ALLAH YANG HIDUP
(THE LIVING GOD)
Oleh Dr. W. A. Criswell
1 Timotius 4:10
7/27/58
Nats untuk kita di pagi hari tadi adalah ayat yang kedelapan dan yang kesembilan dari perikop ini. Malam hari ini, nats untuk kita adalah ayat yang kesepuluh:
“Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan (elpizô – kita berharap dalam) kita kepada Allah yang hidup (dan kata di sini berarti “pemelihara,” dapat juga diterjemahkan sebagai “Juru Selamat,” sôtçr, “Juru Selamat,” akan tetapi di dalamnya dia menggunakannya sebagai “pemelihara” dan “penopang”) Juru Selamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.
“Tuhan Allah menciptakan hujan-Nya turun kepada yang pantas dan tidak pantas. Dia memberikan hidup dan nafas kepada semua makhluk ciptaan-Nya.” Demikianlah apa yang dimaksudkan oleh Paulus ketika dia mengatakan: "Allah yang hidup ini, Juru Selamat – sôtçr – (Juru Selamat, tetapi sebagai pemelihara, pemberi kehidupan, penopang) semua manusia, terutama mereka yang percaya.”
Sekarang, malam hari ini saya akan berbicara tentang Allah yang hidup. “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup …” Kerja keras dari cara untuk menjadi seorang Kristen ditopang karena pengharapannya berada di dalam Tuhan Allah – dan cemoohan bahwa seorang Kristen mungkin akan dipikul, apakah oleh manusia atau apakah oleh keberuntungan serta keadaan sekitar yang kejam, dia memilkulnya karena pengharapannya berada di dalam Tuhan Allah. Ketika kita cenderung untuk meratap atas kematian dari kehidupan ini, berpalinglah kepada-Nya, berharaplah di dalam-Nya, yang memiliki berkat keabadian. Dan ketika kita dilemahkan oleh perubahan-perubahan yang meliputi kita di dalam kehidupan ini, lihatlah pada Tuhan Allah yang tidak berubah. Berharaplah di dalam Tuhan! Dan, ketika kesenangan duniawi menghilang dan hidup berubah menjadi kejam atau menjadi debu, bukalah matamu, dan lihatlah kepada-Nya. Berharap di dalam Allah yang hidup! Sekarang, demikianlah apa yang dimaksudkannya; semangat dari rasul itu ketika dia berseru di dalam teks tersebut.
Sekarang, saya memilih bagian ini “karena pengharapan kita berada di dalam Allah yang hidup, yang merupakan penopang, pemelihara dan pemberi kehidupan kepada seluruh manusia, dan khususnya kepada kita yang percaya.” Allah yang hidup adalah pribadi. Sebuah pertanda yang pasti dari pemahaman kematian seseorang yang akan terlihat di dalamnya bahwa dia dapat menyembah Allah yang mati, tidak pribadi dan membosankan. Saya tidak hanya berbicara tentang pemuja berhala yang membungkukkan badan di depan patung-patungnya yang terbuat dari emas dan perak. Akan tetapi saya juga berbicara tentang kaum materialis yang menyembah kepada benda-benda; atau kepada kaum filsuf palsu yang menyembah kepada pengetahuannya; atau kepada kaum duniawi yang menyembah kepada kesenangannya, dan kepada barang-barang perhiasannya dan selebihnya, atau kepada seorang atheis, yang menyembah kepada prinsip-prinsip atau hukum-hukum atau kekuatan-kekuatan atau energi yang tidak dapat diterangkan dan tidak diketahui. Dia merasa terhina ketika saudara-saudara menyebutnya dengan atheis. Akan tetapi apabila saudara-saudara menanyakan dia tentang hukum, tentang alam atau tentang energi yang disembahnya, dia tergaap dan mendadak kelu. Dia adalah seorang atheis.
Akan tetapi Tuhan Allah kita – kita yang menaruh pengharapan di dalam Allah yang hidup – Tuhan Allah kita adalah pribadi; Dia aktif, Dia mengasihi; Dia mengetahui dan Dia dapat diketahui; Dia dapat disingkapkan; Dia dapat menyatakan diri-Nya sendiri. Dia bukan mimpi, bukan khayalan, bukan mitos dari yang ditimbulkan oleh seseorang. Dia bukan seorang anak gaib, atau ketidak tahuan, atau ketakutan, meskipun begitu Dia tidak buta, prinsip tidak pribadi, menjemukan diri-Nya sendiri. Tuhan Allah kita adalah seseorang! Nama-Nya – yang terbaik yang dapat kita sebutkan – adalahYahwe, Yesus; dan dia berkuasa atas alam semesta ini serta menolak seluruh pemelihaaan dan seluruh alam!
Tuhan Allah kita adalah Allah yang hidup; Dia adalah Tuhan Allah yang sendiri. Dan Tuhan Allah kita tetap berjalan daintar pepohonan di dalam taman-Nya. Tuhan Allah kita berjalan di ketujuh cabang dari kaki dian di antara gereja-gereja-Nya. Tuhan Allah kita tetap mengawasi melalui kawanan domba. Tuhan Allah kita tersenyum kepada kita di dalam sinar matahari-Nya dan menebarkan berkat-Nya seperti embun. Dia berbicara kepada kita dan berjalan bersama-sama dengan kita, dan menyatakan diri-Nya sendiri dalam rupa manusia, dan Roh dan hidup, serta keberadaan Anak-Nya. “Karena Tuhan Allah yang menugaskan terang untuk menyinari kegelapan, telah menerangi hati kita untuk memberikan terang kepada pengenalan kemuliaan Tuhan Allah di dalam wajah Yesus Kristus.”
Kita menaruh pengharapan dalam Allah yang hidup, Tuhan yang sendiri. Pengharapan kita berada di dalam Allah yang hidup. Kita adalah makhluk kematian dan berdiri di dalam suatu prosesi kematian agung yang tidak terbatas dan tak terhitung. Ketika hal itu berlalu, dari generasi ke generasi, kita menjadi bagian daripadanya dan akan mati di dalamnya. Dunia ini tidak berisikan orang-orang yang hidup. Dunia ini dipenuhi dengan orang-orang mati dan sekarat. Dunia ini merupakan sebuah pekubiran yang sangat luas, kolosal dan tidak terbatas. Setiap partikel debu yang berhembus mungkin pernah menjadi satu bagian dari satu makhluk hidup ciptaan Tuhan Allah. Penderitaan serta air mata dari kain kabung ini tidak pernah berhenti menetes dan terjatuh – demikianlah pengharapan serta kasih karunia dari orang-orang yang sekarat dan yang telah mati tersebut.
Akan tetapi Tuhan Allah kita adalah Allah yang hidup. Dia adalah seluruh kehidupan. Dia adalah hidup itu sendiri. Seluruh daripada-Nya adalah kehidupan. Adalah mustahil bahwa setiap kemampuan atau kelengkapan dari Tuhan Allah kita dapat dilumpuhkan atau digagalkan untuk berfungsi. Hikmat dari Allah selalu tidak terbatas; kekuasaan dari Tuhan Allah selalu Mahakuasa, energi dari Tuhan Allah kita selalu memberikan hasil yang baik dan manjur. Mustahil untuk memikirkan bahwa Dia dapat menjadi demikian membosankan atau tunduk kepada usia, atau bahwa Dia akan gagal. Pengharapan kita berada di dalam Allah yang hidup!
Sekali lagi, Dia adalah ada sendiri, yaitu, Dia tinggal di dalam diri-Nya sendiri. Dia bebas. Kita semua, di dalam kehidupan kita, kita bebas kepada nafas ketuhanan tersebut. Kita hidup karena adanya kehidupan diberikan kepada kita dari luar diri kita sendiri. Dan ketika jalianan rapuh itu terputus atau ketika firman itu ditarik kembali, kita akan layu seperti bunga di lapangan. Api yang menyala di dalam tubuh kita merupakan suatu api, tubuh adalah api, bahan bakarnya datang dari luar tubuh, tidak pernah dari tubuh itu sendiri. Tetapi Tuhan Allah yang hidup, Allah kita yang hidup, tinggal di dalam diri-Nya sendiri. Dia seperti matahari yang terbakar dari kemuliaan dirinya sendiri. Dia seperti api yang menyala karena energinya sendiri.
Tuhan Allah kita tidak tergantung kepada siapapun juga, kepada apapun juga, ataupun Dia tidak dapat diidentifikasikan dengan apapun dari ciptaan-Nya – paling sedikit dari pemikiran serta filosofi pantheisme merupakan suatu penghinaan kepada Tuhan Allah. Untuk mengenali Tuhan Allah dengan sebuah ciptaan, untuk membuat-Nya ada di dalam semua materi di alam semesta, di dalam semua ciptaan di alam, merupakan sebuah penghinaan kepada-Nya. Dia terpisah dan berjarak, tidak tergantung, ada sendiri, terkandung sendiri.
Tuhan Allah di surga, Tuhan Allah kita, Allah yang hidup ini mememelihara istana-Nya dengan kekayaan-Nya sendiri yang agung. Dia menjaga status kedaulatan ini, bukan dengan tentara, akan tetapi dengan kemahakuasaan-Nya sendiri. Dia berisi diri-Nya sendiri, berada dalam diri-Nya sendiri sepanjang masa. Kita – ada kalanya kita tidak sedemikian. Akan datang suatu waktu ketika kita akan dihitung di antara orang-orang yang sudah mati yang tak terhitung jumlahnya.
Akan tetapi tidak pernah ada saat ketika Tuhan Allah tidak berada di masa lalu – jauh sebelum permulaan, sebelum pancaran sinar yang pertama memenuhi kegelapan. Dahulu, ketika seluruh alam semesta berada di dalam benak Tuhan Allah sebagai sebuah pemikiran, seperti sebuah hutan yang akan berada di dalam sebuah biji sesawi. Dahulu, sebelum seorang malaikat diciptakan untuk menyanyikan lagu Holy Sanctus. Dahulu, sebelum seorang manusia pernah meninggal di dalam penghormatan di hadapan-Nya atau pernah di dalam air mata yang menyesal dalam hadirat-Nya. Dahulu, ada Allah yang hidup. Selalu demikian adanya!
Di zaman sekarang, Tuhan Allah, Allah kita yang hidup, seluruhnya ada untuk Dia. Dia melihat dari segala sisi, seperti seorang manusia yang melihat pada sebuah peta dari segala sisi. Dia melihat akhirnya dari permulaannya, seperti seorang manusia yang melihat dari sebuah pesawat terbang, berada di dalam ketinggian yang menjulang, dapat melihat cahaya bulan sepanjang jalan raya itu. Kepada makhluk-makhluk ini, di bawah sini, orang-orang yang berubah menjadi percaya itu akan terlihat satu persatu. Akan tetapi Tuhan Allah dapat melihat ujungnya dari permulaannya dan semua hadir kepada-Nya. Tuhan Allah melihat ke masa depan. Dan masa depan merupakan masa sekarang bagi-Nya. Kita semua, suatu hari nanti, di suatu tempat – segala hal yang telah kita lihat, di suatu tempat, suatu hari nanti, jika hal itu bersifat keduniawian, jika berkaitan dengan bumi, jika hal tersebut dari kehidupan ini, jika itu karena suatu persoalan, di suatu tempat, hal itu memiliki suatu akhir.
Tidak pernah sebuah sungai demikian panjangnya, akan tetapi melepaskan dirinya di dalam bidang lautan yang luas; tidak perbah suatu hari datang kepada kehidupan di dalam fajar yang diberkati ini, terbit kepada kekuatan garis bujur, akan tetapi hal tersebut habis di dalam bayangan dan temaram malam; tidak pernah seorang anak yang menjangkaukan lengan-lengannya yang mungil di ayunan, lalu kemudian suatu hari nanti akan melihat kelemahan serta usia lanjut. Bahkan bangsa-bangsa yang pernah menjadi agung serta megah, telah berlalu. Ya, bahkan langit yang berada di atas kita ini, dan bumi yang berada di bawah kita ini, akan diuraikan ke dalam bentuk elemen. Akan tetapi Tuhan Allah kita akan tetap ada selama-lamanya. Pengharapan kita, kepercayaan kita, berada di dalam Allah yang hidup.
Sekarang, apakah arti dari semua itu kepada kita? Artinya, yang pertama – hidup, hidup, hidup! Diluar Dia, yang ada hanyalah kematian, kematian, dan kematian – tetapi di dalam-Nya, ada kehidupan, tidak ada yang lain kecuali kehidupan! Tidak seorang manusiapun akan mati di hadirat Anak Allah. Seorang manusia tidak dapat binasa di hadirat Anak Allah. Di dalam Tuhan Allah ada kehidupan, kehidupan, kehidupan, tidak ada yang lain kecuali kehidupan!
