Come Back

AKU TELAH BERDOSA --

APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?

(I Have Sinned – What Shall I do?)

 

Oleh Dr. W.A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini sebelumnya dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas

pada tanggal 30 Mei 1982

 

 

           

“Kalau aku berbuat dosa apakah yang telah aku lakukan terhadap Engkau ya penjagaku?”  (Ayub 7:20)

 

JERITAN HATI ORANG BERDOSA BERSIFAT UNIVERSAL

 

Mari kita membuka Ayub 1:1 “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub, orang itu saleh dan jujur ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Itulah yang dikatakan Alkitab tentang dia. Sekarang perhatikan apa yang Allah katakan tentang dia lagi: “Lalu bertanyalah Tuhan kepada Iblis, apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub sebab tidak ada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan?” Itulah yang Allah katakan tentang Ayub dan kemudian ketika kita membaca fasal tujuh dari kitab yang sama, yaitu ayat dua puluh, di sana kita membaca jeritan hati yang begitu mendalam dari bapa patriakh yang saleh itu: “Aku telah berdosa, apa yang harus aku lakukan?” (terjemahan Alkitab King James Version, I have sinned, what shall I do?). Ini adalah jeritan atau seruan yang bersifat universal, bukan hanya jeritan atau tangisan Ayub dalam Perjanjian Lama saja. Ini adalah jeritan dari semua orang di manapun juga, termasuk kita. Ini bukan hanya jeritan Firaun yang telah menindas umat Allah yang berkata, “Aku telah berdosa.” Ini juga bukan hanya jeritan raja Saul yang telah tidak mentaati Allah dan Roh Tuhan meninggalkan dia sehingga ia berseru, “Aku telah berdosa.” Ini juga bukan hanya jeritan Yudas Iskariot yang menangis dan berseru dan berkata: “Aku telah berdosa karena aku telah menyerahkan darah orang yang tidak berdosa.” Tetapi ini juga merupakan jeritan bagi seorang pengkotbah istana dan nabi yang agung, yaitu Yesaya, yang berseru dan berkata “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang najis bibir dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir” (Yesaya 6:5). Ini juga menjadi jeritan Rasul Paulus ketika ia berkata, “Diantara semua orang berdosa, akulah yang paling berdosa.” Ini juga menjadi jeritan dari Rasul Yohanes yang menulis dalam Kitab Suci: “Jika kita berkata bahwa kita tidak ada berbuat dosa maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada dalam kita” (1 Yohanes 1:10).

 

Tetapi bukan hanya itu pengakuan yang ada dalam Alkitab. Dalam 1 Raja-raja, dan dalam 1 Tawarikh akan dikatakan bahwa tidak ada seorangpun yang tidak pernah berdosa. Dan di dalam Roma 3 yang merupakan panduan doktrin keselamatan tertulis: “Sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemulian Allah” (Roma 3:23). Namun bukan hanya dalam surat Roma, tetapi ratapan yang sama juga ditemukan di dalam semua literatur-litertur kuno. Suphocles, seorang yang terkenal dari Yunani berbicara tentang universalitas dosa kita. Dan Seneca seorang filsuf dari mashab Stoa dan seorang jurnalis juga berbicara tentang kutuk yang ada pada umat manusia karena universalitas dosa.

 

Bukan hanya di mana Injil diberitakan dan di mana iman Kristen diperkenalkan, maka di sana ada pengakuan dosa, karena ini bersifat universal di antara semua suku-suku dan bangsa di seluruh dunia. Betapapun terbelakangnya atau betapapun terdegradasinya suatu bangsa atau suku bangsa, semua manusia di manapun juga, di mana mereka berada terus menerus mengulang jeritan ini, “Aku telah berdosa, apa yang harus aku lakukan?” Di Afrika yang begitu luas saya pernah melihat darah di bawah pohon atau di bawah batu karang atau di suatu bukit, dan ini adalah darah yang dipercikkan oleh para animis untuk korban bagi kesalahan-kesalahan mereka. Di sungai Jumna saya pernah melihat kerumunan orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya, mereka membasuh dirinya di dalam air sungai itu yang mereka anggap suci dan melalui apa yang mereka lakukan itu, mereka berpikir bahwa mereka akan memperoleh penyucian dari dosa-dosa mereka. Di seluruh dunia entah itu di gereja, di kuil-kuil, saya telah melihat orang-orang mengadakan seremonial, mengadakan ritual-ritual dengan tujuan agar mereka memperoleh penyucian dari dosa-dosa mereka. Kutuk dosa dirasakan oleh semua orang “jiwa yang berdosa itu harus mati, karena upah dosa ialah maut.” Dan Allah sendiri yang menjelaskan itu. Saya tidak dapat lari dari penghakiman akan dosa. Saya adalah manusia yang sedang sekarat dan saya sedang berkotbah di sini untuk orang-orang yang sedang sekarat. Seandainya saja saya tidak berdosa maka saya tidak akan menghadapi penghakiman, namun karena saya adalah orang berdosa maka pastilah saya mati dan setelah itu dihakimi dan itulah sebabnya mengapa Ayub berseru dalam kesedihan yang mendalam: “Aku telah berdosa, apa yang harus aku lakukan?”

 

 

USAHA MANUSIA UNTUK MELARIKAN DIRI

DARI KENYATAAN DIRINYA YANG BERDOSA

 

Ada banyak hal yang kita coba untuk kita lakukan. Salah satunya adalah menyalahkan orang lain dengan berkata bahwa itu bukan kesalahanku tetapi kesalahannya, itu adalah kesalahan mereka. Itulah yang mengkarakteristik manusia yang adalah keturunan Adam. Adam berkata: “Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan.” Dan kemudian perempuan itu berkata kepada Tuhan Allah, “Ular itu yang memperdayakan aku maka ku makan.” Sejak hari kejatuhan manusia yang begitu tragis itu, kita semua selalu mencoba untuk menyalahkan orang lain atas kesalahan-kesalahan kita. Orang yang telah dinyatakan bersalah seringkali mengelak dengan berkata, “Itu bukan kesalahan-kesalahan saya, itu adalah kesalahan hakim, itu adalah kesalahan polisi, itu adalah kesalahan masyarakat, itu adalah kesalahan budaya di mana saya tinggal, itu adalah kesalahan geng di mana saya bergabung di dalamnya, itu adalah kesalahan yang disebabkan oleh pengaruh buruk orang-orang yang bersama dengan saya, itu adalah kesalahan orang tua saya dan itu semua bukanlah kesalahan saya.” Ada satu amsal atau pepatah atau sindiran yang berulangkali diucapkan kepada umat Allah yaitu Israel, dan anda dapat membacanya dalam Yeremia. Anda juga dapat membacanya di sini yaitu dalam kitab Yehezkiel 18:2, dikatakan “Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu?” Namun selanjutnya Tuhan Allah berfirman: “Demi Aku yang hidup kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran itu lagi di Israel, sungguh semua jiwa Aku punya, baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa itu harus mati.” (Yehezkiel 18:3-4)

 

Menurut Firman Allah dosa dan kejahatan orang tua kita, diturunkan kepada generasi kita, namun itu bukanlah perasaan bersalah atau guilt. Perasaan bersalah atau guilt itu tidak diturunkan. Saya tidak memiliki rasa bersalah oleh karena dosa-dosa ayah saya. Tetapi saya merasa bersalah karena dosa-dosa saya sendiri. Saya yang berdosa dan saya yang harus bertanggung jawab. Perasaan berdosa yang ada dalam diri kita itu adalah oleh karena dosa-dosa kita. Mereka yang berdiri di hadapan Allah dihakimi menurut dosa-dosa mereka. Dan saya yang berdiri di hadapan Allah dihakimi menurut dosa-dosa yang saya perbuat. Jika saya berdosa itu adalah pilihan saya, saya yang melakukannya, maka saya harus bertanggung jawab, dan saya harus dihakimi. Seluruh air di samudra tidak dapat merusak kapal kecuali kapal itu ada di samudera, begitu juga iblis di neraka tidak dapat merusak jiwa saya, kecuali saya mengundang dia masuk ke dalam hati saya. Saya sendiri yang harus bertanggung jawab untuk dosa-dosa saya, bukan ayah saya atau bukan ibu saya, bukan teman-teman saya, bukan nenek moyang saya dan bukan geng di mana saya bergabung.

