MENYELAMATKAN BANGSA

(THE SAVING OF THE NATION)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Mazmur 33:12

 

4/04/80

 

Bagi beberapa orang dari anda yang baru hadir pertama kali di sini, untuk anda ketahui bahwa ini adalah tahun keenam puluh empat kami dalam mengadakan ibadah Pra-Paskah di pusat kota ini. Dr. Truet telah memulainya 64 tahun yang lalu di gedung theater di pusat kota. Dan selama kami dapat menggunakan gedung itu, kami mengadakan ibadah yang seperti ini di pusat kota. Tetapi ketika gedung theater itu dibongkar dan dihancurkan sekitar dua tahun yang lalu, kemudian kami memindahkan pertemuan ibadah itu ke ruangan gereja ini. Dan sejak itu kami mengadakan ibadah di tempat yang indah ini.

Tema dari khotbah tahun ini adalah “Allah Berbicara Kepada Amerika.” Dan itu merupakan keinginan yang berasal dari dalam hati saya untuk dapat berbicara dalam kesempatan ini sehubungan dengan krisis yang luar biasa yang sedang dihadapi Amerika. Di dalam berbagai segi kita sedang berhadapan dengan krisis itu. Dengan para sandera di Teheran dan Bogota, dan di dalam konfrontasi masalah nuklir dan perluasan kekuasaan Rusia, dan di dalam kebijaksanaan pemerintahan kita yang membawa kegentaran yang hebat dan ketakutan yang tidak kepalang tanggung bagi hati kita, Amerika membutuhkan pencerahan. Membutuhkan sebuah kelahiran kembali. Membutuhkan lawatan dan campur tangan dari sorga. 

Dan hal-hal itu menjadi tema bagi kita pada tahun ini. Ini adalah pertama kalinya bagi saya untuk menyiapkan khotbah yang bersifat patriotik. Tetapi kelima khotbah ini saya tujukan untuk kebaikan negara kita ini dan perjuangan bangsa kita. Pada hari senin, judul khotbah kita adalah: “Apakah Perang Berada Di dalam Kehendak Allah?” Pada hari selasa: “Warna Merah Pada Bendera Kita Adalah Darah .” Hari rabu, “Kanker Yang Menggerogoti Kita.” Kemarin judul khotbah kita adalah “Perbudakan Atau Kebebasan? Dan khotbah pada hari ini adalah sebuah khotbah doa permohonan. Ini adalah kesimpulan dari khotbah-khotbah sebelumnya, yang berjudul: Menyelamatkan Bangsa.

Ayat pertama dari Mazmur pasal seratus dua puluh tujuh yang ditulis oleh Salomo, merupakan sebuah ayat yang sudah kita kenal semenjak kita masih kanak-kanak, ayat itu berkata, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Dan ayat lain yang memiliki makna dan keindahan yang sama terdapat dalam Mazmur 31:12 yang berbunyi, “Berbahagialah bangsa yang Allahnya adalah Tuhan, suku bangsa yang dipilihNya menjadi milikNya sendiri.”

Mencintai negara adalah sebuah hasrat yang mulia di dalam hati manusia. Sir Walter Scott menulis di dalam syairnya yang berjudul  “Lay of the Last Minstrel”:

 

Ada seseorang yang bernafas di sana dengan jiwa yang mati

Yang tidak pernah berkata kepada dirinya sendiri

Ini adalah milikku, tanah kelahiranku

Yang hatinya tidak pernah berkobar-kobar

Seperti jejak langkahnya yang letih dalam  perjalanan pulang

Dari pengembaraan yang terdampar di negri asing?

 

Tiga puluh tahun yang lalu, pada tahun 1950 selama empat bulan, saya pergi mengelilingi dunia dalam sebuah misi ke Amerika Selatan,  Afrika,  Eropa Selatan,  Asia Tengah, India, Indonesia, Philipina, Hongkong, Okinawa, dan Jepang, serta akhirnya kembali ke Amerika. Dan setelah pergi selama bulan-bulan yang sulit, saya sangat mengingat emosi yang bergejolak di dalam hati saya, ketika pada pagi yang gelap, pilot mengumumkan melalui sistem suara di pesawat yang berkata, “Lampu-lampu yang anda lihat berikutnya di  sebelah kanan anda adalah lampu-lampu dari kota di Amerika.”

Ini adalah sebuah negeri yang menyenangkan dan indah dan mulia, kaya dan penuh sumber daya, penuh dengan anugerah. Dengan puncak pegunungan yang menjulang tinggi, hutan-hutan yang luas, padang rumput yang lebar dan sungai-sungainya yang berliku-liku, dan kota-kota yang padat penduduknya. Saya berpikir bahwa lagu yang sering kita nyanyikan, seharusnya menjadi lagu kebangsaan Amerika.

 

Oh, betapa indahnya langit yang luas

Cahaya yang kuning dari biji gandum

Warna yang ungu dari gunung-gunung yang tinggi

Atas hasil buah-buahan!

Amerika! Amerika!

Allah mencurahkan anugerahNya atas engkau

Dan memahkotai kebaikanmu dengan persaudaraan

Dari ujung samudera hingga samudera yang bersinar!

 

[dari; Amerika Yang Indah, oleh Katherine Lee Bates]

 

Setelah keluar dari keputusasaan dari penjajahan selama berabad-abad oleh Dunia Lama dan negara yang lama, para Pengembara dan para pendiri negara kita ini datang ke sebuah Dunia Baru untuk mencari kemerdekaan, kebebasan sebuah kehidupan yang baru dan mulia. Dan didalam pencarian mereka terhadap sebuah pertahanan melawan penindasan dan sebuah jaminan terhadap hak-hak dan kebebasan manusia, mereka berusaha mencarinya di dalam model pemerintahan yang ada di dunia. 

Para pendiri negara ini pertama sekali mereka berpaling ke Spanyol untuk menemukan sebuah model untuk pemerintahan kita. Dan mereka bahwa di Spanyol, hak-hak dan kemerdekaan dari rakyat dijamin oleh sebuah monarki, akan tetapi para pendiri negara ini berpendapat,  “Jika sebuah monarki dapat menjamin hak dan kemerdekaan, maka monarki yang sama dapat menyingkirkan hal itu.”

            Kemudian mereka berpaling ke Inggris untuk menemukan sebuah model bagi pemerintahan kita; dan di sana mereka menemukan bahwa hak-hak dan kemerdekaan dari rakyat dijamin oleh sebuah parlemen. “Tetapi,” kata mereka, “jika sebuah parlemen dapat memberikan jaminan terhadap hak-hak dan kemerdekaan rakyat, maka parlemen yang sama dapat menyingkirkan hal itu.”

            Mereka kemudian berpaling ke Prancis untuk sebuah model bagi pemerintahan kita, dan menemukan bahwa di Prancis, hak-hak dan kemerdekaan rakyat dijamin oleh sebuah keputusan sebuah mayoritas. “Tetapi,” kata mereka, “jika sebuah suara mayoritas dapat memberikan jaminan terhadap hak-hak dan kemerdekaan, maka mayoritas yang sama itu dapat menyingkirkannya.”

Kemudian pada akhirnya mereka memandang ke sorga dan menemukan di dalam karakter dan di dalam pernyataan Firman Allah yang Mahakuasa, ada sebuah jaminan dan penjaga terhadap hak-hak dan kebebasan manusia, dan sebagai pertahanan melawan penindasan. Dan mereka menulis di dalam kalimat pertama dokumen itu: “Bahwa kami di hadapan Allah dan di hadapan hukum keadilan menyatakan bahwa seluruh ciptaan Allah memiliki kebebasan dan kesetaraan.” Dan itu adalah komitmen yang luar biasa terhadap kemerdekaan dan kebebasan manusia di dalam negara kita yang telah bertahan selama bertahun-tahun. Sebuah komitmen yang didasarkan kepada Allah dan memandang ke atas sorga.  

Ketika Konvensi Konstitusional dipanggil, ketiga belas koloni ini hampir putus asa karena menemui jalan buntu. Kemudian pada akhirnya, setelah berhari-hari dan berminggu-minggu yang diwarnai dengan perdebatan dan diskusi, seorang tua yang bernama Ben Franklin berdiri dan membuat pidato, yang menyatakan bahwa kita tidak akan memiliki pengharapan untuk sukses, kecuali memohon berkat kepada Allah yang Mahakuasa.

Akhirnya dia membuat gerakan di dalam Kongres itu, Kongres Kontinental untuk berdoa kepada Tuhan. Dan sesudahnya setiap sesi dibuka dengan permohonan atas berkat Allah terhadap setiap diskusi dan debat serta pembahasan yang mereka lakukan.

Ketika kita mengingat tentang George Washington, kita mengingat bahwa dia berlutut di lapisan salju di Valley Forge, meminta tuntunan Tuhan dan pimpinanNya atas Pasukan Revolusi yang telah mengalami kehancuran yang kecil dan yang telah terpukul serta acak-acakan. Tetapi kita lupa bahwa Geoge Washington yang sama, juga melihat ke sorga untuk meminta tuntunan Allah serta berkatNya atas negara yang baru lahir. Ketika seorang tamu yang terkenal dari Inggris datang ke Amerika dan hadir pada sesi Kongres Amerika, dia bertanya kepada sekretaris negara, yaitu negarawan Charles Thompson, “Yang manakah Tuan Washington?” Dan sekretaris negara itu menjawab, “Ketika Kongres akan berdoa, seseorang yang akan berlutut adalah George Washington.” 

Salah satu hal yang paling dramatis bagi saya, dari seluruh insiden di Amerika adalah kejatuhan dari Pasukan Konfederasi di Virginia. Dan untuk pertama kalinya setelah mengalami empat tahun konflik yang mengerikan, Presiden Amerika, Abraham Lincoln, berjalan ke Richmond, gedung Konfederasi. Dia tidak menunggang kuda seperti seorang pahlawan, atau dalam penghormatan umum sebagai seorang penakluk. Dia berjalan masuk ke dalam kota sebagai seorang warga yang sederhana, berjalan menelusuri jalanan. Setiap orang dapat menembak dia dari jendela manapun.

Dia berjalan ke State House, dan ke dalam kantor Presiden Konfederasi. Dan duduk di meja Jefferson Davis, dia menundukkan kepalanya dan berdoa untuk kesembuhan bangsa Amerika.

Dia tidak pernah hidup untuk menyaksikan jawaban doa itu. Tetapi hari ini, Alabama dan Georgia dan Mississippi dan Texas menjadi bagian dari Perserikatan sama seperti Connecticut dan New York dan Illionis, yang disokong oleh desakan dari manusia Allah ini, yang meminta berkat Allah atas bangsa kita.

Salah satu kenangan yang paling tajam di dalam hidup saya adalah ketika ada  panggilan pada hari pertempuran, di Perang Dunia kita yang terakhir. Pesan telah dikirim bahwa ketika pesan itu tiba, orang-orang Amerika kita telah menggempur benteng terakhir dari Hitler di daratan Eropa, sehingga segera saja kita semua berkumpul di gereja-gereja kita, meminta berkat Allah atas usaha yang signifikan dan luar biasa itu.

Pada saat itu saya menjadi pendeta pada tahun 1940 di Muskogee, Oklahoma. Dan pesan itu datang sekitar jam dua pagi, pesan itu menyampaikan bahwa pasukan Amerika telah mendarat di pantai Normandy. Tiba-tiba saya bangun dan berpakaian, dan berjalan menuju gereja untuk berdoa dan meminta berkat Allah atas pasukan kita.

Dan ketika saya berjalan ke dalam gereja, saya tidak mempercayai pandangan mata saya. Muskogee memiliki sebuah Gereja First Baptis yang indah, sebuah bangunan yang besar berbentuk sepatu kuda dengan balkon yang berada disekelilingnya. Ketika saya masuk kedalam ruangan gereja, tempat itu penuh sesak, penuh dengan orang di tiap bagian lantai bawah dan sebagian berdiri di atas balkon, pada jam dua pagi.

Doa orang banyak sungguh nyata kuasanya. Allah memberkati usaha itu dan memberikan kepada kita sekali lagi kebebasan dan kemerdekaan bagi rakyat kita.

Saya tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada dunia seandainya Hitler memenangkan perang dan kita dikalahkan. Di Jerman dia memenjarakan pendeta-pendeta. Dia memasukkan ke dalam penjara setiap orang yang memanggil nama Tuhan. Kita tidak akan berada di sini pada hari ini, seandainya Allah tidak menjawab doa dari rakyat Amerika.

Dan saudara-saudari yang terkasih, sekalipun kita hidup dan mati, masa depan terletak dalam faktor-faktor yang tidak dapat diperhitungkan dari Allah. Mazmur yang sudah kita baca berkata, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Semua masa depan kita, semua takdir dari tahun-tahun yang terbentang di depan kita terletak di dalam pilihan dan kehendak serta tujuan Allah yang Mahakuasa, dan tidak ada di bagian yang lain dimana takdir itu dapat ditemukan. 

Ketika kita berpaling ke dalam lembaran-lembaran sejarah, merupakan sebuah hal yang menakjubkan tentang apa yang kita baca dalam Kitab Tawarikh. Salah satu pasukan yang hebat pada masa lalu adalah pasukan Sanherib. Bangsa Asyur merupakan sebuah bangsa yang brutal dan kejam serta penakluk yang mengerikan. Di bawah Sanherib yang merupakan seorang prajurit yang hebat, mereka menaklukkan dunia. Dan dia mengepung Yerusalem dan mengirim sebuah surat kepad Hizkia, meminta penyerahan tanpa syarat. Itu berarti perbudakan dan kehancuran kota itu.

Dan Hizkia mengambil surat itu dan pergi ke Bait Allah dan meletakkannya di hadapan Allah. Dan ketika dia berlutut di hadapan Yang Mahakuasa, Yesaya diutus oleh Tuhan kepadanya dan berkata, “Peperangan itu bukanlah milikmu tetapi milikKu.”

Dan pada malam itu, Allah mengirim sseorang malaikat, yang melenyapkan seluruh pasukan Sanherib. Dan Pada pagi hari, raja Niniwe menghitung tentara yang tewas, yaitu sebanyak 185.000, seperti yang disebutkan oleh Alkitab. Itulah Allah.

Semua sejarah berlangsung seperti itu. Pada tahun 1588, Raja Philiph dari Spanyol mengumpulkan armada laut yang paling hebat yang pernah ada pada masa itu, dan dia mengirim mereka untuk menghancurkan Inggris. Dan Tuhan Allah hanya memanggil salah satu pelayanNya. Dia memanggil salah satu anginNya dan berkata, “Carilah armada itu dan hancurkan. Hembuskan mereka ke atas batu-batu karang.” Dan Armada Spanyol dihancurkan oleh tangan Allah yang Mahakuasa.  

Salah satu hal yang paling menakjubkan dari semua kejadian yang pernah saya baca dalam sejarah adalah pertempuran Waterloo: Napoleon, seorang yang jenius, dan di sisi yang lain adalah Duke Wellington, yang memimpin pasukan Inggrisnya. Ketika pertempuran dilangsungkan. Napoleon tidak waspada bahwa di depannya ada sebuah jalan yang cekung. Dan ketika dia memberikan perintah kepada pasukan kaveleri untuk menyerang, kuda-kuda itu, menuju jalan yang cekung itu, tanpa peringatan, tanpa dapat dikendalikan, pasukan kaveleri itu masuk ke dalam parit itu, ke dalam jalan itu. Dan pasukan kaveleri itu saling tersandung satu sama lain. Dan seluruh pasukan besar yang sedang bergerak itu tersandung semua. Dan keseluruhan usaha dari Napoleon tergeletak tak berdaya di dalam sebuah tumpukan para prajurit.  

Siapa yang akan pernah memikirkan hal yang seperti itu? Itulah Allah, hal-hal yang tidak dapat diperhitungkan dari Allah yang Mahakuasa. 

Mengapa Jerman tidak menemukan bom atom? Saya berkata bahwa mereka sudah pernah mengusahakannya. Tetapi Allah menahannya, dan memberikannya kepada Amerika, yang dengan hal itu, kita dapat mengakhiri Perang Dunia II dalam kejayaan dan kemenangan terhadap rakyat kita. Dan hal itu hingga kini di dalam seluruh masa depan kita telah menjadi bagian kekuatan dari Amerika. 

Saya akan menutup khotbah ini. Ketika saya masih muda, saya senang berdeklamasi. Suatu ketika saya memenangkan piala perak dalam lomba deklamasi. Sebuah deklamasi adalah sebuah pidato, sebuah pidato yang dibuat oleh beberapa negarawan terkemuka dan hal itu menjadi sebuah kenangan dan disampaikan oleh anak-anak muda di sekolah menengah, seperti saya.

Bagi saya, hal yang paling mengesankan dari seluruh pidato, deklamasi yang pernah saya dengar berasal dari Henry W. Grady, yang merupakan editor dari Atlanta Constitution dan merupakan seorang negarawan Kristen yang luar biasa yang pernah hidup di Amerika. Dan inilah ringkasan dari pidato yang pernah disampaikannya.

Henry W. Grady sedang berbicara atas kebesaran Amerika, dan dia berkata, “Saya telah berdiri di Hampton Roads di Teluk Chesapeake, dan di sana saya melihat pemandangan dari kekuatan Angkatan Laut Amerika. Dan kemudian di sepanjang pantai, ada parade kekuatan pasukan kita. Ketika saya melihat angkatan laut itu dan juga ketika saya melihat ke arah pasukan itu, saya berkata, ‘Sungguh kekuatan Amerika terdapat di dalam militernya dan kemampuan angkatan lautnya.”’

Kemudian orator yang terkemuka itu berkata dia kemudian berdiri di bawah kubah dari Capitol Building di Washington, D.C.  Dan ketika dia melihat proses demokrasi, dia berkata, “Sesungguhnya kekuatan dan kemampuan dan kemuliaan Amerika terletak di dalam institusi demokrasinya, di dalam majelis pemerintahannya.” 

Kemudian dia berkata, “Beberapa waktu kemudian, saya menjadi tamu di sebuah rumah di Georgia, di pertanian salah satu teman lama saya semenjak masih kanak-kanak. Dan di penghujung hari, setelah seluruh pekerjaan selesai dilakukan, sang ayah mengumpulkan seluruh anggota keluarganya bersama-sama dan dia membuka Alkitab dan membacanya. Kemudian dia berlutut dengan istrinya dan anak-anaknya di dalam doa.

Dan  Henry W. Grady berkata, “Saat saya berlutut bersama dengan teman saya dan keluarganya di sana dengan keluarga itu dalam lingkaran doa malam, saya berpikir bahwa kemuliaan dari angkatan laut dan kemampuan militer Amerika akan lenyap. Bahkan Gedung DPR AS dan bagian-bagian pembuat hukumnya akan lenyap. Dan kemudian ada sebuah keyakinan yang datang ke dalam hati saya bahwa kekuatan Amerika ditemukan dalam kehidupan yang saleh dari rakyatnya.”

Apa yang terbukti benar pada masa Negarawan Selatan dan Orator itu, memiliki kebenaran yang juga sama pada hari ini. Allah memberkati Amerika.

Dan saya telah meminta kepada pelayan musik kita agar dia menutup ibadah Pra-Paskah minggu ini dengan semua nyanyian kita yang merupakan doa yang sederhana kepada Tuhan, Yang telah menuntun dan menghakimi takdir dari seluruh bangsa-bangsa di dunia. Dan doa di dalam lagu ini merupakan doa permohonan kita.