MUSUH YANG TERAKHIR—MAUT
(THE LAST ENEMY—DEATH)
Dr. W. A. Criswell
04-10-55
I Korintus 15:12-26
Berpalinglah ke dalam bagian tengah dari Perjanjian Baru, yaitu surat 1 Korintus. Surat 1 Korintus, pasal lima belas, pasal tentang kebangkitan dari surat 1 Korintus. 1 Korintus pasal 15.
Dan kita akan membaca bersama-sama apa yang akan menjadi teks khotbah kita pada hari ini. bagian tengah dari pasal itu.
Dari ayat dua belas hingga ayat dua puluh enam. Apakah kita semua sudah menadapatkannya? 1 Korintus pasal 15, dimulai dari ayat 12. Sekarang, bolehkah kita berdiri bersama-sama.
1 Korintus 15, dimulai dari ayat dua belas hingga ayat dua puluh enam. Sekarang, mari kita baca bersama-sama,
Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.
Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.
Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Sekarang, semoga Tuhan kita memberkati Pendeta kita pada hari ini ketika dia berbicara tentang kemenangan yang mulia yang kita miliki dalam Kristus Yesus. Amin.
Ayat terakhir yang kita baca merupakan teks khotabh kita pada pagi hari ini, 1 Korintus 15:26, “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”
Manusia memiliki kemampuan untuk menaklukkan banyak musuh-musuhnya. Pada masa lampau, ketika manusia gua berjuang untuk hidupnya dengan sebuah pentungan besar yang berat, dengan sebuah kampak batu, mush-musuhnya yang mengancam keberadaannya lompat ke atas dia dari kegelapajn malam dan dari hutan lebat yang gelap.
Binatang-binatang liar dengan cakar dan gigi, singa dan harimau, merupakan musuh terbesar manusia. Tetapi manusia telah menang terhadap musuhnya di dalam hutan dan di dalam malam.
Salah satu musuh terbesar dari manusia adalah wabah: penyakit kuning, difteria, penyakit pes, wabah hitam, tuberkolosis—ada begitu banyak dari penyakit itu itu dengan kecerdasan manusia dapat ditaklukkan.
Penyakit kuning hampir dimusnahkan dari dunia ini. Malaria hampir tidak ada lagi di Amerika. Penyakit kuning merupakan sebuah hal pada masa lampau. Kita sekarang bahkan hampir bergulat dengan polio bahwa pada suatu hari pengumuman dapat dibuat bahwa penyakit itu dapat ditaklukkan selamanya.
Manusia telah mengalahkan musuh-musuhnya. Manusia bahkan hampir mampu untuk meliputi unsur-unsur perang yang meliputi dia, memanfaatkan lautan, berenang di dalamnya seperti ikan, bertarung neladai badai di langit, berlayar melaluinya seperti seekor burung, mengubah padang gurun menjadi bunga mawar.
Oh, di dalam banyak area dan di dalam banyak medan manusia telah mampu menaklukkan musuh-musuhnya. Semuanya tetapi satu. Hanya satu. Sejauh yang saya tahu, saya tidak pernah mendengar suatu filsafat atau metafisik atau suatu teologi atau suatu ilmu pengetahuan yang berdiri untuk berkata: Kita memiliki pengharapan bahwa di masa depan kita akan mampu untuk menaklukkan usia tua dan kematian.
Musuh yang terakhir, musuh yang terakhir, kematian. Apapun jalan yang kita jalani, hal itu memimpin ke kuburan.
Kesombongan lambang ilmu, kemegahan kekuasaan,
Dan semua keindahan, semua kekayaan yang diberikan,
Menantikan waktu yang sama yang tak terhindarkan
Jalan setapak kemuliaan yang menuju kuburan.
Ini adalah akhir dari setiap jalur. Hal itu jatuh ke dalam kuburan. Itu merupakan akhir dari setiap kehidupan. Mazmur 90:9, “Kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh.” Hal itu menuju ke kuburan.
Ketika saya masih muda, Presiden dari Baylor University meninggal dunia. Dan saya diminta untuk berdiri di kepala jenazah.
Ketika tubuhnya ditempatkan di Waco Hall dan ketika orang-orang datang untuk memandang wajahnya dan ketika saya berdiri di sana, sebagai orang muda. Saya melihat prosesi yang panjang dari laki-laki dan perempuan dan para pemuda dan pemudi ketika mereka melewati usungan itu dan melihat wajah presiden yang terkemuka dari Baylor University.
Saya telah melakukan hal yang identik itu sejak saat itu. Selama tahun-tahun pelayanan ini, semenjak saya masih muda, saya telah berdiri di atas kepala jenazah dan melihat prosesi yang penuh hikmat itu berlalu.
Para istri yang meratap, para ibu yang hatinya hancur, para ayah yang kecewa, anak-anak yang menangis—tidak pernah berakhir, tidak pernah berhenti dilalui, pemakaman orang-orang yang meninggal.
Penunggang kuda putih menunggang kuda dalam tenaga yang penuh dan di dalam kekuatan dan dalam kemeangan, tetapi disampingnya selalu ada penunggang kuda merah dengan pedangnya dan kuda hitam dengan timbangannya dan penunggang kuda pucat dengan sabitnya.
Dalam sebuah tampilan yang indah dari seni yang terbesar di dunia, di galeri seni Chicago, saya melihat sebuah lukisan di sana yang disebut The Race of Death. Dan di atas lintasan terdapat sebuah kerangka yang berkerudung dengan sebuah sabt besar yang panjang dan dia sedang berlari mengelilingi lintasan itu sendirian.
Hal yang membuat saya sangat terkesan di dalam perlombaan maut itu adalah karena dilakukan oleh dia sendiri. Dia tidak memiliki saingan lainnya. Tidak seorang pun yang berlomba dengan dia. Dia selalu menang.
Dia mendesak setiap lawan dan dia menyusul kita dan meliputi kita serta memperdaya kita. Perlombaan maut. Monumen-monumen terbesar di dunia adalah untuk kematian.
Itu adalah salah satu hal yang paling aneh. Ketika saya pergi mengelilingi dunia ini dan melihatnya, pyramid di Mesir dibangun selama ratusan tahun, selama millennium tahun. Dan manusia ingin tahu mengapa mereka dibuat? Dan siapa yang mendirikannya? Dan mengapa menara mereka dibuat sangat tinggi?
Ketika saya menemukan mengapa mereka dibangun, anda tahu mengapa, mereka adalah monumen-monumen kematian. Mereka adalah makam para Firaun.
Ketika anda masih sekolah, anda diajarkan untuk menyebutkan tujuh keajaiban dunia di dunia kuno, salah satu di antaranya adalah Mausoleum di Halicarnassus, ibukota Caria kuno—the Mausoleum. Monumen itu didirikan untuk mengenang raja mereka yang luar biasa yaitu raja Mausolos. Dan apakah itu? Itu adalah sebuah makam, itu adalah sebuah monumen untuk orang mati.
Saya telah melihat makam dari para Kaisar Roma seperti makam Hadrian di Roma.
Saya telah menelusuri Appian Way dan kedua sisinya yang jaraknya bermil-mil, hiasan yang indah, makam-makam yang indah, tempat bangsawan Roma ketika dia mati dia berusaha untuk mendirikan sesuatu yang akan mengabadikan kenangannya.
Jadi di Appian Way yang jaraknya bermil-mil, di kedua sisinya terdapat makam yang indah dari orang-orang yang telah meninggal.
Saya telah melihat apa yang bagi saya merupakan bangunan yang paling indah di dunia. Taj Mahal. Itu disebut sebuah tetesan aiar mata dari Shah Jahn. Tetapi apakah itu? Itu adalah salah satu potongan arsitektur yang paling indah yang pernah saya lihat dan sebuah monument bagi orang mati. Itu adalah sebuan makam.
Mereka berkata bahwa anda harus pergi ke Nara, kota suci orang Jepang di mana para Kaisar Jepang dimakamkan. Anda harus melihat makam para kaisar itu.
Tidak pernah ada orang yang pergi ke Paris yang tidak pergi mengunjungi Invalides, makam Napoleon yang penuh dengan hiasan.
Tidak seorang pun yang pernah pergi ke Inggris Raya yang tidak akan pergi untuk melihat Westminster Abbey, dan Westminster Abbey adalah makam, kuburan, dari Kekaisaran Bristish yang terkemuka.
Saya katakan bahwa saya telah mengelilingi dunia ini dan saya telah melihat monument-monumen dunia ini bagi orang-orang mati, mengunjungi makam orang-orang mati.
Satu-satunya hal saya telah mengunjungi makam yang lainnya. Ini adalah tubuh Napolen. Ini adalah makan para kaisar. Ini, di dalam kematian yang hening, istri dari Shah Jahan. Di sana para kaisar Jepang. Saya telah mengunjungi makam yang lainnya.
Lalu, ada pemandu yang berkata, “Anda adalah seorang pengkhotbah. Saya pikir mungkin saat subuh, saya dapat menemani anda. Dan kita akan pergi ke makam bersama-sama. Pastikan anda berada di sana saat matahari terbit di timur.”
Saya berkata, “Tentu saja.”
Jadi pada saat subuh setelah gelap berlalu, dia mengetuk pintu. Dan kami pergi ke sebuah bukit kecil di luar gerbang Damsyik, yang dalam bahasa Ibrani disebut Golgota dan dalam bahasa Latin disebut Kalvari. Dan dalam bahasa kita sebuah tempat yang bernama bukit tengkorak. Memang terlihat seperti itu, seperti sebuah tengkorak, seperti kematian itu sendiri.
Dan di kaki bukit kecil itu terdapat sebuah taman. Dan di dalam taman itu terdapat sebuah kuburan. Dan pemandu itu berkata, “Dan saya akan tinggal di luar sementara anda masuk ke dalam.”
Jadi, sahabat saya, Dr. McCall, dan saya masuk ke dalam kuburan itu. Kami masuk ke dalam kuburan itu, dan kosong.
Salah satu dari kami duduk di bagian kepala, yang lainnya dari kami duduk di tempat di mana malaikat duduk. Dan saya membuka Alkitab Yunani Perjanjian Baru yang kecil. Dan saya membaca Alkitab bahasa Yunani saya, yaitu kisah kebangkitan yang mulia dari Yesus Kristus Juruselamat kita; kubur yang kosong itu.
Jadi saya membayangkan pagi ini, saya membacanya sebagaimana yang terdapat dalam Alkitab ini, persis seperti yang ditulis oleh Matius. Dan jika anda ingin mengikutinya, anda dapat membukanya dalam Kitab Matius pasal dua puluh delapan.
Lalu, kemudian saya membacanya, tentu saja, itu bukan bahasa Inggris bagus seperti yang anda punya dalam Alkitab versi King James. Tetapi ini adalah hal yang ditulis secara literal.
“Opse”—dimulai dengan sebuah kata keterangan yang berarti “di akhir dari, setelah lewat”—“Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena—Maria dari kota Magdala—dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
“Maka terjadilah seismos yang hebat—sebuah gempa bumi yang hebat—sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.
“Penampakannya”—bukan hanya air mukanya, bukan hanya wajahnya, seluruh penampakannya—“ bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju.
“Dan penjaga-penjaga itu eseisthēsan”—di sana terdapat kembali kata anda itu, seismos, mereka gentar—“ Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang.
“Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: ‘Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.’”
“Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.
“Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.”
“Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.”
Dan itulah caranya dalam bahasa Yunani. Terjemahannya tidak terlalu bagus dalam bahasa Inggris. Mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata, ‘Chairete.’ Itu adalah kata Yunani untuk salam, “Salam bagimu”—secara literal berarti “Salam.” Chairete. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka. Chairete.
“Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.”
Semua kata-kata itu merupakan ekspresif dan kepentingan perasaan dan ketakjuban dari wanita itu. Dan mereka mendekati Dia, mereka mendekat kepadaNya dan memeluk kakiNya. Mereka memegangnya dengan kencang dan mereka menyembahNya.
Kemudian Dia berkata kepada mereka—Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Lalu, ayat enam belas, “Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu”—bukan yang kesebelas murid.
Dalam 1 Korintus 15:6, lebih dari 500 saudara-saudara berada di sana. Beberapa dari mereka ragu-ragu dan Yesus mendekati mereka. Yesus datang mendekat kepada mereka.
Dan Dia memecahkan keheningan sambil berkata kepada mereka, “Kepada-Ku telah diberikan. Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa.
Dan itu merupakan sebuah terjemahan yang tepat, yaitu kata “kuasa,” “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.”
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”
“Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu.—Dan hal itu diulang lagi— Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Lalu, makna dan pesan dari pagi yang hikmat itu. Yang pertama, hal itu mengubah kedukaan mereka ke dalam sukacita. Oh, kepiluan dari murid-murid itu ketika mereka berduka dan meratap, datang ke kuburan itu untuk melihat yang mati!
Kesia-siaan setiap pengharapan, setiap mimpi. Semua itu hilang. Dan ketika mereka datang ke kuburan, batu itu telah digulingkan seorang malaikat dari sorga.
“Ia tidak ada di sini.” Bukan Tuhan Yesus. Apakah anda berpikir kematian dapat menahanNya? “Ia tidak ada di sini. Ia telah bangkit.” Dia hidup.
“Mari, lihatlah tempat Ia berbaring, dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati.
Dan di dalam ketakutan, tidak pernah seorang manusia datang ke dalam hadirat Allah tanpa perasaan takjub dan kagum itu. Semua hal-hal ini terlalu hebat bagi kita.
Dengan takut dan sukacita besar, dengan kegembiraan yang sukar untuk diungkapkan, mereka berlari dengan membawa pesan kepada murid-murid: Dia hidup, Dia hidup. Dia tidak mati. Tidak dengan Yesus, Dia tidak mati. Tuhan kita hidup. Dia hidup. Dia hidup. Dia hidup.
Hal yang kedua, pagi itu telah mematahkan sengat maut. “Hai maut dimanakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah sengatmu?" Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Ketika Yohanes melihat Dia, Yohanes berkata, “Tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir.” Aku telah berada di sini sebelum seluruh ciptaan. Aku akan ada di sini ketika semua unsur-unsur hilang dengan panas yang hebat dan dunia yang terbakar dalam api.
Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. Mereka ada di dalam tanganKu.
Tidak ada lagi sengat di dalamnya. “Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Dan hal lainnya, di dalam teks saya adalah kehancuran dari maut. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
“Apa maksud anda Pendeta? Kita masih tetap sekarat. Kita masih tetap bertambah tua. Dan kita masih tetap jatuh ke dalam kuburan yang mengerikan itu. Apa maksud anda?”
Itu adalah kebinasaan maut. Inilah yang saya maksudkan, orang Kristen tidak mati. Mereka tidak mati. Anda dengarkanlah Firman Allah,
“Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.”
Orang-orang Kristen tidak mati. Kita meninggal di dalam Yesus. Tubuh ini kembali ke debu. Dan roh kita pergi untuk bersama dengan Tuhan, menunggu hari kebangkitan ketika dalam sekejab mata, kita semua diubah dan orang-orang mati bangkit dalam keadaan yang tidak dapat binasa.
Yesus melihat atas Marta dan Maria yang sedang meratap. Dia berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”
Orang-orang Kristen tidak mati. Kita hanya berubah dari tubuh yang terbuat dari tanah liat ini. Suatu hari ke dalam rumah yang baru yang dibuat tanpa tangan Allah di sorga. Kita hanya meninggalkan tempat ini untuk hidup di tempat yang lebih baik. Kita bukan milik dunia ini. Tidak bagi anak-anak Allah.
Kita berada dalam sebuah pengembaraan di sini. Kita berada di jalan kita menuju sorga.
Aku merupakan seorang asing disini
Sorga adalah rumahku
Dunia hanyalah sebuah padang yang suram
Sorga adalah rumahku
Dukacita dan bahaya berdiri mengancam
Mengitariku dalam setiap sisi
Sorga adalah tanah airku
Sorga adalah rumahku
Orang-orang Kristen tidak meninggal. Mereka hanya pulang ke rumah. Akan datang sebuah masa ketika kita siap untuk ke sorga. Akan tiba sebuah masa ketika misi kita telah selesai di dunia ini. Akan tiba sebuah waktu ketika tugas kita telah selesai dan Tuhan berkata, “Naiklah ke atas. Lebih baik di atas sini.”
Orang-orang Kristen tidak takut. Orang-orang Kristen tidak gentar di hadapan kematian. Kita mungkin takut terhadap Tuhan dalam ketakjuban dan dalam kekaguman. Kita mungkin gemetar di hadapannya. Tetapi kita tidak takut terhadap kematian. Yesus telah mengambil sengatnya dan rasa sakitnya.
Kita tidak takut terhadap alam maut. Yesus telah menang atasnya.
Kita tidak takut terhadap musuh yang terakhir itu di dalam kemenangan dari kebangkitan yang mulia dari Yesus Kristus.
Jadi kita menghidupi hidup kita di dalam iman dan di dalam kasih dan di dalam kesabaran dari Tuhan Yesus. Dan ketika kita bertemu dengan musuh terakhir kita, ketika kita bertemu muka dengan muka dengan musuh terakhir kita, kita akan bersorak, “Syukur kepada Allah yang telah memberikan kita kemenangan melalui Yesus Kristus Tuhan kita.”
Itu adalah pesan dari Paskah. Itu adalah pesan pada hari ini. Itu adalah pesan dan pengharapan dari Yesus Kristus.
Sekarang, kita harus menyanyikan pujian kita. Ketika kita menyanyikannya, bagi anda yang berada di atas balkon, dari baris yang paling depan hingga baris yang paling belakang, dari tiap-tiap sisi, juga yang berada di sekitar balkon dan yang berada di lantai bawah, seseorang dari anda. Ketika kita membuat seruan, maukah anda menyerahkan hati anda di dalam iman kepada Tuhan Yesus? Seperti yang disampaikan dalam Alkitab, “sebagaimana Allah telah bersaksi.” Saya percaya kepada Firman dan kesaksian Allah. Saya juga percaya bahwa Dia hidup dan karena Dia hidup, kita juga akan hidup..
Kemenangan saya juga ada di dalam Dia. Maukah anda datang? Jika ada seseorang dari anda yang akan meletakkan keluarga anda bersama-sama pada hari ini? salah satu anggota keluarga anda. Maukah anda meletakkan seluruh keluarga anda bersama-sama dan datang berdiri di dekat saya?
“Pendeta, hari ini, kami meletakkan keluarga kami bersama-sama di dalam Kristus.”
Maukah anda? Bagaimana pun Allah akan berfirman, bagaimana pun Allah akan membuat seruan, percayalah kepada Yesus atau letakkan hidup anda bersama dengan kami di dalam pelayanan ini. Maukah anda membuat jalan anda ke depan dan memberikan tangan anda kepada saya?
“Pendeta, saya telah menyerahkan hati saya dan iman saya kepada Allah. Dan inilah saya. Saya datang segera.” Saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.