PENEBUSAN DOSA
(THE ATONEMENT OF SIN)
Dr. W. A. Criswell
01-22-56
Sekarang, di dalam Alkitab kita, berpalinglah ke dalam surat 1 Korintus pasal lima belas. Seperti yang telah saya sampaikan dalam khotbah pertama yang saya ambil dari pasal ini, khotbah yang berjudul “Inilah Injil,” “Inilah Kabar Baik.” Saya kemudian berkata bahwa kemungkinan ini adalah pasal yang paling terkemuka dari seluruh Alkitab. Tentu saja, kemudian saya berkata bahwa apokaliptik modern, teologi Kristus dari Karl Barth dan Emil Bruner, teolog terkemuka pada generasi kita, mereka membangun teologi mereka di sekitar pasal ini. Naik ke atas dan ke atas dan ini adalah puncak dari klimaksnya:
“Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada euangelon, Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri.
Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah ku beritakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.
Sebab yang sangat penting telah ku sampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah ku terima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci.” [1 Korintus 15:1-3].
Lalu, sisa dari pasal itu akan tiba ke dalam sebuah khotbah yang selanjutnya. Tetapi pada malam hari ini, saya akan berbicara dari ayat yang ketiga itu. Dan di dalam ayat yang ketiga, perkataan yang singkat itu, yang utama dari semua: “saudara-saudara aku mau mengingatkan kamu Injil. . . yang sangat penting yang telah ku sampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah ku terima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” [1 Korintus 15:1-3].
Ada dua jenis kekristenan. Dan ketika anda pergi ke suatu gereka di mana saja, ketika anda duduk di bangku dan mendengarkan orang yang menyampaikan khotbah, itu akan selalu menjadi salah satu dari itu. Ada dua jenis pengkhotbah Kristen. Ada dua jenis sistem teologi. Ada dua jenis tipe khotbah yang berbeda. Saya katakan ada dua jenis kekristenan.
Ada sebuah kekristenan yang memandang Yesus sebagai seorang guru yang agung, seorang pembaharu yang terkemuka, seorang dermawan yang hebat, seorang martir yang hebat, seorang yang mendorong pendidikan dan pekerjaan baik. Mereka memandang kekristenan sebagai sebuah sumber inspirasi, sebagai sebuah dorongan terhadap pendidikan dan pekerjaan baik. Itu adalah kekristenan yang inspirasi. Itu adalah kekristenan dari pendidikan. Itu adalah kekristenan dari sebuah perubahan sosial. Itu adalah kekristenan dari kebaikan pribadi.
Ada jenis lain dan tipe yang lain dari kekristenan. Ada kekristenan penebusan. Ada kekristenan yang melihat seluruh manusia dari mana saja sebagai orang berdosa. Kekristenan itu melihat manusia sebagai orang berdosa yang tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Melihat dengan belas kasihan atas umat manusia yang terhilang, itu adalah kekristenan dari belas kasihan Allah yang telah mengutus Kristus, AnakNya, ke dalam dunia ini untuk mati bagi manusia yang berdosa. Dan oleh penebusan darahNya, dengan penderitaanNya di atas salib, semua orang yang memandangNya dengan iman, telah diampuni. Mereka dibenarkan di hadapan Allah. Nama-nama mereka ditulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba, dan mereka telah ditebus. Mereka telah diselamatkan. Mereka telah diregenerasikan. Mereka memiliki hidup yang kekal.
Lalu, yang manakah dari tipe kekristenan itu yang merupakan iman dan wahyu dari Alkitab? Anda tidak akan menemukannya terpaku jauh untuk menemukan sebuah jawaban yang final dan konklusif. Sebab hal inilah yang digambarkan Paulus sebagai injil, dia menggunakan teks saya: “Sebab yang sangat penting telah ku sampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah ku terima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. . . .”
