Daftar Isi

 

ALLAH YANG EMPUNYA TUAIAN

(THE GOD OF THE HARVEST)

 

Oleh Dr. W.A. Criswell

Diterjemahkan Made Sutomo, M.A.

 

Yohanes 15:8

09-25-88

 

            Satu pokok penting yang saya akan sampaikan pada bagian ini adalah tentang Allah yang Empunya Tuaian.  Dalam khotbah-khotbah saya di seluruh Injil Yohanes, pada pasal 15 ini, kita sebenarnya berada di pusat dari ruangan yang Maha Kudus.  Saya merasa bahwa Yohanes 14, 15 dan 16 merupakan berita yang sangat berharga dalam Alkitab.  Kemudian dalam Yohanes 17 kita menemui doa keimaman yang paling tinggi. Namun, jantung dari berita yang kudus kita temui dalam Yohanes 15:8, di mana Tuhan berkata, “Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.”

 

            Jadi, di sini Tuhan berkata kepada kita bahwa kita dapat membesarkan dan memuliakan Tuhan jika kita berbuah banyak dan menuai tuaian yang besar.  Allah tidak pernah bermaksud hari Pentakosta mempunyai akhir yang kecil, sebaliknya mempunyai akhir yang besar dalam pelayanan kita di hadapanNya.  Dalam pasal sebelumnya, Tuhan kita telah berkata, “Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.  Sebab Aku pergi kepada Bapa” (Yoh. 14:12).  Jadi, Tuhan menghendaki pekerjaan yang besar dan panen yang besar, sebagai buah dari pekerjaan tangan kita. Perhatikan keindahan syair lagu berikut ini:

 

Menabur di waktu pagi.

Menabur di waktu siang hari,

Menabur di waktu petang hari.

Dan embun malam ...

Tuaian itu segeran,

Bila pekerjaan selesai

Kita akan datang bersukacita

Membawa berkas-berkas.

(Knowles Shaw, 1874)

 

            Untuk memperoleh tuaian besar, tidaklah cukup dengan bekerja secara keras.  Ladang harus dipersiapkan, harus diolah dan harus ditabur.  Namun dilain pihak, kita harus sadar bahwa pekerjaan itu juga akan melibatkan kekecewaan dan sering ada kegagalan.

 

            Tuhan kita dengan jelas berbicara mengenai hal ini dalam perumpamaan sorang penabur.  Di situ diceritakan bahw ada seorang penabur keluar menabur.  Namun orang itu mengalami kegagalan, karena sebagian benih jatuh di pinggir jalan, dan burung-burung memakannya.  Kegagalan itu terus berkelanjutan.  Sebagian benaih itu jatuh di tanah yang berbatu-batu dan karena teriknya matahari, benih itupun layulah.  Selanjutnya kita masih melihat kegagalan lain.  Sebagian benih jatuh di tengah semak duri, dan semak itu makin besar maka benih itupun terhimpit hingga mati.

 

            Dan setiap orang yang bekerja keras dan bersaksi tentang Kerajaan Tuhan, ia harus sadar bahwa ia akan mengalami kekecewaan dan kadang-kadang putus asa dalam kegagalan. Tapi itu tidak berarti kita tidak mencobanya.  Allah telah memanggil kita untuk kerja keras dalam pekerjaan tersebut. 

 

            Pada suatu hari saya mendengar cerita yang aneh:  Seorang bapak pergi ke ladang tetangganya dan bertanya kepadanya tentang keadaan pertaniaanya.  Pertanyaan pertama yang ia ajukan adalah sebagai berikut: “Bagaimana keadaan tanaman jagungmu?”  Bapak petani tua itu berkata, “Saya tidak menanam sama sekali, karena kuatir akan kekeringan.”  Dan setelah itu ia bertanya lagi, “Kalau begitu, bagaimana dengan pohon kapasmu?”  Petani tua itu menjawab, “Saya tidak menanam sama sekali karena saya takut kepada bola kumbang bengkerek.”  Bapak itu mengajukan pertanyaan lain, “Kalau begitu, bagaimana dengan tamanan kentangmu?”  Bapak petani itu menjawab lagi, “Sama sekali saya tidak menanam karena takut hama kentang.”  Kemudian sang petani itu menambahkan, “Tetanggaku, saya akan mengatakan kepada Anda, saya tidak merencanakan menanam apa-apa tahun ini.  Saya tidak mau mengambil resiko.”

