REBUTLAH HIDUP YANG KEKAL
(LAY HOLD ON ETERNAL LIFE)
Dr. W. A. Criswell
1 Timotius 6:1-12
9-7-58
"... Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal:" Alat tulis Paulus meminjam sesuatu dari semangat yang membara serta gairah dari jiwanya, bahwa dia telah menemukan sorang penerus yang layak di dalam diri gembala muda Timotius ini. Dan dia menulis dengan pena yang membara itu ketika dia menyerukan seruan ini kepada anak muda tersebut.
Sekarang, keseluruhan bagian ayat yang telah saudara-saudara baca itu adalah sejenis kata pendahuluan terhadap seruan ini: "rebutlah hidup yang kekal." Dia telah berbicara di dalam bagian ayat yang telah saudara-saudara bacakan ini tentang tiga jenis manusia yang berada di dalam kongregasi di kota Efesus. Mereka adalah, yang pertama, di sini, saya akan menyebut mereka dengan “penginjil masyarakat.” Secara politik mereka itu tukang usil yang berasal dari dalam. Mereka merasa diri mereka telah dipanggil untuk membersihkan kandang kayu politik. Jadi, mereka memiliki hal-hal untuk dikatakan tentang perbudakan, hamba-hamba yang berada di bawah kuk. Dan mereka mendapatkan hal yang besar untuk dikatakan tentang tatanan masyarakat serta kemajuan masyarakat.
Saya memanggil mereka dengan “Penginjil Masyarakat.” Hampir seluruh pelayanan di Amerika telah disapu bersih oleh mereka. Hal itu sampai kepada kita: pelajaran-pelajaran sekolah minggu kita, sebagai contoh, merupakan kekhasan daripadanya. Mencoba untuk mendirikan kembali kerajaan Allah di muka bumi ini oleh adanya legislasi, oleh manuver-manuver politik, oleh semua jenis reformasi yang ada. Kita akan membuat Sodom dan Gomora menjadi tempat yang baik untuk mana kita akan tinggal.
Paulus berkata kepada anak muda itu, Timotius: “Setiap orang terhadap panggilannya sendiri, dan pekerjaannya sendiri, dan tugasnya sendiri, dan panggilan saudara-saudara sendiri, serta pekerjaan saudara-saudara adalah untuk merebut hidup yang kekal.” Saya tidak dapat memikirkan amanat politik yang lebih baik lagi daripada hal tersebut untuk setiap masalah-masalah sosial lainnya; apakah itu bersifat kewarganegaraan di dalam sebuah kota, apakah itu di dalam sebuah negara bagian, atau apakah itu di dalam sebuah negara. Saya telah memikirkannya begitu mendalam, dan bagi saya dengan perih, ketika saya berjalan melalui beberapa taman di kota Boston. Dan di sini, di sana, dan nun jauh di sana, orang yang mereka hormati serta mereka kenang begitu berbeda dari orang kita di bagian selatan. Di sana, patung-patung itu, begitu banyak di sana, telah didirikan terhadap para penentang perbudakan yang sangat fanatik, begitu banyak mereka yang mana merupakan gembala di masa lalu di pertengahan dari abad yang lalu.
Dan berdiri di sana sambil melihat kepada mereka, di monumen-monumen yang terbuat dari batu granit itu saya membaca, kata-kata yang menyala-nyala yang mereka katakan telah menggerakkan penduduk terhadap Perang Sipil. Kalau bukan telah dilakukan oleh orang-orang itu, orang-orang yang usil terhadap masyarakat itu, tidak akan pernah ada yang dinamakan sebagai Perang Sipil tersebut di Amerika. Penyebaran Injil dari Anak Alah berangsur-angsur menghentikan perbudakan serta kerja paksa di Amerika. Kalau bukan memberikan waktu kepada mereka, tidak akan pernah ada seorang penjamin di negeri Selatan dari satu sisi dari benua perairan ini kepada yang lainnya. Tetapi tidak, untuk menunggu kepada Tuhan Allah, untuk percaya kepada Tuhan, untuk menaruh kepercayaan di dalam Tuhan, bukan menjadi program dari orang-orang di New England sana. Maka mereka memulai perang salib, dan melewatkan hukum, dan bekerja di seluruh pengadilan, dan pada akhirnya terjun ke Selatan ke dalam peperangan dan mengorek tanah dari negeri selatan ini ke dalam darah kita sendiri.
Saya memberitahukan kepada saudara-saudara, tidak ada apa-apa di dalam Kitab Suci ini, yang memberikan suatu hak istimewa terhadap gembala manapun untuk menjadi pembuat undang-undang sosial di dalam komunitas manapun, atau pemerintahan manapun, atau di antara orang banyak. Dia membuat panggilan kepada orang-orang untuk beriman di dalam Kristus, serta pengharapan apapun, bahwa Firman Tuhan pernah ada untuk sebuah tatanan masyarakat yang baru terletak di dalam kekuatan pesan yang disampaikan oleh Anak Allah! Dan apabila kita dapat memperoleh bangsa kita kepada Yesus serta menempatkan iman kepercayaan kepada Tuhan di dalam hati mereka, maka saudara-saudara akan mendapatkan seorang manusia yang baru; saudara-saudara akan mendapatkan sebuah rumah yang baru; saudara-saudara akan melihat sebuah masyarakat yang baru, saudara-saudara akan mendapatkan suatu pemerintahan yang baru.
Tetapi, ketika hal itu sampai pada penjemaatan sebuah pesan sosial, saudara-saudara harus membersihkan bagian luarnya – mungkin. Saudara-saudara merubah batasa luarnya – maybe. Akan tetapi saudara-saudara tidak pernah mengubah orangnya sampai mereka telah berubah di dalam hati mereka dan di dalam jiwa mereka. Itulah pelayanan yang terbesar dari mimbar yang sejati dan manusia yang sejati daripada Tuhan Allah. Untuk menempatkan dirinya sendiri ke jantung masyarakat ketika memanjatkan permohonan di sini: Engkau meninggalkan pertanyaan tentang perbudakan itu sendirian; engkau meninggalkan pertanyaan tentang kerja paksa itu sendirian, Tuhan Allah akan menyelesaikannya. Engkau harus “merebut hidup yang kekal” itu.
Sekarang, kelompok keduanya adalah: Dia berbicara tentang orang-orang yang tersesat itu, kaum metafisika yang jauh lebih tertarik di dalam spekulasi daripada di dalam penyingkapan. Dan dia berbicara tentang kekanak-kanakan mereka mengenai ucapan-ucapan berbentuk pertanyaan-pertanyaan dan perselisihan. Jiwaku, apabila Paulus dapat mendengar mimbar-mimbar modern itu, berapa banyak pelayanan yang saling tidak berhubungan, tidak mengena, dan bersifat menghiasi diri? Berapa banyak pujian yang merupakan bunyi dan kemarahan? Berapa banyak doa-doa itu yang hanya berupa kata-kata saja? Berapa banyak pengajaran itu yang bukan mengenai Kristus? Berapa banyak dari warta itu yang bukan menyangkut keselamatan? Biar bagaimanapun manusia mengatakannya dan bagaimanapun seseorang mengajarkannya, apa yang terjadi jika orang-orang tidak berpegang kepada Tuhan Allah dan hidup yang kekal? “Rebutlah hidup yang kekal itu.”
Lalu kemudian dia berbicara di dalam kelompok yang ketiga di sini tentang orang-orang yang membuat ibadah menghasilkan. Pertama mereka meletakkan semuua pengertian dari kekayaan dan keberhasilan dalam pencapaian, serta kemewahan, makanan serta pakaian. Tidak, kata: "Carilah dahulu kerajaan Allah dan keadilan-Nya dan semua hal-hal ini akan ditambahkan kepadamu." Jangan berselisih untuk menjadi sedemikian kaya. Apabila saudara-saudara berkeinginan untuk mengahsilkanuang, atau untuk menjadi berhasil, atau membangun sebuah kerajaan atau ingin memiliki sebuah perusahaan yang besar maka biarkanlah motifnya menjadi: "Oleh semua hal ini aku dapat memuliakan Tuhan Allah. Aku dapat melakukan lebih banyak lagi untuk menolong perkara-Nya. Aku dapat mengedepankan nama-Nya di muka bumi ini. Karena cinta akan uang merupakan akar dari segala kejahatan."
"Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang keka. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi."