Tetapi apakah makna dari “yang sangat penting’? Hal itu tidak berkenaan dengan sebuah waktu. Itu memiliki makna dari kepentingannya. Doktrin utama yang paling agung dari iman Kristen dan wahyu Kristen adalah hal ini—bahwa Kristus telah mati atas dosa-dosa kita. Sama seperti hukum yang paling utama di dalam hukum Taurat, demikian juga, menurut Paulus, itu merupakan doktrin yang pertama dan yang utama dari iman Kristen. Wahyu Kristen memiliki banyak doktrin utama di dalamnya. Doktrin dari kebapaan Allah merupakan doktrin yang luar biasa. Doktrin dari inkarnasi merupakan sebuah wahyu yang luar biasa. Doktrin tentang kerajaan Allah dan kedatangan Kristus yang kedua kali dan pemerintahan milenial merupakan doktrin yang luar biasa. Tetapi, menurut Paulus, doktrin yang pertama dan yang terutama dari wahyu Kristen adalah, bagaimana Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci. Itu adalah yang pertama dan di atas semuanya. Dengan kata lain, kekristenan adalah agama secara mendasar didasarkan atas penebusan. Dan berkenaan dengan keutamaan itu, ia terpisah dan berbeda dengan agama lainnya di dunia ini.
Konfusianisme memiliki sebuah etika yang besar. Zoroaster merupakan sebuah monoteisme yang hebat. Banyak agama besar lainnya di dunia ini memiliki doktrin yang hebat dan dapat diterima. Tetapi doktrin yang memisahkan iman kepada Kristus dari iman lainnya di bumi ini adalah ini, kekristenan adalah sebuah Injil penebusan. Ia berkaitan dengan pembebasan manusia dari perbudakan dan perhambaan serta belenggu dosa yang mengikatnya. Itulah sebabnya Kristus telah mati, berdasarkan janji Allah, sehingga Ia dapat membebaskan kita dari hukuman dan murka serta penghakiman Allah atas dosa-dosa kita.
Lalu, kekristenan memiliki sebuah etika. Tetapi bukan hanya sebuah etika. Kebanyakan ia merupakan dogmatika, sebuah pengumuman, sebuah proklamasi. Kekristenan memiliki sebuah teologi. Itu adalah sebuah soteriologi. Itu adalah sebuah agama yang memberitahukan kepada manusia bagiamana mereka dapat selamat. Tanda dari salib adalah tanda dari gereka. Tanda dari kekristenan bukanlah semak yang menyala dan bukan tujuh lampu dian. Itu bukan sebuah lingkaran suci di atas sebuah kepala. Itu bahkan bukan sebuah mahkota yang memancarkan kemuliaan. Tanda dari iman Kristen adalah salib. Dan di dalam hal itu, nama Krsitus ditinggikan di atas setiap nama.
Di dalam Filipi pasal dua disebutkan bahwa Dia, “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, . . . dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama” [Filipi 2:7-9]. Mengapa? Karena Dia “telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci” [1 Korintus 15:3]. Dampak yang luar biasa dari iman kepada Yesus di dunia ini ditemukan di dalam penderitaanNya. Ditemukan di dalam salibNya. Ditemukan di dalam kematianNya.
Ini adalah pesan injil Anak Allah bagi manusia yang terhilang di mana saja, bahwa di dalam Dia kita melihat dan hidup. Kita dapat percaya. Kita dapat memiliki iman. Kita dapat berkomitmen dan menjadi selamat. Ini adalah pekerjaan Allah yang paling luhur. Ini adalah kacamata yang paling luas di dunia ini. Ini adalah seluruh pemberitaan tentang Anak Allah. Orang yang berdiri di atas mimbar, pengetahuannya yang paling tinggi dan yang paling sempurna adalah hal ini: Saudara-saudara, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang telah disalibkan” [1 Korintus 2:2]. Itu adalah kemuliaan dari pengkhotbah. Karena “Tetapi aku sekali-kali tidak bermegah , selain dalam salib Tuhan kita Yesus. . . .” [Galatia 6:14]. Ini adalah yang paling penting, bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita menurut Kitab Suci.
Yesus merupakan seorang guru yang luar biasa. “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu” (Yohanes 7:46). Tetapi ketika rasul-rasul mulai menabur di seluruh kekaisaran Roma dengan pengetahuan dan doktrin dan iman tentang Tuhan Yesus, pernahkah anda memikirkan seberapa sering mereka mengutip perkataan dari bibir Yesus? Lalu, beritahukan kepada saya, saya dapat mengingat rasul Paulus mengutip sebuah perkataan, sebuah sikap yang terpuji dari Tuhan Yesus dalam Kisah Rasul pasal dua puluh, di mana dia berkata: “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” [Kisah Rasul 20:35]
Saya dapat mengingat itu. Saya dapat mengingat di dalam surat 1 Korintus pasal sebelas, Paulus berkata: “Sebab apa yang telah ku teruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu ia mengucap syukur di atasnya” [1 Korintus 11:23]. Saya dapat mengingat hal itu. Dr Fowler, di luar dari kedua bagian itu, apakah ada contoh lain yang datang ke dalam pikiran anda, di dalam seluruh pelayanan rasul-rasul di mana mereka mengutip perkataan Yesus, suatu kalimat dari mulutNya? Apakah anda ingat? Sekarang ini saya tidak dapat mengingat satu pun. Akan tetapi jika Yesus merupakan seorang Guru yang Agung, bukankan itu merupakan sebuah kejutan dan sebuah hal yang mengherankan bahwa mereka tidak pernah merujuk kepada pengajaranNya? Mereka tidak pernah mengutip Dia. Mereka tidak pernah berkata, “Yesus menyampaikan hal ini, dan Yesus menyampaikan hal itu.” Tetapi apa yang mereka lakukan di dalam pemberitaan mereka adalah, bahwa mereka berbicara tentang Anak Allah sebagaimana Dia “telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci.” Bukanlah itu merupakan sebuah hal yang tidak biasa?
Yesus merupakan seorang reformator yang hebat. Tetapi mereka tidak pernah merujuk kepada reformasiNya. Yesus merupakan seorang dewmawan yang hebat. Yesus merupakan seorang penasih manusia. Tetapi mereka tidak pernah merujuk kepada pelayanan pribadiNya. Yesus merupakan seorang martir yang hebat. Dia menyerahkan hidupNya untuk kebenaran, tetapi mereka tidak pernah merujuk Dia sebagai seorang martir. Manusia Allah yang menulis kitab itu dan yang memberitakan Injil Kristus, mereka menolak untuk mendaftarkan Yesus sebagai seorang martir atau seorang reformator atau seorang guru atau seorang dermawan. Mereka tidak pernah berpikir untuk menempatkan Yesus di dalam kelas dari seorang Seneka atau seorang Sokrates atau seorang Martin Luther atau seorang Abraham Lincoln.
Di dalam Alkitab, Yesus berbeda dan terpisah. Dia adalah Penebus yang agung dari umat manusia: “Saudara-saudara aku mau mengingatkan kamu Injil. . . yang sangat penting yang telah ku sampaikan kepadamu—doktrin yang paling utama dari iman Kristen—yaitu apa yang telah ku terima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” [1 Korintus 15:1-3]. Pekerjaan penebusan, kematian yang menebus dari Anak Allah merupakan doktrin utama disekitar pengajaran tentang Anak Allah, yang terikat dan melekat kepada salib.
Sebelum dan sesudah Anak Allah mati untuk dosa-dosa kita. Saya membayangkan seluruh ringkasan dari seluruh Alkitab, dari seluruh pesan dan pelayanan Allah di antara manusia diringkaskan dalam kalimat pendek yang oleh Yohanes Pembaptis, Anak Allah diperkenalkan kepada dunia: dan “keesokan harinya, Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan dia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” [Yohanes 1:29]. Itu adalah ekspresi dari seluruh pelayanan dan tujuan Kristus—Anak Domba telah dibunuh sebelum dunia dijadikan yang dimanifestasikan untuk menghapus dosa-dosa kita. Itu adalah pesan dari Perjanjian Baru. Itu adalah pesan dari Injil, yang tanpanya kita tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan dan pelayanan Yesus sama sekali. Saya ingin supaya anda melihat injil-injil itu untuk sesaat. Yohanes berkata: Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
Lalu, anda pikirkanlah tentang itu. Ada ribuan hal pelajaran tentang Tuhan Yesus yang tidak pernah dirujuk ke dalam kitab ini. Dan ribuan perbuatan yang penuh berkat dan mulia yang telah Tuhan lakukan dan tidak dicatat dalam Kitab ini. Akan tetapi, di dalam injil-injil ini, keempat injil ini, setidaknya mereka memberi seperempat dari semua ruang yang mereka berikan untuk mencatat hari-hari yang terakhir dan jam-jam terakhir dari kehidupan Anak Allah. Bukankah itu merupakan sebuah hal yang mengejutkan dan mengherankan? Apakah hal yang terbesar tentang Yesus adalah perumpamaanNya atau mujizat-mujizatNya atau pengajaran-pengajaranNya? Tidak. Hal terbesar tentang Anak Allah sebagaimana injil-injil menggambarkanNya adalah hal ini—bahwa Dia telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci.
Dan anda lihat hal itu ditempa dalam seluruh kisah hidupNya. Ketika Dia memulai pelayanan umumNya, segera saja Dia mulai berkata bahwa Dia harus menderita, bahwa Dia harus mati, bahwa Dia harus bangkit dari kematian. Saat penyucian Bait Allah yang pertama di dalam Injil Yohanes pasal dua, Dia Berkata: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” [Yohanes 2:19]. Mereka tidak tahu apa maksudNya. Kita tahu apa maksudNya. Dia sedang merujuk kepada kematian dan kebangkitanNya. Di dalam pasal selanjutnya dalam Injil Yohanes, datanglah seorang Farisi kepadaNya, yaitu Nikodemus dan Dia berkata kepada pengajar Israel ini: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan” [Yohanes 3:14]. Nikodemus tidak tahu apa maksudNya. Kita mengerti apa maksudNya. Sepanjang pelayananNya, tema yang utama selalu diulang-ulang.
Ketika orang Yahudi berkata: “Tunjukkanlah kepada kami sebuah tanda.” Yesus menjawab: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan suatu tanda selain tanda nabi Yunus” [Lukas 11:29]. Mereka tidak tahu apa maksudNya. Kita mengerti. Di pusat bumi, dibangkitkan dari kematian. Di Kapernaum, Dia mengkhotbahkan sebuah khotbah yang luar biasa tentang Roti Hidup: “Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” [Yohanes 6:53]. Mereka tidak tahu apa maksudNya, dan mereka bertengkar satu sama lain, sambil berkata: Bagaimanakah seseorang dapat makan dagingNya dan minum darahNya? Kita tahu apa maksudNya. Kita mengerti.
Ketika orang-orang Yunani datang untuk menemui Dia: kami ingin bertemu Yesus. Bangsa-bangsa lain ini berasal dari jauh. Tuhan sangat tergerak dalam rohNya, dan berkata: “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu” [Yohanes 12:32]. “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” [Yohanes 12:24]. Orang-orang yang berdiri itu mereka tidak mengerti apa maksudNya. Kita mengerti.
Ketika Maria mengurapiNya dengan minyak narwastu yang mahal mereka menggerutu sambil berkata: Ingatlah orang miskin, mengapa minyak itu tidak dijual untuk keperluan mereka? Yesus berkata: Dia melakukan hal ini mengingat hari pemguburanKu. Mereka tidak tahu apa maksudNya. Kita mengerti. Sepanjang seluruh Alkitab, temanya sama.
Seperti tema dari Simponi Sembilan Beethoven. Anda mendengarnya secara berulang-ulang. Dan gerakan terbesar dari kehidupan Kristus tanpa dapat ditolak dan dihindarkan dipikul menuju salib. Yesus tidak pernah berkata mujizat-mujizat ini dilakukan untuk pengampunan dosa. Dia tidak pernah berkata bahwa khotbah yang terbesar disampaikan untuk pengampunan dosa. Dia tidak pernah berkata pencobaan ini dipikul untuk pengampunan dosa. Atau transfigurasi yang mulia ini adalah untuk pengampunan dosa.
Tetapi Dia mengambil roti, dan Dia mengambil air anggur, dan di dalam isak tangis dan air mata berkata kepada murid-muridNya. “Inilah hidupKu, darahKu, tubuhKu…yang diberikan untuk pengampunan dosa” [Matius 26:28]. Sebab yang sangat penting telah ku sampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah ku terima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. Adakah sesuatu yang lain dari pada hal itu di dalam sisa Alkitab? Tidak ada sebuah variasi, tidak ada bayangan yang menyimpang. Apa yang mereka khotbahkan, apa yang mereka khotbahkan kepada dunia adalah injil penebusan yang sama, bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci.
Petrus tidak sedang menulis teologia di sini. Dia sedang menulis kepada manusia. Dia sedang menulis tentang Kristus. Dengarkanlah apa yang dia sampaikan: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.” [1 Petrus 1:18-20]. Itu adalah pemberitaan dari rasul Petrus. Dengarkanlah apa yang dia sampaikan. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” [1 Petrus 2:24].
Sahabat terdekatNya dan muridNya, Yohanes, bagaimana dia berkhotbah? Dengarkanlah kepada Yohanes ketika dia berkata: “Dan darah Yesus Kristus, Anak Allah telah menyucikan kita dari segala dosa” [1 Yohanes 1:9]. Lihat kedalam ayat berikutnya: “Dan Ia adalah penadamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” [1 Yohanes 2:2]. Lihat ke dalam Wahyu. Hal itu dimulai dalam sebuah doksologi yang luar biasa: “Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya’ [Wahyu 1:5]. Pasal yang penuh kemenangan dan kemuliaan dari penyembahan adalah Wahyu pasal lima, dan di tengah-tengahnya adalah Anak Domba yang telah disembelih dan mereka bernynayi, “Engkau layak, karena Engkau telah disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa,” di bawah matahari [Wahyu 5:9].
Kitab Ibrani tidak kurang berbicara tentang doktrin utama itu:
“Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia,. . .” [Ibrani 9:13, 14].
Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa [Ibrani 9:22].
“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.” [Ibrani 9:27, 28]. Itulah Injil. Ketika seseorang berkhotbah sebuah pesan etika, dia mungkin berkhotbah dari Konfusius dan sama baiknya. Ketika seseorang mungkin berkhotbah tentang kebapaan Allah, dia dapat berkhotbah di Sinanoge Yahudi dan sama baiknya. Saya telah bertemu dengan sekelompok rabi orang Yahudi beberapa waktu yang lalu, dan ketika mereka memulai doa mereka, mereka memulai doa seperti ini: “Bapa kami yang di sorga.” Apakah perbedaan di dalam doa mereka? Ketika mereka tiba di ujung doa itu, mereka berkata: “Amin.” Tetapi anda dan saya berkata, “Di dalam tebusan namaNya yang mengasihi kita dan yang telah memberikan diriNya kepada kita dalam nama Yesus Juruselamat kita.”
Betapa berbedanya dalam praktikalnya dari mimbar modern generasi kita. Anda harus pergi ke suatu Gereja. Anda duduk di sana dan mendengarkan suatu khotbah, dan akan berlangsung seperti ini. Itu akan merupakan khotbah atas anugerah domestik. Itu akan menjadi khotbah atas tugas seseorang dan tanggung-jawab. Itu merupakan sebuah jenis dari sebuah diskusi berkenaan dengan hal-hal besar yang harus kita lakukan. Itu akan berbicara tentang beberapa subyek sosial atau beberapa tanggung-jawab politik, tetapi merupakan suatu hal yang sangat jarang di dalam mimbar modern—saya sedang berbicara tentang seluruh Amerika—itu merupakan suatu hal yang jarang bahwa anda akan pergi dan mendengarkan seseorang berkhotbah yang berdiri di sana sambil mengkhotbahkan apa yang Paulus gambarkan sebagai Injil Anak Allah.
Sekarang, kita telah jatuh ke dalam keyakinan diri kita sendiri bahwa pesan Kristen adalah filsafat yang lain. Itu adalah etika yang lain. Itu adalah dorongan sosial yang lain. Itu adalah moralitas yang lain. Itu bukanlah hal itu. Mungkin di dalamnya ia memiliki sebuah panggilan moral. Di dalamnya mungkin memiliki sebuah pengajaran etika yang hebat. Di dalamnya mungkin memiliki hal-hal yang menjadi tanggung-jawab pribadi dan perbaikan sosial, tetapi mereka bukanlah injil Anak Allah. Injil dari Perjanjian baru adalah bahwa kita adalah orang berdosa dan terhilang. Dan kita tidak dapat menyelamatkan diri kita. Dan Allah telah mengutus Kristus untuk mati bagi dosa-dosa kita. Dan orang-orang yang melihat dalam kepercayaan kepadaNya, Allah, demi Kristus, akan mengampuni dan Dia akan membenarkan—tepat seperti itu, Dia akan menyatakan kita benar sekalupun kita benar atau tidak. Dan tidak seorang pun dari kita yang benar. Dan kita dibenarkan di hadapanNya. Kita diterima di hadapanNya dan kita akan melihat wajah Allah pada suatu hari. Itulah injil. Saudara-saudara, aku menyampaikan kepadamu injil. “Sebab yang sangat penting telah ku sampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah ku terima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” [1 Korintus 15:3].
Lalu, saya ingin menyampaikan sebuah kata yang singkat tentang bagaimana salib Kristus menyelamatkan kita? Bagaimana Kristus membuat penebusan bagi kita di dalam kematianNya? Itu merupakan subjek yang terbesar di dalam dunia teologi. Hal itu membutuhkan sebuah seminar pada suatu waktu. Di dalam pekerjaan sarjana saya, salah satu di antaranya adalah “Penebusan Kristus.” Saya telah membaca banyak buku. Secara singkat, ringkasan pendeknya adalah seperti ini: kembali ke masa lampu, hampir dua ribu tahun yang lampau, pikiran dari teolog-teolog yang luar biasa itu—Irenaeus, Origen, Gregory dari Nyssa—orang-orang itu bergumul dengan masalah: “Bagaimanakah salib Kristus menyelamatkan kita dari dosa?” Mereka menggunakan dasar atas bagian yang berbicara tentang tebusan: Karena Anak Manusia juga datang untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, dan mereka berkata—dan inilah doktrin mereka tentang penebusan. Teolog-teolog yang hidup sekitar hampir dua ribu tahun yang lalu. Mereka berkata bahwa iblis telah memiliki kita, dan Tuhan Allah memberikan Kristus sebagai sebuah tebusan untuk membayar kebebasan kita serta penebusan kita. Dan hampir selama seribu tahun, doktrin itulah yang diterima sebagai doktrin penebusan dalam seluruh kekristenan.
Sekitar tahun 1050 A.D., datanglah seorang pengkhotbah yang terkemuka di Canterbury yang bernama Anselmus. Dan dia berkata, “Tidaklah demikian, itu tidak benar.” Dan dia memberikan doktrin utamanya tentang penebusan, yang didasarkan atas kata “hutang”—Hutang. Kita telah berhutang kepada Allah karena dosa-dosa kita. Dan ada nilai serta jasa yang tanpa batas di dalam salib Kristus, dan dosa-dosa kita telah dibayarkan di dalam kematian Kristus. Dan selama empat ratus tahun, itu merupakan doktrin penebusan yang menyapu dan dipegang oleh Kekristenan.
Kemudian pada masa John Calvin dan Martin Luther, orang itu berkata, “Tidak, Anselmus tidak benar.” Dan mereka mendasarkan atas kata yang saya baca dalam Surat 1 Yohanes, “pendamaian.” Dan doktrin mereka tentang penebusan adalah hukum yang utama telah dihancurkan dan manusia telah dihukum. Tetapi Kristus telah datang untuk memelihara hukum. Dan jasa Kristus di dalam memelihara hukum itu, mati dalam posisi kita, jasaNya telah datang kepada kita. Dia telah mati bagi kita. Dia adalah pengganti kita. Dia mati; kita hidup. Dia telah membayar hukuman kita—pendamaian bagi Allah. Itu adalah salah satu tipe dari doktrin penebusan.
Kemudian Hugo—Hugo Grotius, seorang Belanda, datang dan berkata, “Kematian Kristus merupakan sebuah pertunjukan besar bagi dunia, untuk menunjukkan kekudusan Allah dan murka Allah ketika Dia melihat dosa.” Dan anda tiba ke dalam masa sekarang ini dengan teori-teori pribadi, pencurahan hidup Kristus sebagai tebusan bagi dosa-dosa dunia.
Tetapi saudara yang terkasih, setelah anda membaca banyak buku itu dan setelah anda mendengarkan orang-orang itu berbicara dan mengajar, anda tiba ke dalam akhir dari itu. Dan jika anda sama seperti saya, anda memiliki sebuah perasaan di dalam diri anda. Semuanya sangat mekanikal. Semuanya sangat sepele. Semuanya tidak dapat dibandingkan dengan kebenaran Allah di dalam Kristus yang telah memperdamaikan kita dan dan dunia yang terhilang kepada diriNya sendiri [2 Korintus 5:19].
Lalu, Pendeta, bagaimanakah Kristus dapat menyelamatkan kita di dalam kematianNya dan oleh salibNya? Saya tidak dapat mengusulkannya. Saya akan sama seperti Allah sendiri jika saya dapat mengeksplorasi misteri dari penebusan ilahi itu. Tetapi saya dapat menyatakan sedikit hal dan hanya itu—bagaimana kematian Kristus menyelamatkan kita. Ada tiga cara anda dapat melihat Allah.
Seorang yang liar dapat melihat Dia sebagai hal yang mengerikan dan dendam. Seperti beberapa suku asli di Afrika, saya bertanya, “Mengapa anda menyembah iblis?” Dan mereka berkata kepada saya, “Allah baik. Kami tidak takut terhadap Allah. Tetapi iblis jahat, kami harus mendamaikan dia.” Bagi mereka, Allah sama seperti beberapa orang liar lainnya, bergerak pada suatu tempat. Dan jika Dia melakukan sesuatu, ia memiliki banyak tingkah dan pendendam. Allah mereka adalah seorang iblis dan mereka menyembahnya. Itu adalah allah mereka.
Pandangan lainnya tentang Allah adalah pandangan para penyembah berhala. Itu adalah pandangan tentang Allah, bahwa Dia bergerak. Bahwa Dia tidak tertarik, Dia tidak peduli. Itu adalah allah dari filsafat Yunani. Itu adalah allah dari seluruh dunia penyembah berhala. Dia tidak tertarik kepada kita. Dia sangat jauh dan berada di salah satu bintang-bintang itu atau Dia sedang sibuk menjalankan alam semesta yang pararel ini. Dan apa yang terjadi di bawah sini dalam planet yang terhilang dan tidak penting ini serta yang terlupakan ini bukanlah apa-apa bagi Dia. Merupakan sesuatu yang mustahil untuk memiliki konsep bagi orang Eikurian dan Stoa dan filsuf Yunani bahwa Allah tertarik terhadap dunia yang kecil ini. Itu adalah padangan yang kedua tentang Allah. bahwa Dia bergerak dan Dia tidak peduli.
Yang lainnya, pandangan ketiga tentang Allah adalah Wahyu Kristen. Dan itu adalah seperti ini. Bahwa Allah memiliki perasaan dan karena perasaanNya, Dia memiliki simpati. Dan karena simpatiNya, Dia menderita. Dan karena penderitaanNya, Dia membawa luka-luka dari dosa-dosa kita di dalam hatiNya dan jiwaNya. Pendeta, bukankah itu sebuah defenisi yang aneh tentang Allah, Allah yang kudus, yang sorgawi, yang sempurna, yang tidak terbatas, yang mahakuasa, dan Allah menderita? Saya tidak berusaha untuk merekonsiliasi suatu apapun. Saya hanya menyampaikan apa yang saya baca di dalam Kitab ini, nampak oleh saya bahwa Allah peduli, dan Allah menangis dan Allah memohon dan Allah berdoa dan Allah menderita dan Allah mati karena dosa-dosa kita. Dan Dia memikul tanda simpati itu dan kasih itu dan kepedulian itu di dalam jiwaNya dan tubuhNya. Hal itu tertulis di dalam hatiNya sendiri. Allah mengasihi kita dan mati karena dosa-dosa kita.
Saya harus menutup khotbah ini. Saya hanya ingin memberitahukan anda bagaimana—jika saya dapat menggunakan kata-kata yang vulgar di dalam perasaan yang sesungguhnya—betapa umum, betapa rendaah, betapa biasanya saya berada di dalam hal-hal teologi ini dan memberitakan injil Kristus. Saya hanya ingin memberikan anda sebuah ilustrasi tentang hal itu. Saya pergi ke sekolah untuk waktu yang lama. Dan saya belajar keras dan saya membaca buku tanpa akhir. Bertahun-tahun saya telah melakukannya. Tetapi inilah yang saya ingin sampaikan, saya hanyalah jenis orang yang rendahan dan vulgar ketika hal itu datang ke dalam teologi saya, membaca Alkitab ini. Setelah saya mendengarkan para professor itu dan setelah saya membaca banyak buku, saya ingin menyampaikan kata-kta sederhana saya yang benar daan jujur. Bahwa doktrin penebusan yang saya dengar dari orang yang tidak terpelajar itu yang menggembalakan Gereja yang kecil yang di dalamnya saya tumbuh besar sebagai seorang anak kecil, hal itu lebih bermakna bagi jiwa saya dan entah bagaimana lebih jelas bagi saya dari pada gambaran filsafat yang lebih tinggi tentang salib Kristus daari pada yang saya baca di dalam semua buku mereka atau yang saya dengar daalam kuliah-kuliah mereka.
Apa maksud anda Pendeta? Yang saya maksudkan adalah hal ini. Para pengkhotbah yang tidak terpelajar ini, yang tidak berpendidikan dan yang tidak terlatih ini, yang sangat jauh dari tempat tinggal saya. Tidak seorang pun yang pernah mendengar mereka. Tidak seorang pun yang pernah melihat mereka. Mereka hanyalah para gembala kami, di luar sana di mana tidak seorang pun yang akan pergi. Mereka akan berdiri dan dengan hati yang sangat terkesan dan banyak air mata, mereka menyampaikan hal-hal seperti ini, tentang seorang ibu yang sangat menakutkan dan mengerikan, tetapi sangat dikasihi oleh suaminya dan anak-anaknya, sehingga ketika orang lain berkata, “Mengapa dia menikahi seseorang seperti itu dan mengapa anak-anaknya memuja mahluk seperti itu?” Maka mereka akan menyampaikan kisah tentang bagaimana rumahnya mengalami kebakaran dan bagaimana anak-anaknya berada di dalamnya dan dia memberikan tubuhnya yang indah dan mengorbankan hidupnya sampai mati sehingga dia dapat mereka semua keluar dari nyala api itu. Dan para pengkhotbah itu makan berkata bahwa itulah yang telah Allah lakukan untuk kita. Dia mengasihi kita seperti itu. Mereka akan memberitahukan kisah tentang seseorang dalam Perang Dunia I yang tidak dapat pergi dan dia memiliki sahabat yang pergi untuknya. Dan sahabatnya itu meninggal. Dia terbunuh dalam perang. Dan ketika mereka menguburkannya, dia meletakkan sebuah perkataan singkat di atas makamnya, kata-kata yang sederhana, “Dia mati untuk menggantikan aku.”
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.