INJIL ADALAH UNTUK ORANG-ORANG YANG BERDOSA

(THE GOSPEL IS FOR SINNERS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Timotius 1:15

6-22-58

 

 

Membaca kitab 1 Timotius, pasal yang pertama, ayat yang ke 12 sampai dengan ayat yang ke 17. Sekarang kita telah melihatnya. Marilah kita bersama-sama membacanya – kitab 1 Timotius 1: 12 sampai dengan 17:

 

“Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku –

Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.

Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Yesus Kristus.

Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.

Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang meudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.

Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya, bagi raja segala zaman, Allah yang Kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

 

Dan yang berikutnya, 1 Timotius, 1:15: “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” Dan warta ini akan menjadi warta yang ketiga, dan warta yang terakhir yang ada di dalam teks tersebut tadi. Warta ini diberi judul dengan: Injil adalah untuk Orang Berdosa.

 

Ada jauh lebih sedikit dibutuhkan untuk penjelasan yang lebih sulit terhadap misteri yang sangat besar, dari pada untuk penjelasan biasa yang sederhana, kebenaran yang sederhana – dan yang satu ini: Bahwa Injil dari Anak Allah diperuntukkan pada orang-orangyang berdosa. “Hal ini merupakan perkataan yang benar, bahwa Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”

 

Kedatangan dari Tuhan kita ke dalam dunia ini memiliki hubungannya terhadap orang-orang yang bersalah. Pasti ada beberapa alasan untuk turunnya Tuhan kita dari surga. Apakah gerangan alasan tersebut? Alasan tersebut ditemukan di dalam kejahatan yang besar dari mana manusia dapat diselamatkan hanya karena tangan Tuhan. Kita ini salah besar, dan pengampunan kita tidak bisa didapatkan oleh suatu perbuatan kebajikan pada bagian kita sendiri.

Penjelasan tentang kematian dari Tuhan kita ditemukan di dalam dosa kita:

 

Kalau tidak pernah ada kesalahan – tidak akan pernah di dapatkan Juru Selamat.

Kalau tidak pernah ada layunya taman Eden – tidak akan pernah ada penderitaan di Taman Getsemane.

Kalau tidak pernah ada keikut sertaan pohon pengetahuan tentang yang baik dan buruk – tidak akan pernah ada pendarahan serta penderitaan di Kayu Salib.

 

Penjelasan untuk penderitaan serta kematian Tuhan kita ditemukan di dalam dosa-dosa kita.

 

Kita telah diselamatkan oleh bilur-bilur-Nya: “Kepada-Nya diletakkan kejahatan kita semua.” “Kristus mati karena dosa-dosa kita menurut pada Kitab Suci.” “Pada waktunya, Kristus mati karena orang jahat.”

 

Dasar kebenaran apa yang ada di sana untuk penjelmaan itu dapat menyelamatkan dosa kita?

Dasar kebenaran apa ang ada di sana untuk Kayu Salib itu dapat menyelamatkan kesalahan kita?

Penjelasan apa yang dapat ditemukan oleh seseoang untuk penderitaan serta kematian dari Tuhan kita, kecuali bahwa kita adalah orang-orang yang sedang tersesat dan  terlepas?

 

Beban yang ditempatkan atas Juru Selamat kita sekali-kali bukanlah beban khayalan semata. Dia menundukkan kepala dibawah beban dosa-dosa kita di atas kayu salib itu. Dia menundukkan kepala di dalam beban dari dosa-dosa kita di kuburan. Dan seruan itu: “Lama sabachthani”  [Dengan menggunakan bahasa Aram: “Mengapa Engkau meninggalkan Aku?”], sekali-kali bukanlah sebuah celaan terhadap kebutuhan dari suatu penderitaan yang sejati. Dia menderita, dan Dia wafat di bawah sebuah beban yang sejati dari seluruh dosa dari dunia ini. Dan hidup dari Tuhan kita dan artinya untuk bumi dan langit ini – semuanya memiliki hubungannya dengan dosa, kepada manusia yang bersalah. Dia datang dan Dia tinggal sehingga Dia boleh meminta manusia untuk bertobat, untuk mencari seta menyelamatkan mereka yang tersesat.

 

Dia mati karena dosa-dosa kita, ketika kita sedang tidak memiiki kekuatan. Dia bangkit untuk sebagai dasar kebenaran untuk dapat menyebut kita beriman di hadirat Allah. Dia turun dari tempat yang tinggi untuk memimpin tawanan yang dibuang serta untuk memberikan berkat keselamatan, serta memberikan kehidupan kepada manusia.

 

Dia tinggal di surga, sehingga Dia boleh membuat suatu perantaraan untuk kita yang dapat diselamat Dia sampai penuh. Dan, suatu hari nanti, Dia akan datang kembali untuk penebusan-Nya terhadap mereka yang telah dicuci di dalam darah Anak Domba. Seluruh kehidupan, dan penyebaran agama serta pengertian dari Tuhan kita memiliki hubungannya dengan dosa, dengan kesalahan kita: “Hal ini merupakan perkataan yang benar, bahwa Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,”

Jika saya boleh mengutip – dari ucapan-Nya sendiri: “Kedatangan-Ku bukan untuk memanggil orang-orang yang beriman, akan tetapi supaya orang berdosa untuk bertobat.”

 

            Sekarang, pengakuan yang kedua: Injil memiliki pengertiannya sendiri di dalam hubungannya kepada dosa, orang yang berdosa. Apakah Injil itu? Seperti suku-suku bangsa Israel di tengah-tengah padang gurun itu ketika mereka melihat kepada manna - “manna” (“apakah itu?”) Dan mereka melihat kepada benda itu – seperti embun yang beku di atas tanah, sebuah benda bulat yang kecil. Dan mereka mencoba rasanya – seperti sebuah biskuit yang dilapisi dengan madu. Dan mereka merasakannya di dalam tangan mereka, dan mereka melihat kepada benda itu; dan sekarang betapa gembiranya mereka ketika Musa berkata:  “Ini adalah roti untuk dimakan!” Dan setiap orang memenuhi keranjang mereka dan mempersiapkannya untuk kesukaannya sendiri.

 

Apakah Injil itu? Ada beberapa orang yang berfikir bahwa Injil itu hanya sambungan dari hukum yang meningkat, yaitu Hukum Musa dan Kespuluh Perintah Allah - Yesus dan khotbah di atas bukit. Ada beberapa orang yang berfikir bahwa Injil merupakan jalan yang lebih mudah bagi seorang manusia untuk diselamatkan oleh mujizat. Ada beberapa orang yang berfikir bahwa Injil merupakan hubungan dari upah dari kebaikan dan pengabdian serta hidup yang luar biasa. Tidak ada hubungannya dengan semuanya itu! Injil selalu melihat dan tidak terelakkan lagi mengarah kepada dosa dan mengarah kepada kesalahan. Kabar gembira itu tidak: Kami memiliki upah yang besar terhadap keunggulan, terhadap kemurnian, terhadap ketidak-bersalahan, dan kepada kebaikan. Akan tetapi Injil adalah: Kami memiliki kabar gembira kepada orang-orang jahat dan orang berdosa, dan pendusta, dan pencuri, dan orang-orang buangan – untuk anak pemboros yang berkelana jauh dari rumahnya, untuk domba-domba yang telah pergi tersesat.

 

           Injil itu mengalihkanpandangannya ke arah orang berdosa, seperti dokter yang melihat kepada orang-orang sakit; seperti pundi amal yang melihat ke arah mereka yang memerlukan kemurahan hati; seperti dana pensiun yang melihat ke arah orang-orang yang sudah berumur lanjut.  Injil, di dalam semua gambaran-gambarannya, mengalihkan pendangannya kepada dosa dan orang-orang yang berdosa. Jika seorang raja mengadakan sebuah perjamuan yang besar, dia mengundang – dari jalan-jalan raya, dari balik-balik pagar, dan dari jalanan serta dari dari jalan pedesaan – dia mengundang orang-orang yang buta, dan orang-orang yang gagu, orang-orang cacat serta orang-orang yang lemah dan orang-orang yang tersesat.

 

Jika ada sebuah mata air, maka akan digunakan untuk membersihkan jiwa. Semua undangan dari Injil yang agung itu berurusan dengan dosa dan orang-orang yang berdosa:

 

Datanglah, setiap orang yang dahaga, datanglah engkau … belilah tidak dengan uang dan tidak dengan harga …  Biarkanlah manusia yang jahat meninggalkan pikirannya. Biarkanlah orang yang jahat meninggalkan jalan yang dipilihnya. Biarkanlah dia datang kepada Tuhan, dan kepadanya akan diberikan kemurahan, dan kepada Tuhan kita, karena dia akan mendapatkan pengampunan yang berkelimpahan … 

 

Datanglah, marilah kita berunding bersama-sama, demikian kata Tuhan: walaupun dosa-dosamu seperti warna ungu, mereka akan menjadi putih seperti salju, walaupun mereka akan berwarna merah seperti merah tua, mereka akan mejadi seperti kain wol. 

 

Datanglah kepadaku hai orang-orang yang lelah dan berbeban berat …

 

Ajakan dari Injil selalu ditujukan kepada orang-orang yang berdosa dan berkat dari Injil selalu ditujukan kepada manusia yang penuh dengan dosa:

 

Bagaimana bisa lagi hidup itu harus untuk satu orang, kecuali dia sudah mati

Penglihatan itu harus untuk satu orang, kecuali dia buta,

Pendengaran itu harus untuk satu orang, kecuali dia itu tuli,

Pembersihan itu untuk satu orang, kecuali dia itu tercemar,

Pengampunan itu harusnya untuk satu orang, kecuali dia itu orang jahat.

 

Injil mengalihkan pandangannya kepada orang-orang yang penuh dengan dosa, serta janji akan kemurahan, di bawah mana telah diajarkan serta dituliskan dengan huruf besar di dalam Alkitab ini, adalah untuk orang-orang yang penuh dengan dosa. Perjanjian dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian dari hukum adalah demi kebaikan, demi kemurnian dan kekudusan serta orang-orang yang beriman. Jika seseorang dapat diselamatkan oleh hukum, keselamatan akan menjadi oleh hukum kerena hukum berbicara mengenai kebaikan, dan keadilan dan kesucian dan kemurnian dan kebaikan. Dan, jika seseorang dapat diselamatkan oleh hukum, maka ia dapat berdiri dibenarkan di hadirat Tuhan tanpa adanya noda, tanpa adanya dosa, tanpa adanya kekeliruan, tanpa adanya kelalaian. Akan tetapi hukum mengakhirinya: Kita semua berada di dalam dosa, karena “kita semua telah berdosa dan menjadi rendah terhadap kemuliaan Allah.” “Tidak ada yang telah melakukan kebaikan, tidak seorangpun!”

 

Seluruh manusia telah berdosa. Dan ketika Allah berurusan dengan kita dengan dasar hukum, Dia akan menutup penjara, kita semua sama, bersalah dihadapan Tuhan. Berkat dari Perjanjian Lama hanya bagi orang-orang yang benar, dan kudus, serta murni, dan tak bersalah, atau tanpa noda, atau tanpa dosa di hadapan Tuhan Allah. Akan tetapi berkat dari Perjanjian baru tidak pernah mengarah kepada mereka yang berfikiran bahwa mereka itu unggul dan berjasa dan kudus dan tanpa kebutuhan. Akan tetapi berkat dari kitab Perjanjian baru berbicara tentang kemurahan dan pengampunan terhadap orang-orang yang penuh dengan dosa.

 

Betapa indahnya dan sering sekali Alkitab mengatakan hal itu. “Karena hukum datangnya dari Musa. Akan tetapi kemurahan dan kebenaran datang dari Yesus Kristus:” Ini maksud-Nya! Musa mengatakan bagaimana seharusnya orang yang kudus berperangai - Yesus memberitahukan kita bagaimana seseorang yang telah tercemar dapat dibersihkan dan dibuat baru kembali. “Oleh karena berkat engkau diselamatkan melalui iman keparcayaan; bukan karena dirimu sendiri demikianlah berkat dari Allah …” Menurut kepada kasih karunia-Nya, Dia menyelamatkan kita.

 

“Karena di mana dosa berlimpah-limpah, berkat akan menjadi lebih berkelimpahan.” Perjanjian Injil berbicara tentang kasih karunia. Karunia adalah untuk orany yang berdosa. Tidak seorangpun yang akan membutuhkan berkat dari Allah jika saja dia dapat berdiri di hadirat Allah dan berkata: “Aku telah memenangkan keselamatanku oleh kebaikanku sendiri!” Maka keselamatannya itu buka datang dari berkat, namun hanya merupakan utang, atas pahala – Tuhan berhutang pahala kepadamu. Saudara-saudara dapat berdiri di hadirat Allah dan berkata: “Engkau berhutang hidup yang kekal kepadaku. Lihatlah kehidupanku ini. Tak tercemar, tanpa noda, tanpa sebuah dosa, bersama-sama seluruhnya kudus dan murni. Hanya berikanlah kepadaku pelarianku – hidup yang kekal!”

 

Akan tetapi ketika berkat itu datang, suatu prinsip yangberbeda bersama-sama secara keseluruhan diberikan – tidak berharga, tidak berjasa, hanya kemurahan yang tidak dihargai Tuhan, “diselamatkan oleh berkat;” dan karunia adalah untuk mereka yang telah berdosa. Karunia tidak berbicara tentang seorang manusia yang tidak bersalah. Kemurahan Allah ditujukan untuk orang berdosa. Jika saya telah dipanggil ke pengadilan dan telah didakwa di hadapan pengadilan, dan saya tidak bersalah, saya tidak perlu memohon suatu kemurahan. Saya akan berdiri di depan hakim dan berkata: “Saya menuntut adanya keadilan.” Dan keadilan akan saya dapatkan untuk semua yang baik dan indah dan tebaik – karena saya tidak bersalah. “Saya menuntut pengadilan untuk mengumumkan bahwa saya tidak bersalah. Saya tidak bersalah.” Akan tetapi jika saya dipanggil untuk menghadap ke pengadilan dan saya bersalah, kemudian saya meletakkan diri saya kepada belas kasihan pengadilan: “Ingatlah dan berbuat baiklah kepada saya!”

 

Saya memiliki seorang sahabat yang masih muda di dalam salah satu gereja saya, sungguh sebuah keluarga yang menyenangkan. Dia merupakan seorang putra tunggal diantara beberapa orang saudarinya. Sungguh merupakan sebuah keluarga Kristen yang luar biasa – dan sahabat muda itu sangat dikasihi oleh seorang direktur dari sebuah bank serta mendapatkan sebuah kesempatan yang baik di dalam bank tersebut. Dan, hal yang paling menakjubkan untuk semua orang, dan hampir seluruhnya menakjubkan bagi saya, pemuda itu, yang merupakan satu sosok yang jenius, seorang sahabat yang muda, telah menggelapkan sejumlah dana dari bank tersebut dari bulan ke bulan. Dan ketika sahabat muda itu dengan ibunya mendatangi saya, saya berkata: “Ketika kita pergi menghadap kepada hakim dari pengadilan federal dan kemudian kamu berdiri dan dia bertanya kepadamu: “Apakah kamu bersalah?” maka kamu akan mejawab “Bersalah” lalu kamu melemparkan dirimu sendiri kepada belas kasihan pengadilan tersebut.”

 

Dia mendapatkan seorang pengacara. Dan saya tidak akan pernah melupakan hari itu, ketika sedang bersama-sama dengan ibunya, pemuda itu serta pengacara tersebut kami pergi – tidak ada lagi yang lain selain kami di dalam pengadilan itu – kemi pergi menghadap hakim federal itu, dan ternyata dia juga merupakan seorang penganut agama Kristen yang baik. Dan pengacara itu berdiri di sana, pemuda itu berdiri di sebelah sini, dan saya berada tepat dibelakangnya. Lalu kemudian hakim itu melihat sekilas kepada koper yang berada di depannya, membalikkan halaman-halaman kertasnya – yang sudah diketahuinya terlebih dahulu – menatap mata pemuda yang merupakan anggota jemaat dari gereja kita itu dan yang sangat saya kasihi itu. Dan dia menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat sederhana: “Bersalah atau tidak bersalah?”

 

Lalu pemuda itu menjawab dengan penuh kerendahan hati: “Bersalah, yang mulia, bersalah.”

 

“Bersalah!” Lalu selanjutnya terserah kepada pengadilan. Dan pengadilan itu menjatuhkan vonis selama tiga tahun kepadanya dan mensahkannya, lalu menangguhkannya. Dan kemudian dia berkata kepada pemuda itu: “Kami berharap kepadamu untuk melakukan kebaikan. Ini adaah kesalahanmu yang pertama, dan kami tidak akan mengirimkanmu ke penjara. Kami menangguhkan vonis itu. Akan tetapi kami berharap kepadamu untuk menjadi benar didalam kepercayaan kami padamu.”

 

Demikianlah kasih! Demikianlah berkat!

Hukum berkata: “Rajam sampai mati!”

Yesus berkata: “Aku juga tidak akan menghukummu. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.”

Hukum berkata kepada pemuda itu: “Penjarakanlah dia, hancurkanlah hidupnya.  Jatuhkanlah karirnya. Buatlah noda di dalam namanya!”

Kasih berkata: “Nak, kami menaruh harapan supaya engkau dapat menjadi benar di dalam iman yang ada di dalam dirimu. Pergilah, dan janganlah berbuat dosa lagi.” Dan bolehkah saya mengatakan, sejak saat itu saya sering melihat pemuda itu, sampai dengan hari ini – dan peristiwa itu sudah lama sekali terjadi – sejak saat itu pemuda itu menjadi anak yang menyenangkan.

 

Demikianlah perbedaan antara kasih karunia – dengan hukum. Upah dari Injil tidak akan pernah, tak pernah ditujukan untuk orang yang berfikir bahwa dirinya unggul: “Aku akan berdiri pada kakiku sendiri didepan Allah. Dan aku akan menatap langsung kepada wajah Allah dan aku akan berkata: “Tuhan, aku tidak pernah berbuat salah. Aku tidak pernah tidak mematuhi perintah. Aku tidak pernah berdosa. Aku tidak pernah tersandung. Aku tidak pernah melakukan kekeliruan. Aku tidak pernah terjatuh.”  Injil tidak memiliki suatu pesan apapun untuknya; tidak memiliki adanya penggembalaan, tidak memiliki adanya perantaraan, tidak ada memiliki adanya arti, tidak memiliki keselamatan. Akan tetapi kepada orang yang akan berdiri di hadirat Tuhan dan berkata: “Ruhan, bermurah hatilah kepadaku, orang berdosa ini!” Injil memiliki pesan kepada saudara-saudara sekalian, saudaraku, dengarkanlah kabar gembira yang datang dari Anak Allah itu. Dia wafat karena dosa-dosa kita ketika kita tak berkekuatan, ketika kita tidak berdaya, ketika kita tercemarkan, ketika kita hancur dan sekarat.

           

            Saudara tahu sesuatu? Saya melihat kembali pada semua ajaran-ajaran dari Injil tersebut. Dan yang menjadi kekaguman saya adalah saya menemukan bahwa masing-masing dari kitab Injil tersebut memiliki hubungan dengan orang-orang yang penuh dengan dosa – masing-masing dari mereka:

 

 

 

 

 

 

 

 

Semua dari ajaran-ajaran itu – semuanya berhubungan dengan orang-orang yang penuh dengan dosa. Dan demikianlah Injil itu bagi kita. Apakah Dia mati untuk orang berdosa? Maka Dia mati untuk saya! Karena saya adalah orang yang berdosa!

           

“Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” Apakah pesan ini untuk orang-orang yang berdosa? Maka pesan ini untuk saya, karena saya adalah orang yang berdosa.

 

Salah seorang guru sekolah minggu yang terbaik yang saya miliki tidak pernah mengikuti Perjamuan Terakhir Tuhan. Tidak pernah! Dan pada suatu hari saya mengunjunginya dan duduk disampingnya dan saya berkata kepadanya: “Di dalam gereja kita yang kecil, sangat gampang diperhatikan bahwa sepanjang tahun anda tidak pernah mengikuti Perjamuan Terakhir Tuhan.”

 

Dia berkata: “Pak Pendeta, saya tidak pernah mengikutinya karena saya adalah orang yang penuh dengan dosa. Saya tidak cukup berharga untuk menerimanya. Saya tidak pantas!”

 

Saya berkata: “Saudaraku, demikianlah ajakan itu. Demikianlah undangan itu. Ajakan itu ditujukan kepada orang-orang yang berdosa. Meja ini, cangkir ini, roti ini, ketian ini adalah untuk kita. Orang yang berharga dan tidak memerlukannya, adalah orang yang sempurna, yang di dalam segala cara berada di atas celaan dan diatas dosa, dia tidak dapat menerimanya. Aakan tetapi bagimu dan bagi saya, yang merupakan orang-orang yang berdosa dan tersesat, ajakan itu adalah untuk kita! Karena Dia berkata: “Sebab inilah darah-Ku, darah Perjanjian Baru, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” Dan jika saya adalah orang yang berdosa dan saya akan melihat kepada Yesus maka darah itu ditujukan bagi saya: minumlah, saudaraku, minumlah! Nakanlah, saudaraku, makanlah! Ini adalah roti kehidupan. Ini adalah darah dari pengharapan yang baru, dan perjanjian yang baru, yang membersihkan semua dosa-dosa kita.

 

Injil berurusan dengan dosa-dosa. Injil memiliki hubungan dengan orang yang berdosa. Sekali waktyu saya duduk di sebuah meja, di mana di sana ada seorang pemuda yang bersuia 16 tahun bekerja di sebuah peternakan. Dan pada saat kami sedang duduk berkeliling di meja tersebut dan berbincang-bincang, saya berkata kepada sahabat muda tersebut: “Sahabat muda, apakah kamu seorang penganut agama Kristen?”

 

Dan dia kemudian menatap lurus ke wajah saya dan diapun berkata: “Tidak, tuan! Saya bukan penganut agama Kristen. Saya pendosa yang tersesat!”

 

Saya berkata: “Nak, engkau berada dekat dengan kerajaan surga. Engkau akan diselamatkan di dalam hari-hari pertimbangan atas kebangkitan!”

 

Dan dia diselamatkan! Dia diselamatkan! Orang yang akan mengakui dirinya sendiri sebagai seorang pendosa, orang yang akan berkata: “Saya tidak merasa cukup akan diri saya sendiri. Saya menyadari akan suatu kebutuhan.” “Orang itu berada tidak dekat dengan kerajaan Allah.

 

Di lorong sana, suatu kali, datanglah seorang guru Sekolah Minggu yang begitu baik dan menyenangkan, dengan seorang anak-laki-laki yang manis dan menyenangkan. Lalu kemudian mereka berdua duduk bersama, dan pengkhotbah itu duduk di samping guru Sekolah Minggu tersebut. Dan pendeta itu berkata kepada anak laki-laki yang mesih kecil tersebut: “Apakah kamu datang untuk diselamatkan?”

 

Dan anak kecil itu menajwab: “Ya.”

Dan pendeta itu kemudian berkata: “Apakah kamu menyadari bahwa kamu adalah seorang pendosa yang tersesat?”

Dan guru Sekolah Minggu itu menyela seraya berkata: “Pak Pendeta, anda tidak mengerti. Dia ini adalah anak laki-laki yang terbaik di dalam kelas saya.”

Dan pendeta itu mengabaikan guru tersebut dan berkata: “Nak, saya berkata, Son, I say, Apakah kamu menyadari bahwa kamu adalah seorang pendosa yang tersesat?”

Dan guru sekolah minggu itu menjawab kembali: “Pak Pendeta, anda tidak menyadari. Dia ini adalah anak laki-laki yang terbaik di dalam kelas saya.”

Lalu pendeta itu bangkit dan berkata: “Sudikah kamu jika kamu duduk di sebelah sini dan dia bergeser sedikit?” Dan kemudian Pendeta itu duduk ditengah-tengah mereka. Dan kemudian Pendeta itu kembali melihat kepada anak laki-laki itu dan berkata kembali: “Anakku, sadarkah engkau bahwa engkau adalah seorang pendosa yang tersesat dan engkau membutuhkan Yesus?” Dan sejurus kemudian, dia mendapatkan anak itu ke dalam kerajaan surga.

Mengapa, dengarkanlah teman, jika saudara-saudara tidak memiliki suatu kebutuhan apapun, bagaimana saudara-saudara dapat sampai kepada Tuhan? Engkau berkecukupan di dalam dirimu sendiri – jika saudara-saudara tidak merasa tersesat, bagaimana saudara-saudara dapat merasa telah diselamatkan? Jika kita tidak penuh dengan dosa, bukan orang ang bersalah, mengapa Tuhan Yesus harus mencari kita, mati demi kita untuk menyelamatkan kita?

 

Injil berurusan dengan orang-orang yang berdosa. Dan demikianlah mengapa nyanyi-nyanyian serta himne-himne serta kasih dan penyembahan membawa jiwa kita ke atas kepada Tuhan Allah Juru Selamat kita. Demikianlah kabar gembira itu! Demikianlah kabar gembira itu!

 

Beritahu kepada saya, dapatkah saudara-saudara meresa lebih terhibur atas sebuah ceramah yang dingin tentang moralitas dan kebaikan serta kebenaran? Akan tetapi beritahukan kepada saya, dapatkah hati saudara marasa berkelimpahan ketika seseorang mengatakan kepada saudara bahwa Yesus telah melakukan pembersihan terhadap dosa-dosa saudara-saudara? Di mana hal tersebut telah dilarang, orang-orang akan berkumpul di dalam kandang-kandang serta di dalam gua-gua di muka bumi ini, dan tepat di saat tengah malam, untuk mendengar kisah-kisah lama tentang bagaimana Yesus telah wafat untuk kita orang-orang yang berdosa sehubungan dengan kitab-kitab suci. Dan orang-orang telah mendengarkan kisah-kisah itu tanpa merasa jemu. Dibekatilah hatimu, saudara, saya dapat berdiri di mana saja di muka bumi ini serta berbicara mengenai politik, dan berbicara mengenai resensi buku-buku, dan berbicara mengenai ekonomi, dan berbicara mengenai peperangan dan perdamaian, dan berbicara mengenai pemerintahan, dan suatu hari nanti seseorang boleh datang untuk mendengar kepada saya. Dan demikianlah segalanya.

 

Diberkatilah hati saudara-saudara. Saya telah berdiri di atas mimbar ini selama empat belas tahun. Dan saya telah mengkhotbahkan pesan Injil yang sama di setiap hari Minggu di dunia ini – dan, selama dua setengah tahun terakhir ini saya melakukannya sebanyak tiga kali sehari. Dan diberkatilah hatimu kembali, pekerjaan itu tidak kehilangan peminatnya: “Katakanlah kembali, pakl Pendeta. Kisahkanlah kembali kepada kami. Sama seperti yang ada di dalam Alkitab ini!” Ketika saya telah sampai pada usia yang sudah sangat tua, kisah itu akan tetap sebagai kisah yang paling indah. Dan ketika saudara-saudara berdiri di hadapan tubuh saya yang telah terjatuh dan tak bersuara, beritahukanlah kembali kepada orang banyak mengenai kasih karunia yang menyelamatkan.

 

Demikianlah injil itu! Demikianlah injil itu! Bagi kita semnua, bagi saya: “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa” – kepadamu, saudaraku, sahabatku – kita, orang yang paling berdosa. 

 

Oh, Tuhan, sungguh seorang Juru Selamat, sungguh sebuah Pengharapan, sungguh sebuah Injil! Dan Injil itu milik kita. Milik kita! Dan sementara kita menyanyikan lagu permohonan ini, malam hari ini seseorang memberikan hatinya kepada Tuhan, maukan saudara-saudara datang? Malam hari ini seseorang akan menyerahkan hidupnya di dalam gereja, maukan saudara-saudara datang? Engkau dan keluargamu, atau engkau sendiri, sementara kita memanjatkan permohonanmu, maukah saudara-saudara datang? Malam hari ini seseorang akan mengkonsentrasikan hidupnya di dalam jalan yang baru menuju Tuhan? Seseorang akan menjawab panggilan ke dalam jiwa dan ke dalam hati dari Yesus? Ketika Roh akan mengatakan Firman dan memimpin di depan, maukah saudara-saudara datang? “Pak Pendeta, malam hari ini aku memberikan tanganku kepadamu. Aku memberikan hatiku kepada Yesus.” Atau “kedalam persekutuan gereja ini kami akan datang.” Atau “menyerahkan hidupku di dalam jalan baru kepada Kristus, inilah aku.” Ketika Tuhan Allah akan berfirman dan memimpin di depan, maukah saudara-saudara melakukannya sekarang juga, sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi?