ALLAH BERBICARA KEPADA AMERIKA

(GOD SPEAKS TO AMERICA)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yehezkiel 25-32

04-28-85

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung bersama dengan kami dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah, dan khotbah pada hari ini merupakan sebuah uraian dari Kitab Yehezkiel pasal 25 hingga 30, yang berjudul: Allah Berbicara Kepada Amerika.  Kadang-kadang kita jatuh kedalam sebuah keyakinan bahwa para nabi menyampaikan perkataan mereka hanya kepada Israel saja: akan tetapi tidak ada seorang pun yang dapat membatasi kebenaran. Tuhan Allah yang duduk di takhta sorga, dan di takhta seluruh alam semesta menyampaikan firmannya melalui nabi-nabi kepada seluruh umat manusia dan keluarga-keluarga dan suku-suku serta bangsa-bangsa di dunia. Alasan yang membuat kita berpikir bahwa Allah hanya berbicara kepada Israel melalui nabiNya adalah karena mereka merupakan bangsa yang pertama kali berada di dalam penghakiman Allah—karena mereka adalah keluarga yang terpilih dan umat yang dipilih, itulah sebabnya Allah menghakimi mereka terlebih dahulu.

            Amos pasal tiga ayat satu dan dua berkata:

Dengarlah firman ini, yang diucapkan TUHAN tentang kamu, hai orang Israel….

Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu.

Tetapi Tuhan yang merupakan Allah dari seluruh bangsa-bangsa di dunia melalui nabi-nabiNya juga menyampaikan firmanNya kepada seluruh kota-kota dan umat manusia di planet ini. 

Sebagi contoh, kita dapat melihat dalam Kitab Yesaya:

Dalam pasal 10, dialamatkan kepada Asyur;

Dalam pasal 13, ditujukan kepada Babel;

Dalam pasal 14, ditujukan kepada Filistea;

Dalam pasal 15, ditujukan kepada Moab;

Dalam pasal 17, ditujukan kepada Damsyik;

Dalam pasal 18, ditujukan kepada Etopia; 

Dalam pasal 19, ditujukan kepada Mesir;

Dalam pasal 21, ditujukan kepada Edom dan Arab;

Dalam pasal 23, ditujukan kepada Tirus—kota Tirus yang besar.

 

Kemudian dalam Kitab Yeremia:

Dalam pasal 46, Allah memberikan nubuatan mengenai Mesir;

Pasal 47: kepada Filistea;

Pasal 48, kepada Moab;

Dan pasal 48 ditujukan kepada Amon, Damsyik, Arab dan Elam.

 

 

Daniel menyampaikan pesannya kepada seluruh bangsa-bangsa sepanjang waktu, hingga akhir zaman.

Yoel berbicara tentang “Hari Tuhan” dan akhir sejarah.

Nubuatan Obaja hanya ditujukan kepada Edom.  

Yunus dikirim Allah kepada bangsa kafir dan sebuah kota penyembah berhala, yaitu Niniwe.  

Nahum berbicara hanya berkenaan dengan Niniwe, ibukota kuno dari Asyur.

Habakuk berbicara tentang serangan Babel. 

Dan Zefanya menyampaikan pesan yang ditujukan kepada Filistea, Moab, Amon, Etopia dan Siria.

Keseluruhan tangga nada dan spektrum kehidupan manusia serta takdir mereka digambarkan dalam kitab nabi-nabi, dan pesan dari Allah yang ditujukan kepada bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Demikian juga dalam Kitab Yehezkiel:

Yehezkiel 25 berbicara tentang Amon, Moab, Edom dan Filistea;

Dan pada pasal 26, 27, dan 28, nubuatan yang disampaikan berkenaan dengan transaksi perdagangan di kota Tirus.

Pasal 28 ayat 20 dan seterusnya, berkenaan dengan Sidon;

Dan pasal 29, 30, 31 dan 32 berkenaan dengan Mesir. 

Kemudian ketika kita melihat pesan Allah kepada bangsa-bangsa di dunia, kita juga melihat pesan Allah yang berhubungan dengan kita. Mengapa bangsa-bangsa ini mendapat hukuman yang sedemikian? Untuk alasan yang sama, Allah juga akan menghukum kita pada hari ini. Dua bagian besar dari nubuatan yang terdapat di Yehezkiel ini berkenaan dengan pesan yang disampaikan kepada Tirus dan Mesir.

Sekarang mengapa mereka berada dibawah pengadilan dan hukuman yang hebat dari Allah? Baiklah, mari kita lihat ke dalam bagian ini, dalam pasal 28 ayat sembilan, Tirus berkata: “Aku adalah Allah.” 

Tetapi Allah berkata: “Engkau adalah seorang manusia, dan bukan Allah, di dalam tanganNya yang membunuh engkau.”

Atau lihat lagi dalam pasal berikutnya, yaitu pasal 29, ayat 9—Firaun Mesir, raja Mesir berkata, aku telah membuat sungai Nil: “Sungai Nil aku punya, aku yang membuatnya.”

Anda tentunya merasa terkejut akan hal ini! Mereka merebut tempat dari Allah yang Mahatinggi! Kita juga seringkali melakukan hal yang tidak berbeda dengan mereka: Kita mengeluarkan Allah dari kehidupan politik kita, menyingkirkan Allah keluar dari pendidikan kehidupan kita, mengabaikannya dalam kehidupan perdagangan kita. Dan setiap sikap yang menjadi bagian Allah telah kita lepaskan dari kehidupan kita, dan hal itu merupakan sebuah perebutan kekuasaan terhadap Allah. Kita telah mengabaikan hak preogratif Allah—dan tentunya Allah akan menghukum kita. 

Jadi, kita akan melihat hal itu—dua bagian besar dari nubuatan ini. Yang pertama berkenaan dengan Tirus dan yang kedua berkenaan dengan Mesir. Tirus merupakan sebuah kota pelabuhan yang hebat dan besar, yang kaya, penuh kuasa dan ramai, yang terletak di bagian selatan di Laut Mediterania. Dengan satu tangan, dia memberi isyarat kepada seluruh perdagangan dari pulau-pulau yang luas disekitarnya. Dan dengan satu tangan dia memonopoli seluruh perdagangan dunia. Kemampuannya yang luar biasa dapat mengawal setiap kapal-kapal dagangnya di setiap pelabuhan di peradaban dunia dan membawa semua kekayaan itu ke kota Tirus. Kota yang dibangun dalam dua area yang luas, yang pertama berada di daratan besar dan yang kedua dalam sebuah pulau yang berdekatan dengan daratan besar dan terlihat sangat kokoh.

Tetapi nubuatan dalam Yehezkiel pasal 26,27 dan 28, dan terutama pasal 26, nubuatan Yehezkiel dimulai dari ayat 7 dan diakhiri dalam ayat 14, mengumumkan kedatangan Nebukadnezar. Dan akhirnya keseluruhan kota itu akan dihancurkan dengan peringatan bahwa ia akan dihancurkan sampai selama-lamanya, dan tidak akan pernah dibangun kembali.

Merupakan sesuatu yang sulit dipikirkan ketika Yehezkiel menyampaikan kata-kata itu. Tetapi Nebukadnezar datang; dan selama tiga belas tahun dia mengepung dan memerangi pelabuhan Kota Tirus di daratan besar; dan setelah tiga belas tahun dia menghancurkan keseluruhannya. Tetapi dia tidak mampu menyentuh kota yang berada di bagian pulau yang berada di laut Mediterania. Benteng mereka sangat kokoh dan pertahanan mereka sangat kuat. Dan Nebukadnezar tidak pernah mampu untuk menaklukkan kota pelabuhan di atas laut itu.

            Tetapi nubuatan Yehezkiel berkata bahwa seluruh kota itu akan dihancurkan, keseluruhan kota itu baik kayu-kayunya, batu-batu yang ada diatasnya akan dibuang ke dalam laut. Firman Tuhan tidak pernah gagal! Berikan waktu; berikan waktu—Allah tidak terburu-buru. Firman Allah tetap kekal sampai selama-lamanya, hal itu sudah ditetapkan di dalam sorga selamanya. Allah berkata bahwa seluruh kota itu akan mengalami kehancuran yang sempurna; dan 240 tahun kemudian—setelah Nebukadnezar menghancurkan daratan utama—240 tahun kemudian, Aleksander Agung datang beserta dengan pasukannya dan menaklukkan kota itu persis seperti yang telah disampaikan Yehezkiel ratusan tahun sebelumnya dalam pasal 26 ayat 12, 14:

….Mereka akan meruntuhkan tembok-tembokmu dan merobohkan rumah-rumahmu yang indah; batumu dan kayumu dan tanahmu akan dibuang ke dalam air.

Aku akan menjadikan engkau gunung batu yang gundul dan dengan demikian engkau menjadi penjemuran pukat, sehingga engkau tidak akan dibangun kembali.

            Aleksander Agung datang dan dia menyingkirkan semua batu-batu dan kayu-kayu serta puing-puing dari kota Tirus yang telah didirikan di daratan utama dan yang telah dihancurkan oleh Nebukadnezar. Dia menyingkirkan puing-puing yang luas itu dan membuat sebuah jalan raksasa yang ditinggikan dari daratan utama ke laut samudera di Mediterania. Dan Nebukadenezar serta Aleksander Agung menghancurkan kota itu selamanya. Tempat itu pada hari ini merupakan bebatuan yang gundul, tempat dimana para nelayan menjemur dan memperbaiki jarring mereka, tepat seperti yang disampaikan oleh Yehezkiel.

Dimanakah pancaran cahaya dari menara-menara Tirus—kota kepulauan setelah kehancuran dari daratan besar yang lebih megah dan lebih hebat, lebih kaya dan lebih makmur dari sebelumnya—dimanakah pancaran cahaya dari menara-menara itu pada hari ini? Dimanakah kereta-kereta perang yang berseliweran di atas kotanya? Dimanakah armadanya yang luas dan kapal dagangnya yang besar itu? Mereka telah lenyap. “Sic transit gloria mundai,”  semua kemuliaan dunia akan lenyap. Ini adalah nubuatan Yehezkiel yang berkenaan dengan Tirus.

            Sekarang kita akan berpaling kepada nubutan Yehezkiel yang berhubungan dengan Mesir yang terdapat dalam pasal 29, 30, 31, dan 32. Ada sesuatu di dalam nubuatan ini yang membuat saya takjub, karena hal itu berhubungan dengan bangsa yang masih kita lihat pada hari ini. Yehezkiel berkata bahwa Tirus akan dihapuskan sama sekali, keberadaannya akan dilenyapkan dari atas muka bumi, tetapi tidak demikian dengan Mesir.

Apa yang disampaikan oleh sang nabi tentang Mesir dapat dilihat dalam pasal 29 ayat 15 dan 16. Dia berkata bahwa Mesir akan menjadi bangsa yang paling lemah:

Diantara kerajaan-kerajaan ia akan yang paling lemah dan tidak dapat meninggikan dirinya lagi atas bangsa-bangsa lain. Aku akan membuat mereka begitu lemah, sehingga mereka tidak akan memerintah bangsa-bangsa lagi.

Ketika Yehezkiel menyampaikan hal itu, Mesir merupakan bangsa yang besar, yang kuat dan memerintah serta menaklukkan kerajaan-kerajaan di dunia. Tetapi Yehezkiel menubuatkan bahwa dia akan menjadi bangsa yang lemah. Sekarang anda dapat melihat Mesir pada hari ini. Ketika anda menyebutkan bangsa-bangsa yang besar pada hari ini, akankah anda memasukkan Mesir sebagai salah satunya? Dia tidak akan pernah masuk kedalam hitungan anda. Ada begitu banyak bangsa yang lebih besar dari Mesir—Mesir adalah salah satu bangsa yang lemah.

            Ada sebuah insidental kecil yang lainnya, dalam Kitab Yesaya pasal 19 ayat 17: “Maka tanah Yudea akan menimbulkan kegemparan di antara orang Mesir, dan siapa pun yang teringat kepadanya akan terkejut mendengar keputusan Tuhan semesta alam yang diambilNya mengenai mereka.” Anda tahu, ketika Yesaya menulis hal itu, Mesir merupakan salah satu bangsa yang terbesar di dunia. Dan Yudea merupakan bangsa yang sangat kecil pada saat itu.

Berapa banyak dari anda yang hidup pada tahun 1967, maukah anda mengangkat tangan anda? “Saya telah hidup pada tahun 1967.” Dan banyak dari antara kita yang hidup pada tahun 1967. Apakah anda mengingat Perang Enam Hari pada bulan Juni tahun 1967? Bangsa Israel yang kecil datang menyerang Mesir setelah mereka menaklukkan Arab, dan menyerang serta menahan pasukan Mesir dan membuatnya menjadi kocar-kacir, dan mereka berhenti di Terusan Suez, kemudian pasukan Israel menyeberang melalui rintangan air yang kecil dan menghancurkan seluruh daratan Mesir—tepat seperti yang telah disampaikan Yehezkiel.   

            Hal itu sangat mengejutkan saya! Hal-hal ini telah ditulis ribuan tahun sebelum tahun 1967. “Yehuda yang kecil akan menjadi terror bagi Mesir.” Salah satu hal yang tidak biasa yang pernah anda baca dalam Alkitab terdapat dalam Yehezkiel pasal 32 dimulai dari ayat 17 hingga ayat 32 (akhir dari pasal itu). Itu adalah sebuah nyanyian pemakaman: sebuah gambaran dan sebuah gambaran yang hidup bahwa semua orang-orang ini masuk ke  dalam Hades, ke dalam neraka, sama seperti Firaun dan seluruh pasukan Mesir yang masuk ke dunia bawah—sebuah nubuatan yang luar bisa!

            Tetapi bolehkah saya berpaling ke dalam salah satu nubuatan yang saya maksudkan  yang berhubungan dengan Mesir dan yang mencakup kota yang besar dan megah dari Mesir kuno. Kita akan melihat dalam pasal 30, dimulai dari ayat 13:

Beginilah firman Tuhan Allah; Aku akan membinasakan berhala-berhala dan meniadakan dewa-dewa dari Noph …

(Noph adalah Memfis kuno dan Memfis adalah ibukota pertama dari bangsa Mesir—kota Memfis kuno yang megah. Sekaramg mari kita lanjutkan)

Aku akan memusnahkan Patros (tidak diketahui dimanakah tempat itu), dan menimbulkan api di Soan (Itu adalah sebuah ibukota yang berada di dekat Laut Mediterania—yang sekarang sudah lenyap),  Aku akan mencurahkan amarahKu atas Sin, benteng Mesir dan melenyapkan kekayaan Tebe.

(Itu adalah Tebe, sebuah kota kuno yang megah dari Tebe—Karnak. Sin di dalam ayat 14 adalah Tebe atau Karnak.)

 

Sekarang lihat ke dalam ayat 17: Dia menyebutkan teruna-teruna On. On adalah Herapolis, yaitu kota matahari. Kota itu telah lenyap. Kemudian Pi-Beset, merupakan sebuah kota di Delta. Dan pada ayat 18 dia berbicara tentang Tahpanhes. Herodotus memberi gambaran tentang kota itu. Dia telah mengunjungi Tahpanhes di Mesir.

Sekarang, apa yang terjadi dengan kota-kota ini—kota-kota yang luar biasa?

Lihat ke dalam ayat empat, di situ dikatakan: “… kekayaannya akan dilarikan dan dasar-dasarnya akan dibongkar (pasal 30:6).”

Lihat ke dalam ayat enam yang  menyebutkan: “…kecongkakan Mesir yang ditimbulkan kekuatannya akan patah.” 

Lihat ke dalam ayat 18: “…kecongkakannya, yang ditimbulkan kekutannya, berakhir…”

Kemudian dalam ayat 21 disebutkan: “… Aku telah mematahkan tangan kekuatan Firaun, raja Mesir, dan lihat, tangannya itu tidak dibalut supaya sembuh kembali dan tidak ada yang memasang pembalut supaya kuat kembali untuk mengacungkan pedang.” 

            Kota-kota itu telah hilang! Ketika terakhir kalinya saya berada di Kairo, saya berkata kepada beberapa orang yang memimpin tour di kota itu: “Saya ingin pergi ke Memfis.” “Dimanakah letak kota itu?”

“ Mengapa, kota itu terletak di sebelah luar Kairo,” kata mereka.

“Memfis—tidak ada hal yang dapat dilihat di sana—Memfis telah lenyap.”

Setelah ibadah pukul 8:15 selesai, salah satu diaken saya yang luar biasa datang kepada saya. Seorang Pilot yang telah pensiun dari Brannif selama satu generasi yang bernama Orval Rogeres berkata kepada saya, “Saya telah berada dalam sebuah pesawat yang terbang menelusuri Sungai Nil di atas Mesir.” Dan dia berkata, “Saya berkata kepada pilot, ‘Saya ingin melihat Memfis.’ Dan pilot menjawab, ‘Saya tidak pernah mendengarnya.” Itu adalah salah satu ibukota yang terbesar Mesir kuno: “Saya tidak pernah mendengarnya. Anda tidak dapat melihatnya.”

Apakah anda pernah membaca dalam literatur, di dalam literatur Inggris, sonata yang luar biasa ini yang ditulis oleh Shelly,  yang berjudul Ozymandis?

 

Aku bertemu dengan seorang penjelajah dari sebuah negeri yang antik (Mesir)

Yang berkata: ada dua vas dan kaki dari batu tempat menyimpan barang

Berdiri di atas padang pasir. Dan tebaran pasir disekitarnya

Setengah terbenam, ada sebuah roman yang hancur, yang berkerut

Dan bibir yang keriput serta seringai yang dingin yang memberi perintah

Memberitahukan bahwa itu adalah patung yang penuh nafsu

Yang pernah ada, yang dimeteraikan atas hal-hal yang tak bernyawa ini…

Dan di atas alas patung itu kata-kata ini muncul.

“Namaku adalah Ozymandis, raja segala raja:

Lihatlah keatas pekerjaanku, yang hebat dan akhirnya sia-sia!”

Tidak ada yang tersisa. Rentetan kehancuran.

Dari rongsokan yang kolosal, yang tidak ada batasnya dan gundul.

Hanya daratan pasir semata yang terbentang sangat luas

  

Sic transit gloria mundai,” semua kemuliaan dunia akan lenyap—hukuman Allah atas bangsa-bangsa, atas kota-kota yang melupakan Dia, yang menggantikan kedudukanNya.

Apakah anda pernah memikirkan tentang kebesaran dan kemegahan kota-kota dunia kuno, dan apa yang telah terjadi dengan mereka? Dimanakah Niniwe, ibukota Imperium Asyur yang megah? Pasukan Aleksander yang Agung melintasi Niniwe dan tidak pernah menemukan kota yang besar itu dan sebuah peradaban yang megah,  terkubur tepat di bawah mereka. Jika anda pernah mengunjungi reruntuhan Babel hari ini, tempat itu telah menjadi sebuah timbunan debu padang pasir. Dimanakah Efesus, kota Yunani di Asia, Propinsi Roma di Asia?

Saya telah berjalan menyelusuri jalanan kota Roma dan berhenti untuk melihat ke dalam  sebuah galian yang luas, seperti yang anda lihat di sini, di tengah-tengah kota Dallas, di mana ada sebuah galian. Karena saya tidak dapat berbicara bahasa Italia membuat saya tidak mengetahui alasan mengapa mereka melakukan penggalian itu. Dan yang mengejutkan saya, di dasar galian itu, yang dalamnya sekitar seratus kaki, ada sebuah arca yang besar yang telah terkubur di sana—sebuah peradaban yang telah hilang, lenyap dan hancur. 

Tongkat kekuasan dunia berada di genggaman kota-kota kita:

Samaria adalah bangsa kuno Israel.

Yerusalem adalah kota kuno Isreal.

Niniwe adalah kota kuno Asyur.

Babel adalah kota kuno Kaldea

Kartage adalah kota kuno Afrika Utara

Roma adalah sebuah Imperium kuno.

Hari ini:

London adalah ibukota Inggris.

Paris adalah ibukota Prancis.

Tokyo adalah ibukota Jepang.

Kota Meksiko adalah ibukota Meksiko.

New York dan Los Angeles adalah kota-kota Amerika.

Dan Houston dan Dallas dan San Antonio adalah kota-kota di Texas.

 

Ketika kota-kota ini berpaling, dan ketika mereka bergerak, ketika mereka memilih, ketika mereka beranjak; demikian juga dengan negara dan bangsa dan takdir dari rakyak negeri kita.

            Oh, Allah, kami sedang berdiri di sini di tengah-tengah sebuah kota metropolitan, dan seperti yang disampaikan oleh radio dan surat kabar minggu yang lalu, bahwa Dallas memiliki rata-rata pertumbuhan penduduk sekitar 5000 orang setiap minggunya. Tuhan Allah yang berada di sorga, kami sedang berdiri di sini, yang hidup dalam kedaulatanMu yang tidak dapat kami perhitungkan, apa yang akan menjadi takdir di dalam pengadilan Allah atas kami dan rakyat kami? Mungkinkah kebesaran kami akan tumbang? Mungkinkah institusi kami yang hebat ini akan dihancurkan? Mungkinkah dari langit biru yang berada di atas kami akan turun hujan terror dan nyala api dari sorga? Mungkinkah itu dapat terjadi?  

Jika seseorang buta terhadap sejarah—yang tidak dapat mendengar suara-suara dari kota-kota besar masa lalu yang berbicara kepada kami—yang berpikir bahwa hal itu tidak dapat terjadi atas kota-kota kami. Ingatlah bahwa kita hidup di dalam hal-hal yang tidak dapat diperhitungkan dari Allah; hidup di dalam penghakiman Tuhan.

Saya ingin menutup khotbah ini, dengan sebuah permohonan: bahwa kita berada di atas semua hal-hal lainnya, kita berada di sini, di pusat kota ini, di bawah Allah, mencari keselamatan, kehidupan dan takdir di dalam kehendak dan tujuan dari Tuhan yang Mahakuasa, kumpulan banyak orang yang berda di kota ini, dari ribuan orang bahkan dari jutaan orang.

 

…Dimanakah daerah pinggiran kota dan pusat kota bertemu

Ambang jendelaku yang datar menghadap ke jalan

Tertiup angin yang lewat, tertiup angin yang lewat

Untuk menggerakkan kaki yang letih

Ketika aku berduka bagi pemilik-pemilik wajah yang berada di jalanan itu

 

Dan yang menyebabkan dukaku, dalam sebuah negeri yang sangat muda dan adil

Untuk melihat ke atas wajah-wajah itu yang dibubuhi tanda Keinginan dan Perhatian;

Aku melihat dalam kesia-siaan terhadap bekas yang segar, terang dan manis

Yang berwarna pucat, wajah yang terbenam, yang ditiup angin sepanjang jalan—

Merebahkan diri, merebahkan diri

Ke dalam tong kumal, sebagai tempat pemberhentian

Di dalam lobang kecil dan rasa takut yang tersembunyi dari jalanan

 

Aku berharap akan apati dari orang yang berpengaruh yang terus berlangsung

Kami semua adalah jendela bertingkat mereka dengan wajah-wajah dari kemiskinan?

Ah, (kami beristirahat di Sion) hati kami yang berpaling akan menang dalam terror

Ketika Allah menuntut sebuah alasan bagi penderitaan orang-orang jalanan

Hal-hal yang salah dan hal-hal yang buruk

Dan hal-hal sedih yang kami temui

Dalam jalan kecil yang dekil dan gang-gang kecil dari jalanan yang kejam dan tidak memiliki hati.

 

Aku meninggalkan pojok yang mengerikan itu, dimana langkah-langkah tidak pernah berhenti

Dan mencari jendela yang lain yang memiliki pemandangan sungai kecil dan bukit

Dan ketika malam datang dengan redup berserta hujan yang bercampur salju

Mereka mengingat aku—bayangan dari wajah-wajah di atas jalanan

Yang sedang berlalu, yang sedang berlalu,

Yang sedang berlalu dengan langkah yang senyap

Di dalam jalur yang tertahan dari kehidupan kematian—jalanan kota yang kejam.

                                                [“Wajah-Wajah Di jalanan” Henry Lawson 1867-1922]

 

            Ribuan dari orang-orang jalanan ini hidup di dalam kota; yang berjalan di jalanan kota—akan kemanakah mereka, bagaimanakah takdir dari orang-orang yang tidak terhitung banyaknya itu yang ada di kota kita ini. Tuhan Allah, engkau telah menempatkan kami di jantungnya, di tengah-tengahnya, di dalam jiwa yang paling dalam dan kehidupan dari hal itu dan tentu saja di dalam takdir mereka.

            Apa yang kita butuhkan—dan hal itu harus datang dari Allah—adalah hati yang penuh belas kasihan terhadap orang-orang banyak itu, yang tinggal di dalam kota ini; dari ratusan keluarga, anak-anak, orang-orang muda.

Dalam minggu terakhir ini saya sedang membaca tentang  T.  Dewitt Talmadge—seorang pengkhotbah yang tiada bandingnya selama satu generasi, pendeta di Brookllyn, New York. Satu-satunya pengkhotbah yang pernah hidup, ketika dia menyampaikan khotbahnya pada hari minggu, maka senin berikutnya akan diterbitkan dalam surat kabar Amerika; mulai dari New York hingga Los Angeles—T Dewitt Talmadge, seorang pelayan Kristus yang luar biasa. Ketika saya membaca tentang Dewitt Talmadge, saya membaca tentang hal ini dari salah satu khotbahnya. Dia tidak mengatakannya, tetapi saya memiliki perasaan ketika saya membacanya bahwa hal itu berkenaan dengan dirinya—yang dia khotbahnya di dalam khotbahnya. 

Di Kota New York ada seorang wanita, yang dihukum dan dipenjarakan atas sebuah kejahatan dan dikurung dalam sebuah sel di penjara New York. Ibunya yang berasal dari jalanan—seorang gelandangan—datang untuk menemui putrinya yang berada di dalam sel, ketika ibunya sedang berada di sana, dan sedang mengunjungi putrinya itu, tiba-tiba saja dia meninggal. Tanpa memiliki sebuah rumah, tanpa keluarga, dan hanya putri satu-satunya yang berada di dalam penjara, membuat mereka akhirnya  mengadakan ibadah penguburan bagi ibu itu di dalam penjara. Mereka meletakkan peti mati di samping sel tempat putrinya itu dikurung; dan mereka memanggil seorang pelayan untuk memimpin ibadah penguburan. Dan pelayan itu datang—dan karena dia menjelaskannya dengan sangat singkat dan penuh belas kasihan, saya berpikir bahwa pelayan itu pastilah dia, yaitu T Dewitt Talmadge—dia datang dan memimpin ibadah di dalam sel dalam sebuah penjara di Kota New York.

            Dan pelayan itu melakukan hal ini: setelah menyampaikan kata-kata kenangan, dia meminta putri dari ibu itu untuk meletakkan tangannya di atas kening ibunya dan meminta dia untuk mengangkat tangan yang satunya lagi kepada Allah di sorga dan berkata, “Aku meminta Engkau datang kedalam hatiku. Aku meminta Engkau untuk menolongku, untuk memberkatiku dan untuk menyelamatkanku.” Dan wanita itu melakukannya. Kemudian ketika dia masih meletakkan tangannya di atas kening ibunya dan tangan yang satu lagi diangkat kepada Allah yang di sorga, dan memberikan hidupnya kepada Juruselamat, sang pelayan itu berkata: “Semoga Tuhan memberkati engkau, dan memelihara engkau, dan memberikan kepadamu setiap karunia yang berharga yang terbaik yang hanya dapat diberikan dari sorga. Dan semoga hidupmu dipenuhi dengan sukacita, dan kebahagiaan, terberkatilah engkau, putiku yang manis—terberkatilah engkau.”

            Dalam tahun-tahun yang berlalu, pada suatu hari dia memberikan sebuah kesaksian di gereja; dan dia berkata: “Ketika pelayan itu memberkati saya dan berbicara kepada saya dengan begitu lembut dan penuh belas kasihan, itu merupakan pertama kalinya di dalam hidup saya,  mendengar perkataan yang seperti itu. Pertama kalinya saya diberkati. Dan untuk pertama kalinya saya mendapat dorongan untuk memberikan hati saya dan hidup saya kepada Tuhan.”

           Ketika saya membacanya, saya berpikir, Tuhan yang penuh kasih yang berada di sorga, ada begitu banyak orang yang seperti itu di kota ini, yang tidak pernah mendengar permohonan yang penuh belas kasihan dan undangan untuk datang kepada Tuhan kami Yesus. “Tuhan memberkati engkau dan memelihara engkau; Tuhan mengangkat pandanganNya atas engkau; Tuhan membuat wajahNya bersinar atas engkau; Tuhan menyelamatkan engkau dan memelihara engkau.”     

  Oh, Tuhan Allah, semoga hal itu berada di dalam kami, menjadi milik kami, watak yang penuh belas kasihan, dan kepedulian, dan kasih, serta doa yang sungguh-sungguh terhadap orang-orang yang ada di dalam kota kami. Dan di mana pun saya berada, dan di mana pun anda berada, di dalam kehidupan sehari-hari—untuk menyampaikan sebuah perkataan yang baik bagi Yesus—untuk mengundang, untuk berdoa, untuk mengingat dan untuk memberkati. Dan semoga di dalam doa permohonan kita, hukuman Allah yang akan dijatuhkan atas kota-kota kita akan menjadi reda dan terhalang. Dan dibalik hukuman dan nyala api kehancuran akan datang kasih yang nyata dan karunia yang berharga dari Juruselamat kita yang luar biasa.  

            Oh, Tuhan, biarlah Engkau menjadikan nyata dalam hidup kami! Lakukanlah Tuhan, untuk kami. Di dalam doa permohonan kami ini.