NEGARA INI DI BAWAH PEMERINTAHAN ALLAH

(THIS NATION UNDER GOD)

 

Dr. W. A. Criswell

Mazmur 33:12

08-19-84

 

           Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung dalam ibadah ini bersama dengan kami. Bagi anda semua yang sedang mendengarkannya melalui siaran radio maupun yang menyaksikannya melalui siaran televisi. Ini adalah  Gereja First Baptist Dallas, dan ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Negara Ini Di Bawah Pemerintahan Allah.  

            Latar belakang dari teks khotbah kita merupakan sebuah pengakuan yang sederhana dan indah yang diambil dari Mazmur 33, ayat 12 yang berbunyi: “Berbahagialah bangsa yang Allahnya adalah Tuhan, suku bangsa yang dipilhNya menjadi milikNya sendiri.”

            “Berbahagialah bangsa yang Allahnya adalah Tuhan.” Dan inilah bangsa kita, bangsa Amerika; betapa besarnya rasa bangga yang kita miliki, ketika kita memandang ke atas tanah kelahiran kita, daratan yang terbentang luas, dari ujung samudera ke samudera yang lain. Sebuah negeri yang menyenangkan, yang indah dan mulia, kaya dan penuh sumber daya. Dengan puncak pegunungan yang menjulang tinggi, hutan-hutan yang luas, padang rumput yang lebar dan sungai-sungainya yang berliku-liku, betapa besar rasa bangga dan sukacita yang rasanya sulit untuk saya ungkapkan ketika kita memandang ke atas bangsa kita, negara Amerika.

            Beberapa tahun yang lalu, badan misi luar negeri dari denominasi kita mengutus saya untuk berkhotbah keliling dunia. Saya pergi selama empat bulan; dan pada saat saya kembali pulang, waktu itu merupakan tengah malam, dan pilot mengumumkan melalui pengeras suara yang ada di pesawat, “Lampu-lampu berikutnya yang anda lihat di sebelah kanan anda adalah Kalifornia.” Oh, saya sudah sampai di rumah! Saya sudah sampai di Amerika!

            Sir Walter Scott menulis di dalam syairnya yang berjudul "Lay of the Last Minstrel:"

Ada seseorang yang bernafas di sana dengan jiwa yang mati

Yang tidak pernah berkata kepada dirinya sendiri

Ini adalah milikku, tanah kelahiranku

Yang hatinya tidak pernah berkobar-kobar

Seperti jejak langkahnya yang letih dalam  perjalanan pulang

Dari pengembaraan yang terdampar di negri asing

Penghormatan terhadap Amerika kita

Sepanjang jalan di sana, terdengar sebuah bunyi terompet

Bunyi drum yang riuh

Cahaya warna-warni memenuhi udara

Penghormatan terhadap bendera yang berkibar

Tanda dari sebuah bangsa yang kuat dan besar

Terhadap rakyatnya dan dari orang asing yang salah

Kuasa dan kemuliaan dan kekuatan

Hidup dalam warna-warna untuk berdiri atau jatuh

Berikanlah penghormatan

Sepanjang jalan di sana

Bunyi terompet dan drum yang riuh

Hati yang loyal terangkat tinggi

Berikan penghormatan, terhadap bendera yang berkibar.

 

            Sekitar satu blok dari gereja kita ada sebuah bangunan yang indah berbentuk kubus yang disebut dengan Kubus Ucapan syukur. Dan dibalik gedung bundar dari monument yang indah itu, ada sebuah patung perunggu dari Jendral Washington yang sedang berlutut dalam doa. Itu adalah sebuah replika, sebuah tiruan dari patung pahlawan  bapa-bapa pendiri negara kita yang sedang berlutut di Valley Forge. Di dalam sebuah musim dingin yang mengerikan pada tahun 1777, Pasukan Revolusi menghadapi kekalahan yang hebat. Dan di dalam saat yang tragis itu, George Washington berlutut dalam doa kepada Allah untuk meminta anugerah penyertaanNya atas bangsa yang baru lahir ini. Sepuluh tahun kemudian, lima puluh orang yang gagah berani berkumpul di Balai Kemerdekaan di Philadelphia untuk menulis konstitusi dari negara kita. Dan di atas meja pemimpin sidang terdapat satu buku, firman Allah yang suci, yaitu Alkitab. Seorang pengunjung dari Inggris suatu kali bertanya kepada seorang sahabatnya, “Yang manakah George Washington?” Dan jawaban yang diterimanya adalah, “Ketika Kongres akan berdoa maka pria yang akan berlutut adalah George Washington.”  

            Dan konstitusi yang telah mereka tulis merupakan salah satu dokumen yang terbesar tentang kemerdekaan dan kebebasan yang berasal dari Firman Allah, salah satu dokumen terbesar yang dapat ditemukan sejarah politik atau literatur manusia. Ketika bapa-bapa pendiri negara kita ini berkumpul untuk menulis dokumen mengenai sistem pemerintahan, mereka berusaha mencari sebuah dasar dan sebuah jaminan bagi hak-hak dan kemerdekaan rakyat; sebuah pertahanan melawan tirani dan penindasan.

            Pertama sekali mereka berpaling ke Spanyol untuk menemukan sebuah model untuk pemerintahan kita. Dan mereka berkata bahwa di Spanyol, hak-hak dan kemerdekaan dari rakyat dijamin oleh monarki, maka para pendiri negara ini berkata, “Jika sebuah monarki dapat menjamin hak dan kemerdekaan, maka monarki yang sama dapat menyingkirkan hal itu.”

            Kemudian mereka berpaling ke Inggris untuk menemukan sebuah model bagi pemerintahan kita; dan di sana mereka menemukan bahwa hak-hak dan kemerdekaan dari rakyat dijamin oleh sebuah parlemen. “Tetapi,” kata mereka, “jika sebuah parlemen dapat memberikan jaminan terhadap hak-hak dan kemerdekaan rakyat, maka parlemen yang sama dapat menyingkirkan hal itu.”

            Mereka kemudian berpaling ke Prancis untuk sebuah model bagi pemerintahan kita, dan menemukan bahwa di Prancis, hak-hak dan kemerdekaan rakyat dijamin oleh sebuah keputusan sebuah mayoritas. “Tetapi,” kata mereka, “jika sebuah suara mayoritas dapat memberikan jaminan terhadap hak-hak dan kemerdekaan, maka mayoritas yang sama itu dapat menyingkirkannya.”

            Kemudian pada akhirnya mereka berpaling kepada Allah yang Mahatinggi dan menemukan  di dalam natur, di dalam kebenaran dan pernyataan Allah yang merupakan dasar dan jaminan bagi hak-hak dan kemerdekaan rakyat. Hal-hal ini terbukti sendiri di hadapan Dia, dan itu yang mereka sampaikan. Dan dihadapan Tuhan serta di hadapan hukum semua manusia diciptakan untuk memiliki kebebasan dan kesetaraan. 

            Negara kita dibangun di dasarkan atas gereja dan keluarga Kristen. Tidak ada seorang pun dari anak sekolah yang tidak mengetahui bahwa para penakluk dari Spanyol datang ke mari, ke Dunia Baru hanya untuk mencari emas. Tapi Para Pengembara dan Orang Puritan datang ke pantai New England untuk menemukan Allah. Dan bangsa yang mereka dirikan adalah bangsa terbesar di dunia yang pernah ada.

            Apa yang membuat sebuah bangsa menjadi besar? Apakah karena ekspansi yang luas dari territorial bangsa itu? Seandainya demikian maka Rusia, Siberia, akan menjadi bangsa terbesar di dunia. Jika sumber daya yang menjadikan sebuah bangsa menjadi besar maka Brazil akan menjadi bangsa terbesar di dunia. Jika populasi yang luas yang membuat bangsa menjadi besar maka India akan menjadi bangsa terbesar di dunia. Jika peradaban masa lalu yang membuat bangsa menjadi besar maka Cina akan menjadi bangsa terbesar di dunia. 

            Tetapi sebuah banga menjadi besar adalah—

Bukan oleh tanahnya yang subur tapi oleh orang-orang yang mengerjakannya

Bukan oleh hutannya yang luas, tapi oleh orang-orang yang memanfaatkannya

Bukan oleh kekayaan yang dimiliki, tetapi oleh orang-orang yang mengusahakannya

Bukan oleh sistem transportasi yang luas, tetapi oleh orang-orang yang membangunnya.

Seperti yang disampaikan oleh Lyman Abbott, “Amerika adalah sebuah negeri yang besar ketika Colombus menemukannya. Dan orang-orang Amerikalah yang membuatnya menjadi sebuah bangsa yang besar.”  

Ketika saya menjadi siswa di sekolah umum, saya memenangkan sebuah piala perak dalam sebuah lomba deklamasi pidato. Dan salah satu pidato yang saya ingat dan yang saya sampaikan dalam kontes itu adalah pidato yang pernah disampaikan oleh salah seorang negarawan, seorang orator ulung dari selatan yaitu Henry W. Grady, editor dari Atlanta Constitution.  Dia berbicara tentang rahasia dari kebesaran Amerika. Dia berkata bahwa pada suatu hari dia sedang berdiri di pantai Teluk Chesapeake—di Hampton Roads—dan, dia sedang melihat sebuah pemandangan dari kekuatan angkatan laut dari Amerika Serikat. Dan ketika dia melihat pemandangan itu, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Sesungguhnya kebesaran dan kekuatan Amerika terletak di dalam kekuatan armadanya, di dalam militernya serta kemampuan angkatan lautnya.”

Kemudian dia berada di Washington D.C. dan melihat ke arah Gedung DPR AS. Dan saat dia duduk di sana dan melihat Senat Dan Gedung  tempat mereka membuat keputusan, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Tidak,  kekuatan dan kebesaran dan kemuliaan Amerika terletak di dalam institusi demokrasinya, di dalam majelis pemerintahannya.” 

Setelah itu beberapa waktu kemudian dia berkunjung ke rumah salah satu sahabatnya,  di daerah kelahirannya di Georgia. Dan setelah seluruh pekerjaan selesai dilakukan, sang ayah mengumpulkan seluruh anggota keluarganya bersama-sama dan dia membuka Alkitab dan membacanya. Kemudian dia berlutut dengan istrinya dan anak-anaknya di dalam doa. Dan  Henry W. Grady berkata, saat dia berlutut di sana dengan keluarga itu, dia berpikir bahwa kemuliaan dari angkatan laut dan kemampuan militer Amerika akan lenyap. Bahkan Gedung DPR dan bagian-bagian pembuat hukumnya akan lenyap. Dan saya melihat, kekuatan dan kebesaran Amerika yang sesungguhnya. Hal itu terletak di dalam kehidupan rakyatnya yang saleh.”

            Sekalipun kita hidup atau sekalipun kita mati, kita akan menghadap Allah Yang Mahatinggi, hakim dari semua bangsa-bangsa. Sejarah bertebaran di sepanjang pantai dari kisah umat manusia yang secara literal ditutupi oleh rongsokan imperium-imperium besar pada masa lalu. Salah satunya, dan merupakan yang terbesar diantara semuanya dan yang telah hancur di depan mata kita adalah Imperium Inggris.

            Pada bulan Juni 1897, ada sebuah pertemuan besar di London, di Gedung Inggris yang mulia, pertemuan besar dari orang-orang yang hebat, penguasa-penguasa yang megah, para pangeran, raja-raja, para perdana menteri, sebuah pertunjukan arak-arakan kebesaran yang pernah dikenal oleh dunia. Mereka sedang merayakan Jubelium Permata yang kedua dari Ratu Viktoria. Dan pada tahun 1897, ketika perayaan itu selesai dan  semua penguasa dan para raja itu telah pulang kembali ke negara mereka masing-masing, Ruyard Kipling menulis sebuah syair kenangan yang terkenal dan sangat masyur: 

 

Allah dari leluhur kami yang dikenal dari dulu

Tuhan dari  garis pertempuran kami yang sangat luas

Yang dibawah tanganNya yang dahsyat kami bernaung

Yang berkuasa atas pohon-pohon palem dan pinus

Tuhan balatentara sorga, sertailah kami selalu

Jangan pernah sampai kami lupakan-jangan pernah sampai kami lupakan

Yang memanggil dari jauh, angkatan laut kami yang menghilang

Atas pesisir dan tanjung yang tenggelam dalam api

Tuhan, segala kebesaran masa lalu kami

Adalah sama dengan Niniwe dan Tirus

Hukuman terhadap bangsa-bangsa, menyerakkan kami kemudian,

Jangan pernah sampai kami lupakan-jangan pernah sampai kami lupakan

….

Jika mabuk dengan tanda kekuasaan, kami akan terhilang

Lidah yang liar yang tidak memegang engkau dalam keterpesonaan

Sama seperti mulut besar yang digunakan oleh orang kafir

Atau generasi tanpa hukum—

Tuhan balatentara sorga, sertailah kami selalu

Jangan pernah sampai kami lupakan—jangan pernah sampai kami lupakan.

 

           Bangsa kita tidak akan bertahan, bangsa kita tidak akan hidup, jika mereka tetap hidup di dalam kemabukan dan di dalam pesta pora serta kenajisan. Mazmur 9:18 memberikan sebuah peringatan, “Orang fasik akan kembali ke dunia orang mati, ya, segala bangsa yang melupakan Allah.” Kita memiliki obat-obatan terlarang yang mengoyakkan anggota tubuh kita. Kita memiliki perzinahan yang mengoyakkan ikatan keluarga kita. Kita memiliki gelombang kejahatan yang mengoyakkan bagian-bagian sekolah kita. Kita memiliki orang-orang yang melakukan sodomi yang mengoyakkan serat moral yang memisahkan bangsa kita. Kita memiliki bidat-bidat yang mengoyakkan gereja kita.

            Amerika menemukan dirinya berada dalam keputusasaan yang meningkat, di depan jalan dosa yang mengerikan dan hal-hal yang tidak pernah kita sebutkan sebelumnya, yang tidak pernah kita bicarakan di depan umum, bahkan menunjuk ke arahnya. Tetapi hal itu telah menjadi hal yang umum di berita utama setiap surat kabar, di Amerika yang baru ini.  

            Allah dapat menghukum Sodom. Allah dapat menghukum Gomora. Allah dapat menghukum Tirus. Allah dapat menghukum Babel dan Asyur, Mesir, Yunani dan Roma, dan Allah juga dapat menghukum kita. Adalah mustahil bagi kita untuk melarikan diri tangan Allah yang Mahakuasa, ketika kita menyerahkan dirinya kepada kekerasan, kenajisan, dan penyangkalan terhadap nilai-nilai yang telah disingkapkan bagi kita di dalam firmanNya yang kudus dan kehendak sorgawi. 

            Negara kita membutuhkan pertobatan yang besar dan kembali berpaling ke dalam Kitab Suci, kepada pernyataan Allah, sebuah kebangunan rohani yang besar dan sebuah pencurahan Roh Kudus yang besar dari Allah. Dan tanpa hal itu, kita tidak akan bertahan.

            Sehari yang lalu, saya ditanya oleh sebuah surat kabar—seorang reporter surat kabar, “Apa maksud anda dengan berkata, ‘Kecuali Allah campur tangan; kalau tidak maka akan ada sebuah hukuman yang akan datang ke atas Amerika’?” Saya berkata, “Saya memang berkata demikian. Dia tidak pilih kasih terhadap kepada orang tertentu. Bahwa manusia yang dipilihNya dan umat pilihannya pun telah kehilangan bangsa mereka, kehilangan kota-kota mereka dan dibuang ke dalam perbudakan. Kita tidak memiliki keistimewaan di hadapan Allah, di dalam pandanganNya dan di dalam penghukumanNya, kecuali kita bertobat, kecuali kita berpaling, kecuali kita kembali ke jalan Allah. Kalau tidak, kita juga akan menghadapi hukuman yang mengerikan dari murka Allah yang Mahakuasa yang akan mengadili bangsa-bangsa di dunia.”  

            Hukuman itu dapat terjadi pada malam hari. Dapat terjadi setiap waktu, kita memiliki musuh yang hebat, yang memiliki kepala nuklir yang diarahkan tepat ke kota Dallas ini. Mereka berkata bahwa di perairan mereka, di sisi karang pantai mereka, mereka memiliki nuklir yang siap untuk diluncurkan  tepat ke kota kita dan seluruh kota utama di Amerika. Kita hidup di dalam hal-hal yang tidak dapat diperhitungkan  di dalam kedaulatan Allah. Sekalipun kita hidup, sekalipun kita mati, kita berada di dalam ketetapanNya, di dalam penghukumanNya, di dalam kedaulatan tujuan dan kehendakNya.

            Kita membutuhkan sebuah kesadaran yang besar, dan sebuah pertobatan kepada Allah. Kita membutuhkannya di dalam gereja-gereja kita, di dalam gedung legislatif, di dalam kehidupan rumah tangga rakyat kita, di sekolah-sekolah kita dan di dalam setiap area kehidupan kita.

            Seperti yang diketahui oleh banyak orang dari anda, saya tinggal dan besar di bagian Barat Daya Texas, dalam sebuah pertanian di padang gurun, sebuah wilayah yang keras. Di daerah yang berpasir debu itu, tahun demi tahun berlalu, dan kami kehilangan segala sesuatu yang kami miliki. Saya masih ingat ketika saya berumur lima tahun, saya berdiri berdiri bersama dengan ayah saya di pintu belakang rumah pertanian kami. Dan ketika saya berdiri di sampingnya, ayah saya mulai berteriak dengan suara yang nyaring. Ayah saya adalah salah seorang yang sangat tenang dan pendiam. Dan untuk mendengar dia berteriak adalah sesuatu yang menakjubkan bagi saya sebagai seorang anak yang masih kecil. Dan saya melihat ke arah wajahnya, dan berkata, “Ayah, mengapa engkau berteriak demikian? Mengapa?” Dan dia menjawab, “Nak Lihat. Hujan turun, Hujan telah turun! Allah telah mengirim hujan kepada kita.” Itu adalah makanan bagi mulut kita yang lapar. Itu adalah roti bagi jiwa kita kita yang lapar. Itu adalah pakaian bagi ketelanjangan kita. Itu adalah kaos bagi kaki kita. itu adalah kehidupan bagi keluarga kita. “Nak, Allah telah mengirim hujan kepada kita.” 

 

Oh, datanglah banjir atas negri yang kehausan

Oh, untuk sebuah kebangunan rohani yang besar

. Oh, untuk sebuah rasa tidak takut, bagi manusia yang kudus

Yang bersiap untuk hujan kedatanganNya

Kebutuhan dari negri ini adalah kebangunan rohani

Sebuah anugerah yang segar yang berasal dari atas

Pertobatan kepada Allah dan pengampunan

Semakin lebih percaya kepada Kritus dan kasihNya

 

Tetapi sebuah bangsa tidak dapat berpaling kepada Allah jika rakyatnya secara individu tidak berpaling kepada Allah. Sebuah bangsa tidak akan bertobat jika saya tidak bertobat. Sebuah bangsa tidak dapat berubah jika saya tidak membuat pengakuan. Sebuah bangsa tidak akan percaya jika saya tidak percaya. Sebuah bangsa tidak akan menerima Allah jika saya tidak menerima Dia. Sebuah bangsa tidak akan maju ke depan dan bersujud di hadapan Allah, jika saya tidak datang ke depan dan bersujud di hadapan Allah. Sebuah bangsa tidak akan dibaptiskan jika saya tidak dibaptiskan. Sebuah bangsa tidak akan diselamatkan jika saya tidak diselamatkan.

            Pengharapan kita terletak di dalam rakyatnya, di dalam ayah, di dalam ibu, di dalam anak-anak, di dalam keluarga, di dalam pertemuan-pertemuan, dan di dalam gereja. Allah memberkati Amerika? Hal itu akan memberikan jaminan bagi kehidupan dan pertobatan atas Amerika, dan Tuhan, biarlah kami memulainya di dalam diri kami, pada menit ini, pada kesempatan ini, pada jam ini, di dalam seruan ini dan di dalam undangan ini.