu hari.  Paulus percaya bahwa orang-orang Yahudi akan menerima Kristus sebagai Juruselamat, sebagai Mesias mereka.  Mereka akan menerima dan percaya akan Dia.  Hal itu ia tegaskan dengan berkata, “Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan” (Roma 11:26). 

Ketika Paulus menjelaskan bagaimana Yesus menampakkan diri kepadanya, ia seolah-olah berkata, “Tuhan telah menampakkan diri kepadaku seorang Yahudi, orang Ibriani. Ia telah menampakkan diri kepadaku sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.  Aku telah bertobat, aku telah diselamatkan, Yesus telah menampakkan diri secara pribadi kepadaku sebelum waktunya.”   Anda mungkin berkata, “Saya tidak percaya semuanya itu.  Itu tidak mungkin terjadi.”  Tetapi kenyataan hal itu memang benar terjadi.  Alkitab bersaksi bahwa ada seorang Yahudi yang dipenuhi amarah, dipenuhi ketidakpercayaan, yang saat itu sedang dalam perjalanan ke Damaskus untuk menganiaya orang-orang percaya kepada Yesus Kristus.  Namun, di tengah perjalanan, Yesus yang sama yang ia aniaya itu menampakkan diri kepadanya.  Dalam perjumpaan itu ia diselamatkan dan dilahirkan kembali secara rohani.  Ia menjadi orang Kristen, namun dalam kejadian itu ia merasa seperti seorang bayi yang lahir belum waktunya, di luar waktu yang semestinya. Orang itu adalah Paulus sendiri.

Paulus berkata bahwa beberapa orang pada masa-masa itu, berdasarkan Kitab Suci, bahwa Mesias telah menampakkan diri secara pribadi kepada mereka yang menjadi milikNya, saudara-saudaraNya, keluargaNya, suku yang diplih, yang diangkat menjadi umatNya.  Kitab wahyu secara mengagumkan melukiskan tentang hal ini.   Kemudian ketika Paulus berkata tentang dirinya sendiri, ia berkata, “Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, hosperei ektroma, lahir sebelum waktunya.” 

 

3. Paulus bekerja lebih keras oleh karena anugerah Allah

Kepada jemaat di Korintus Paulus menjelaskan mengapa ia menyebut dirinya sebagai rasul yang paling hina adalah karena ia telah menganiaya jemaat Allah.  Namun demikian, walaupun sebagai rasul yang paling hina, perjumpaannya dengan Yesus telah melayakkan dia menjadi seorang rasul.  Itulah sebabnya ia berkata, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia; sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah menyertai aku.”

Ketika Paulus menjelaskan tentang akibat perjumpaannya atau ketika ia mendapat panggilan, ia mengatakan sesuatu yang aneh bahwa “ia lahir sebelum waktunya”, satu panggilan yang secara tiba-tiba, dan ia tidak bisa menghindar. Sekarang, ketika menyebut tentang pekerjeaan yang ia lakukan, Paulus juga menyebut hal yang aneh, bahwa ia “telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua.”   Di sini ia berbicara tentang kerja kerasnya melebihi dari semua rasul. Bukankah itu satu hal yang janggal?  Mengapa Paulus berkata demikian?  Yang jelas ia mempunyai alasan yang kuat.   

Pertama, karena tantangan-tantangan berat yang ia hadapi. Dalam pelayanannya, di mana saja ia berkhotbah, orang-orang yang menentang dia, para pengajar Yahudi, senantiasa menyebut Paulus sebagai orang keras kepala.  Mereka berkata, “ia bukan rasul yang benar, bukan  salah satu dari keduabelas rasul, ia membelokkan Injil Yesus Kristus.”   Orang-orang Yahudi yang menentang Paulus akan berkata, “Untuk diselamatkan, pertama-tama seseorang harus menjadi orang Yahudi.  Seseorang tidak bisa diselamatkan tanpa memelihara hukum Musa.” Dan mereka juga berkata bahwa Paulus adalah rasul gadungan.  Ajaran-ajarannya bukan tentang Kristus, dan Injilnya bukan dari Allah.

Namun demikian, Paulus yang mengenal ajaran orang-orang Yahudi, apalagi  yang tadinya punya kedudukan sebagai seorang pengajar Yahudi, dan yang sekarang telah mengenal kebenaran yang sesungguhnya dalam Kristus, dengan tegas mempertahankan kebenaran yang ia telah terima dari Kristus, yang telah menampakkan diri kepadanya dan yang telah mengubah serta memanggil dan mempercayakan tugas pelayanan kepadanya.  Bila kita membaca dalam surat-suratnya, kita akan menemui bagaimana ini secara berulang-ulang kali menulis pembelaannya. Kita menemui bahwa ia dengan tegas mempertahankan dirinya, berbicara tentang dirinya, membenarkan dirinya dan dengan jelas menunjukkan dirinya. Ketika Paulus mengadakan pembelaan masalah perjumpaannya dengan Mesis, dalam pembacaan kita tadi, adalah contoh yang jelas bagaimana ia menyebutkan satu persatu bukti-bukti yang luar biasa tentang kebangkitan Tuhan: Simon Petrus melihat Dia; Yakobus melihat Dia; keduabelas rasul melihat Dia.  Lebih dari lima ratus saudara sekaligus, dan akhirnya iapun berkta “dan aku melihat Dia’”  Tetapi segera sesudah Paulus mengatakan, “Aku melihat Dia,” para pengajar Yahudi bangkit dan dengan nada mengejek berkata, “Engkau melihat Dia?  Mengapa hal itu engakau jadikan satu kesaksian?  Siapakah engkau?  Engaku adalah rasul palsu!  Engkau adalah rasul gadungan!  Engkau bukanlah utusan Injil dari Anak Allah.  Engkau adalah saksi palsu! 

Saya menyukai Paulus karena ia berterus terang, blak-blakkan dalam berbicara. Ia tidak pernah menyombongkan diri ketika berbicara tentang dirinya.  Coba perhatikan kata-kata berikut ini: “dan yang paling terakhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku. Aku adalah yang paling hina dari semua rasul.  Aku tidak layak disebut rasul, tetapi oleh karena kasih karunia Allah menyertai aku, dan hal itu tidak sia-sia.  Aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua.  Tetapi bukannya aku, melainkan kasih karuni Allah yang menyertai aku.”.  Kalau kita bandingkan dengan para teolog modern, mereka berbicara tentang apa yang orang lain katakan, mereka mempraktekkan apa yang ditulis oleh teolog-teolog lainnya.  Mereka memakai susunan editoral. Mereka menenggelamkan diri mereka dalam kesaksian mereka.  Tetapi Paulus tidak demikian.  Ketika ia berbicara di depan pengadilan, kepada dunia, ia mengatakannya berasarkan apa yang ia lihat.  Ketika ia berdiri di depan orang ia berkata: “Saudara, aku menyatakan kebenaran kepadamu.”  “Saudara, aku menyampaikan kepadamu apa yang telah kuterima sendiri, itu yang kuberitakan.  Aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua.”

Tidakkah Anda senang dengan orang seperti itu?  Saya sendiri senang.  Ia berdiri di sana di depan orang-orang dan mengatakan apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar:  dengan jujur dan secara ikhlas. Saya mengatakan saya menyukai Paulus.  Saya kira gunung tidak harus merasa malu akan bentuk luasnya.  Kita tidak percaya kalau Anak Allah harus malu dengan cahaya kemuliaanNya.  Demikian juga seorang Kristen  seharusnya tidak malu untuk bersaksi kepada dunia tentang iman mereka di dalam Kristus Yesus.  Sebagai orang Kristen, kita pun harus bisa berkata, “ini adalah apa yang saya percayai.  Ini apa yang terjadi dengan hidupku.  Ini adalah bagaimana cara Allah berbicara kepadaku.  Ini adalah kesaksian saya, dan ini adalah hidup saya.”  Demikian juga Rasul Pulus tidak pernah merasa malu untuk bersaksi pada saat itu, dan sama sekali tidak gentar menghadapi tantangan-tangan yang berat itu. 

Kedua, karena luasnya jangkauan pelayanan yang Paulus lakukan.

Mari kita perhatikan juga bagaimana Paulus bisa melakukan seluruh pelayanan misi Allah yang telah dipercayakan kepadanya.  Ia berkata, “Kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya aku telah bekerja lebih dari pada mereka semua.”  Di sini kita melihat ada perbedaan di antara rasul-rasul itu dan perbedaannya besar sekali.  Sebagai contoh, dalam surat Galatia pasal yang kedua, Paulus dengan jelas membela kerasulannya.  Sekarang ia mengatakan hal ini berkenaan dengan dirinya dan Simon Petrus, Yohanes serta Yakobus, ia menulis sebagai berikut:

 

“Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat; karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat.  Dan stelah melihat kasih karuniua yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabatan tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat.”

 

Melalui ayat-ayat di atas Paulus menjelaskan panggilan Petrus dan panggilannya  dalam menjangkau manusia di dunia ini.  Ia mengakui bahwa Petrus dipanggil untuk memberitakan Injil kepada orang yang bersunat, sedangkan dirinya kepada orang-orang yang tidak bersunat.  Paulus juga menjelaskan bahwa ketika Petrus, Yakobus dan Yohanes yang dipandang sebagai soko guru melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadanya, maka sebagai tanda pengakuan itu mereka berjabatan tangan.

Kita bisa melihat sesuatu yang menakjubkan di sini, yakni, bangsa Yahudi yang sangat kecil, yang dipandang rendah, namun Allah mengutus dua belas rasul kepada mereka, sedangkan sisa dari seluruh bangsa yang ada di dunia, yakni orang-orang bukan Yahudi, Allah mengutus satu rasul untuk mereka, dan dia itu adalah Rasul Paulus.   Dia adalah misionari kita, dan rasul kita.  Kasih karunia Allah diberikan kepadanya berbuah menjadi satu pelayanan yang besar.

Dalam kitab Roma Paulus menjelaskan bagaimana oleh anugerah Allah ia dapat melakukan pelayanan pemberitaan Injil kepada orang-orang tak bersunat.  Ia menulis:

 

Namun, karena kasih karunia yang telah dianugrahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepadaNya, yang disucikan oleh Roh Kudus.  Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah.  Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain,  kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa dan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh.  Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus.  Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di temapt-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain... (Roma 15:15-20).

 

Sekarang ini ada sesuatu yang aneh tentang pendapat yang tanpa dasar apapun berkata bahwa Simon Petrus adalah sebagai bishop di Roma pada saat itu.  Tetapi coba perhatikan perkataan Paulus berikut ini: “Aku rasul Kristus untuk orang-orang yang tidak bersunat, dan aku berkeliling memberitakan Injil di tempat-tempat di mana mereka belum memberitakan.”  Atau dengan kata lain, bukan di tempat-tempat di mana rasul-rasul telah pergi.  Mereka telah membuat satu pembagian dunia. Yang keduabelas harus pergi kepada orang-orang bersunat, yakni kepada orang-orang Yahudi, sedangkan Allah memanggil Paulus untuk pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat.  Dengan pernyataan di atas  sangat jelas bahwa Paulus adalah rasul yang memberitakan Injil di Roma di antara orang-orang yang tidak bersunat, dan bukan Petrus. Kalau demikian, mengapa ada orang-orang yang beranggapan bahwa Petrus sebagai bishop di Roma. Sekali lagi ini tidak punya alasan yang kuat.

Bila Anda membuka surat-surat yang ditulis oleh Simon Petrus, Anda akan menemukan persis seperti yang diberi garis besar oleh Allah.   Dalam rurat 1 Petrus kita bisa membaca kepada siapa surat ini di alamatkan: “Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia” (1 Pet. 1:1).  Siapakah orang-orang yang tersebar ini?  Sudah jelas mereka adalah orang-orang Yahudi yang tersebar di seluruh dunia.  Dan ketika Simon Petrus menulis surat ini, ia menulis kepada orang-orang yang bersunat, kepada orang Yahudi.  Ia dipilih oleh Allah untuk membawa Injil Kristus, pertama kepada orang Yahudi, dan kemudian kepada orang Yunani.

Paulus berkata, “Dan yang paling akhir dari semuanya ... sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya”, untuk membawa injil kepada orang-orang yang tidak bersunat.  Dan ia juga menjelaskan ada pembagian pekerjaan dalam pasal ini.  Di satu pihak ada rasul-rasul, dan dipihak lain dia sendiri.  Dan ia berkata, “Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua” (1 Kor. 15:10b).

Pernyataan itu sesuatu yang menakjubkan.  Tetapi bila Anda memperhatikannya, ada sesuatu yang dalam sekali di mana dunia ini berhutang kepada Paulus di luar segala sesuatu di mana bumi ini pernah memperhitungkan atau pernah meringkasnya.  Ketika Paulus memulai, masyarakat dunia masih kafir.  Dunia berbudaya, terpelajar, berpendidikan, memiliki kakayaan materi yang menakjubkan dan memiliki kekuatan militer.  Akan tetapi merupakan dunia kafir.  Dan di dunia kafir itu, ada seseorang menabur benih masyarakat Kristen yang baru.  Allah memberkatinya, dan bertumbuh secara luar biasa dan menghasilkan buah yang tidak dapat dibandingkan.  Di situ benih itu bertumbuh, dan di situ ada tuaian, satu masyarakat baru di atas dunia yang porak poranda, satu dunia baru telah dibangun.  Ada satu pribahasa baru, satu moral baru, satu literatur baru, satu iman baru, satu agama baru, satu hari baru, satu persaudaraan baru, satu dunia baru dengan ide-ide kebebasan dan keadilan dan kebenaran!  Dari mana datangnya semua itu? Siapa yang menanam benih itu yang berbuah untuk tuaian yang menakjubkan itu? 

Tanyakan Tarsus, siapa penyiar di sana?  Dan Tarsus akan berkata, “Paulus!” Tanyakan Efesus, “Siapa yang menabur benih?” Dan jawabannya adalah, “Paulus!” Tanyakan Korintus, “Siapa menabur benih Firman Tuhan?”  Dan jawabannya adalah, “Paulus!” Tanyakan Makedonia, “Siapa yang menabur di situ?”  Tanyakan Misia, “Siapa yang menabur di sini?”  Tanyakan Kapadokia, “Siapa menabur di sana?”  Tanyakan kota Antiok, “siapa menabur di sana?”  Tanyakan Derbe, Listra dan Ikonium, tanyakan Atena, Filipi dan Tesalonika – tanyakan ibu kota besar Antiokia dan Roma, siapa yang melanjutkan di sana?  Dan dengan suara bulat, mereka semua menjawab: yang melakukannya adalah Paulus, rasul untuk orang-orang yang tidak bersunat.  Merupakan buah dari pekerjaannya yang diberkati dan pelayanannya yang tidak ada tandingannya.”

 

Dan Alkitab ini yang saya pegang di tangan saya, Alkitab orang-orang Kristen, Perjanjian Baru, dua pertiga dari seluruh surat-surat yang ada di dalamnya ditulis oleh Paulus.  Lihat Perjanjian Baru: Lukas menulis Injil Lukas, kitab Kisah Para Rasul di bawah pengawasannya, oleh pimpinannya. Coba Anda perhatikan karya Paulus:  doktrin-doktrin Paulus, wahyu Paulus tentang Kristus, bila semua itu di ambil, saudara akan memiliki satu Alkitab yang miskin.  Perhatikan doktrin-doktrin yang luar biasa tentang kebangkitan, dibenarkan oleh iman, kedatangan Tuhan dalam kemenangan, penebusan oleh darahNya, gereja, peraturan-peraturan Allah.  Semuanya itu adalah dari Paulus.  Kemudian, bila kita ambil Paulus dari Alkitab dan ambil dia dari dunia, dan Anda akan memiliki Alkitab yang miskin, dan Anda juga akan memiliki dunia yang miskin.  Paulus adalah manusia Allah yang hebat, menakjubkan, ia membuat perkara-perkara kepahlawanan dengan iman dan dengan ketekunan di luar manusia lainya yang pernah dilihat oleh manusia.  Sejak itu Rasul Paulus telah menjadi isyarat dan terang dan satu inspirasi bagi setiap generasi  Kristen.  Orang-orang besar Allah, seperti: Athanasius, John Chrysostom, Paulus adalah orang favorit mereka.  Agustinus, Paulus adalah kesayangannya. Tokoh reformasi, Martin Luther, Paulus adalah favoritnya.  Ketika John Wesley pergi ke Aldersgate Chapel dan ia merasa ada sesuatu dalam hatinya, ia berkata, ada sesuatu rasa hangat yang aneh, dan ia menjadi berapi-api bagi Allah.  Hal itu datang, kata John Wesley, ketika ia mendengarkan seseorang membaca kata pengantar Martin Luther tentang Surat Paulus kepada orang Roma.  Seterusnya hal itu masih berlangsung hingga kini, dan itu akan berlangsung terus hingga Tuhan Yesus datang kembali.  Inilah dedikasi kehidupan rasul Paulus: “kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepadaku tidak sia-sia.  Sebaliknya aku bekerja lebih keras dari pada mereka semua.”

Saya mau mengambil contoh khusus tentang pelayanan Paulus yang tidak dapat dibandingkan.  Saya ingin mengambilnya dari mana ia menulis kata-kata itu.  Ketika ia menulis surat ini kepada gereja Korintus, ia berada di kota Efesus.  Efesus adalah kota utama propinsi Roma di Asia.  Dan ketika ia duduk dan menulis kalimat, “kasih karunia yang dianugerakan-Nya kepadaku tidak sia-sia.  Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua.”  Perkatikan apa yang ia telah lakukan di Efesus.  Efesus adalah salah satu kota-kota besar di dunia purba.  Bila Anda pergi melintasi Laut Tengah, itu persis ada di pusat sebelah selatan daerah pesisir.  Merupakan pusat propinsi Roma di Asia, dari mana seluruh benua mengambil namanya.  Efesus merupakan kota megah yang tidak ada bandingannya.  Kota itu dikepalai oleh dewi yang cantik, kejam dan tanpa belas kasihan, yang dalam bahasa Yunani disebut Artemis, dan dalam bahasa Latin disebut Diana.

Tempat berhala di sana dikategorikan sebagai salah satu dari Ketujuh Keajaiban Dunia. Tempat itu  kaya dalam hiasan, megah dalam arsitektur, tidak dapat dibandingkan dengan seluruh kekayaan dan penampilan.  Dan memiliki patung-patung yang paling indah di dunia, dan patung-patung dari emas dan perak.  Secara moral manusia dirusak oleh penyembahan berhala di luar sesuatu yang pernah kita ketahui di dunia yang jahat ini.  Seluruh khayalan telah ditangkap oleh seluruh dunia timur.   Diana adalah patung kebesaran bagi orang-orang Efesus.  Kemudian, ke dalam kota itu datang seorang yang tidak dikenal yang diutus Allah, seorang rasul untuk orang-orang bukan Yahudi.  Pertama ia berbicara di sinagog Yahudi, kemudian ia pindah ke sebuah sekolah filsafat.  Di sana ia mulai memberitakan Injil Anak Allah.  Dan Firman Allah menang, dan seluruh kota berpaling kepada Kristus.  Mereka mengumpulkan buku-buku jimat mereka dan membakarnya di depan umum.  Harga dari buku-buku itu, lima puluh potong perak, merupakan jumlah uang yang sangat besar pada zaman itu.  Karena peristiwa itu Paulus membuat rumah berhala itu kosong, akhirnya Demetrius seorang tukang perak, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis mengumpulkan semua pekerja-pekerjanya dan menimbulkan huru-hara sehingga membuat Paulus diusir dari kota Efesus.  Tetapi ia telah meninggalkan satu gereja yang mengagumkan sekali di sana. Satu gereja yang besar bahwa di pasal kedua puluh di kitab Kisah Para Rasul, ketika Paulus kembali ke situ ia tidak berani memasuki Efesus, tetapi singgah di daerah pelabuhan di Miletus, dan mengumpulkan para gembala jemaat dan para penatua.   

Ketika saya masih kecil, hampir seluruh pendeta disebut penatua: “Penatua A  atau B.”  Dan ketika saya mulai berkhotbah, mereka memanggil saya “Penatua Criswell,” walaupun saya masih tujuh belas tahun.  Kedengarannya lucu untuk saya.  Ketika saya berkhotbah di luar kota, mereka memanggil saya “Penatua Criswell” dan kepada para pendeta mereka, mereka panggil penatua-penatua.  Kadang-kadang dalam Alkitab, kita memanggil seorang pendeta itu bishop.  Kadang-kadang kita memanggil dia pendeta.  Baik bishop maupun pendeta menunjuk kepada jabatan yang sama.  Gereja di Efesus begitu mengagumkan sehingga mereka memiliki multiplikasi pendeta.  Mereka memiliki kelompok pendeta dalam gereja seperti yang kami miliki di dalam gereja kami di Dallas.  Paulus berbicara kepada mereka, dan dari kota Efesus itu, Firman Allah bergema ke luar.

Dari situlah asal gereja-gereja Asia yang Anda baca dalam kitab Wahyu.  Dari situ pula asal gereja Kolose.  Di situlah Filemon menjadi orang Kristen yang diminta untuk mengambil Onesimus, budaknya yang melarikan diri.  Semuanya itu dilakukan di dunia kafir, dunia penyembah berhala, di pusat tahta berhala. Itu dilakukan oleh Paulus, seorang rasul agung untuk orang-orang bukan Yahudi, yang “telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua.”

Sekarang, sebagai pengkhotbah, hal itu menarik bagi saya.  Saya kira saya juga telah membuat saudara tertarik.  Bagaimana pekerjaan seperti itu dapat dilakukan oleh Paulus?  Bagaimana ia bisa mengambil sesuatu dari dalam hati dan tangan Diana sendiri?  Ia mengambil semua mereka yang menyembah berhala yang berada di bawah khayalan hidup dan memenangkan mereka bagi Kristus dan menjadikan mereka orang-orang Kristen, dan kemudian membangun di sana gereja-gereja yang megah senantiasa.  Bagaimana caranya?

Berikut ini adalah cara yang harus dilakukan Paulus.  Ketika rasul Paulus pergi ke Efesus, ia mengumpulkan semua penatua gereja, lalu berkata kepada mereka:

 

Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan.  Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata ... Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu.  Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus... Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasehati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.  Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah kepada siapapun yang akan binasa. (Kis. 20: 18-21, 31, 27, 26).

 

Apakah Anda memperhatikan bagaimana Paulus melakukan hal itu?  Ia melakukan itu dengan hati yang penuh rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang terhilang. Dengarkan kata-katanya kepada orang-orang Roma: “Aku mengatakan kebenaran dalam dalam Kristus, aku tidak berdusta.  Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.  Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum bangsaku secara jasmani” (Roma 9:1-3).  Dalam Roma sepuluh ia mulai dengan cara yang sama: “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.” (Roma 10:1).

Paulus melakukan pekerjaan karena anugerah Allah, karena rasa belas kasih yang tak ada taranya dalam hatinya bagi orang-orang terhilang.  Untuk melihat orang-orang diselamatkan, sekarang saya mau mengangkat hal itu sebagai pokok yang perlu untuk diperhatikan.  Bila kita berbicara tentang orang-orang yang perlu diselamatkan seperti yang saya sampaikan saat ini, untuk mencapai hal itu, masih banyak yang harus kita kerjakan.  Paulus hidup kurang lebih dua ribu tahun yang lalu.  Dan adalah satu hal yang lumrah bagi kita untuk mengatakan, “Ya, pak pendeta, itu ada dalam Kitab dan Anda mengkhotbahkan Kitab itu.  Tetapi itu sudah begitu lama sekali, di masa lampau, tentang mujizat-mujizat, perubahan dari satu kota dan perubahan dari satu masyarakat, memenangkan seluruh dunia bagi Allah, “Itu sudah lama sekali,  waktunya berbeda, eranya berbeda.  Sekarang masanya sudah berbeda.”

Itu memang benar, dan justru karena itu saya mengkhotbahkan pasal ini.  Dalam hati saya mengatakan, “Saya akan berbicara tentang hal itu sekarang.”  Saudaraku, bila Anda pergi ke New York, ke Washington, suatu negara bagian, ke Lowa, Michigan.  Dan Anda pergi ke luar United States, dan itu seribu kali ditekankan.  Apakah Anda akan menemukan sesuatu yang mendekati satu kerajaan Baptist besar di Michigan, atau di New York, atau di negara bagian Washington, atau di Vermon?  Atau apakah Anda akan dapat menemui di luar United States?  Bahkan apakah Anda akan menemui satu contoh yang disebut Baptist?  Apakah Anda bisa menemuainya?  Sekarang, bila Anda pergi dengan saya dan berkhotbah di sana di tempat-tempat tersebut, maka Anda akan menemukan kelompok-kelompok minoritas yang kecil yang kita miliki, memakai nama gereja-gereja kita.  Tetapi bila Anda datang ke bagian Selatan, dan datang ke Texas, di sana ada Universitas besar, ada gereja yang hebat, dan Seminari yang besar.  Dan juga ada ratusan ribu orang-orang di Amerika yang adalah orang-orang dari Gereja Baptist.

Dapatkah Anda lihat bahwa itu tidak saja terjadi di Efesus, tapi juga terjadi di sini.  Itu terjadi karena ada pengkhotbah-pengkhotbah yang hebat, yang memiliki hati penuh belas kasihan terhadap orang-orang terhilang.  Dan itu tidak hanya terjadi begitu saja di Texas.  Texas akan seperti negara bagian lainnya dalam kesatuan gereja-gereja Baptist dan yang minoritas kecil yang ada di sana sini. Dan sekali lagi itu tidak akan ada di sana bila tidak ada beberapa orang di negara bagian itu yang memiliki hati yang penuh belas kasihan akan jiwa-jiwa terhilang.

Di gereja di Dallas ini, satu tahun sekali, saya mendedikasikan kebaktian untuk salah satu dari orang-orang tersebut.  Pada hari mendekati ulang tahun pernikahannya, peringatan hari kematiannya, saya selalu mengkhotbahkan satu khotbah di sini untuk mengenang Dr. Truet. 

Yang lain lagi adalah B.H. Carroll.  Saya memang tidak pernah melihat bapak Carroll.  Saya juga tidak pernah mendengar dia berkhotbah.  Ia hidup sebelum saya.  Tetapi ada seorang bapak yang saya pernah dengar, dan pada saat ini, saya ingin berbicara tentang dia.  Satu dari sekian alasan untuk Baylor University kita, satu dari sekian alasan bagi seminari yang tidak ada tandingannya di Fort Worth, satu dari banyak alasan dari gereja-gereja Baptist besar ini di negara bagian ini, salah satu alasan dari luasnya kerajaan Allah yang kami telah bangun di negara bagian Texas, dan salah satu alasannya adalah karena bapak L.R. Scarborough.

Orang macam apakah dia?  Ia adalah seorang pengkhotbah. Saya pernah duduk mendengarkan dia.  Pada saat itu saya mendengar ia berkata, “Beberapa tahun lalu, saya naik kereta api, dan di atas kereta di tempat duduk yang sama dengan saya, ada seorang laki-laki muda yang memiliki wajah yang sangat sedih yang pernah saya lihat.  Dan ketika saya menatap, Roh Kudus berkata kepada saya, ‘Pergi berbicara kepada orang itu.  Pergi berbicara kepada orang itu.”

Dan Scarborough berkata, “Tetapi saya menolak.  Saya mengeraskan hati saya.”