Sekarang, apakah hidup yang kekal itu? Yang pertama, hidup yang kekal adalah hidupnya Tuhan Allah di dalam jiwa. Kita memiliki beberapa nyawa di dalam rumah ini di dalam mana kita tinggal. Kita melihat nyawa binatang, kita saling membaginya dengan makhluk hidup ciptaan Tuhan Allah yang lain; kita memiliki nyawa hewan secara fisik. Kemudian, seorang manusia memiliki sebuah cerminan hidup, sebuah perenungan hidup, sebuah hidup rohaniah, sebuah teori kehidupan yang mengangkatnya ke atas kesederhanaan sekor binatang. Sekalipun begitu masih ada kehidupan yang lain. Kehidupan itu berada di atas perenungan hidup rohaniah itu sebagai mana kehidupan rohani itu berada di atas kehidupan secara fisik. Dan hal itu merupakan kehidupan Tuhan Allah di dalam jiwa. Dan kehidupan itu merupakan sebuah berkat daripada Tuhan Allah. Tidak ada seorang manusiapun yang mampu menciptakannya untuk dirinya sendiri.
Seperti halnya di hari-hari dari Taman Eden, Tuhan Allah menggambar pola seorang manusia dan menghembuskan ke dalam hidungnya nafas kehidupan. Dia tidak dapat menciptakan hal itu, manusia itu. Dia merupakan sebuah hasil dari kesanggupan Tuhan Allah. Maka hal itu bersama-sama dengan kehidupan di dalam jiwa. Seseorang tidak dapat membelinya. Saudara-saudara tidak dapat saling mempertukarkan sebuah benda jasmani terhadap upah rohaniah. Hal itu merupakan sesuatu yang dilakukan oleh Tuhan Allah untuk saudara-saudara. Saudara-saudara tidak pernah menciptakan kehidupan fisik saudara-saudara sendiri. Saudara-saudara tidak bertalian dengan hal-hal seperti itu. Tidak juga saudara-saudara dapat menciptakan hidup yang baru ini. Itu merupakan nafas dari Tuhan Allah di dalam jiwa. Hidup itu datang dari-Nya. Ada dua penciptaan yang agung pada permulaannya, di awalnya, di dalam Taman Eden yang tidak berdosa, Tuhan Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Kemudian, di dalam Kristus, kita yang telah terjatuh diciptakan kembali di dalam Kristus. "Jika seseorang berada di dalam Kristus, maka dia adalah ciptaan yang baru. Yang lama telah berlalu, sesungguhnya yang baru telah datang." Demikianlah kehidupan Tuhan Allah di dalam jiwa. Hal itu merupakan sebuah berkat.
Apakah kehidupan yang kekal itu? Hal itu merupakan suatu kepemilikan di masa kini. Saudara-saudara memilikinya sekarang. Hal itu sudah dimulai sekarang. Di balik pemakaman, tidak ada pintu yang terbuka, tidak ada yang mengulurkan tangan, tidak ada ajakan. Kehidupan yang kekal merupakan sebuah kepemilikan akan zaman sekarang. Kita memilikinya sekarang. Seluruh jalanan di surga memiliki ujungnya di sini dekat dengan kita. Apakah ada kedamaian dengan Tuhan Allah? Kita telah memilikinya sekarang. Apakah ada kesucian? Kita telah memilikinya sekarang! Apakah di sana ada persekutuan? Kita telah memilikinya sekarang!
Seorang sahabat bertanya: "Apakah engkau berharap untuk pergi ke surga?"
Dia berkata: "Teman, sekarang saya tinggal di dalam surga."
Merupakan kepemilikan yang berharga, di masa yang sekarang ini. "Oleh karena itu karena telah dibenarkan oleh iman, kita memperoleh perdamaian dengan Allah." Damai sejahtera! Kesucian: "Oleh karena itu sekarang tidak terdapat penghukuman terhadap mereka yang berada di dalam Kristus Yesus." Komuni dan Persekutuan adalah bersama-sama dengan Bapa, dan dengan Anak, dan dengan Roh Kudus. Kita telah memilikinya sekarang. "Dia yang percaya kepada-Nya memiliki kehidupan yang tidak berkesudahan." "Sesungguhnya, sesungguhnya, Aku mengatakannya kepadamu, Dia yang telah mendengar Firman-Ku dan percaya kepada Dia yang utusan-Ku memperoleh kehidupan yang tidak berkesudahan; tidak akan samapai kepada penghukuman, akan tetapi melewati maut masuk ke dalam kehidupan."
Masa sekarang – dia telah mendapatkannya sekarang, dan hal iu tidak pernah binasa. Hal tersebut tidak berujung, hal itu kekal – kehidupan yang telah kita miliki. Seseorang yang belum dilahirkan kembali, akan binasa; akan di bawa menjauh daripadanya. Akan tetapi hidup di dalam Tuhan Allah tidak pernah binasa! "Kepadamu Aku memberikan kehidupan yang kekal kepada mereka, dan mereka tidak akan pernah binasa." Dan hidup yang kekal itu di proyeksikan ke dalam kemuliaan. Kehidupan itu tidak pernah binasa, akan tetapi sebaliknya akan bertumbuh, serta berkelanjutan, dan pada akhirnya mencapai penyempurnaannya yang tidak tertandingi, tidak terlukiskan dan megah di seberang dari sungai tersebut.
Kehidupan yang kekal itu merupakan sebuah kehidupan yang baru. Merupakan sebuah pengharapan yang baru, Sebuah keinginan yang baru. Sebuah kepentingan yang baru. Sebuah cinta kasih yang baru. Sebuah komitmen yang baru. Sebuah dunia yang baru. Seseorang memiliki mata yang baru untuk dapat melihat yang tidak terlihat. Dia mendapatkan telinga yang baru untuk mendengarkan suara dari Tuhan. Lord. He has a Dia memiliki sebuah perasaan yang baru: "Oh, rasakan dan lihatlah bahwa Tuhan itu baik adanya." Dia memiliki sebuah ambisi yang baru. Tidak lagi dia dihabisi dengan: "Apa yang akan kumakan? Apa yang akan aku kenakan? Apa yang akan aku minum? Perlengkapan apa yang akan disediakan kepada kita?" Akan tetapi komitmen besarnya sekarang adalah: "Tuhan, apa yang Engkau suruh untuk aku lakukan?"
Dan hal tersebut berlanjut, dan berlanjut. Hal itu berjalan, berjalan dan terus berjalan, jauh di balik pemakaman tersebut. Tuhan Allah bukan Allah dari orang-orang yang sudah mati, akan tetapi Allah dari yang hidup. Dan anak-anak-Nya tidak akan pernag binasa. Kehidupan yang kekal seperti sebuah hari. Dia berada di dalam subuh, naik ke panas teriknya matahari, pada hari yang sama. Sama seperti seorang bayi. Bayi itu dilahirkan. Inilah dia orang yang telah dewasa, akan tetapi itu merupakan hidup yang sama. Sama seperti sebuah sungai, dimulai dengan begitu kecilnya, kadang kala lebih dalam, dan lebih luas, dan lebih lebar, dan pada akhirnya ke dalam suatu permukaan yang luas dari lautan yang tak berbatas. Jadi, orang yang berada di dalam Tuhan Allah tidak pernah binasa. Terus, terus dan terus dan pada akhirnya disempurnakan di dalam kemuliaan.
Apakah kehidupan yang kekal itu? Kehidupan dari Tuhan Allah di dalam seorang manusia, yang tidak akan pernah, ttidak akan pernah binasa? Bagaimana saya berpegangan kepadanya, merebut kehidupan yang kekal itu? Bagaimana saya dapat berpegangan kepadanya? Beginilah bagaimana kita akan merebut hidup akan Tuhan Allah di dalam jiwa: Yang pertama, yang terutama – dan Alkitab menekankannya di atas segala hal – yang pertama, kita harus percaya bahwa sedemikian, ada sesuatu hal seperti kehidupan akan Tuhan Allah di dalam jiwa dari seseorang – hal itu nyata! Hal tersebut bukanlah sebuah khayalan. Hal itu bukanlah sebuah angan-angan. Hal tersebut bukan sebuah mitos atau fabel atau sebuah legenda. Hal-hal ini bukan sebuah bayangan dan sesuatu yang tidak jelas dan tidak dapat diraba. Hal-hal ini merupakan suatu kenyataan yang agung. Sebenarnya. Ada hal yang dinamakan sebagai kehidupan dari Tuhan Allah di dalam jiwa seorang manusia – kehidupan yang kekal.
Saya dapat mempercayainya. Apakah saudara-saudara percaya, dapatkah saudara-saudara percaya, bahwa Tuhan Allah dapat membangkitkan seorang manusia dari antara orang mati? Apakah saudara-saudara percaya? Ketika Marthalena berbicara kepada Yesus dan Tuhan menjawab: “Akulah kebangkitan dan hidup. Dia yang hidup dan percaya di dalam Aku tidak akan pernah binasa. Percayakah engkau akan hal ini?"
Dan Marthalena menjawab: "Tuhan, aku percaya."
Benar demikian. Apakah saudara-saudara percaya bahwa Tuhan Allah dapat menciptakan seorang manusia baru? Apakah saudara-saudara percaya bahwa Tuhan Allah dapat membangkitkan saudara-saudara dari makam? Kemudian saudara-saudara telah menyentuh tangan kepada kehidupan yang kekal. Demikianlah genggaman yang pertama. Saya percaya! Dan apabila saudara-saudara dapat percaya beberapa ibu yang beriman – dia mempercayainya. Dapatkah saudara-saudara mengingat beberapa bapa yang beriman? Dia mempercayainya! Dapatkah saudara-saudara mengingat beberapa orang-orang kudus yang beriman? Di saat yang kita isi ini, dapatkah melintas di hadapan kilas balik saudara-saudara, beberapa orang agung yang baik yang saudara-saudara cintai dan di dalam siapa saudara-saudara memberikan keyakinan dan mereka percaya akan kehidupan yang kekal?
Wah, wah, dapatkah saudara-saudara mempercayainya? Dapatkah saudara-saudara mempercayainya? Demikianlah hal yang pertama. Percaya di dalam Anak Allah: "Marthalena, Marthalena, percayakah engkau akan hal ini?" Saya tidak mengatakan bahwa kadang kala hal tersebut mudah. Saudara-saudara lihat teks ini: " Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal." Dalam bahasa Yunani untuk kalimat itu merupakan hal yang luar biasa. Agōnizo, agōnizo, agōna: Saudara-saudara membacanya dengan: "Bertandinglah dalam pertandingan yang benar."
"Rasakanlah derita yang baik:" Yaitu, langkah-langkah kemenangan rohani tidak pernah mudah. Saudara-saudara dipertandingkan setiap saat. Mengapa, sekarang saya telah menjadi seorang pendeta selama tiga puluh tahun, dan masih tetap datang ke dalam hati saya hal-hal yang mengerikan itu bahwa Iblis menaburkan – kadang kala menjatuhkan pikiranku – dengan keragu-raguan serta firasat-firasat: “Dapatkah hal-hal yang seperti itu menjadi kenyataan? Apakah kepada saya akan diberikan kepada angan-angan yang penuh keinginan, sesuatu yang beterbangan, tersamar, tidak berlangsung lama dan ringan? Atau apakah kita akhirnya akan binasa juga, sama seperti hewan yang mati dan tidak ada kehidupan daripada Tuhan Allah?” Semua hal yang diperlombakan oleh Iblis dalam setiap langkah dari jalannya. “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar.”
Yohannes mengatakannya seperti ini: "Ini merupakan kemenangan yang menguasai dunia, bahkan iman kepercayaan kita." Kita harus mempercayainya: nungkin tidak memahaminya, mungkin membingungkan sebelum adanya janji-janji tersebut; mungkin tidak melihatnya – akan tetapi mempercayainya! Dan tolonglah aku, Tuhan, di sini aku berdiri merebut kehidupan yang kekal! Saudara-saudara tidak akan bergulat melawan darah dan daging. Jika saudara-saudara melakukannya, saudara-saudara mungkin mengepung musuh saudara-saudara dan menembaknya atau menyembelihnya. Akan tetapi saudara-saudara tidak dapat menumpangkan tangan saudara-saudara pada musuh-musuh tersebut. Mereka adalah kerajaan-kerajaan serta kekuasaan kegelapan angkasa. Dan mereka menyerang kita melalui pikiran kita dan melalui jiwa kita. Dan kadang-kadang mereka hampir menghancurkannya di dalam ketidak percayaan, perdebatan yang menghancurkan, serta keragu-raguan serta penjeraan. Kita akan mempertandingkan pertandingan iman yang benar: " Ini merupakan kemenangan yang menguasai dunia, bahkan iman kepercayaan kita." Saya mempercayainya, meskipun saya mungkin tidak mampu benar-benar memahami atau mengerti akan hal tersebut.
Untuk menjadi mampu untuk memperjuangkan pertempuran rohaniah, saudara-saudara harus dapat menjadi seperti Achilles, yang dibenamkan ke dalam sungai Styx, bahwa dia mungkin saja tidak tekalahkan ketika dia maju ke dalam pertempuran melawan panah-panah api dari musuh-musuhnya. Jadi hal itu bersama-sama dengan kita: Kita harus dimandikan di dalam hadirat serta kekuasaan Roh Allah, jika tidak panah-panah api dari si jahat akan menghancurkan kita. Akan tetapi kita akan maju di dalam nama Tuhan, di dalam iman kepada Tuhan. Mempertandingkan pertandingan iman yang benar – karena iman, oleh Iman. “Saya mempercayainya!” Demikianlah langkah yang pertama tentang merebut kehidupan yang kekal. Saya menerimanya. Saya mempercayainya. Terdapat hal-hal yang seperti itu – Saya mengetahuinya!
Sekarang, hal yang berikutnya – setelah mempercayainya: “Saya benar-benar mempercayainya. Ada hal yang seperti itu” – langkah yang berikutnya adalah untuk menyesuaikannya, menerimanya, mengambilnya. Suatu waktu gembala yang besar Chalmers, berkata: "Saya tidak dapat menggambarkan pesan Injil di dalam cara yang lebih sederhana daripada yang ini: Di tangan yang satu seseorang sedang menawarkan – di tangan yang lain seseorang menerima."
Tuhan Allah menawarkan kehidupan yang kekal. Dan orang itu, yang akan menerimanya, dapat memiliki semuanya karena meminta. Terimalah Kristus! Terimalah Dia! Terimalah Dia sebagai pengganti diri saudara-saudara; terimalah Dia sebagai Juru Selamat saudara-saudara; terimalah Dia sebagai Yang menahan hukuman atas dosa-dosa saudara-saudara dan wafat karena saudara-saudara di kayu salib itu. Terimalah Dia! Terimalah Tuhan Yesus, ketika saudara-saudara akan meraih seutas tali ketika saudara-saudara akan tenggelam; terimalah Dia ketika saudara-saudara berhadapan dengan suatu kematian dan keputusan yang terakhir. Terimalah Kristus dan biarkanlah Dia menyelami engkau; biarkanlah Dia menjadi untuk saudara-saudara – seorang penganjur, dan Juru Selamat dan kebangkitan daripada orang yang mati. Terimalah Kristus! Kepada apaun saudara-saudara melekat, lepaskanlah.! Terimalah Kristus! Apakah saudara-saudara berpegang kepada keragu-raguan? Biarkanlah dia pergi! Apakah saudara-saudara melekat kepada sifat egois, penilaian kemuliaan? Biarkanlah hal itu pergi! Apakah saudara-saudara bergantung kepada pekerjaan dan jasa yang baik? Biarkanlah mereka berlalu! Kepada apakah saudara-saudara bergantung untuk kehidupan yang kekal? Lepaskanlah! Biarkanlah hal tersebut berlalu – sebagai gantinya terimalah Kristus. Terimalah Dia! Berapa kali saudara-saudara pernah melihat seseorang yang telah dihancurkan oleh hal-hal yang mereka telah miliki? Biarkanlah mereka berlalu dan terimalah Kristus!