 

Jika saya berdosa itu adalah pilihan saya sendiri dan saya harus bertanggung jawab dan menerima penghakiman. “Aku telah berdosa, apa yang harus aku lakukan?” Seringkali kita berharap agar waktu menghapusnya, namun ingat bahwa tidak ada waktu bagi Allah, tidak ada hari kemarin atau hari esok, Allah melihat segala ciptaan di dalam present atau waktu sekarang. Oleh sebab itu, waktu tidak akan dapat menghapus dosa-dosa kita. Salah satu kisah yang teramat tragis atau yang dicatat oleh Alkitab dalam Kejadian 49, Israel atau Yakub sedang sekarat dan kedua belas putranya berkumpul mengelilingi dia dan salah satu dari anak-anak itu akan menerima berkat dari Yakub. Ia memulai dari Ruben anak sulungnya, Ruben adalah anak yang seharusnya menerima ahli waris dan berhak menerima berkat karena dia adalah anak yang sulung, tapi Yakub berkata pada Ruben “Ruben… engkau yng membual sebagai air tidak lagi engkau yang terutama sebab engkau telah menaiki tempat tidur ayahmu, waktu itu engkau telah melanggar kesuciannya, dia telah menaiki petiduranku!” Dosa Ruben ini telah dilakukan 40 tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, anda lihat di sini bahwa waktu tidak merubah dosa anda di hadapan Allah.

 

Kemudian kita berharap untuk bisa menyembunyikan segala dosa dan kesalahan kita. Mungkin tak seorangpun mengetahuinya dan itu mungkin berada di tempat yang tersembunyi. Namun walaupun semua itu tersembunyi, itu pun tidak akan mengubah warna dosa itu di hadapan Allah dan tak dapat menghindarkan diri anda dari penghakiman Allah yang sangat mengerikan. Firman Allah berkata bahwa Ia mengetahui setiap hati manusia dan mengenal setiap jiwa manusia. Semua upacara seremonial atau upacara ritual-ritual yang dilakukan oleh manusia di seluruh dunia adalah satu usaha untuk menyembunyikan dosa-dosa mereka. Saya berpikir tentng seruan Mikha dalam Mikha 6:6-7. “Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?” “Aku telah berdosa apa yang harus aku lakukan?” (Ayub 7:20)

 

Ketika saya masih muda, saya pernah pergi ke New York City. Pada waktu itu belum ada Televisi dan kami semua berkumpul mengelilingi satu pesawat radio kami untuk mendengarkan National Broadcasting Company yang dipancarkan dari gedung RCA oleh Radio City di New York. Jadi saya sebagai anak muda yang baru pertama kali pergi ke kota New York, saya mengunjungi studio itu dan duduk di sana bersama beberapa orang untuk mendengarkan siaran radio nasional itu. Kami mendengarkan satu presentasi drama yang sungguh dramatis, yaitu sebagai berikut ini:

 

Ada seorang laki-laki yang datang dan masuk ke kantor seorang dokter dan Ia berkata kepada dokter itu, “Dokter anda lihat noda ditangan ini? Potonglah tanganku ini.”

Dokter itu memeriksa tangannya dan kemudian ia berkata “Mengapa tuan, tidak ada sesuatu yang salah dengan tangan anda.” Dan orang itu berkata:

“Tetapi dokter, anda tidak mengerti. Istriku yang paling cantik dan milik berharga yang saya miliki suatu kali sedang bepergian dan ketika waktunya pulang, saya membelikan dia hadiah yang indah dan akan memberikan surprise atau kejutan untuknya. Saya masuk ke kamarnya dan menarik laci lemarinya di mana ia menyimpan barang-barang pribadinya untuk menyembunyikan hadiah yang kubelikan itu di dalam laci lemari itu, sehingga ketika ia membukanya ia akan menemukan hadiah yang telah aku siapkan itu dan ini menjadi surprise yang melukiskan kasih sayang dan perhatianku kepadanya. Namun ketika aku membuka laci untuk menyembunyikan hadiah yang telah aku siapkan itu di sana aku menemukan satu bundel surat yang diikat dengan pita biru yang indah. Saya langsung berpikir bahwa surat-surat itu adalah tulisan tangan dari seseorang yang istimewa baginya. Aku mengambil bundelan surat itu dan membuka pita biru yang mengikatnya itu dan membaca surat itu satu per satu. Di sana tidak ada nama dan alamat dari penulisnya, namun di sana hanya tertulis “Kekasihmu.” Ketidak-setiaan dan pengkhianatan dari istri saya tertulis di sana, halaman demi halaman yang sedang ada di hadapan saya sehingga saya menjadi kalap.

Dan dokter ketika ia pulang, ia menyalamiku dengan begitu manis dan dengan lemah lembut ia berkata kepadaku, “Aku sangat bahagia ada di rumah kembali.” Dan ketika saya tidak meresponinya dia berkata, “Apakah kamu baik-baik saja, apakah kamu sakit, apakah kamu tidak senang melihat aku pulang?”

Dan dokter, malam itu ketika kami akan tidur, dia masuk ke ruangannya dan sementara aku masuk ke dalam ruanganku sendiri dan setelah aku memberikan waktu kepadanya untuk tidur aku melangkah ke pintu kamarnya dan mendengarkan hembusan nafasnya. Aku membuka pintu itu dan masuk mendekati dia yang berbaring di tempat tidurnya. Terang bulan yang bersinar pada waktu itu menyinari wajahnya yang cantik dan tanpa dosa, kemudian aku berpikir bagaimana mungkin istriku ini tidak setia? Dokter kemudian aku melingkarkan kedua tanganku ke lehernya dan mencekiknya dan pada waktu itu dia memandang wajahku dengan penuh keheranan dan setelah itu matilah dia. Dan dokter ketika ia mati darahnya mengalir dari mulutnya membasahi tanganku- anda lihat tanda ini bukan? Potonglah dokter! Potonglah tanganku ini dokter!

Apa yang saya telah lakukan di kamar itu tidak ada yang menyaksikan. Dan polisi juga tidak mengusutnya.  Namun setelah beberapa hari kemudian, teman baiknya menelepon saya dan berkata, “Ngomong-ngomong, ketika kamu melihat barang-barang pribadi istri kamu, apakah kamu menemukan satu bundel surat yang diikat dengan pita warna biru?”

Saya berkata, “ya, mengapa?”

Dan ia, sahabat perempuan istri saya itu berkata “Maukah kamu mengembalikan itu kepadaku? Surat itu adalah milikku, surat-surat itu ditulis untukku dan aku memberikan surat itu kepada istrimu agar ia menyimpannya karena aku merasa tidak nyaman untuk menyimpanya di rumahku. Aku memberikan surat-surat itu kepada istrimu dengan meminta supaya ia berjanji tidak akan pernah membaca surat-surat itu dan jikalau kamu tidak keberatan maukah kamu mengembalikan surat-surat itu kepadaku?”

Dan dokter aku berkata kepadanya, “Maksudmu surat-surat itu ditulis untukmu, bukan untuk istriku?”

Ia menjawab, “Memangnya kenapa? Ya surat-surat itu milikku. Bolehkah aku mengambilnya kembali?”

Oh dokter dengan tanganku sendiri aku telah membunuh istriku yang tidak bersalah yang begitu cantik dan mencintaiku. Dokter noda di tanganku ini, tolong singkirkan! Potonglah tanganku ini!

Ketika dokter itu pergi ke ruangan lain, ia mendengar suatu suara letusan, ia cepat-cepat kembali ke ruangan itu dan ternyata laki-laki itu sedang sekarat berlumuran darah di lantai dan ketika ia mau mati, ia berbisik katanya, “Aku akan pergi menyusul istriku untuk meminta maaf kepadanya.”

 

Kisah terkenal dari Macbeth mungkin adalah kisah yang paling dramatis dari semua drama yang pernah ditulis. Atas dorongan Lady Macbeth, suaminya mengambil belati dan menghujamkan ke jantung tamu yang ada di istananya sendiri. Ia membunuh Duncan raja Skotlandia. Ketika ia kembali kepada Lady Macbeth, tangannya berlumuran darah yang mengalir dari belati itu. Lady Macbeth berkata kepada suaminya: “Pergi dan cucilah tanganmu. Sedikit air akan membersihkan diri kita dari benih ini.” Ketika Macbeth menyuruh suaminya untuk membersihkan tangannya, suaminya itu berkata: “Akankah samudera raya Neptune, dapat membersihkan darah ini bersih dari tanganku? Tidak! Tanganku ini akan menyebabkan semua lautan memerah, Membuat samudera biru menjadi merah.”

 

 

DOSA HANYA DAPAT DITEBUS

OLEH DARAH YASUS

 

“Aku telah berdosa, apa yang harus aku lakukan?” Aku tidak dapat menghapus dosa-dosaku, aku tidak dapat menyelamatkan diriku sendiri. Aku tidak dapat membersihkn noda pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan jiwaku, apa yang harus aku lakukan? Ini adalah berita Injil dari anugerah tentang Anak Allah. Itu disebut “kabar baik” bahwa di dalam Kristus ada kesembuhan dan keselamatan dari dosa dan ada pengampunan dari segala kejahatan. Yesus berkata ini adalah darah-Ku darah Perjanjian Baru yang dicurahkan untuk penyucian segala dosa.

 

Dosa dapat dihapus

Hanya oleh darah Yesus

Jiwa dapat ditebus

Hanya oleh darah Yesus

 

Oh! darah yang kudus

Oh! darah penebus

Jiwaku di tebus

Hanya oleh darah Yesus

(Robert Lowry, “Nothing but the Blood”)

 

            Ada satu pengalaman yang kita semua pernah alami, yaitu ketika kita menjelaskan tentang pertobatan kita, yaitu ketika kita berjumpa dengan Tuhan Yesus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Mungkin kita memiliki cara yang berbeda dalam menyaksikan akan pertobatan kita itu, tetapi ada satu pengalaman yang pasti kita semua alami dan itu adalah apa yang telah dilakukan Allah melalui Kristus untuk mengampuni dosa-dosa kita. Kitab Suci menjelaskan kebaikan Allah ini kepada kita seperti dalam Mazmur 103 Ia berfirman, “Sejauh Timur dari Barat demikian dijauhkannya dari kita pelanggaran kita.” Sejauh  Timur dari barat demikian Allah telah memindahkan dosa-dosa kita dari diri kita. Dalam Yesaya 44 nabi ini berkata bahwa “Allah telah menghapuskan segala dosa pemberontakanmu seperti kabut yang diterbangkan angin dan sekarang dosamu seperti awan yang tertiup.” Dan dalam pasal 44 ini nabi besar ini juga berkata, “Dan setelah dosamu seperti awan yang tertiup kembalilah kepada-Ku sebab Aku telah menebus engkau!” Hosea berkata, “Roh Allah telah melemparkan dosa-dosamu ke dalam samudera.” Itulah sebabnya ada sesuatu di dalam iman Kristen yang tidak mungkin ditemukan dalam agama-agama lain.

 

            Selama satu dekade saya pernah melayani sebagai seorang gembala di suatu negara bagian. Ketika saya melayani baptisan, saya akan berdiri di tepi sungai atau danau untuk mengkotbahkan Injil dan orang-orang berkumpul untuk mengelilingi saya dan saya tidak pernah melupakan ketika saya berdiri di sana dengan Alkitab di tangan saya untuk mengkotbahkan Injil anugerah di dalam Anak Allah. Ketika saatnya tiba untuk membaptiskan orang-orang yang telah bertobat, mereka selalu menyanyikan lagu ini:

           

Hari nan bahagia!

                Yesus menghapus dosaku!

                Ku diajarnya berdoa

                Dan senantiasa bersuka

                Hari nan bahagia! Yesus menghapus dosaku!

(Lagu no 179, Nyanyian Pujian)

 

            Inilah apa yang telah Allah lakukan kepada kita. Ini adalah tujuan Juruselamat kita datang ke dunia, yaitu agar Ia menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka. Dan inilah apa yang Yesus telah lakukan bagi kita, ketika saya membuka hati saya untuk Tuhan dan Ia akan menyucikan dosa-dosa saya yang semerah kermizi itu dan menjadikan putih seperti salju. Oh, betapa mulianya, nama-Nya sehingga tidak heran kita senantiasa memuji, memuliakan dan mengucap syukur kepada-Nya, karena Ia telah mengerjakan karya keselamatan bagi kita.

 

            Siapa yang dapat menyelamatkan kita? Tuhan dan Juruselamat kita yang agung telah menghadapi dan menerima penghakiman Allah karena menanggung dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita. Ia telah menggantikan kita dihukum, menerima hukuman atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan, dengan demikian Ia menebus kita dan menyelamatkan kita dan serta membuka gerbang pembenaran dan kemuliaan bagi kita. Sehingga kita orang berdosa melalui penebusannya boleh masuk ke dalam hadirat Allah. Kita telah disucikan dan dibersihkn di dalam darah Anak Domba, penasehat ajaib kita, sahabat kita, mediator kita, perantara kita, yang akan mendampingi kita pada hari penghakiman. Oh, Tuhan Yesus Kristus kami mengasihi Engkau! Kami memuji Engkau, kami mengucap syukur kepada-Mu.

 

            Kesimpulan: Aku telah berdosa apa yang harus aku lakukan? Itulah pertanyaan anda, itulah pertanyaan semua orang dan jawaban yang pasti dan satu-satunya jawaban untuk pertayaan ini adalah datanglah kepada Kristus, serahkan hidupmu sepenuhnya kepada Dia, percayalah kepada-Nya dalam iman dan engkau akan beroleh selamat. Engkau akan dibebaskan dari seluruh dosa-dosamu dan dibebaskan dari penghukuman dosamu sehingga engkau menjadi orang merdeka dan pintu gerbang kerajaan sorga terbuka bagi anda.