 

            Banyak kali kita sering seperti itu.  Menghadapi kemungkinan akan gagal dan kecil hati, akhirnya kita tidak mau mencoba sama sekali.  Tetapi berita yang saya sampaikan ini berasal dari Tuhan.  Jika saya menabur, jika saya berkunjung, jika saya mengetuk pintu, jika saya bersaksi, jika saya mengundang Tuhan, Allah akan senantiasa memberikan beberapa jiwa, karena Ia tidak pernah gagal.

 

Pada zaman kita, pada generasi kita, ada satu kebutuhan yang mendesak bagi pelayanan untuk bersaksi di hadapan Tuhan.  Saya mau berbicara tentang hal itu untuk zaman kita sekarang dan zaman yang akan datang.  Pertama, pada generasi kita saat ini, kita ditempatkan di bumi ini untuk bersaksi bagi Juruselamat kita.  Saya tidak bisa percaya bahwa generasi di mana saya hidup sekarang sangat berbeda dengan masa-masa waktu saya masih remaja.  Waktu itu larangan merupakan peraturan nasional di Amerika.  Seperti misalnya pada saat itu kami dilarang untuk menjual alkohol. 

 

Larangan itu merupakan hasil dari kebangunan yang terjadi di Amerika, khususnya karena hasil kebangunan rohani-kebangunan rohani yang diadakan oleh Billi Sunday. Pada waktu itu terjadi gerekan Roh Allah yang begitu dahsyat di negara kami.  Melihat pesata-pora dan para pemabuk karena alkohol, kami akhirnya mengadakan pemungutan suara.  Mereka mengumpulkan suara untuk keluar dari kehidupan nasional dari orang-orang kami. Dapatkah Anda percaya akan hal itu?  Sekarang kami diizinkan menjual bir di setiap pojokan jalan.  Saya yakin di tempat-tempat itu pasti ada orang-orang berpesta pora dan orang-orang dengan bebas meminum alkohol. 

 

Saya tidak bermasud untuk masuk ke dalam pertandingan politik. Tetapi ada satu hal yang membuat hati saya remuk, ketika mereka menang dalam pencalonan presiden United State untuk partai Demokrasi, kemudian merayakan dengan mengadakan pesta dengannya. Dan mereka semuanya minum-minuman keras!  Itu adalah Amerika modern, dan begitu berbeda dibandingkan dengan masa ketika saya bertumbuh sebagai seorang anak laki-laki. 

 

Juga, ketika saya masih kecil, perjudian jauh dari batas kehidupan masyarakat Amerika. Mungkin saja ada permainan poker atau sejenis perjudian seperti itu secara rahasia.  Akan tetapi mereka tersembunyi.  Sekarang di zaman modern ini, di dekat kota-kota Amerika, termasuk Dallas dan Houston, San Antonio, kota Oklahoma, Shreveport, kami memiliki sistim perjudian yang mana para kaum bapa memboroskan uang mereka untuk main judi.  Uang tersebut seharusnya dipakai untuk memberi makan anak-anak mereka dan membeli pakaian buat keluarga mereka.

 

Kasino-kasino yang biasanya ada di Las Vegas, tempat seperti padang pasir di bumi, daerah yang terisolir jauh, di tempat mana orang-orang memboroskan uang, waktu, dan kehidupan mereka, sekarang ada di mana-mana.  Jika Anda pergi ke kasino-kasino besar di bagian pantai timur, maka Anda akan melihat mereka berjudi seperti di Monte Carlo.  Ini adalah Amerika modern.

 

Fakta lain waktu saya masih kecil dan ketika saya bertumbuh menjadi besar, hari Minggu merupakan hari yang kudus.  Kami pergi ke gereja pada hari Minggu, dan toko-toko semuanya tutup.  Orang-orang didorong untuk mengasihi Allah dan memuji namaNya pada hari Minggu. Tetapi sekarang, hari Minggu adalah hari libur.  Jika Anda pergi ke lapangan sepak bola di Dallas, Anda akan pergi pada hari Minggu, dan Anda akan menemukan mereka di sana.  Jika Anda pergi menonton pertandingan baseball, Anda juga harus pergi pada hari Minggu.  Ada ribuan kejadian-kejadian yang bersifat rekreasi diadakan pada hari Sabat Tuhan yang kudus.  Merupakan satu generasi yang sangat berbeda, dan saya tidak melihatnya pada saat saya masih kecil. 

 

Ketika saya masih remaja, di sekolah, kami membaca Alkitab dan berdoa.  Kami juga punya kapel di sekolah.  Tetapi sekarang, itu dilarang oleh hukum di Amerika.  Anda jangan coba-coba membaca Alkitab dan berdoa di sekolah.  Dan Anda jangan coba-coba mengumumkan kebaktian di kapel.  Jadi, itu adalah satu hari yang lain dan generasi yang lain pula.

 

Sewaktu saya masih remaja, saya juga tidak pernah mendengar anak-anak diperlakukan dengan kasar, anak-anak yang disiksa dalam lingkungan keluarga. Saya tidak tau tentang ejekan atas keluarga Allah, bahkan hal itu sama sekali tidak pernah masuk dalam pikiran saya.  Tetapi sekarang, jika Anda pergi kepengadilan, ruang pengadilan dipenuhi dengan perbuatan-perbuatan kriminal dalam keluarga.  Hal-hal seperti itu sama sekali saya tidak kenal pada waktu saya masih remaja.

 

Saya menduga bahwa setiap nabi merasa diutus Allah kepada generasai yang tidak taat, yang tidak tahu menghormati.  Saya kira semua nabi merasa seperti itu.  Saya sendiri merasa seperti itu.  Saya merasa Amerika  telah direndahkan oleh karena kehidupan kita telah dirusak.  Dari pada semakin saleh dan lebih sadar akan kehadiran Tuhan, bagi saya negara kita makin lama makin rusak, hancur dan terluka.

 

Saya tidak menonton Televisi karena saya tidak punya waktu.  Saya selalu mempunyai sesuatu yang lain untuk dikerjakan.  Tetapi kira-kira dua malam yang lalau, tanpa direncanakan saya duduk di sana untuk menonton berita.  Saya sering menonton berita pada jam sepuluh malam, dan tiba-tiba saya melihat ada program yang sangat terkenal.  Ketika saya menonton, saya hampir tidak percaya.  Begitu sulit untuk dijelaskan bahwa kami mengalami kemerosotan di amana kita bisa melihat pada anak-anak kita dan pada anak-anak remaja serta dalam keluarga kita. 

 

Saya tidak tahu bagaimana harus menerima ini:  Kami memerlukan kebangunan rohani besar; kami memerlukan pencurahan Roh Allah;  kami memerlukan bantuan dari sorga untuk menolong kami.  Dan itu panggilan kita dan pelayanan kita.  Kita memerlukan Allah yang empunya tuaian. Kita harus menghasilkan buah bagi Tuhan.  Saya tidak mempunyai waktu, dan tidak akan berbicara kepada dunia yang akan datang.  Ya Allah kami yang di sorga!  Hidup kita begitu singkat dan waktu kita melayang dengan cepat.  Kekekalan begitu lama.  Apa yang harus kita katakan ketika menghadapi tahta pengadilan Allah yang menciptakan sorga dan bumi, untuk memberi pertanggungan jawab akan apa yang kita lakukan pada masa-masa kita hidup di dunia.  Kiranya Allah menyatakan belas kasihanNya kepada kita!  Dan kiranya Allah berbaik hati kepada kita yang memberitakan Injil.  Yang menabur benih dari FirmanNya dan yang mengundang orang lain untuk beriman kepada Kristus.

 

Sebagai kesimpulan dari pokok yang sudah kita bahas tadi, berikut ini saya akan menyampaikan dua pokok penting bagaimana Allah menghendaki kita untuk masuk dalam ladangNya.  Saya akan mengusulkan dua aspek:

 

  1. Dukungan Gereja

 

Satu pertanyaan yang perlu kita jawab adalah: Bagaimana Allah membuat kita masuk ke dalam ladang tuaian?   Pertama-tama bolehkah saya berbicara tentang apa yang Allah tunjukkan kepada orang-orang kita dewasa ini?  Pelayanan misi kita dan pelayanan kita dalam memenangkan jiwa-jiwa serta pelayanan gereja kita harus didukung. Tidak ada jalan lain.  Allah telah mengajarkan dan telah memberikannya dalam firmanNya yang kudus, tentang rencanaNya dan dukungan kita.  Dan betapa pun kita mungkin secara cermat telah mencoba untuk mengelaknya atau menemukan beberapa pendekatan lain tentang hal itu, kita tidak akan pernah melebihi dari hikmat Allah. Saya telah menandai dalam Alkitab saya di sini dan saya tidak punya waktu untuk membacakan semuanya kepada Anda.  Allah berkta: “Buah sulung adalah milikNya.”  Apa saja yang ada ditangan saya, buah sulung, bagian pertama adalah milikNya.  Bila saya mempunyai sepicis, satu peni adalah milik Tuhan.  Jika saya mempunai satu dolar, sepicis adalah milik Tuhan. Jika saya memiliki seputuh dolar, satu dolar adalah milikNya.  Jadi buah sulung atau buah pertama dari penghasilan kita adalah milik Tuhan.

Persepuluhan adalah kudus di hadapan Allah.  Bila saya mengutamakan untuk melayani Allah sebagai prioritas pertama dalam hidup saya, bagaimanapun juga Allah pasti akan memberkati saya.  Saya tidak mendukung tentang Injil kemakmuran dan kekayaan.  Yang saya tahu adalah demikian ini: Bahwa bila seseorang menempatkan Allah pertama dalam hidupnya, bagaimanapun Allah akan mendukung orang tersebut dan memberkati dia.

 

Bila kita membuka pintu kepada jemaat untuk mendukung pelayanan pemberitaan Firman Allah di bumi, kita harus mengingatkan mereka bahwa yang kita bahwa ke rumah Tuhan, bukan hal-hal yang kita benci, bukan sesuatu yang tidak kita sukai atau hal-hal yang menjijikkan, malainkan buah pertama atau buah sulung dari penghasilan kita.  Bila saya membawa buah pertama itu, inilah yang saya lakukan: Pertama, saya  berkata kepadaNya, “Tuhan, ini adalah milikMu.”  Kemudian setelah itu saya berkata, Tuhan, berkati apa yang Engkau berikan kepadaku.  Jadi saya menempatkan Allah pertama.  Allah akan melakukan sesuatu yang baik bagi kita bila kita melakukan hal itu kepadaNya.

 

  1. Membawa Amanat Agung

 

Aspek kedua yang saya ingin sampaikan adalah masalah mengemban Amanat Agung.  Menjalankan Amanat Agung Kristus Juruselamat kita adalah merupakan tugas dari sorga. Menyebut namaNya, memohon kehadiran dan kuasaNya adalah satu kehormatan.  Merupakan satu hal yang mulia bahwa Allah bersekutu dan bekerja dengan kita.  Kita adalah para pekerjaNya, jadi kita boleh meminta Dia untuk membantu kita.  Kita akan pergi ke rumah Tuhan dan berdoa dengan rekan-rekan seiman, bersaksi dan membawa orang-orang tersesat kepada Kristus.  Tetapi, kita harus berkata kepadaNya, Tuhan, Engkau kiranya bersama dengan kami, dan berjanjilah bahwa Engkau akan hadir ketika skami berbicara kepada mereka tentang anugerahMu yang menyelamatkan.  Saya mempunyai kenangan indah tentang satu pengalaman kitika berdoa, sesuatu yang menggerakkan hati saya. Dalam satu kebangunan Rohani yang saya pimpin pada South Main Baptist Church di Houston, tepatnya pada jam sepuluh pagi, saya memohon kepada  orang-orang yang saya kasihi untuk mendoakan orang-orang yang terhilang, yang belum diselamatkan, agar mereka dapat mengenal Yesus sebagai Juruselamat.  Saya sungguh-sungguh memohon.  Ketika kebaktian selesai, saya berdiri di sana dan rekan-rekan yang ikut berdoa berdiri disekitar saya dan mereka memberikan kata-kata dorongan kepada saya.

 

            Kemudian, tiba-tiba datang seorang masuk ditengah-tengah orang yang sedang berdiri dengan saya.  Badan orang itu tinggi dan kurus, membawa Alkitab besar yang ia jepit di bawah lengannya dan berdiri persis di depan saya dengan disaksikan oleh orang-orang yang berdiri di sekitar saya. Orang itu mengambil Alkitabnya dan berkata kepada saya sebagai berikut: “Saya telah mendengar khotbah Anda pagi ini tentang berdoa untuk orang-orang terhilang.  Di mana hal itu dikatakan dalam Alkitab bahwa kita harus berdoa untuk orang-orang terhilang?”

 

            Sebelumnya saya tidak pernah ditanya pertanyaan seperti itu. Jadi saya merasa gugup, tidak bisa bicara.  Orang itu berkata lagi, “Di mana dikatakan hal itu dalam Alkitab?”  Berikan saya pasal dan ayatnya.  Akhirnya saya berkata kepadanya, “Saudara pengkhotbah, saat ini, siapapun Anda, saya tidak bisa menjawab.”  Kemudian dia pergi dan berkata, “Kamu bukan seorang pengkhotbah Alkitab.”   Setelah berkata demikian, ia keluar dari gedung gereja dengan merasa sebagai orang yang telah menang, dan meninggalkan saya di antara orang-orang yang mengagumi saya.

 

            Setelah selesai kebaktian, saya pergi ke kamar hotel dan duduk di sana, dan merasa patah hati.  Saya berkata kepada Tuhan, “Tuhan, ada apa dengan saya? Orang gila itu menanyakan saya pertanyaan yang sederhana, dan saya tidak bisa menjawabnya.  Tuhan, ada apa dengan saya dan bagaimana dengan berita yang saya khotbahkan?  Dari pengalaman ini saya mau memberitahukan Anda bahwa dari sekian pengalaman, saya mempunyai satu pengalaman yang aneh dan pada satu saat Anda pun akan mengalaminya, tetapi Anda akan merasakan Tuhan datang kepada Anda untuk menolong.  Saya merasa hal itu ketika saya duduk di kamar hotel, di mana Tuhan datang ke sana dan menaruh tanganNya di pundak saya.  Tuhan berkata kepada saya, “AnakKu, tidakkah kamu pernah membaca di mana itu ditulis oleh rasulKu, nabiKu dan Paulus sebagai pengkhotbah menulis dalam Alkitab: “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, suapaya mereka diselamatkan?” (Roma 10:1).

 

            Paulus berkata, “keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan” supaya orang-oranku (orang Yahudi) diselamatkan.  Jadi, berdoa kepada Tuhan dan bersaksi kepada orang-orang yang terhilang adalah pekerjaan yang menyenangkan hati Allah.  Dan Ia mempunyai jawaban untuk kita dari sorga.

 

            Sekarang saya akan memberi ilustrasi sederhana, sebisa-bisa saya, untuk menjelaskan satu kebenaran.    Pada suatu hari, ada sorang wanita yang kekasih dalam gereja kita yang tercinta ini, datang kepada saya dan berkata, “Pendeta, suamiku masih terhilang.  Apakah bapak bisa datang ke rumah dan berdoa untuk dia dan membimbing dia kepada Tuhan Yesus?  Saya menjawab, “tentu saja, saya akan ke sana.”

 

            Jadi karena saya diundang, saya pergi ke rumahnya.  Setiba di rumahnya, saya diperkenalkan dengan suaminya yang ia katakan masih terhilang itu.  Di situ saya duduk di ruangan keluarga.  Setelah percakapan dengan cara baik dan penuh kemurahan, wanitu itu berpaling kepada suaminya dan berkata, “Suamiku, apakah kamu bersedia berlutut di sini di depan pendeta?  Berlutut dengan saya dan dia akan berdoa?”

 

            Anda bisa bayangkan saya sebagai tamu di rumah itu, dan sudah tentu suami ibu itu tidak mau menunjukkan sikap tidak menghargai.  Jadi mereka berdua berlutut di hadapan saya sementara saya duduk di kursi.  Untuk memenuhi permintaan wanita itu, saya berdoa untuk suaminya agar dia diselamatkan.  Ketika saya berdoa, ada sesuatu yang lembut dan hangat jatuh di tangan saya, dan itu adalah air mata wanita itu.  Memang hal itu hanya sesuatu yang kecil.  Tetapi saya teringat hal itu dengan jelas sekali sebagai kenangan dalam hidup saya – satu perasaan ketika saya berdoa, air mata yang lembut dan hangat dari wanita itu jatuh ke tangan saya.  Kejadian itu mengingatkan saya akan cerita dalam Yesaya pasal 38, ketika Hizkia memalingkan kepalanya di tembok lalu menangis dan berdoa.  Dan Allah berkata kepadanya, “telah Kudengar doamu. Aku telah melihat air matamu.”  Dan Aku telah menjawab dari sorga.

 

            Suami wanita itu akhirnya diselamatkan secara ajaib.  Kesaksian hati yang mencintai dan peduli akan orang-orang yang terhilang lebih dinamis dari semua khotbah, dari semua pengkhotabh di bumi yang pernah disampaikan.  Satu hati yang peduali, hati yang dibakar oleh kasih akan jiwa-jiwa yang terhilang, adalah hati yang kita perlu miliki.  Kita harus berdoa agar Tuhan memberikan hati seperti itu. Bila kita peduali akan jiwa-jiwa yang terhilang, Tuhan sendiri akan meremukkan hati mereka.  Kemudian sesudah itu Allah sendiri akan memeberikan kepada kita tuaian jiwa-jiwa.  Hal itu sangat berharga di mataNya.

 

            Tuhan kita menangisi kota Sion.  Ia menangis di Taman Getsemani.  Tuhan kita bahkan menangisi saudari-saudari Lazarus yang sedang berdukacita karena kematiannya. Sebagai orang Kristen, kita perlu prihatin akan jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.  Kita perlu berdoa minta jiwa-jiwa dalam iman dan para petobat-petobat sebagai hasilnya.  Apakah anak-anak Anda semuanya ada dalam lingkungan keluarga yang mengasihi dan percaya kepada Tuhan? Apakah satu saat mereka akan berada dalam kemuliaan di sorga?  Dan demikian juga para tetangga dan jiwa-jiwa di Sekolah Minggu dan mereka yang datang dalam kebaktian di gereja kita, apakah satu saat mereka akan berada dalam kemualian Allah?  Kita harus berdoa agar Tuhan memberikan kita jiwa-jiwa.