Ketika saya berbicara di sebuah Seminari Baptist di Torreon, Mexico, di dalam kamar hotel, sendirian, saya mengambil sebuah buku. Dan buku itu mengenai kisah Jendral Cortez dan penaklukannya terhadap Montezuma dan Mexico City. Dan, di dalam kisah tersebut – yang mana merupakan sebuah kisah yang begitu dramatis – di dalam kisah tersebut, Penakluk dari Spanyol itu telah merebut istana dari Montezuma dan memuat mereka sendiri dengan muatan emas. Dan, ketika mereka diserang oleh kaum Indian, mereka dibanjiri oleh kaum dari suku Aztec. Dan pasukan Spanyol itu mencari cara untuk meloloskan diri dengan Cortez; akan tetapi istana itu dikelilingi dengan parit. Dan seluruh kota itu saling terhubung dengan kanal-kanal. Dan buku sejarah itu mengatakan bahwa ketika pasukan dari Spanyol itu mencari tahu cara untuk menyeberangi parit-parit itu dan melalui kanal-kanal tersebut, mereka tenggelam dan hanyut karena mereka lebih memilih untuk tidak berpisah dengan emas itu dan mati daripada untuk menyerahkannya dan kemudian diselamatkan.
Dan buku sejarah itu mengatakan bahwa seandainya tidak Cortez diserang setelah orang-orang Indian itu, dia akan berkelimpahan dan tidak seorangpun akan pernah mendengar tentang dia. Akan tetapi suku Indian itu memiliki dewa palsu dan agama palsu, dan mereka harus menyerang ketika waktunya menguntungkan dan para dewa tersebut merasa senang. Hari akan kesempatan telah berlalu, dan Cortez merekrut orang-orang baru dan kemudian meliputi kota tersebut.
Akan tetapi saya fikir, bukankah hal tersebut merupakan tipikal dari seorang manusia? Bukankah hal tersebut merupakan khasnya manusia? Bergantung pada sesuatu selain daripada Kristus. Apakah itu uang? Apakah itu kekayaan? Apakah itu jasa? Apakah itu pekerjaan yang baik? Apakah itu kesangsian? Apakah itu filosofi? Apakah itu spekulasi? Apa yang menahan saudara-saudara dari Kristus? Teman, menyerahlah. Menyerahlah! Rebutlah kehidupan yang kekal.
Saya harus menutupnya. “Rebutlah kehidupan yang kekal”- bagaimana saudara-saudara melakukannya? Bagaimana saudara-saudara akan melakukannya? Teman, tempatkanlah dirimu di jalan itu! "Iman kepercayaan datang karena mendengarkan, dan mendengarkan akan Firman Tuhan." "Ini adalah kehidupan yang kekal, bahwa mereka boleh mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang sejati, dan Yesus Kristus, kepada siapa Yang telah Engkau utus itu." Latihlah dirimu di dalamnya. “Hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.” “Rebutlah hidup yang kekal.” Wow, semua itu untuk saudara-saudara, dan untuk saudara-saudara, dan untuk saudara-saudara sekalian.
Saya tutup: Kita menyanyikan nyanyian itu, sembari kita menyanyikanlagu itui dan membuat seruan ini, merebut Tuhan dengan iman, maukah saudara-saudara datang? Mukah saudara-saudara mengambil keputusan itu sekarang? Di dalam kerumunan orang-orang ini, di dalam balkon dan di sekelilingnya, di bawah anak-anak tangga di bagian deppan dan di bagian belakang, maukah saudara-saudara datang malam hari ini? Malam ini juga? "Aku merebut kepada Kristus. Aku akan menjanjikan hidupku di dalam iman dan kepercayaan kepada-Nya." Maukah saudara-saudara datang untuk mengambil keputusan itu sekarang? Dan pada lantai yang lebih rendah dari kerumunan besar rang-orang ini: "Aku percaya di dalam Yesus. Aku boleh saja tidak mampu untuk memahaminya. Aku boleh saja dilempar dengan kesangsian dan kekhawatiran tanpa dan dengan, akan tetapi aku memberikan hidupku kepada-Nya sama saja. Bagaimanapun hal itu yang menahan saya untuk pergi, aku melepaskannya, dan aku datang kepada Yesus. Aku berpegang oleh Iman kepada-Nya dan inilah aku datang. Inilah aku, dan di sini aku berdiri."
Apakah di sana ada satu keluarga, yang datang ke gereja ini? Apakah di sana ada seseorang, seseorang dari antara saudara-saudara, yang akan memberikan hatinya untuk menjawab seruan dari Kristus? Biar bagaimanapun Tuhan Allah akan mengatakan Firman Tuhan itu dan membukakan pintu itu, maukah saudara-saudara datang dan melakukannya sekarang juga, sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi?