INJIL YANG MULIA

(THE GLORIOUS GOSPEL)

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Timotius 1:11

6/08/58

 

 

Sekarang, apakah saudara-saudara sudah memegang Alkitab saudara? Sudahkah saudara pegang Alkitab saudara itu? Bukalah kitab 1 Timotius. Ini akan menjadi khotbah yang pertama di malam ini, mengenai Timotius, di dalam surat-surat penggembalaan, yaitu kitab 1 Timotius.  Teksnya yang akan kit abaca adalah dari ayatnya yang kesebelas. Kita akan membaca bersama-sama ayatnya yang kesebelas ini, dari kitab 1 Timotius, pasalnya yang pertama. Sekarang, apakah saudara-saudara sekalian sudah melihatnya? 1 Timotius pasal yang pertama ayat 1 sampai dengan 11.

 

Saudara tahu, biasanya saya akan mengundang orang kita untuk saling berbagi Alkitab-Alkitab mereka dengan orang-orang baru yang datang ke sini. Sekarang, para pengunjung kita sudah memiliki kebiasaan untuk membawa sendiri Alkitab-Alkitab mereka sendiri, sekarang saya akan mengundang para pengunjung kami untuk berbagi Alkitab saudara dengan anggota-anggota jemaat gereja ini. Kita semua memilikinya – maka bawalah serta Alkitab saudara ketika saudara datang ke rumah Tuhan! 

 

Sekarang, marilah kita baca kesebelas ayat yang pertama itu secara bersama-sama:

 

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juru Selamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, Kepada Timotius, anakku yang sah dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain. Ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.  Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutak mereka kemukakan. Kita tahu bahwa Hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, yakni dengan keinsyafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, bagi orang cabul dan pemburit, pagi enculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku (I Tim. 1:1-11)

 

Dan teks yang akan saya tekankan ialah teks yang diambil dari ayat yang kesebelas: “Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku.” Dan telah dikatakan, rupanya, sebagai sebuah renungan, sebuah lampiran tambahan; dia secara tidak sengaja menyinggung akan hal tersebut. Lalu kemudian, muncul dari kesempurnaan serta kemuliaan dan pujian yang menyala-nyala dari dalam hatinya, dia mengatakan kalimat-kalimat yang indah ini. Dia telah berbicara mengenai doktrin. Dia menuliskan surat ini kepada anaknya yang masih muda di dalam iman mengenai gereja, mengenai organisasinya, mengenai kebijakan-kebijakannya, mengenai firmannya, mengenai metodenya, mengenai kepantasannya, mengenai ibadahnya. Dan dia menulis kepadanya mengenai doktrin tersebut; untuk menjadi benar terhadap iman, memperingatkan dia terhadap doktrin-doktrin palsu. Maka dia memulainya di sini dengan berbicara mengenai doktrin:

 

“Ketika aku hendak meneruskan perjalananku (di dalam ayatnya yang ketiga) ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran (doktrin) lain.”

  

Kemudian dia menguraikan dan berbicara mengenai hal tersebut. Dan, ketika dia berbicara mengenai doktrin ini:  “Ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka.”

 

Kemudian dia berbicara mengenai hukum – orang-orang ini yang berfikir bahwa mereka mengetahui demikian banyak mengenai bagaimana hidup seharusnya diatur dan bagaimana kita seharusnya menjadi pengamat khususnya terhadap semua hak-hak yang tidak berakhir, dan upacara-upacara keagamaan, dan perayaan-perayaan hukum lainnya. Dan dia berbicara mengenai hukum di sana ketika seseorang yang beriman tidak membutuhkannya – orang diselamatkan dan menjadi percaya, tidak perlu meloloskan suatu hukum untuk dia. Hukum Taurat itu untuk orang-orang yang tidak patuh, “tidak beragama, orang-orang duniawi, orang-orang yang tercemar, kaum pembunuh, bagi orang-orang cabul, orang-orang yang bersalah atas sodomi, pencuri, pendusta, orang-orang yang termakan sumpah, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran yang sehat.” – berbicara mengenai ajaran yang sehat “menurut Injil yang mulia itu.” Dan kemudian dia hanya menyinggung hal tersebut secara tidak sengaja. Dia sedang tidak berbicara mengenai Injil mulia itu sama sekali! Dia sedang berbicara tentang hukum taurat, dia berbicara mengenai silsilah, dia sedang berbicara mengenai seluruh dongeng yang tiada berakhir ini, orang-orang yang gemar berbelanja ini saja, mengenai orang-orang pengkhianat ini. Lalu kemudian dia menyinggung – secara tiak sengaja – Injil yang mulia itu, dan kemudian dia mengatakan teks ini – baiklah, saya suka teks ini:  “Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku.” Bukankah demikian terhadap diri saudara-saudara sekalian?

 

“Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” Oh, begitu banyaknya, bagaimana hal itu bisa menjadi tidak benar? Hal itu merupakan kekhawatiran daging. Mereka datang ke gereja dengan rasa hormat, kepada kebiasaan agama. Mereka duduk di sini, saling berdesakan antara kulit mereka, dengan rasa bosan menunggu sampai satu jam berlalu. Khotbah itu begitu membosankan dan kebaktian itu berjalan perlahan. Dan mereka dapat berfikir tentang ribuan tempat di mana mereka bisa mendapatkan kesenangan yang lebih; dimana mereka dapat menikmatinya lebih baik lagi, di mana semua pemandangan serta suasana dapat menjadi lebih kondusif terhadap rohani mereka. Akan tetapi, di sanalah mereka berada, duduk di bangku gereja, sambil mendengarkan khotbah, saling berbagi di dalam pelayanan tersebut. 

 

Seorang sahabat masuk ke dalam dan duduk di saat sebuah kebaktian, dan pengkhotbah sedang menyampaikan khotbahnya, dan dia berkhotbah dan berkhotbah, dan berkhotbah. Dan dia melenggang ke suatu sisi serta menggeliat ke sisi yang lain. Dan akhirnya dia melihat kepada seorang tetangga dan dia berkata: “Sudah berapa lama berlangsung khotbahnya?”

 

Lalu kemudian orang itu menjawab: “Saya fikir sudah berlangsung sekitar tiga puluh delapan tahun.”

 

Dan kemudian orang itu berkata: “Baiklah, dia akan menyelesaikannya dengan segera. Saya akan tinggal.”

 

Untuk sedemikian banyak, hal itu merupakan kebalikan dari sebuah Injil yang mulia. Hal itu merupakan kejenuhan dari daging. Mereka mengingatkan saya kepada seekor kuda, yang menarik sebuah gerbong kereta. Dan kuda itu merasa begitu senangnya ketika dia dapat keluar dari antara kungkungan itu, dan ketika dia tidak mendengar deru roda-roda gerbong itu, dan ketika dia dapat pergi sesukanya ke padang rumput.  Orang-orang datang ke gereja dengan keadaan yang sama seperti kisah itu! Semuanya kecuali apa yang digambarkan oleh Paulus di sini sebagai “Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” 

  

Sekarang, lihatlah bagaimana dia menggambarkan hal itu. Dia menggambarkannya sebagai ĕuaggĕliŏn. Sekarang, secara harfiah, hal itu berarti “kabar gembira.” Dan saudara-saudara sekalian melihatnya telah diterjemahkan sebagai “Injil.” Sebenarnya artinya adalah “berita yang gembira,” “pemberitahuan yang indah,” “kabar yang baik.” Bukankah demikian bagi saudara-saudara? Bukankah semuanya berita? “Mengapa, dengar, pak Pendeta, saya telah mendengarkan hal itu sejak saya dilahirkan. Saya telah pergi ke gereja sejak saya masih kanak-kanak. Bukan berita yang baru lagi bagi saya daripada sebuah peringatan mengenai sebuah aphorisme – “kabar gembira yang mulia.” – mengapa, bukan berita baru lagi!”

 

 

Semua itu tergantung: hal itu merupakan sebuah berita kapada seorang manusia yang sedang menghadapi salah satu saat yang paling kelam di dalam hidupnya lalu ada sebuah terang, yang membakar, dan bersinar serta pengharapan di dalam Yesus. Hal itu menjadi berita bagi seorang manusia yang menemukan dirinya sendiri telah dihukum, dan tersesat, dan dikutuk serta menghadapi penghakiman serta menghadapi api di neraka dan dia dapat diselamatkan. Hal itu menjadi sebuah berita bagi seseorang yang telah kehilangan segala arti dan tujuan di dalam hidup; dan dia telah menemukan sebuah jawaban di dalam Anak Allah.

 

Dengarkanlah, saya fikir salah satu dari tragedi terbesar yang pernah mengikuti gereja adalah: ketika pesan Injil dari Yesus Kristus telah dilepaskan dari halaman depan, dilepaskan dari berita, dan ditempatkan di kolom editorial untuk dijadikan sebagai filosofi, untuk kemudian didiskusikan – dan semua dari silsilah dan dongeng-dongeng ini, dan pertanyaan-pertanyaan, serta hal-hal mengenai hukum dan yang bukan hukum – hal yang demikian tidak merupakan agama yang sebenarnya dari Yesus Kristus.

 

Agama yang sejati dari Tuhan adalah kabar gembira: Di sini ada satu keluarga yang dibawa ke sebuah rumah yang baru dan sebuah hubungan yang baru; di sini ada hati yang berputus asa dan telah menemukan sebuah jawaban yang mulia di dalam Kristus; di sini ada seseorang yang berada di ujung sebuah jalan dan dia telah menemukan sebuah kemenangan terakhir di dalam Yesus. Demikianlah berita, ĕuaggĕliŏn, kabar itu, “kabar gembira.” Dia menyebutnya di sini dengan ĕuaggĕliŏn tos dŏxas. Sekarang, saudara-saudara mengetahui arti dari kata “doxa.” Saudara-saudara menyanyikan sebuah doxologi, kata puji-pujian. Firman itu “mulia” “puji-pujian” Dan saudara-saudara sekalian melihatnya di sini telah diterjemahkan “menurut Injil yang mulia.” Akan tetapi apa yang dituliskan oleh Paulus adalah:  “menurut kabar gembira yang mulia.” “yang mulia” – demikianlah artinya bagi rasul Paulus - “yang mulia.”

 

Saudaraku, apakah anda melihat kemuliaan di dalamnya? Apakah dari “yang mulia” kepada saudara-saudara? Kadang kala saya berfikir mengenai ingatan alami kita serta mengenai pemikiran alami kita, dan mengenai pengaturan alami kita. Tanggapan terhadap Injil dari Anak Allah, seperti sebagaimana kita menanggapi Kristus sendiri. Terhadap hati yang belum mendapatkan pencerahan, Yesus adalah sebuah akar yang muncul dari dalam tanah yang kering: “Tidak ada suatu bentuk atau kecantikan sehingga kita harus meminta Dia.” Akan tetapi, biarkan seseorang mendapat penebusan, biarkanlah dia menjadi percaya, biarkanlah dia diregenerasikan, biarkanlah dia diselamatkan; biarkanlah dia bertemu dengan Tuhan berhadapan wajah, dan mengatakan – Sungguh sebuah perubahan!!! Dia akan berdiri di sebuah lorong, tak bosan-bosannya, mendengarkan kepada seseorang – mungkin tidak tahu adat – mengajarkan Injil dari Anak Allah serta bersuka cita pada “kemuliaan” Injil yang diberkati, “kabar gembira dari kemuliaan.”

 

“Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia (Allah yang Mahamulia, Mahagembira, Mahaluas).” Kemudian pesan dari Injil ini, yang kita dapatkan ini, merupakan sebuah pencerminan dari Alah yang Mahamulia. Tuhan kita Yang Mahakuasa, dihempaskan ke luar angkasa, alam semesta yang tak terhingga jumlahnya, melewati miliaran demi miliaran dunia. Akan tetapi dengan seluruh kemampuan berbicaranya yang fasih, di dalam kemuliaan surgawi mereka yang dari pencipta yang maha kuasa, mereka tidak memulai untuk menggambarkan pribadi dan karakter Tuhan seperti Yesus Kristus. “Langit sedang menceritakan; cakrawala menyatakan kemuliaan-Nya.” Tetapi mereka tidak mengucapkannya, mereka tidak mengatakannya, mereka tidak melukiskannya seperti karakter dan pribadi Yesus Kristus, Tuhan kita yang menyenangkan.

 

Jika saudara-saudara memiliki seribu samudra yang mencerminkan karakter yang takterbatas Tuhan, maka saudara-saudara tidak akan pernah melihat Dia seindah dan sesederhana yang saudara-saudara lihat di dalam kehadiran Yesus Kristus, Juru Selamat kita. Musa, di suatu waktu pernah berkata: “Tuhan, perlihatkanlah kepadaku kemuliaan-Mu.” Dan kemuliaan Allah berlalu; ketika Allah meletakkan Musa di dalam ceruk dari gunung itu serta menaunginya di sana dengan tangan-Nya. Dan kemudian Allah menarik tangan-Nya,  menjauhkan tangan-Nya, dan Musa melihat kemuliaan Allah; akan tetapi Musa tidak pernah melihat kemuliaan Allah itu di dalam ceruk dari gunung itu seperti yang saudara-saudara dan saya lihat di dalam pribadi Yesus Kristus: “Dia yang telah melihat-Ku, telah melihat Bapa.” Melihat pada Yesus, berarti kita telah melihat Allah!

 

“Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” Lalu kemudian Injil yang kami ajarkan tersebut tidak merupakan Injil yang datang dari seorang pendeta, atau datang dari seorang profesor, atau datang dari ahli-ahli agama. Injil yang mulia yang kami ajarkan itu kemudian bukanlah merupakan tebakan serta penalaran dari seorang manusia atau merupakan suatu seseorang yang sedang berfilsafat dan berspekulasi; akan tetapi merupakan sebuah penyingkapan serta sebuah berkat dari Tuhan Allah sendiri: “Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” 

 

Semua hal yang merupakan hal lain dari manusia – di dalam pemikiran mereka, di dalam metafisika mereka, di dalam filosofi nereka, di dalam tulisan-tulisan mereka, di dalam spekulasi mereka – mereka seperti rumah dari anak kecil yang dibangun di tepi pantai, terbuat dari pasir pantai, dan ketika ombak pasang yang besar datang dan melanda mereka semua. Akan tetapi bangunan besar dari Injil Anak Allah tetap ketika langit dan bumi berlalu.

 

“Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia (lalu kemudian dia menambahkan), seperti yang telah dipercayakan kepadaku.”  Paulus menggunakan dirinya sendiri, dan dia akan membicarakan hal tersebut – dan saya akan membuat sebuah khotbah tentang hal itu ketika kita sampai padanya di dalam Alkitab ini, hal yang sedemikian merupakan sebuah pola dari orang-orang yang menjadi percaya. Dan ketika dia berkata di sini: “Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku,” dia sedang berbicara tentang dirinya sendiri sebagai seorang murid yang telah terpola. Dan dengan mudahnya bisa saja dia berkata dengan indahnya, dengan penuh pengertiannya, serta dengan benarnya: “seperti yang telah dipercayakan kepadaku:” Pesan dari Injil ini, dari pengajaran kami, penjemaatan kami, penerimaan serta pengabdian kami yang teguh, kasih dan perambatan kami: “Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku.” 

 

Sekarang saya memiliki satu atau dua hal hal untuk dikatakan mengenai hal tersebut: Yang pertama, kita harus menerimanya dan mempercayainya dan merangkulnya serta menyukainya – setiap suku kata dari padanya! Dari bait pembuka yang pertama sampai kepada yang terakhir dari himne yang agung itu, sejak dari pembukaan penyingkapan sampai pada Amin yang terakhir, keseluruhannya, kita harus menerima serta mempercayainya, Saya akan membuang kepercayaan serta opini dari saya sendiri; Saya akan melupakan daya tarik serta kegemaran saya sendiri. Saya akan menerima mulai dari Tuhan. Hal-hal yang saya temukan ini dituliskan di dalam halaman yang dikuduskan. Saya akan mempercayai serta menerimanya! 

 

Injil bukanlah seperti sebuah hidung yang terbuat dari lilin cair, di mana seseorang dapat menekannya atau merubahnya untuk menyesuaikan diri dengan ruang dan pemikirannya. Akan tetapi Injil itu sederhana, dan ditetapkan serta singkapkan selamanya, diberikan di sini di dalam Alkitab ini. Dan hal itu mengatakan beberapa hal yang tertentu; dan saya akan percaya serta menerima hal itu – bukan apa yang boleh dikatakan oleh seseorang, atau yang boleh diucapkan oleh seseorang, atau yang boleh diakui oleh beberapa orang kudus; hal ini semua dari manusia. Akan tetapi saya menerima Firman Tuhan, “Injil dari Allah yang mulia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku.”

 

Saya telah sampai kepada dua hal dalam minggu ini, di dalam bacaan saya, ada ciri khas dari apa yang harus dikatakan oleh manusia. Ini adalah salah satunya: Seseorang menulis dalam salah satu majalah-majalah ini kepada seorang pendeta yang terkenal di kota New York dan bertanya kepadanya mengenai dosa-dosanya, bagaimana cara untuk melenyapkan dosa-dosa tersebut. Dan sahabat itu menjawab: “Pergilah menemui seorang pendeta dan masuklah ke dalam ruangan pengakuan itu dan akuilah semua dosa-dosamu kepada pendeta tesrebut dan engkau akan dibebaskan dari semua rasa bersalahmu.”

 

Demikianlah apa yang dikatakannya, akan tetapi saya menerima firman dari Injil itu, yang biasa dan sederhana itu – selalu! Alkitab mengatakan:

 

Jika kita mengakui dosa-dosa kita, dia begitu teguh dan hanya untuk mengampuni dosa-dosa kita, dan membersihkan kita dari segala kejahatan …  Karena darah dari Putra-Nya (Yesus) telah membersihkan kita dari segala dosa. 

 

Siapakah “Dia” yang disebutkan di dalam Alkitab itu yang kepada siapa kita diminta untuk mengakui semua dosa-dosa kita? Dialah Tuhan Allah! Tidak ada seorang manusiapun di atas permukaan bumi ini yang dapat mengampuni dosa-dosa saudara-saudara atau membebaskan saudara-saudara dari rasa bersalah saudara-saudara, walaupun saudara melapisi tangannya dengan emas, dan membawa perak dan berlian ke dalam peti simpanannya. Hanya Tuhan Allah yang dapat mengampuni dosa. Dan Alkitab mengatakan agar supaya saudara-saudara mengakui dosa-dosa saudara-saudara kepada Tuhan Allah.

 

Izinkanlah saya memberitahukan saudara-saudara mengenai hal-hal kependetaan yang telah saya pelajari. Dan saudaraku - (apakah kita memiliki pendeta-pendeta muda di sini di malam hari ini? Engkau harus mendengarkan saya, sahabat-sahabatku!) – hal yang mengenai dosa ini. Kita semua telah berdosa. Dan ada kalanya, seseorang ingin mendatangi saudara dan menggambarkan dosa-dosa mereka kepada saudara-saudara. Mereka akan mengundang Ny. Forester dan pada jam empat sore, sampai ke dalam penelitian saya. Dan mereka ingin mengatakan kepada saya mengenai “sesuatu” di dalam kehidupan mereka. Sekarang, izinkanlah saya memberitahukan saudara, saudara membiarkan – mari katakan – wanita yang cantik itu memberitahukan hal-hal di dalam kehidupannya kepada saudara-saudara, dan wanita itu berada di dalam sebuah bingkai dan humor kemudian membicarakannya kepada saudara-saudara dan kemudian saudara-saudara mendorong semngatnya. Hal itu boleh saja bersifat cabul. Dan saudara-saudara merasa tertarik dan saudara-saudara boleh saja menjadi teledor, kecurigaan] telah menjadi menjengkelkan. Dan kemudian, sebagai seorang bapa pengaku, mengapa saudara-saudara duduk di sana dan mendengarkan serta menikmatinya.

 

Sifat alami manusia merupakan benda yang dapat menjadi busuk! Dan, jika saudara-saudara tidak mengawasinya, saudara-saudara akan seperti dosa-dosa manusia, mendengarkan kepadanya. Akan tetapi saudara-saudara dengarkanlah saya; setelah wanita itu memberitahu saudara-saudara, walaupun itu hanya berupa sebuah pengakuan dan meminta pengampunan dari Allah, maka saudara-saudara akan kehilangan seorang sahabat. Baiklah, dari kemudian untuk selanjutnya, setiap kali wanita itu melihat saudara-saudara, wanita itu akan teringat di dalam pemikirannya bahwa saudara-saudara mengetahui kehidupan mesum itu, atau hari yang mesum itu di dalam hidupnya dan wanita itu tidak akan pernah merasa nyaman di depan saudara-saudara kembali. Maka saudara-saudara adalah seorang pendeta yang dungu!

 

Seharusnya kepada Tuhan Allah kita mengakui dosa-dosa kita, bukan kepada saya. Ketika siapa saja – dan saya mengalaminya setiap waktu – ketika siapa saja mulai memberitahukan saya segala sesuatu hal, jika sudah sampai kepada hal yang satu itu – seperti seorang suami yang mencoba memberitahukan saya sehingga saya kemudian dapat membantunya, atau seorang istri yang mencoba untuk memberitahukan saya sehingga saya  dapat mengusahakan agar dia mendapatkan suaminya kembali atau seseuatu seperti hal tersebut – jika ada suatu tujuan di dalam saya mendengarkannya; kemudian saya dapat menolong, kemudian saya akan mendengarkan kepada hari kiamat. Tetapi jika sudah masuk kedalamnya perihal kecurigaan yang menjengkelkan, dengan segera saya akan berkata: “Jangan katakan kepada saya, jangan kepada saya. Saya bukan Tuhan. Saudara-saudara dapat memberitahu saya selama-lamanya, akan tetapi hal yang demikian tidak membersihkan noda itu, halyang demikian tidak membersihkan semua dosa-dosa itu. Adalah kepada Tuhan kita seharusnya mengaku; dan Tuhan yang terkasih dapat memahami.”

 

Sering sekali seorang manusia tidak dapat, dan banyak sekali waktu orang-orang tidak mau. Dosa kita harus diakui kepada Tuhan Allah. Biarkan Tuhan membersihkan kita sampai bersih dan putih, di dalam daram Anak Domba. Biarkanlah paduan suara bernyanyi di malam hari ini – bukankah saudara-saudara gembira saudara-saudara telah melakukannya – demikianlah Injil itu.

 

Saya telah mengatakan bahwa ada dua hal yang telah saya baca dalam minggu ini: yang tadi adalah salah satu daripadanya. Sekarang, hal yang kedua yang telah saya baca:  Seorang wanita di dalam gereja ini – mendapatkan waktu yang sulit setelah menjadi seorang Baptist. Saya berfikir bahwa dia memiliki sanak keluarga di dalam gereja ini dan dia ingin menjadi seorang Baptist, tetapi dia mendapatkan ganjalan. Lalu dia dibawa kepada seorang sanak keluarga, yang juga menjadi anggota  jemaat di sini, dibawakan beberapa literatur. Dan bacaan-bacaan itu ditulis oleh sebuah golongan agama yang besar. Dan bacaan itu mengenai mengapa Yesus dipercikkan dan mengapa seharusnya kita juga dipercikkan. Jadi, saya membaca literatur tersebut.

 

Sekarang, hal ini menjadi khas – dan salah satu dari argumen yang besar di dalam bacaan tersebut dituliskan oleh seorang pendeta yang tekenal tentang mengapa Yesus dipercikkan dan mengapa kita seharusnya harus dipercikkan. Baiklah. Demikian: dia berkata bahwa gambaran yang paling awal yang kita dapatkan mengenai Yesus adalah – Dia berdiri di dalam air dengan setinggi lutut di sungai Yordan dan Yohannes menuangkan air ke atas kepala-Nya. Dan dia berkata: “Hal itu menunjukkan kepada saudara-saudara bahwa Yesus tidak dibaptis, akan tetapi diatas kepala-Nya dituangkan air oleh Yohannes Pembaptis.” 

 

Seberapa dini saudara duga gambaran yang paling dini tentang Yesus itu. Mengapa, diberkatilah hatimu, gambaran yang paling awal yang saudara-saudara dapatkan tentang Yesus dilukiskan seribu tahun setelah Yesus wafat. Hal itu dilukiskan selama ratusan dan ratusan dan ratusan tahun setelah gereja-gereja ini telah terperosok kedalam penyimpangan ajaran tersebut.

 

Ketika saudara-saudara kembali untuk mencari tahu apa yang dilakukan oleh Yesus – haruskah saya akan kembali kepada tahun 1.000 M, dan melihat pada lukisan seseorang, atau haruskah saya kembali kepada Firman Tuhan yang kekal, tidak terbantahkan, tidak terbatas, mampu membenarkan, dan sempurna? Apa yang seharusnya saya lakukan? Saya hanya mengatakan di sini di malam hari ini, bagaimana yang terbaik saya ketahui, bahwa pesan Injil yang akan kita terima dan kita setujui ini. Dan jawabannya berada di dalam Alkitab ini, biasa dan sederhana. Saya tidak mengingkari hal-hal yang ada di dalam Kitab Suci ini. Akan tetapi saya mengakui bahwa semua yang diperlukan, untuk jiwa dari seseorang, adalah biasa dan sederhana saja, tertulis di dalam kalimat-kalimat yang kecil, tertulis di dalam kalimat-kalimat yang pendek. Dan setiap orang yang mana hatinya telah berpaling kepada Tuhan Allah, dapat mematuhi mereka serta dengan mudah mengikuti mereka di dalam kuasa dari rohnya; hal-hal sederhana itu berada di dalam kitab ini: “Yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku.” 

Kita harus mempercayainya dan menerimanya serta mengikutinya dan mematuhinya sendiri, dan mencintainya di dalam hati kita.

 

Hal yang kedua: Kita akan menghiasinya dengan hidup kita, membumbuinya, membuatnya menjadi bercahaya, membuatnya menjadi bersinar. Ah, jangan datangdan berkata: "Pendeta, saya telah diselamatkan. Oh, oh, Saya telah memiliki agama, oh.”  Tuhan menolong kita menjalani jalan itu. Dan ketika saudara-saudara datang kepada saya dan berkata: "Saya telah memiliki agama.” Katakanlah: "Dimuliakanlah, Haleluya, Pak Pendeta, Saya telah memiliki agama! Manusia yang hidup telah memilikinya! Saya telah menemukannya!”

 

            Siapakah orang itu - Archimedes? – memang dialah orang itu. Dia sedang mencoba untuk mencari jalan – sang raja menginginkan dia untuk mencari cara, apakah mahkotanya terbuat daripada emas padat atau tidak. Dia tidak tahu apakah pandai emas tersebut yang telah menipu dia atau tidak. Dan Archimedes telah ditugaskan untuk mencari tahu apakah mahkota tersebut terbuat dari emas padat atau tidak. Akan tetapi dia tidak dapat melubanginya ke dalamnya, hal itu akan merusak mahkota tersebut. Dia harus mencari tahu dengan cara yang lain. Baiklah, diberkatilah hati saudara-saudara, dia telah menemukan hukum agung itu tentang gaya tarik bumi yang spesifik itu. Dan dia melakukannya ketika dia sedang mandi dan dia sedang tidak berpakaian. Dan dia – ketika hukum itu terlintas di dalam pikirannya dan dia mendapatkan sebuah jawaban – dia melompat keluar dari dalam bak mandi itu. Dia berlari di jalanan kota itu tanpa busana seperti seekor jaybird, sambil berteriak: “Eureka!  Eureka!  Saya telah menemukannya! Saya telah menemukannya!” Demikianlah salah satu kisah yang paling terkenal di dalam sejarah Yunani. “Eureka!  Saya telah menemukannya!” Demikianlah caranya seorang manusia seharusnya bertindak mengenai gereja.: “Jiwaku! Eureka! Saya telah menemukannya! Mulia, Haleluya! Amin! Amin!” Demikianlah seharusnya kita lakukan, menghiasi Injil Tuhan, Juru Selamat kita.

 

Lihatlah akan hal ini: Salah satu ayat kecil yang paling baik di dalam Surat-Surat Kependetaan ini berhubungan dengan hamba-hamba. Di sini Paulus mengatakan:

 

“Buatlah hamba-hamba menjadi patuh kepada tuannya sendiri, dan menyenangkan mereka dengan baik di dalam segala hal, tidak menjawab kembali; Tidak mencuri akan tetapi menunjukkan semua kebaikan prang-orang fasik; bahwa mereka boleh menghiasi ajaran Tuhan Juru Selamat kita di dalam segala hal.” 

 

“Bahwa mereka boleh menghiasi ajaran Tuhan Juru Selamat kita di dalam segala hal.” Dan, sebagai seorang bendahara akan mendapatkannya, minggu ini, di dalam pelajaran saya dan persiapan saya kepada warta ini, terlintas di dalam kisah saya yang mengilustrasikan kisah itu dengan tepat: “Buatlah hamba-hamba menjadi patuh kepada tuannya sendiri, dan menyenangkan mereka dengan baik di dalam segala hal, tidak menjawab kembali; Tidak mencuri akan tetapi menunjukkan semua kebaikan prang-orang fasik; bahwa mereka boleh menghiasi ajaran Tuhan Juru Selamat kita di dalam segala hal.”  

Beberapa tahun yang lalu, di zaman dahulu kala, di dalam sebuah rumah orang Inggris, terdapat seorang hamba perempuan yang baik hati yang manis dan termasuk di dalam persekutuan Baptist yang kecil. Dan gadis itu begitu berimannya sehingga dia selalu menghadiri kebaktian-kebaktan Baptist dalam setiap Hari Tuhan. Hal itu sungguh menyakiti hati tuan dan nyonyanya. Dan akhirnya, sang nyonya berkata kepada gadis itu: “Engkau harus berhenti menghadiri pertemuan-pertemuan yang berselisih itu. Jika engkau tetap melakukanya di dalam mengahdirinya, maka kami akan melepaskan dirimu pergi.”

           

Dan gadis yang malang itu, yang tidak memiliki tempat lain untuk dituju, akhirnya berkata bahwa dia akan berhenti dari pelayanannya di rumah itu, daripada berhenti dari kehadirannya kepada persekutuan Baptist yang kecil itu. Dan ketika dia memberitahukan akan hal tersebut kepada nyonya itu – dan tentu saja wanita itu akan memberitahukan suaminya, maka sang suami berkata kepada istrinya, dia berkata: “Istriku, dengarkanlah, gadis itu merupakan pelayan yang luar biasa. Di dalam segala hal, dia itu unggul. Mengapa kita tidak membiarkannya saja untuk menghadiri pertemuan-pertemuan itu serta menghadiri kebaktian terebut?”

 

Dan mereka melakukannya. Dan gadis itu begitu indah di dalam kehidupannya dan begitu unggul di dalam pelayanannya, bahwa, pada suatu hari, nyonya itu berkata kepada suiaminya: “Suamiku, marilah kita pergi melihat apa yang didengarkan oleh gadis itu sehingga membuat dia begitu baik dan begitu unggul. Marilah kita mendengarkannya untuk diri kita sendiri.”

 

Maka tuan dan nyonya itu pergi kepada persekutuan Baptist yang kecil itu untuk melihat apa yang yang didengarkan oleh gadis pelayan kecil itu dan bagaimana hal itu terjadi, hidupnya begitu penuh dengan kemuliaan Allah. Dan kisah itu ditutup dan tuan dan nyonya itu menjadi orang yang percaya., dan menjadi anggota dari persekutuan Baptist yang kecil itu sendiri. Bukankah kisah itu begitu indah – gadis pelayan itu yang menghiasi ajaran Tuhan Juru Selamat kita? Lihatlah akan diri saudara-saudara: “Saya tidak tahu apa yangtelah saudara-saudara peroleh, akan tetapi saya yakin akan suka mendapatkannya!" Lihatlah akan diri saudara: “Saya ingin mengetahui apa yang telah saudara ketahui. Apa yang telah saudara dengar? Apa yang telah saudara lakukan? Harus menjadi mulia!”

 

Dan bukankah demikian apa yang digambarkan oleh Paulus di sini? ĕuaggĕliŏn tos dŏxa, “Kabar gembira tentang kemuliaan.”  “Kemuliaan:” dan kita akan menikmatinya, memperbanyaknya, menyebarkannya kemana-mana. Seperti Philipus yang mendatangi Nathaniel: “Nathaniel, Saya telah menemukan Tuhan. Saya telah menemukan Tuhan itu!” Ah, dapatakah kita melakukan pengakuan seperti itu ke dalam hatimu di malam hari ini? Kita telah menemukannya! Datang dan berbagilah akan harta kekayaan itu dengan kita. Inilah dia – bukalah peti itu, mutiara-mutiara hadiah itu, harta karun yang melebihi seluruh apa yang dapat dikhayalkan. Sudah menjadi milik saudara-saudara. Datang dan saling berbagi atas kebahagiaan ini dengan kita: dosa-dosa kita telah dibersihkan di dalam darah Anak Domba; kaki kita telah ditetapkan di atas jalan ziarah itu; hati kita telah dibangkitkan ke atas bumi ini, kedua mata kita telah dikencangkan kepada Yesus. Kebahagiaan dalam Dia! Berbahagia dalam Tuhan Kita, malam ini di sini, seorang Umat Kristen! 

 

Maukah saudara-saudara melakukannya? Maukah saudara? Di atas sekeliling balkon ini, seseorang dari saudara, turunilah anak tangga itu, di dalam tuan rumah orang-orang agung ini, pada lantai yang lebih rendah ini, seseorang dari saudara masuk ke dalam lorong itu, masuk ke dalam lorong itu, dari sini sampai ke depan: “Pak Pendeta, Aku akan memberikan tanganku kepadamu. Au akan menyerahkan hatku dan iman kepercayaanku kepada Yesus dan inilah aku. Ini aku datang.” Maukah saudara-saudara melakukannya sekarang juga? Seseorang yang mau menyerahkan hidupnya di dalam gereja, karena saudara-saudara sekeluarga, datanglah, sembari kita menyanyikan lagu permohonan kita, sebuah ajakan, maukah saudara-saudara melakukannya sekarang juga, sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi?