YESUS ZAMAN SEKARANG

(THE JESUS OF TODAY)

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Timotius 2:3-6

10-15-86

 

 

Mereka telah mengambil sebuah kebiasaan dari Koor Kudus kita, saya lihat. Mereka bernyanyi tanpa sebuah karangan, hanya keluar dari hati mereka – sungguh ajaib! Di dalam program saudara-saudara, ketika saudara-saudara mendatangi kebaktian malam hari ini, apakah kepada saudara-saudara diberikan susunan dari kebaktian pentahbisan kita malam hari ini? Baiklah. Segera setelah kebaktian kita malam ini, kita akan mentahbiskan Jeff Nyberg muda ke dalam Pekabaran Injil. Dia merupakan seorang gembala dari Kelas Alkitab Zig Ziglar Auditorium. Saya tahu bahwa ayahnya akan memimpin doa pentahbisan tersebut. Apakah itu bapamu yang duduk di sampingmu pada malam hari ini? Sungguh suatu berkat untuk memilikinya. Engkau tidak setampan dia, apakah engkau tahu itu? Ah, dia merupakan serang pria yang berwajah ganteng. Meripakan suatu hal yang indah di dalam mana kita dapat berbagi, untuk menupangkan tangan kepada Jeff dan menetapkannya ke dalam Pekabaran Injil. 

 

Sekarang, marilah kita semua membuka kitab 1 Timotius – menuju ke bagian yang terakhir dari kitab Perjanjian Baru saudara-saudara – kitab 1 Timotius, pasal yang kedua. Dan kita akan membacakannya secara bersama-sama. Kali ini kita akan berdiri ketika saatnya tiba. Kitab 1Timotius, pasal yang kedua dan kita akan membaca delapan ayatnya yang pertama. Kitab 1 Timotius pasal yang kedua, delapan ayatnya yang pertama. Apakah kita telah mendapatkannya? Sekarang, marilah kita semua berdiri di hadirat Tuhan serta membacakannya dengan suara yang keras – Kitab 1Timotius dua, ayat pertama sampai dengan ayat ke delapan bersama-sama:

 

“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,

Untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.

Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,

Yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,

Yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua umat manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.

Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul – yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta – dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.

Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.”

 

Sekarang, kita boleh duduk kembali. Judul dari warta ini adalah: Yesus Zaman Sekarang. Dan judul itu secara khusus dan terutama sekali mengacu kepada Tuhan, kepada siapa kita memanjatkan doa. Ketika saudara-saudara berdoa, apakah ada di dalam benak saudara-saudara sosok dari seseorang, kepada siapa saudara-saudara menujukan doa syafaat saudara? Apakah Dia terlihat nyata kepada saudara-saudara? Apakah doa benar-benar di dalam kehadiran dari seseorang Yang menundukkan telinga-Nya untuk mendengar? Demikianlah substansi dari warta untuk malam hari ini: Yesus Zaman Sekarang. Yesus itu, kepada Siapa kita memanjatkan doa, kepada Yesus Yang hidup di dalam rumah-rumah serta hati kita, serta seorang sahabat di dalam perjalanan hidup kita: Yesus Zaman Sekarang.

 

Dan bagian ayat dari mana kita mengambil warta kita berada di dalam ayat yang kelima dari Kitab Suci yang baru saja kita baca bersama-sama: " Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia (dan versi dari King James juga menuliskannya), yaitu manusia Kristus Yesus.”

 

Di dalam tulisan aslinya (dengan menggunakan bahasa Yunani dengan mana Paulus menuliskan ayat tersebut), artikel itu tidak ada di sana. Apa yang dituliskannya ialah: " Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus." Pengertian dari apa yang telah dituliskannya adalah kemanusiaan itu yang sekarang telah dimuliakan dengan persekutuan kita dengan Tuhan: “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu kemanusiaan Kristus Yesus.” Sifat alami di dalam mana Kristus bertindak sebagai seorang pengantara adalah salah seorang dari antara kita. Kita dikenali dngan Dia. Dia adalah perwakilan kita, Dia adalah duta kita. Dia adalah perantara kita. Dia adalah sahabat kita dan Juru Selamat kita; Dia adalah rekan seperjalanan kita; Dia adalah rekan serta pendorong semangat penghibur kita.

 

Dia adalah seorang manusia di hari-hari kemanusiaan-Nya. Dia dilahirkan sebagaimana kita telah dilahirkan – lahir dari seorang wanita. Dia tumbuh dengan rasa lapar. Dia juga merasakan dahaga. Dia menjadi lelah dan merasa jenuh – duduk di tepian sumur. Dia tertidur di dalam badai. Dia telah dicobai. Dia menderita. Dia mengeluarkan air mata ketika menangis. Akhirnya dia dibunuh. Dia wafat. Yesus adalah salah seorang dari antara kita! Dan Dia tidak kehilangan sisi kemanusiaan-Nya di dalam kemuliaan. Dia tetap sebagai “manusia Kristus Yesus.” Dia adalah suku bangsa kita sendiri dan merupakan sanak saudara kita sendiri, tujuan akhir kita di dalam kemuliaan. Hal ini banyak ditekankan di dalam kitab Ibrani bahwa Yesus, Tuhan kita, adalah salah seorang dari kita: Memahami kita, bersimpati terhadap kita; dikenali dengan kita. Saya membaca tiga bagian dari Kitab Ibrani – yang pertama di dalam pasal yang kedua dimulai dalam ayat yang ke 14:

 

Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;

dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.

Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.

 

Di sana tidak ada godaan, tidak ada pencobaan, tidak ada penderitaan, tidak ada sakit hati di dalam hidup kita bahwa Dia tidak berpengalaman. Dia adalah salah seorang dari antara kita!

 

Sekarang, di dalam pasal yang keempat dimulai dari ayatnya yang ke 14, pengarang yang sama dari kitab Ibrani menulis:

 

Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah iamam yang besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya.

 

Betapa sebuah gambaran yang indah akan Tuhan kita. Bukan sebagai seorang pengantara dan perantara dan imam yang agung di hadapan Tuhan Yang tidak dapat disentuh oleh perasaan dari kelemahan-kelemahan kita – akan tetapi di segala lini kehidupan kita serta semua tujuan dari keberadaan kita, di mana kita dicobai, Dia juga mengalami pencobaan juga! Dan dia merupakan sahabat yang menghibur serta penuh dengan pengertian kita.

 

Dalam kitab Ibrani 7:25 dikatakan:

 

Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi pengantara mereka. 

 

Tuhan Allah yang memerintah di surga adalah seorang Manusia. Dia yang dikenali di dalam kita. Tuhan Allah dari segala penciptaan, Tuhan Allah dari para malaikat di surga dan Tuhan Allah Yang memegang seluruh semesta alam di dalam tangan-Nya - Tuhan Allah di surga adalah seorang manusia! 

Sekarang, di dalam pemuliaan Tuhan di dalam kebangkitan-Nya, Dia adalah Tuhan Yesus yang sama. Dapatkah saya menunjukkan hal tersebut dari hari kebangkitan Tuhan yang dramatis itu? Di dalam kebiasaan-Nya serta di dalam karakteristik-Nya, walaupun demikian Dia tetap sama. Dia tetap sebagai seorang manusia. Ketika dia sebagai manusia, dilahirkan oleh Perawan Maria, seorang manusia yang hidup, dan menderita dan wafat seperti bagaimana kita hidup, kita menderita dan kita meninggal – jadi Tuhan kita dulunya sebagai seorang manusia yang dikenali dengan kita. Dan, di dalam kebangkitan-Nya, Dia tetap sebagai manusia yang sama! 

 

Sebagai contoh, di dalam kitab Yohanes pasal yang ke 20 ayatnya yang ke tujuh dan delapan, rasul Yohanes berlari menuju makam itu dan dia berhenti – ada keragu-raguan. Akan tetapi Simon Petrus – sahabatnya, yang sedang berlari bersama-sama dengannya, dan orang yang lebih muda itu berlari mendahului orang yang lebih tua tersebut – ketika Simon Petrus sampai ke makam itu, daripada berhenti sejenak di dalam rasa takut dan hormat, dengan cepat Simon Petrus malah berlari langsung masuk ke dalam. Dan kemudian Yohanes berkata dia masuk kedalamnya. Dan pada saat dia melihat kain peluh itu telah terlipat sendiri di tempatnya, Yohanes menuliskan di pasal yang ke 20, ayat yang ketujuh dan kedelapan, bahwa ketika dia melihat kain peluh itu tergulung sendiri di suatu tempat, dia percaya bahwa Yesus hidup. Apa yang dimaksudkan oleh Yohanes dengan hal itu ialah dia telah melihat Yesus berkali-kali, pada saat pemecahan roti. Mereka telah menikmati makanan bersama-sama. Dan Yesus melakukan sebuah cara tentang menggulung kain peluh. Dan ketika Yohanes melihat kain peluh itu tergulung dengan cara Yesus melakukannya, dia percaya vahwa Tuhan itu hidup. Yesus telah melakukannya. Yesus telah bangkit dari kematian! Dan dia percaya, kata Yohanes, ketika dia melihat kain peluh itu tergulung sebagaimana jika Yesus yang menggulungnya.

 

Lihatlah kembali, di dalam pasal yang sama, pasal yang kedua puluh dari kitab Yohanes itu, Maria Magdalena menangis. Dan dia begitu tertekan karena tubuh dari Tuhan kita telah menghilang. Dia berfikir bahwa seseorang telah mengambil tubuh itu – telah mengambilnya secara diam-diam. Dan Maria berada di taman itu menangis. Dan sementara dia menangis, seseorang datang. Maria menyangka bahwa Orang itu adalah penjaga taman. Akan tetapi ketika Dia berbicara kepadanya, Dia menyebutkan namanya. Dan dengan segera Maria mengenali-Nya sebagai Tuhan Yesus yang sama sekarang telah bangkit daripada kematian. Yesus memiliki sebuah cara untuk menyebutkan namanya yang berbeda dengan cara orang lain menyebutkannya. Dan, di dalam hidup setelah bangkit, Dia masih tetap sama. Maria mengenali-Nya dengan cara Dia mengucapkan namanya - “Maria!” 

 

Lihatlah lagi di dalam pasal yang kedua puluh empat dari Injil Lukas. Sementara murid-murid itu sedang bersama, tiba-tiba Yesus – dimulai dari ayat yang 36 dan seterusnya – tiba-tiba Yesus berdiri di tengah-tengah mereka. Dan mereka terkejut dan takut; mereka menyangka bahwa mereka sedang melihat pada hantu; mereka sedang melihat sesuatu roh – bukan seseorang, bukan seseorang yang nyata, akan tetapi sesuatu roh, bayangan, hantu. Dan mereka ketakutan! 

 

Dan Yesus berkata kepada mereka: “Jangan takut. Jangan takut, karena ini adalah Aku. Dan, janganlah engkau ragu bahwa ini adalah Aku, diri-Ku sendiri. Karena hantu tidak ada daging dan tulangnya seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” 

 

Atau lihatlah lagi di dalam Injil Yohanes di dalam pasal yang ke dua puluh. Thomas mengatakan: “Aku tidak percaya orang yang bangkit daripada orang yang telah  mati. Dan saya sudah pasti tidak percaya bahwa Dia hidup – telah bangkit!” 

 

Dan sementara dia sedang tidak mengakui kepercayaan dalam hal kebangkitan, dalam hidup Tuhan, Tuhan sendiri datang; dan Dia berkata kepada Thomas: “Jadi engkau tidak mau percaya kecuali engkau meletakkan tanganmu pada luka di tangan-Ku dan engkau tidak mau percaya sebelum engkau menjulurkan tanganmu ke dalam lambung-Ku. Thomas, kemarilah, letakkanlah jarimu ke dalam tangan-tangan-Ku. Dan julurkanlah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambung itu, luka akibat tusukan tombak di sisi tubuh-ku dan janganlah engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” 

 

Tuhan Yesus yang sama bangkit dari antar orang yang mati, Dia memiliki luka-luka di kedua tangan-Nya dan Dia memiliki sebuah luka parut yang besar di samping tubuh-Nya bekas kena tusukan dari tombak bangsa Romawi. Dia adalah Tuhan Yesus yang sama!

 

Dapatkah saya memakai waktu sebentar untuk menunjukkan hal yang lain lagi? Di dalam pasal yang terakhir, pasal yang ke dua puluh empat dari kitab Lukas, ada sebuah kisah mengenai dua orang, Cleopas dan seorang murid yang tidak disebutkan namanya, yang berjalan pulang ke sebuah tempat yang bernama Emmaus. Dan mereka sedang bersedih hati; mereka merasa kehilangan; mereka merasa terpukul. Mereka telah menyaksikan Tuhan mereka di salibkan. Mereka telah menyaksikan-Nya meninggal. Dan mereka telah pula menyaksikan Dia dikuburkan di dalam makam yang terbuat dari batu dan sebuah batu yang besar menutupi pintu masuknya, dan materai dari kekaisaran Romawi ada pada batu tersebut.

 

Dan, ketika mereka berjalan, mereka bersedih hati. Dan salah seorang dari antara mereka berkata kepada yang lainnya: “Engkau tahu, Saya telah mendengar bahwa Dia telah bengkit dari kematian. Dan orang yang sudah meninggal tidak akan bangkit. Dan aku tidak percaya kalau Dia telah bangkit.” 

 

Dan, ketika mereka berjalan terus dan sambil bercakap-cakap bersama. Tiba-tiba Yesus bergabung dengan keduanya. “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.” Dan ketika mereka berjalan bersama sambil bercakap-cakap, mereka sampai di suatu tempat di mana mereka menetap untuk malam hari itu. Dan mereka mengajak Dia untuk ikut serta menikmati makan malam bersama-sama dengan mereka. Dan orang asing itu masuk dan duduk. Dan mereka mengenali Dia dari cara-Nya mengucapkan berkat itu. Yesus memiliki suatu cara yang tertentu – seperti menggulung kain peluh atau mengucapkan nama “Maria” – Dia memiliki suatu cara yang tertentu untuk mengucap berkat. Dan ketika Dia memberkati makan malam yang akan mereka nikmati bersama tersebut, mereka mengenali Dia dari cara Dia mengucapkan berkat.

 

Pengakuan-Nya sama, setelah kebangkitan, seperti mereka berada pada saat kemanusiaan-Nya. Dia adalah seseorang yang sama, manusia Kristus Yesus. Dan seseorang yang ajaib itu, bangkit dari kematian, saudara kita, seorang manusia, dikenal dengan kita, Dia telah terlihat. Dan di dalam kisah dalam Alkitab, Stefanus telah melihat-Nya – satu-satunya tempat di dalam Firman Tuhan di mana Yesus terlihat berdiri di surga. Semua tempat yang lain dalam Alkitab, ketika Tuhan terlihat di surga, Dia selalu terlihat sedang duduk di sisi kanan kemuliaan tersebut, di sisi sebelah kanan Tuhan Allah. Akan tetapi ketika Stefanus menjadi martir, Dia melihat Tuhan Yesus di dalam surga, dan Tuhan sedang berdiri. Dia sedang berdiri untuk menerima jiwa dan roh dari martir-Nya yang pertama, Stefanus. Akan tetapi Stefanus melihat Dia di surga dan dengan segera mengenali Dia. Dia adalah Tuhan Yesus. 

 

Bukalah ke bagian berikutnya dari kitab Kisah Para Rasul, pasal yang kesembilan dari kitab Kisah Para Rasul; dan di atas terangnya matahari, muncullah seseorang di sana, berdiri menghalangi jalan Saulus dari Tarsus. Pada perjalanannya ke kota Damaskus, dia dibutakan oleh kemuliaan dari terang itu dan dia tidak dapat melihat. Akan tetapi ada seseorang yang berdiri di sana, berbicara kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” 

 

Dan Saulus yang dibutakan itu, berdiri di dalam kemuliaan terang itu sambil berkata: “Siapakah Engkau, Tuhan?” 

 

Dan apakah yang dijawab oleh Tuhan? “Akulah Yesus dari Nazareth yang kau aniaya itu.” 

 

Bukankah luar biasa bahwa Dia menambahkannya? “Akulah Yesus dari Nazareth.”  “…dari Nazareth.” “Aku adalah orang yang sama, orang Galilea yang sama, kaum Nazareth yang sama yang engkau kenal di saat kemanusiaan-Ku, hanya telah dipermuliakan serta diagungkan.”

 

Seseorang yang ajaib, milik kita, Yang menjadi milik kita, Tuhan Yesus Yang Diurapi. Bolehkah saya menunjukkan hal yang lain lagi? Di dalam pasal yang pertama dari kitab Wahyu, rasul Yohanes, di kepulauan Patmos, karena Firman, dan kesabaran dari Tuhan Allah, dia dibuang karena pengajarannya akan Injil dari Kristus. Dia dikuasai oleh Roh, dia berkata tentang Hari Tuhan. Dia sedang beribadah kepada Tuhan pada hari Minggu, Hari Kudus Tuhan. Dan sementara dia sedang beribadah, dia mendengar suara yang nyaring di belakangnya, sepertisuara dari sangkakala. Dan dia berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadanya itu. Dan setelah berpaling, dia melihat Anak Allah Yang Dimuliakan itu, berjalan di tengah-tengah gereja-gereja-Nya itu – ditengah-tengah tujuh kaki dian itu. 

 

Dan dia berkata – Anak Allah Yang Mulia – Dia berkata kepada Yohanes. Dan di saat kunjungan Yesus yang mengagumkan, ajaib, serta kecemerlangan yang tidak terlukiskan ini, kemunculan agung yang datang dari langit itu, kehadiran dari Tuhan, dia tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati, nyawanya telah diambil daripadanya; nafasnya berhenti di dalam kemuliaan dari penglihatan yang luar biasa itu.

 

Sekarang, apakah saudara-saudara ingat ayat yang berikutnya? Yesus memeriksa keputus-asaan murid-Nya itu dan meletakkan tangan kanan-Nya di atasnya. Berapa kali saudara-saudara berfikir, di waktu kemanusiaan-Nya, Yesus telah meletakkan tangan kanan-Nya di tas Yohanes? Saya tidak dapat memikirkannya – di dalam ribuah contoh – saya dapat berfikir tentang Tuhan sedang meletakkan tangan kanan-Nya di atas Yohanes: Menunjukkan kepadanya mengenai bidang tuaian yang luas, memberikan Upah yang Besar kepadanya, hanya meletakkan tangan kanan-Nya di atasnya. Dia benar-benar melakukannya – meletakkan tangan kanan-Nya di atasnya dan berkata: “Jangan takut, jangan takut! Akulah yang Hidup dan Aku telah mati. Namun lihatlah, Aku hidup sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” -  Tuhan Yesus yang sama; sahabat yang sama yang dikasihi oleh Yohanes di waktu ketika Dia menjadi manusia.

 

Bolehkah saya juga menunjuk, di dalam pelayanan gereja, Yesus berada di sini! Di hari-hari kemanusiaan-Nya, dalam kitab Lukas 4:16, seperti adat kebiasaan-Nya terdahulu, Dia masuk ke rumah ibadat pada hari Sabat. Dia lahir sebagai anak keturunan dari Abraham. Dan Tuhan, ketika hari Sabat tiba, Tuhan masuk ke dalam kebaktian gereja tersebut sebagaimana adat kebiasaan-Nya dahulu. Setiap hari Sabat, dengan setia Dia berada di sana.

 

Sekarang, di saat kebangkitan-Nya, di dalam pasal yang pertama dari kitab Wahyu kepada mana baru saja kita tunjukkan, Dia tetap ada di dalam kehadiran gereja-gereja-Nya. Kaki-kaki dian itu – menurut kitab Wahyu pasal yang pertama dan ayatnya yang kedua puluh – kaki-kaki dian itu adalah gereja-gereja, mereka adalah majelis-majelis Tuhan. Dan Yesus sedang berjalan, dikatakannya, di tengah-tengah kaki dian – kaki dian itu; Dia berjalan di tengah-tengah gereja-gereja-Nya. Dan ketika kita berkumpul di dalam nama-Nya, Dia ada ditengah-tengah kita. Tuhan kita berada di sini!

 

Bolehkah saua menunjukkan salah satu hal ang paling aneh yang saya baca di dalam Alkitab? Di dalam kitab 1 Korintus 11:10, Alkitab mengatakan bahwa seorang wanita seharusnya berpakaian sedemikian dikarenakan oleh para malaikat. Di dalam kitab Ibrani 1:14, pengarangnya berkata bahwa para malaikat adalah roh-roh yang melayani, untuk melayani kepada kita yang merupakan pewaris dari keselamatan. Dan karena para malaikat itu ada di sini, kaum wanita seharusnya berpakaian dengan rendah hati, dan dengan indahnya serta dengan benar dan berharga karena adanya kehadiran dari para malaikat. Apakah sulit rasanya bagi saudara-saudara untuk menyadarinya? Kadang kala saya mendapatkan waktu-waktu yang sukar – hanya dengan memikirkan bahwa para malaikat itu berada di sini. Mungkin salah seorang yang sedang duduk di sini, atau diantara kita – ada seorang malaikat di sana – atau mungkin mereka sedang berdiri di sini ditengah-tengah kita – atau mereka sedang duduk di sana di samping saudara – atau mereka sedang berada di balkon atau mereka sedang mengawai kita yang di bawah ini dari atas langit sana. Saya baru saja mendapatkan waktu yang tersukar; akan tetapi demukianlah Kitab Suci itu. Para malaikat berada di sini dan kita seharusnya berlaku sopan dan penuh dengan peribadatan, serta berpakaian dengan benar, Paulus berkata, karena para malaikat. Baiklah, saya akan bertanya kepada Tuhan mengenai salah satu dari hari-hari itu, ketika saya naik ke surga di sana.

 

Para mailaikat itu ada! Sekarang, alasan mengapa saya menyinggung hal itu adalah: Apabila Alkitab mengatakan bahwa para malaikat itu berada di sini, dan kita hendaknya harus sedemikian, di dalam berpakaian, serta berlaku sopan, dan beribadah, serta pernghormatan, dan perilaku, karena para malaikat itu, fikirkan tentang berapa banyak lagi kita hendaknya melakukan hal itu, memakai pakaian yang indah, sangat dihiasi di dalam kebiasaan kita serta pakaian kita, dan segalanya, karena Tuhan berada di sini – apabila para malaikat itu berada di sini, berapa banyak lagi keajaibannya bahwa Tuhan Yesus berada di sini?

 

Dan saya tidak dapat melewatkan Firman yang tertera di dalam kitab Ibrani 7:8:  “Dan di sini manusia-manusia fana menerima persepuluhan, dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia Hidup.”  Tuhan sendiri adalah Yang menerima persepuluhan kita serta persembahan yang kita bawakan ke dalam rumah Tuhan. Dia melakukannya. Dia Yang menerima mereka.

 

            Saya berfikir tentang sebuah pengalaman yang saya dapatkan: Ny. C dan saya, ketika beberapa musim panas yang lalu, menghabiskan liburan kami di kota Montreal, Kanada. Seperti yang saudara-saudara ketahui Montreal adalah kota Katolik – Katolik Perancis; dan di pusat kota itu terdapat sebuah kathedral yang begitu indah. Kami pernah masuk ke sana, oh, tiga atau empat kali kebaktian pagi hari itu – dia dan saya. Dan saya fikir dia merasa agak bosan tentang lama dan begitu lamanya menghabiskan waktu di dalam gereja-gereja. Hanya pergi dari satu gereja ke gereja yang lainnya. Maka saya pergi ke Katedal Katolik iu sendirian. Dan di sekitar tengah-tengah gereja, saya mengambil tempat duduk di sebelah lorong itu.

 

Baiklah, saudara-saudara sudah pernah mengalami kebaktian-kebaktian formal seperti itu. Dan mereka memungut persembahan itu di dalam cara yang sedemikian dan kemudian mereka membawanya kepada imam itu. Kemudian Imam itu meletakkannya di altar yang tinggi. Kebaktian Episkopal juga seperti itu. Mereka akan membawa persembahan itu dan meletakkannya di altar yang tinggi. Baiklah, setelah persembahan itu dipungut, dan Imam itu memberkatinya, dan persembahan itu telah diletakkan di altar yang tinggi itu, dan orang-orang telah duduk kembali dan mereka akan melanjutkan sisa dari misa ritual itu, mengapa, sementara kebaktian itu berlanjut, tepat dari samping saya datanglah seorang wanita turun ke tengah lorong itu. Dia berjalan dengan cepatnya. Dan dia berjalan melintasi saya, sampai ke memibar itu dan kemudian masuk ke dalam mimbar tersebut.

 

Oh Tuhan, saya fikir, saya telah sampai ke gereja untuk melihat kericuhan. Ini akan menjadi suatu pemandangan yang mengerikan. Dia naik ke atas sana untuk beberapa alasan; dan dia akan mengoyakkan tekmpat itu dan akan berkonfrontasi dengan para pendeta itu; dan hal itu akan menjadi semakin mengerikan. Demikianlah apa yang saya fikirkan ketika saya melihat wanita itu melewati saya dan naik ke depan dan masuk ke dalam mimbar di mana para pendeta itu berada. Apa yang dilakukannya adalah: Dia berjalan menuruni lorong itu, kedepan sambil naik, masuk ke dalam mimbar tersebut dan ke suatu tempat di mana mereka menyimpan persembahan-persembahan tersebut. Dan dia meletakkan sebuah persembahan di dalam sebuah piring. Dia meletakkan persembahannya di sana dan berputar kembali dan kemudia duduk menghadap bagian belakang dari katedral tersebut.

 

Dengan jelas – dan hal ini hanya sebuah perkiraan – dia datang terlambat dan ketinggalan untuk memberikan persembahannya; dan dia berjalan naik ke altar yang tinggi itu dan meletakkannya di sana untuk Tuhan. Hal itu memberikan sebuah kesan kepada saya ketika saudara-saudara dapat melihatnya. Sungguh suatu hal yang indah dan hal yang indah di dalam hati kita bahwa apa yang kita lakukan, kita melakukannya karena untuk Tuhan. “Ini untuk Tuhan! Yang aku lakukan ini buat Dia! Ini adalah kudus dan suci, dan saya mempersembahkannya kepada Tuhan Yesus yang hidup Yang Diurapi!” Untuk mendapatkan roh itu dan perilaku itu mengarah kepada berkat-berkat suci kita adalah merupakan suatu cara yang mensyukuri untuk menyembah kepada Juru Selamat kita Yang Diurapi. 

 

Sekarang, saya harus menutupnya. Saya ingin menunjuk bahwa akan menjadi Tuhan Yesus yang sama yang akan datang tersebut. Alkitab itu begitu berperasaan serta berempati terhadap hal tersebut. Ketika murid-murid itu sedang berdiri di puncak gunung  Olivet, melihat ke arah langit, memandang di mana Yesus terpisah dari mereka, para malaikat dayang dan berkata: “Engkau orang Galilea, mengapakah engkau berdiri memnadang ke arah langit?” Kemudian mereka mengakui: “Yesus yang sama ini akan datang seperti yang telah engkau lihat Dia pergi ke surga.”

 

            Siapakah yang kita cari? Kita sedang mencari Tuhan Yesus yang sama! Bukankah demikian yang dikatakan oleh-Nya di dalam pasal yang keempat belas dari kitab Yohanes? : “Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu.” “Aku datang kembali!”  Dan di dalam pasal yang keempat dari kitab surat 1 Tessalonika:

 

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waku penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dulu bangkit;

Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 

 

“Tuhan sendiri …” Yesus Yang Diurapi yang sama!  Siapa yang kita cari? Kita sedang mencari Yesus. Dia memiliki luka di kedua tangan-Nya dan di sisi tubuh-Nya. Dia memiliki cinta dan kasih di dalam mata-Nya, di dalam suara-Nya, dan di dlaam wajah-Nya. Dia memiliki berkat untuk dituangkan di dalam kelimpahan ke atas anak-anak-Nya. Dan dia membawa kemenangan dan keselamatan serta kebangkitan dan kehidupan ketika Dia datang. Ketika Dia datang! 

Sekarang, demikianlah Yang kepada siapa kita berdoa. Bukankah hal itu sangat menyenangkan? Itulah Yesus Yang mengetahui segala sesuatunya mengenai kita dan mengasihi kita; yang telah dicobai seperti kita, seolah-olah Dia, di dalam kemenangan yang berjaya atas segala kekelahan yang memungkinkan – Dia sahabat kita serta tempat persinggahan kita, saudara kita dan rekan kita – Dia adalah Yang kepada siapa kita berdoa – Dia adalah Yang bersama-sama dengan kita di dalam ibadah – Dan Dia adalah Yang akan datang kembali itu.

 

Saudara Denny, nyanyikanlah lagu untuk kita. Dan sembari kita menyanyikannya – berikanlah hatimu kepada Tuhan: “Saya menerima Dia malam hari ini sebagai Juru Selamat pribadi saya:” atau, berikanlah hidupmu di dalam persekutuan dari gereja kita yang berharga ini. Ketika Alah akan membuka pintu dan berfirman – setiap panggilan dari Roh kepada hidupmu – jawablah sekarang juga. Jika ada seseorang dari para pemuda kita yang malam ini mau datang, memberikan seluruh hatimu, dan jiwamu, dan kasihmu kepada Tuhan Yesus, atau memberikan hidupmu dengan kami di dalam gereja yang indah ini, seribu kali selamat datang kami ucapkan.

 

Buatlah keputusan itu sekarang juga. Dan ketika kita berdiri, langkah pertama akan menjadi langkah yang paling berharga serta yang paling berarti di dalam hidupmu. Datang dan selamat datang. Sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi, katakan: “Pak Pendeta, ini merupakan saat Tuhan bagiku. Dan Aku datang. Aku datang!”