Kaum Saduki, dengan kisah persediaan mereka, kisah kejam mereka, dan olok-olok mengenai mereka dengan mana mreka telah membantai kaum Farisi, dengan mana mereka telah membantai musuh-musuh mereka – kaum Saduki yang atheis, pemuja berhala dan materialistis ini dengan kisah keturunan mereka: “Kebangkitan kembali, ha! Kehidupan yang abadi, ha! Sebuah di balik pemakaman, ha!” Seorang wanita yangmemiliki tujuh orang suami, menurut adat perkawinan suku Lewi, ketika yang pertama meninggal dunia, saudaranya yang kedua harus menikahi wanita tersebut. Dan ketika dia meninggal dunia, saudara laki-lakinya yang ketiga harus menikahi wanita tersebut. Dan ketika dia meninggal dunia, saudara laki-lakinya yang keempat harus menikahi wanita tersebut. (Dia pasti sudah agak tua sekarang). Ketika dia meninggal dunia, yang kelima harus menikahi wanita tersebut. Ketika yang keenam meninggal dunia, yang ketujuh harus menikahi wanita tersebut. Itu hanyalah persoalan dari hukum suku Lewi. Tidak satu orangpun menginginkan wanita tersebut, akan tetapi mereka harus menikahinya. Mereka hanya mengambil contoh dari hukum Musa.
Dan kemudian mereka hanya membantai musuh-musuh mereka. “Menikah di dalam kebangkitan kembali, ha! Di dalam kehidupan yang akan datang, ha! Istri siapakah wanita itu? Ketujuh mereka menikahinya?”
Tidak ada yang menjawabnya. Tidak seorangpun! Maka mereka berkumpul di sekeliling kuil untuk melihat apa yang akan dikatakan oleh Anak Allah tersebut. Dan jawaban-Nya ditutup dengan begini: “Akan tetapi sehubungan dengan kebangkitan kembali – kehidupan di balik kuburan – mengenai kebangkitan kembali, apakah saudara-saudara pernah membaca di mana di dikatakan di dalam Firman Tuhan: “Aku adalah Tuhan Allahnya Abraham, dan Ishak dan Yakub.” Tuhan Allah bukan hanya Tuhannya orang yang telah meninggal, akan tetapi yang masih hidup juga.”
Hal itu berarti Abraham tidak dapat binasa di hadirat Tuhan Allah, tidak juga Ishak dan tidak juga Yakub. Jika Tuhan Allah adalah Tuhan Allahnya mereka, maka mereka hidup. Mereka tidak dapat binasa. “Dia yang telah hidup dan percaya di dalam Aku, tidak akan pernah, takkan pernah, tidak pernah akan binasa!” Bagi kita hal itu berarti – hidup, hidup, hidup untuk selama-lamanya, selalu, abadi, hidup, hidup – Allah yang hidup! Bagi kita hal itu berarti sebuah persekutuan, sebuah komuni yang mulia, Allah yang hidup, sahabat kita, rekan kita, saudara kita, Yesus yang hidup, Allah yang hidup, Yesus yang telah bangkit kembali, Allah yang hidup. Bagi kita berarti sebuah lepasnya belenggu, megah, persekutuan dan komuni yang memelihara, Allah yang hidup.
Seorang pendeta pergi mengunjungi seorang Skotlandia, yang menderita penyakit yang demikian parah dan tua. Dan di samping tempat tidurnya ada sebuah kursi yang kosong. Dan pelayan itu tiba-tiba memujinya. Kemudian orang Skotlandia yang sudah tua itu berkata kepada gembala tersebut, dia berkata: “Saya belum pernah memberitahu siapapun, akan tetapi saya akan memberitahu anda: ketika saya masih muda, ketika saya masih anak-anak, saya mendapatkan kesulitan berdoa. Dan saya mengunjungi pendeta saya. Dan dia menyarankan, “Nak,” katanya, “cobalah ini. Letakkanlah sebuah kursi yang kosong di depanmu dan bicaralah kepada Yesus di kursi itu. Sama seperti engkau berbicara kepadaku berbicaralah kepada Yesus.”
Dan orang tua itu berkata: “Dan hal itu bekerja. Dan sejak saat itu saya selalu melakukannya.”
Keesokan paginya, putri dari orang tua itu hadir di dalam kelas gembala tersebut dan wanita itu berkata: “Tuan, ayahku meninggal tadi malam.” Dia berkata: “Tidak seorangpun kami mengharapkannya. Saya sedang bersama-sama dengan dia, dan pergi hanya sebentar saja. Dan ketika saya kembali, dia telah pergi.” Dan dia menambahkan: “Dan hal yang paling ganjil, ketika saya begitu diam, tidak bergerak, dan begitu hening, dan begitu penuh kedamaian, dia sedang memegang kursi yang kosong itu di tangannya.”
Lalu gembala itu tersenyum dan berkata: “Saya mengerti. Saya mengerti.” “Pengharapan kita berada di dlaam Tuhan Allah yang hidup.… (pemelihara kehidupan, penghibur hidup, penjaga kehidupan) Juru Selamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” Mengapa saya dapat meneuskan selama saudara-saudara mau bertahan di sini dan mendengarkan. Tuhan Allah kita yang hidup – semangat, dorongan semangat, pemeliharaan, perlindungan – menjaga kita; Dia yang telah menjaga Israel tidak pernah tertidur dan selalu terjaga. Ribuan akan jatuh di tangan kananmu. Akan tetapi Dia akan menjadi perisaimu. Hal itu berarti keselamatan: “Lihatlah kepada-Ku, semua ujung dunia dan yang akan diselamatkan. Karena Akulah Tuhan dan tidak ada di samping-Ku siapa-siapa. Lihatlah kepada-Ku!”
Dan Spurgeon berkata: "Ketika orang awam di dalam gereja Methodist yang kecil, membicarakan nats tersebut, menunjuk kepadaku, dan berkata: “Anak muda, engkau tampak menyedihkan. Lihatlah kepada Yesus. Lihatlah kepada Yesus.” Dan Spurgeon berkata: “Dan malam itu, Aku melihat dan aku hidup.”
Pengharapan kita berada di dalam Allah yang hidup: “Lihatlah kepada-Ku dan engkau semua akan diselamatkan, semua sampai ke ujung dunia.” Dan hal itu termasuk saya – saudara-saudara – kita semua. Sembari kita menyanyikan seuan kita malam hari ini, masuk ke dalam lorong itu, dari belakang sampai ke depan, maukah saudara-saudara datang? Taruhlah kepercayaanmu di dalam Yesus. Terimalah Dia sebagai Juru Selamat dan Tuhan – berharap di dalam Tuhan Allah! Maukah saudara-saudara memberikan hidupmu dengan kami, dan dengan persekutuan dari gereja yang dimuliakan ini, maukah saudara-saudara melakukannya?
Dan kerumunan di dalam balkon ini – saya percaya pelayanan kita yang terbesar kan berada di sini di malam hari ini. Ini adalah kelompok yang lebih besar daripada yang kita dapatkan siang hari tadi. Dan saya merasa begitu gembira karena ada lebih banyak lagi orang yang datang ke gereja di malam hari karena hati mereka merasa lapar. Di pagi hari mereka pergi karena mereka sopan. Akan tetapi ketika mereka datang ke gereja di malam hari, mereka sedang mencari sesuatu. Apakah ada Firman Tuhan dari Tuhan? Apakah ada? Apakah ada pengharapan? Apakah ada warta dari surga? Apakah ada? Apakah ada Tuhan Allah yang saudara-saudara kenal? Apakah ada? “Dan beritahukan, aku – inilah aku, dengan hati yang terbuka, pikiran yang terbuka, jiwa yang terbuka – katakanlah hal itu kepadaku!” Dan saudara-saudara ada di sini malam hari ini.
Sembari kita menyanyikan lagu ini, di bawah anak-anak tangga ini atau dari samping ke samping masuk ke dalam lorong ini sampai ke depan: "Pak Pendeta, Aku memberikanmu tanganku. Itu adalah pertanda dan bukti bahwa aku memberikan pengharapan kepada Yesus. Malam hari ini aku menerima-Nya sebagai Juru Selamat.” Atau memberikan hidupmu dengan kami di dalam gereja, karena Roh Allah mengundangmu untuk datang, maukah saudara-saudara melakukannya sekarang juga, sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.