KITAB SUCI

(THE SACRED SCRIPTURES)

 

Dr. W. A. Criswell

 

11/09/58 B

2 Timotius 3:14-17

 

 

Paulus telah sering kali menuliskan tentang penekanan di zamannya. Dan membicarakan tentang saat-saat ketika mereka memanjangkan diri mereka sendiri – menambahkan diri mereka sendiri – masuk ke dalam masa yang akan datang, “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar …” 

 

“Sedangkan orang jahat dan penipu - goetes - penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.

Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.

Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk  mendidik orang dalam kebenaran.”

 

Paulus mengatakannya di saat itu dan di zaman kita yang sekarang ini, saat-saat itu harus akan diulangi kembali. Saat-saat itu akan disalinkan. Sebab ada peribahasa yang mengatakan bahwa sejarah mengulangi sejarah itu sendiri. Hal itu benar terjadi.

 

Saudara-saudara memiliki kemanusiaan yang sama. Saudara-saudara memiliki kelalaian dalam melaksanakan tugas yang sama. Saudara-saudara memiliki ketidak adilan serta kejahatan yang sama. Saudara-saudara memiliki iblis yang sama yang mengendalikan sifat jahat di dalam diri manusia. Dan hal tersebut akan berlanjut terus sampai Iblis itu sendiri berubah.

 

Pertolongan yang dituliskan oleh Paulus kemudian, merupakan pertolongan yang sama yang sedang kita terapkan saat ini. Seorang dokter yang menerapkannya. Ada suatu kekhususan untuk penyakit pneumonia. Dan pada saat pasien ini menderita pneumonia, dokter itu dengan segera akan menuliskan resep obat. Dan ketika pasien yang berikutnya …

 

Demikian juga dengan perkataan dan perintah agung dari rasul itu. Ada sebuah pertolongan untuk saat ini, untuk zaman sekarang ini, ketika orang jahat dan penipu akan bertambah jahat.

 


 

Di dalam sebuah dunia kejahatan dan kekejian dan penyangkalan dan ketidaksetiaan serta ketidakpercayaan, terdapat sesuatu hal yang telah dikatakan oleh rasul tersebut dan hal itu sedemikian: Kita akan melanjutkan di dalam hal-hal yang mana telah kita pelajari dan yang telah diyakinkan kepada kita, hal-hal mana yang telah diajarkan kepada kita sejak dari masa kanak-kanak kita, diambil dari Kitab yang Suci itu, nafas Tuhan itu.

 

Pertolongan Paulus jelas dan spesifik serta meyakinkan. Pertolongan itu terletak di dalam perambatan, di dalam penaburan benih dari firman Allah.

 

Satu-satunya benda yang dapat menghilangkan kegelapan malam adalah terangnya tengah hari. Ini merupakan mimpi palsu dan sia-sia untuk berharap nahwa pelajaran manusia akan mencampakkan pelajaran manusia dan Iblis akan mencampakkan Iblis. Kita harus mencari matahari terbit di dalam Firman Tuhan.

 

Dan itulah kekhususan kita dan itulah pertolongan untuk kita untuk kesengsaraan dunia ini. Kita akan memikul kayu salib itu. Kita akan meninggikan ular tembaga itu. Kita akan mengajarkan Firman dari Kitab Suci tersebut.

 

Kita tidak dapat memaksa orang untuk percaya. Kita tidak dapat merubah kepercayaan orang yang bertentangan dengan kehendak orang tersebut, akan tetapi kita dapat mengatakan kebenaran. Kita dapat mengabarkan Injil tersebut. Kita dapat memberikan Firman Tuhan.

 

Dan itulah yang dikatakan oleh Paulus. “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat,” akan tetapi hal ini merupakan jalan keselamatan kita. “Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini.”

 

Marilah kita melihat pada perintah yang dikatakannya bahwa Timotius telah mendapatkan pengajaran. Yang pertama, katanya, dia menerimanya sejak dari seorang brephos, sejak dari seorang brephos.

 

Bagi kita, seorang anak bukanlah benar-benar seorang brephos. Seorang brephos adalah seorang anak bayi. 

 

Awal permulaan Timotius mendapatkan pengajaran bukanlah di masa mudanya atau di masa kanak-kanaknya, akan tetapi dia telah mendapatkan pelajaran itu ketika dia dibesarkan sebagai seorang anak dari mulai seorang bayi. 

 


 

Minggu ini saya membaca tentang seorang bangsawan Kristen yang berkebangsaan Inggris, yang merupakan pendukung bagi Tuhan. Dan orang itu berkata bahwa dia telah mempelajari perbuatan hidup yang baik dari seorang perawat Kristen, wanita yang telah dipekerjakan untuk mengasuh dia ketika masih bayi, yang merawat dia sejak dari kanak-kanak.

 

Dan membaca lebih jauh lagi, dikatakannya bahwa perawat itu meninggal dunia ketika dia masih berumur tujuh tahun. Semua kebaikan dalam hidupnya yang telah dipelajarinya dari wanita yang beriman ini didapatkannya sebelum dia berusia tujuh tahun.

Di dalam kebaktian-kebaktian pukul delapan lima belas ini, kita telah mengikuti perjalanan hidup dari Musa. Berapa lama yang dijalani ibunya Musa untukmerawat bayi tersebut, sebelum kemudian membawa Musa untuk menjadi anak dari putri Firaun? Saya tidak tahu. Alkitab tidak ada mengatakannya, akan tetapi waktunya tidak lama.

 

Ketika dia telah menyapih anak kecil tersebut dan mengurusnya sejak dari bayi, dia menyerahkan Musa untuk menjadi putra dari anak perempuan Firaun sendiri.

 

Akan tetapi di dalam tahun-tahun awal itu, ibu tersebut telah menabur di dalam jiwa anak laki-laki tersebut, seorang bayi, sebuah asal yang tidak akan terpisahkan dari dia.

           

Kita berpendapat bahwa anak kecil itu tidak akan mampu menyerap dasar yang agung akan kebenaran pesan dari Kristus itu. Di sanalah kekeliruan kita.

 

Waktu untuk menabur benih dari Firman Tuhan berada di hari-hari ketika masih seorang brephos, “Ingatlah juga bahwa dari kecil, dari bayi, engkau sudah mengenal Kitab Suci.” 

 

Bolehkah saya meletakkan tanda kurung di sini untuk berbicara sedikit tentang program pengurusan kita? Saya menyinggungnya hanya karena kita sedang mengahadapinya.

 

Saudara-saudara mengajak seorang anak laki-laki atau seorang anak perempuan, dan saudara-saudara hendak menuju ke sebuah pekan raya atau hanya sekedar melihat-lihat kota pada hari Sabtu. Ini dua puluh lima sen untuk membeli gula-gula. Dan ini dua puluh lima sen lagi untuk membeli es krim dan permen karet. Dan ini tiga puluh lima sen atau lima puluh sen untuk masukke pertunjukan gambar, dan ini, secara keseluruhannya sebesar satu dollar.

 


 

Dan anak kecil itu pergi ke pusat kota, menuju ke tempat hiburan tersebut dan membelanjakan uang satu dollarnya itu, menaiki komidi putar, mengendarai roda layang, membeli permen karet, popcorn dan limun. Dan anak itu sungguh menikmatinya. Saudara-saudara harus melakukannya pada hari Sabtu.

 

Dan keesokan harinya, anak laki-laki atau anak perempuan yang sama, berpakaian yang rapi, dan kemudian di bawa pergi ke gereja ini. Dan ke dalam tangan anak itu saudara-saudara memasukkan sekeping uang lima sen atau sepuluh sen dollar. Saudara-saudara tidak perlu mengatakan apapun lagi.

 

Saudara-saudara tidak perlu berbicara panjang lebar. Saudara-saudara tidak perlu untuk merasionalisasikannya. Saudara-saudara tidak perlu memperlunaknya. Saudara-saudara tidak perlu memberikan komentar. Saudara-saudara tidak perlu mengatakan apapun lagi.

 

Anak kecil itu sudah terlebih dahulu mempelajari kacang-kacangan itu dan berondong jagung itu dan limun itu, dan permen karet serta komidi putar itu adalah sesuatu perkara yang besar. Itulah yang satu dolar itu.

 

Tetapi gereja dari Tuhan yang hidup itu sangat kecil. Itulah yang lima atau sepuluh sen dollar itu.

 

Cara untuk mengajar pria dan wanita bukanlah ketika mereka sudah menjadi pria dan wanita yang dewasa, akan tetapi mengajari mereka ketika mereka masih anak kecil. “Ingatlah juga bahwa dari brephos, engkau sudah mengenal Kitab Suci.” 

 

Sebelum saya meninggalkannya, dapatkah saya mengatakan, inilah apa yang seharusnya saudara-saudara lakukan. Ketika saudara-saudara membuat perjanjian itu, saudara-saudara membuat perjanjian untuk anak-anak kecil itu. Dan buatlah perjanjian itu pantas. Berikanlah pendapat kepadanya bahwa perbuatan Tuhan adalah agung, perbuatan yang besar dan perbuatan yang penting artinya.

 

Berbagilah dengan apa yang telah saudara-saudara berikan kepada anak kecil itu.  Biarkanlah dia melihatmu. Masukkanlah hal itu ke dalam amplopnya. Jika dia cukup besar, biarkan dia memasukannya ke dalam dan menuliskan namanya dan berapa isinya dan membawanya ke rumah Tuhan. “Dari seorang brephos, dari seorang anak kecil, engkau sudah mengenal Kitab Suci.”

   

Saya ingin agar saudara-saudara sekalian melihat lembali siapa yang telah mengajarkan anak kecil ini. Di dalam pasal yang pertama dari kitab 2 Timotius, dikatakan di sana,

 

“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.” 

 


 

Sekarang, kita belajar dari kitab Kisah Para Rasul bahwa ayahnya adalah seorang pemuja berhala yang berkebangsaan Yunani. Akan tetapi dia memiliki seorang ibu yang beriman dan seorang nenek yang beriman. Dan mereka mengajarkan Kitab Suci kepada anak laki-laki tersebut.

 

Saya fikir Louis dan Eunike sedang menggenapi kehendak Allah sebagai mana dengan Samuel ketika dia menghakimi bangsa Israel, dan ketika raja Salomo ketika dia mendirikan bait suci itu.

 

Anak kecil itu telah dipimpin di jalan Tuhan oleh ibunya dan neneknya. Dan saya berharap saya dapat bercerita tentang ayahnya. Semua yang saya tahu tentang dia adalah apa yang dikatakan oleh Alkitab bahwa dia adalah seorang bangsa Yunani.

 

Janganlah utus anak-anak kecil itu; bawalah mereka. Duduklah di sebelah mereka. Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah dari dalam buku Tuhan itu. Ambillah satu kisah untukmu dari Alkitab dan ajarilah mereka tentang karakter-karakter hebat serta para pahlawan iman itu.

 

Biarkanlah mereka tumbuh dan merasa dekat dengan Musa, dan Yusuf, dan raja Salomo, dan raja Daud dan Paulus dan Silas, Jakobus dan Yohanes serta Simon Petrus. “Dari brephos, engkau sudah mengenal Kitab Suci – dari pengajaran serta teladan ibu dan nenek.”

 

Sekarang, bolehkah saya mengatakan hal berikut yang jelas ini. Apa yang telah diajarkan kepadanya? Kepadanya telah diajarkan penghormatan yang abesar kepada Firman Tuhan. Dari mulai seorang brephos, engkau sudah mengenal Kitab yang Suci - hiera grammata.”

 

Kata “hiera”, digunakan untuk menyebutkan bait di mana Tuhan tinggal dan di mana Tuhan disembah. Dan kata “sacred” dan holy dipergunakan di sana kepada Buku Tuhann, Kitab Suci itu. Kepada anak kecil itu telah diajarkan bahwa ini adalah Firman Tuhan dan itu adalah Buku Tuhan.

 


 

Ketika pertama sekali saya berkunjung ke Palestina, saya mendapatkan sebuah kesan yang mendalam untuk berkunjung ke salah satu bagian dari kota tua Jerusalem bahwa Israel telah ditaklukkan dan terletak di dalam teritorial bangsa Israel. Dan tempat itu adalah agak sedikit di puncak gung Sion di tempat mana raja Daud dimakamkan.

 

Ketika saya berada di sana untuk yang pertama kalinya – sejak saat itu mereka telah merubahnya – sekarang tempat itu menjadi daya tarik para wisatawan. Ketika saya kembali lagi ke sana dan melihat akan perubahan tersebut, saya berfikir, betapa murahannya. Untuk menerima tempat pemujaan yang agung seperti itu, dan kemudian merubahnya – seperti yang akan saya coba untuk melukiskannya – menjadi daya tarik para turis, sebuah daya tarik kepada para wisatawan.

 

Ketika pertama sekali saya berada di sana, mereka hanya menaklukkannya dan tempat itu merupakan suatu sukacita hadiah bagi orang-orang bangsa Israel.

 

Ketika saya mengunjungi tempat itu untuk yang pertama kalinya, ada sebuah sinagog. Dan setiap jam dalam satu hari tempat itu dipadati dan disesaki serta dipenuhi oleh para pemuja.

 

Ketika saya berada di sana – sudah saya katakan, untuk yang pertama kalinya – saya memperhatikan mereka ketika mereka melihat pada gulungan-gulungan para nabi itu – lalu mereka mengambil gulungan dari Musa, Taurat itu, Hukum itu.

 

Dan ketika mereka membuka gulungan tersebut, para rabbi tua itu – dan mereka kelihatan seperti lukisan – jangut mereka yang panjang terurai, melambai-lambai di atas jubah mereka, janggut yang panjang, rambut yang tidak dipangkas, orang-orang Tuhan itu, yang telah menyerahkan hidup mereka untuk mempelajari Firman Kudus. Ketika mereka akan mulai membaca, terlebih dahulu mereka mencium gulungan-gulungan suci tersebut.

 

Kemudian setelah mereka membacanya, dengan hati-hati mereka menggulungnya kembali dan kemudian menciumnya dari atas sampai ke bawah dari samping ke samping. Dan mereka memasukkannya ke dalam tabung dan mereka mencium tabung tersebut. Kemudian mereka mencium jumbai-jumbai tabung tersebut. Lalu kemudian dengan hati-hati mereka menaruhnya kembali di dalam tabut, persis di belakang makam raja Daud.

 

Seseorang bisa saja berkata, “Itu adalah pemujaan terhadap Kitab Suci – bibliolatry – itu adalah pemujaan..” Saya tidak mempermasalahkan apa yang dikatakan oleh orang banyak. Sungguh menggerakkan jiwa jika melihat orang yang taat kepada Firman Tuhan. Demikianlah persisnya apa yang sedang dibicarakannya di sini.

 

“Dari mulai seorang anak kecil, engkau sudah mengenal hiera grammata, yang kudus, huruf-huruf yang kudus, firman-firman yang kudus.”

 

Saya hanya heran mengapa Paulus memilih anak muda Timotius ini. Apakah saudara-saudara sekalian mengira masih ada pemuda lain di zaman itu yang begitu maju dalam filosofi Yunani? Tentu saja.

 

Paulus sendiri bertumbuh di sebuah kota universitas yang besar. Apakah saudara-saudara kira di sana ada orang-orang muda di zaman itu yang melihat kepada Kitab Suci sebagai bentuk pengajaran yang klise? Saya akan berkenan untuk memikirkan demikian.

 

Tetapi Paulus memilih pemuda ini karena, sejak dari masa kanak-kanaknya, dia telah mengenal Firman Tuhan “Dari mulai seorang brephos, engkau sudah mengenal hiera gramatta. Dari mulai seorang bayi, engkau sudah mengenal Kitab Suci.”

 

Hal itu agak bertentangan, perilaku Paulus mengarah kepadanya, kepada apa yang telah kita temukan di zaman modern kita serta di hari terakhir ini. Lihatlah bagaimana Paulus menyebutkan Kitab Suci itu, “Kitab Suci yang Kudus.” 

 

Dan dia berkata, “Seluruh Kitab Suci, semuanya, telah diberikan oleh ilham dari Tuhan.” Kitab itu tidak datang dari manusia, kitab itu datang langsung dari yang diilhami Tuhan, nafas Roh dari sorga. Manusia tidak menulisnya. Manusia hanya sebagai alat saja. Manusia hanya sebagai seorang pembantu. Manusia hanya sebagai seorang sekertaris. Akan tetapi benda itu dituliskan oleh Roh Allah. Dan keseluruhannya diilhami oleh Tuhan, dinafaskan oleh Tuhan.

 

Hal itu merupakan sesuatu yang aneh, sesuatu hal yang luar biasa. Ketika Kitab itu dituliskan, dua ribu empat ratus tahun yang lalu, Kitab itu mulai dituliskan sejak tiga ribu lima ratus tahun yang lalu.

 

Dan kemudian diakhiri penulisannya sekitar hampir seribu sembilan ratus tahun yang lalu, kembali ke dalam kisah di sana, dan di dalam sejarah peradaban. 

Mengapa bisa terjadi bahwa di dalam zaman pencerahan kita ini serta di dalam kemajuan zaman ini, orang-orang tidak menuliskan Alkitab yang lebih baik lagi? Mengapa tidak? Seandainya buku ini buatan tangan manusia, dan seandainya buku itu dituliskan oleh kejeniusan manusia, mengapa tidak, pikir saya, mengapa kita tidak memproduksi sebuah buku yang lebih baik dan Alkitab yang lebih baik?

 


 

Apakah saudara-saudara pernah berhenti sejenak untuk berfikir siapa orang-orang ini yang telah menuliskan Kitab itu? Mereka adalah anggota dari sebuah ras kecil yang hina. Mereka tinggal di pedesaan yang berbukit-bukit, bergunung-gunung, tak ada yang lebih besar dari yang kita miliki - tak ada yang lebih besar dari yang dimiliki oleh negara-negara bagian kita.

 

Mereka tidak memiliki akses kemanapun juga seperti apa yang kita miliki zaman sekarang ini. Seperti, mereka tidak pernah memiliki penerbangan dan kapal-kapal uap untuk membawa mereka sampai ke pusat dari dunia peradaban yang besar. Mereka tidak memiliki sebauh perpustakaan besar apapun untuk mencari keterangan. Kemudian mereka tidak memiliki pembukaan dari pintu-pintu alami, dari batu-batuan di bawah dan dari bintang-bintang di atas. Mereka tidak memiliki peluang untuk saling berbagi di dalam pencerahan dari zaman yang gemilang di dalam mana kita sekarang bersukacita.

 

Dan meskipun demikian orang-orang tersebut, yang relatif mendapatkan pencerahan, menuliskan Kitab yang sedang saya genggam di dalam tangan saya ini. Mengapa kita tidak menuliskan Kitab yang lebih baik lagi sekarang ini? Mengapa kita tidak melakukan, sebagai contoh, ambillah para alumnus yang paling terpilih dari seluruh universitas besar di dunia ini, dan dengan kelompok pemilihan dan terpilih yang kecil ini, menemukan seluruh informasi yang terakhir dari setiap pusat pembelajaran di bawah matahari.

 

Biarkanlah mereka mengunjungi ibukota-ibukota dunia ini. Biarkanlah mereka mencari keterangan dari perpustakaan-perpustakaan yang ada. Biarkanlah mereka mengumpulkan sedikit demi sedikit sampai mereka menyelesaikan bidang astronomi dan ilmu pengetahuan dan biologi dan botani dan kesusateraan dan geologi.

 

Dan biarkanlah mereka memperkenalkan diri mereka sendiri dengan corak seni yang terbaik serta kesan dari seni berpidato dan bacaan.

 

Dan setelah mereka telah mengenal semua pengertian dari penelitian, biarkanlah mereka datang bersama-sama dan menuliskan sebuah Alkitab yang lebih baik dari yang ada ini.

 

Jika buku ini telah dituliskan oleh manusia, kita seluruhnya dapat menuliskan buku yang lebih baik lagi setelah ribuan tahun mendapatkan kemajuan.

 

Mengapa mereka tidak mencoba? Apakah mereka tidak memiliki keyakinan yang sama di dalam tuhan mereka yang dikatakan oleh para nabi dewa Baal katakan berada di dalam Baal? Mengapa mereka tidak mencoba? Sudah pasti mereka tidak percaya bahwa manusia itu menjadi semakin memburuk.

 


 

Manusia itu selalu mendapatkan kemajuan, demikian yang mereka katakan. Kita berada di atas binatang dan dengan segera, kelak kita akan diangkat menjadi malaikat utama.

 

Mengapa mereka tidak membuat buku yang lebih baik lagi? Mengapa mereka tidak menciptakan Kristus yang lebih baik lagi, jika buku ini tidak berasal dari Tuhan dan andaikata manusia yang membuatnya?

  

Dengan sesungguhnya saya mengatakan kepada saudara-saudara sekalian, manusia yang paling menyedihkan di dunia ini adalah mereka yang bersifat materialistis, kaum evolusi, para cendikiawan palsu. Mereka tersesat dan meraba-raba di dalam kegelapan, seperti kabut.

 

Betapa menyedihkan untuk melihat pada mereka. Mereka berteriak kepada dewa-dewa mereka untuk menjawab dengan lidah api dn mereka memohon untuk mematikan persoalan sampai kemudian hal itu berubah menjadi menyedihkan dan tidak memuaskan. Karena mereka memiliki suatu kecenderungan untuk mudah percaya di dalam kekuatan buta untuk percaya di dalam Tuhan serta di dalam iman relijius kita.

 

Mereka memberitahu kita bahwa suatu materi yang tak terlihat menciptakan seluruh benda yang kita lihat saat ini, termasuk saudara-saudara dan pikiran saudara-saudara dan jiwa saudara-saudara. Semuanya itu diharapkan didatangkan oleh suatu kebetulan belaka, oleh suatu kuasa yang tidak tampak.

 

Mengapa, karena saya melihat, bagaimana bisa seseorang mengumpulkan iman yang cukup untuk mempercayai sebuah pengajaran seperti itu? Meskipun mereka mengakui bahwa mereka mempercayainya.

 

Mereka meneriakkan “Malam, malam, kegelapa!” ketika matahari dan sinarnya yang terik itu menyatakan bahwa siang hari bolong itu ada di sini.

 

Mari kita lanjutkan. “Ingatlah juga bahwa dari kecil, engkau sudah mengenal Kitab Suci.” Dinafaskan oleh Tuhan. Diilhami oleh Tuhan.

 

Lihatlah mengapa Tuhan mengaruniakan mereka kepada kita. “Ingatlah juga bahwa dari kecil, engkau sudah mengenal Kitab Suci, Dinafaskan oleh Tuhan, dituliskan oleh Tuhan, diilhami oleh Tuhan, yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan.”

 

Kitab Suci tidak menyelamatkan kita, tetapi Kitab Suci memberikan hikmat kepada kita kepada keselamatan. Hikmat kepada keselamatan. Saya tidak diselamatkan karena Kitab itu. Saudara-saudara tidak tersesat karena saudara-saudara sekalian tidak mengetahui Kitab itu.


 

Pasti ada saat di mana kita menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Pasti ada. Ada saatnya ketika matahari tidak terbit. Ada pula saatnya ketika matahari itu terbit.

 

Mungkin sukar untuk mengatakan hanya saat itu ketika matahari berada di bawah kaki langit, dan hanya saat itu ketika matahari berada di atas kaki langit. Akan tetapi, ada saatnya ketika matahari itu tidak terbit dan ada saatnya ketika matahari itu terbit.

 

Demikian juga dengan keselamatan manusia. Ada suatu saat di mana saudara-saudara benar-benar percaya, walaupun kadang kala bagi beberapa orang merasa sulit hanya untuk mengatakan langsung. Akan tetapi hal tersebut terjadi.

 

Matahari terbit benar-benar terjadi atau matahari tidak akan berada di sana. Dan saudara-saudara telah menjadi percaya atau saudara-saudara sekalian tidak akan diselamatkan.

 

Kitab Suci tidak menyelamatkan kita, akan tetapi Kitab Suci memberikan hikmat kepada kita kepada keselamatan melalui iman. Iman menerima pengetahuan dari Firman Tuhan dan memberikan hikmat kepada kita kepada keselamatan.

 

Iman tidak menerima kebijaksanaan manusia dan memberikan hikmat kepada kita kepada keselamatan. Akan tetapi iman menerima hikmat Tuhan Allah, firman Allah dan membawa kita kepada keselamatan.

 

Dan kemudian, setelah kita diselamatkan, hal itu adalah sebuah komitmen besar di dalam hidup kita untuk menjadi lebih bijaksana di dalam iman. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk  mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah boleh menjadi sempurna, boleh menjadi dewasa, bertumbuh dengan sempurna.”

 

Kita akan melanjutkan di dalam pelajaran kita dan pengetahuan dari firman Allah. Dan dengan cara yang demikian kita akan melihat pada orang-orang Kristen di dalam pengajaran, di dalam perintah.

 

Berapa banyak dari bangsa kita – bahkan jemaat-jemaat dari gereja Baptist kita – berapa banyak jemaat-jemaat dari gereja Baptist kita yang sama sekali tanpa hikmat dalam Kitab Suci dan sama sekali tanpa pengetahuan di dalam jalan serta pengajaran dari Tuhan?

 

Mereka seperti apa yang digambarkan oleh Paulus, “Ditiup dan diterpa kesana kemari dan mondar-mandir diombangambingkan, oleh setiap angin pengajaran.”

 


 

Kadang kala mereka seperti apa yang digambarkannya di dalam ayat ini – di dalam pasal ini – tidak pernah belajar, tidak akan pernah dapat sampai kepada pengetahuan akan kebenaran. 

Saudara-saudara akan melihat mereka di sana. Saudara-saudara akan melihat mereka di sebelah sana. Saudara-saudara akan melihat mereka di sana. Dan kelihatannya mereka berada di sana seperti berada di rumah seperti mereka berada di sini.

 

Mereka memiliki suatu nafsu makan rohaniah yang dapat mencerna sebuah batu bata, sebagaimana mereka mencerna sepotong roti. Mereka memiliki nafsu makan rohaniah sehingga dapat menikmati sabun, sebagaimana mereka menikmatinya sebagai mentega. 

 

Mereka memiliki burung unta rohaniah yang sanggup menelan segala hal dan kelihatannya seolah-olah menikmatinya. Di sana mereka merasa seperti berada di rumah di sini.

 

Saya berbincang-bincang dengan salah seorang anggota jemaat terbaik kita pagi hari ini. Setelah saya memberikan sebuah pelajaran tertentu, dan yang satu yang tertentu itu – baiklah, saya tidak akan memberi tahukannya kepada saudara-saudara.

 

Bagaimanapun juga, mereka sangat merasa seperti berada di rumah di dalam maksud seperti upacara-upacara keagamaan gereja. Apa yang akan saya katakan adalah, jika saudara-saudara berada di rumah dan seperti upacara keagamaan gereja tertentu, saudara-saudara tidak mengenal firman Allah. Saudara-saudara tidak mengetahuinya.

 

Saya tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mengingat sesuatu yang yang dikatakan oleh James McKinley. Diberkatilah hatinya. Dia sudah ada di dalam kemuliaan sekarang, tetapi dia memberitahukan sesuatu di sini yang saya ingat. Dan beberapa orang dari antara saudara-saudara juga mengingatnya.

 

Ada sebuah gereja yang dahsyat milik Tuhan. Dan seiring dengan berlalunya waktu dan hari-hari terlewati, mereka membuat suatu pangkat modernis terhadap seorang hamba Tuhan. Dan hal itu menghancurkan setiap gereja.

 

Jadi, Dr. McKinley berkata, salah seorang dari jemaat gereja tersebut mendatanginya dan berkata, “Dr. McKinley, apa yang harus saya lakukan? Gereja yang besar itu telah berubah menjadi sebuah pangkat kefasikan serta paham modern liberalisme. Apa yang harus saya lakukan?”

 

Dan Dr. McKinley berkata, “Saya akan memberitahukan kepada anda apa yang harus anda lakukan. Saya akan berhenti. Saya akan mencari sebuah gereja yang mengabarkan Injil dari Anak Allah dan percaya kepada Kitab Suci bagi saya. Itulah apa yang harus saya lakukan.” 


 

“Oh,” kata wanita itu, “Dr. McKinley, Saya tidak dapat melakukannya. Saya tidak dapat melakukan hal itu.” “Mengapa?” Lalu wanita itu berkata, “Saya pergi ke gereja itu lalu saya duduk di bangku gereja itu. Itu adalah bangku gereja di mana kakek saya sering duduk di atasnya.”

 

“Itu adalah bangku gereja di mana nenek saya sering duduk di atasnya. Itu adalah bangku gereja di mana bapa saya sering duduk di atasnya. Itu adalah bangku gereja di mana ibu saya sering duduk di atasnya. Dan itu adalah bangku gereja di mana saya sering duduk di atasnya selama bertahun-tahun ini. Saya tidak dapat meninggalkan bangku gereja saya.”

 

Dan dia berkata, “Bangku gereja.” Lalu wanita itu berkata kepadanya, “Dr. McKinley, apa yang anda katakan?”

 

Dia berkata, “Saya berkata, ‘bangku gereja’,” 

 

Saya tidak menyangkal bahwa perasaan itu berharga. Dan saya tidak menyangkal bahwa kenangan adalah suatu benda yang kita simpan di dalam hati kita dan kenangan itu membuat kita menjadi apa kita sekarang ini. Saya tahu.

 

Akan tetapi saya hanya mengakui kepada saudara-saudara bahwa apa yang kita cari bukanlah orang yang hanya dapat mencerna segala sesuatunya secara rohani saja, tidak menjadi masalah apa yang dikatakan olehnya, tidak menjadi masalah apa yang dipercayai oleh hamba Tuhan itu, tidak menjadi masalah tentang apa yang disaksikan oleh gereja itu, tidak menjadi masalah apa pengajaran itu.