TIADA YANG LAIN SELAIN YESUS

(NOTHING BUT JESUS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Korintus 2:1

27-3-55 

 

Di dalam khotbah pada pagi hari ini, kita telah berada di dalam kesimpulan dari pasal pertama dari surat 1 Korintus. Dan malam ini kita akan mulai dari 1 Koritus pasal dua. Dan jika anda ingin berpaling ke dalam bagian itu, anda dapat melihatnya, sementara saya berusaha untuk menyampaikan khotbah dari bagian itu, 1 Korintus pasal yang kedua. Itu adalah sebuah bagian dan potongan dengan pasal pertama. Lalu, pasal kedua dimulai dengan kalimat ini: 

 

Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian—nubuat, wahyu—Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.

 

Itu adalah bagian yang telah kita baca dan saya akan mengambil bagian pertama dari teks itu pada malam hari ini:

 

Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.

 

Dan pengajaran kita pada malam hari ini berasal dari kata itu, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”

Kemudian, tentu saja Paulus memiliki sebuah perputaran yang luar biasa di dalam ketaatan pribadi, di dalam komitmen hidupnya. Dan dari perputaran yang luar biasa itu, datanglah masalah teologi yang bersifat personal. Paulus telah dididik dalam pengajaran para rabi. Dia sangat mungkin dan tentu saja  merupakan anggota dari Sanhedrin. Dia adalah orang muda pada usianya yang ketiga puluh tahun, sangat mungkin usianya tidak lebih dari tiga puluh satu tahun ketika pertoutaran yang hebat itu datang ke dalam dirinya.

Untuk seorang muda seperti itu, yang merupakan anggota Sanhedrin, pengadilan tertinggi bangsa Yahudi, yang merupakan tanda penghormatan yang tertinggi yang dapat diraih oleh seorang yang baru. Dia berkata di dalam surat-suratnya, berbicara panjang lebar bukan untuk sebuah kebanggaan tetapi karena orang lain memaksa dia untuk membela pelayanannya—kerasulannya di dalam Yesus—dia berkata bahwa dia sempurna di dalam agama orang Yahudi diantara orang-orang yang sebaya dengan dia, di antara rekan-rekannya dan di dalam kelompoknya sendiri.

Dia adalah seorang mahasiswa yang terbaik dan sangat cerdas. Dia adalah seorang pengikut dari sekolah Gamaliel dan dia telah diserahkan kepada seluruh agama Yahudi. Kemudian di tengah-tengah kesungguhannya dan semangatnya dan ketekunannya terhadap pengajaran rabi—ditengah-tengah semangatnya itu, bahkan hingga menganiaya jemaat, bahkan di kota-kota yang asing—ditengah-tengah ketatatannya terhadap tradisi bapa-bapa leluhurnya, dia menjadi seorang Kristen, sebuah oposisi yang tepat dari apa yang telah dia jelaskan secara rinci.

Lalu, saya dapat katakan, suatu perputaran di dalam setiap kehidupan manusia akan menghasilkan masalah-masalah intelektual pribadi yang sangat besar. Jadi, ketika Paulus mulai berkhotbah, hal itu tidak terjadi segera setelah pertobatannya, tetapi dia pergi ke Arab dan padang pasir, dan dia tinggal di sana selama tiga tahun. Di sana dia bersekutu dengan Tuhan. Di sana dia berbicara dengan Kristus. Di sana dia bergulat, seperti yang dilakukan oleh Yakub di sungai Yabok, dan di sana dia memperoleh wahyu yang membuat dia merujuk kepada injil yang dia beritakan sebagai “injilku”: 

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil  yang berbeda dengan injil yang telah kami beritakan kepadamu terkutuklah dia, anathema.

 

Sebab apa yang telah kuterima dari Tuhan Yesus yang juga telah kusampaikan kepadamu. 

 

Injil yang diberitakan Paulus itu berasal dari pergumulan pribadi yang luar biasa di hadapan Tuhan. Dan hal-hal yang dia beritakan datang secara langsung dari Yesus Kristus. Dan saya katakan, periode dan perputaran hebat itu datang setelah pertobatannya, ketika dia membuka hatinya kepada Allah, kepada wahyu yang baru dan iman yang baru di dalam Kristus Yesus.

Lalu, dia mulai memberitakannya, pada awalnya di kota Damsyik ketika dia kembali dari Arab. Di kota Damsyik, pertama kali dia mengangkat suaranya, memberitakan Yesus dan Dia yang telah disalibkan. Akhirnya mereka mengusir dia, dan dalam usaha menyelamatkan hidupnya, orang-orang Kristen di sana, menurunkan dia melalui tembok di dalam sebuah keranjang.

Kemudian dia pergi ke Yerusalem dan dia memberitakan injil yang sama: Yesus dan dia yang telah disalibkan. Saudara-saudara akhirnya menyuruh dia pergi, agar dia tidak dibinasakan.

Di dalam perjalanan misi yang pertama, di Antiokhia Psidia, orang-orang Yahudi bangkit menentangnya, dan dia diusir dari kota itu karena memberitakan tentang Yesus dan Dia yang telah disalibkan. Di Listra, dia dilempari dengan batu dan diseret keluar kota hingga hampir mati, tetapi dia bangkit dengan kesadaran hidup yang ada bersama dia, nafasnya dipulihkan oleh Allah; dia tetap bangkit untuk memberitakan tentang Yesus dan Dia yang telah disalibkan. 

Di Filipi, Dia dipukuli dan bersama dengan Silas memuji Tuhan di dalam sebuah penjara; tetapi dia tetap memberitakan tentang Yesus dan Dia yang telah disalibkan. Di Tesalonika dan Berea, dia mengalami penganiayaan—sama seperti di tempat lain, ketika dia berkhotbah—dia tetap setia dan benar terhadap injil yang telah dia terima dari Tuhan sendiri. Dia memberitakan tentang Yesus dan Dia yang telah disalibkan.

Kemudian sesuatu terjadi di kota Athena. Saya tidak tahu apa, saya tidak tahu mengapa. Anda dapat dianiaya, anda dapat dipukuli, anda dapat dibelenggu dan dirantai, anda dapat ditempatkan di dalam tembok penjara, dan jika anda memiliki sebuah keyakinan yang besar, jika anda memiliki sebuah komitmen yang luar biasa, semakin banyak hukuman akan mengkristalkan keyakinan itu di dalam jiwa anda.

Tetapi ada sesuatu di dalam kehidupan manusia, sebuah kelemahan di dalam cara yang dia letakkan bersama-sama. Saya tidak tahu apakah itu, tetapi ada sesuatu di dalam komposisi dari jiwa seorang manusia bahwa ketika dia berada dalam kepentingan yang sungguh-sungguh, ketika dia berusaha menyampaikan jiwanya, dia memiliki sebuah kebenaran yang besar, dan dia berusaha untuk menyampaikannya kepada orang-orang, dan dia melihat di luar sana dan orang banyak di luar sana mentertawakannya dan mencemoohnya dan menolaknya dan itu akan membingungkan dia dan melepaskan kaitannya seperti tidak ada hal yang lain di dunia ini.

Saya katakan, anda dapat menganiaya seseorang atas apa yang sedang dia beritakan dan jika dia tulus, penganiayaan hanya dapat membuat dia lebih tekun dan bersemangat di dalam kegitannya untuk mengenalkan kebenaran itu. Tetapi dengan mentertawakan dia,  menjauhkan diri dari dia, mentertawakan dia, mengejek dia maka hal itu akan memberikan sebuah dampak kepadanya.  

Hal itu khususnya besar jika ejekan itu dan penghinaan itu dilakukan oleh orang-orang intelektual, orang-orang universitas, orang-orang yang terlatih, orang-orang yang berpengetahuan, orang-orang yang memiliki latar belakang sarjana. Biarkan mereka merendahkan dia, biarkan mereka berbicara tentang ketidaktahuan di dalam hidupnya. Apa yang dia lakukan karena dia tidak tahu tentang sesuatu yang lebih baik; mengapa harus mendengarkan dia? Jika dia berpendidikan, jika dia terpelajar, jika dia merupakan produk dari sekolah, dia tidak akan menjadi sama seperti itu. Dan dengan mentertawai dan dengan membuat lelucon dan dengan merendahkan diri, dan mengejek itu merupakan sebuah senjata yang dapat membuat orang tidak bertahan.

Lalu, Paulus adalah seorang manusia. Dia adalah manusia Allah dan telah menetapkan dirinya sendiri terhadap injil Kristus. Tetapi pengalamannya di Athena merupakan sesuatu yang belum pernah dia jumpai sebelumnya. Setiap kali dia berkhotbah, itu akan menjadi sebuah atmosfir dari ketaataan yang luar biasa terhadap sebab-sebab atau pertentangan yang luar biasa. Tetapi di dalam peristiwa yang lain, hal itu sangat serius dan di dalam kepentingan yang sungguh-sungguh.

Tetapi di Athena, mereka tidak pernah menyentuh rambutnya, mereka tidak pernah mengulurkan tangan mereka ke atas tubuhnya, bahkan tidak pernah menekan jari mereka atas dia. Orang-orang intelektual, kaum Epikurian, dan filsuf Stoa, ketika mereka mendengarkan dia mengkhotbahkan Tuhan Yesus, mereka saling melihat satu sama lain dengan alis yang terangkat dan berkata, “Baik, Baik.” Dan beberapa dari antara mereka tertawa dengan keras. Dan beberapa dari mereka dengan ramah berkata, “Ya, ya, kami akan mendengarkan kamu lagi tentang materi ini. Ya,ya, kami akan kembali lagi. Ya,ya.”—dan di dalam penghinaan dan di dalam intelektual yang mereka rasa lebih unggul, tersenyum dan tertawa satu sama lain.

Lalu, saya katakan bahwa hal itu memaksa Rasul Paulus ke dalam sebuah penilaian kembali tentang imannya, dari seluruh ketaatannya, dari seluruh pemberitaannya. Dan jika anda tidak memiliki latar belakang itu, hal-hal yang akan anda temukan di sini, yang ditulis oleh Paulus tidak akan memiliki arti yang banyak untuk anda, sebab Paulus berkata—dengarkanlah apa yang dia sampaikan, “Sebab Kritus mengutus aku untuk memberitakan injil, bukan dengan hikmat dan perkataan manusia” bukan seperti seorang Epikurian, bukan seperti seorang Stoik, bukan seperti seorang pengajar Platonik, bukan seperti seorang filsus Sokratik, bukan seperti seorang pengikut Aristotelian: 

 

Bukan dengan hikmat manusia, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.

Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

Oleh karena dunia

 

—kepintaran manusia, kecerdasan dunia, hikmat dunia, “dunia oleh hikmatnya” oleh kebijaksanaannya, dengan prestasi metafisiknya, dengan pengetahuan filsafatnya—

 

Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil…

Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

 

—kebodohannya—keanehannya!—

 

Tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah

 

—datang bukan untuk memberitakan filsafat atau metafisik—ketika aku datang kepadamu, aku datang bukan dengan pidato yang indah dan sempurna—

 

Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu.

Sebab aku telah memutuskan

 

 

—ketika dia telah meninggalkan Atena, dengan semua hal itu di dalam hatinya dan di dalam jiwanya,  “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”

Kemudian di dalam khotbah yang lain, kita akan memiliki hal-hal ini untuk disampaikan. Tetapi malam ini, dalam permulaan pertemuan kebangunan rohani ini, saya mengambil teks ini sebagai sebuah lukisan bagi kita di dalam pelayanan ini. Ini adalah sebuah hal di mana pendeta anda, mimbar ini dan jemaat kita akan berkomitmen secara penuh.

Yang pertama, di sini kita memiliki sebuah defenisi dari metode, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” Sebab pemberitaanku bukanlah sebuah sistem dari kata-kata, agar pesanku tidak sia-sia, sebab “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.” Yang pertama, saya sampaikan, sebuah defenisi tentang metode. Bagaimana jemaat kita akan diatur? Bagaimana gereja ini dijalankan? Di sekitar manakah jemaat ini akan dibangun? Dan bagaimana kita akan mengetahui dan bagaimana kita akan mengambil secara serius perintah dari Tuhan kita untuk menginjili dunia? Bagaimana kita akan melakukannya?

Inilah yang akan kita lakukan. Kita akan membangun gereja kita di sekitar pemberitaan Injil Anak Allah. Kita akan membangun gereja ini di sekitar mimbarnya. Kita akan membangun gereja ini disekitar ruangan kudusnya, Kita akan membangun gereja ini disekitar mezbah yang tinggi di hadapan Tuhan. Kita akan membangun gereja kita di sekitar pesan dari Yesus Kristus.

Sebauh defini bagaimana kita akan melakukan: Kita akan membangun gereja kita di sekitar pelayanan, memecahkan roti dan memberitakan Injil Anak Allah. Segala hal lainnya yang kita lakukan di dalam gereja kita adalah menuju kepada masa serta waktu yang berharga ketika Alkitab dibuka dan seruan dibuat dalam nama Kristus.

Dan dari hal itu kita memiliki banyak sekali. Kita berdoa sepanjang minggu lalu pada siang hari, dan kemudian di sore hari, kita memiliki pertemuan doa. Untuk apa? Supaya orang-orang diselamatkan, “Sebab Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.” Tujuan doa kita adalah untuk hal itu, ketika pendeta mengangkat tangannya, Allah mungkin akan mengulurkan tangannya untuk menyelamatkan. Apakah itu? Itu adalah ketokan di depan pintu. Tetapi bukan di dalam hikmat dan perasaan dan keyakinan kita bahwa kunjungan penginjilan dapat menggantikan tempat dari berkumpulnya jemaat kita bersama-sama untuk pemberitaan Injil Anak Allah.

Kita memiliki banyak program di dalam gereja ini. Kita memiliki sebuah program hiburan yang baik. Kita memiliki sebuah program sosial yang besar. Kita memiliki retreat-retreat. Kita memiliki Sekolah Minggu yang besar. Kita memiliki Serikat Pelatihan, persaudaraan kita, W.M.U. Kita memiliki sebuah program besar yang berlangsung siang dan malam, tujuh hari dalam seminggu.

Tetapi akhir yang besar dan tujuan utama dari semua yang kita lakukan itu terletak di belakang usaha kita untuk menjangkau keluar melalui jam yang kudus pada minggu pagi dan minggu sore. Hal ini terjadi ketika kita menjangkau keluar dengan pemberitaan salib dan meminta orang-orang untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat. Jemaat kita dibangun di sekitar titik api ini: pemberitaan Firman Allah.

Ada banyak pengganti, khususnya pada masa kita ini, hal itu dibuat. Jemaat-jemaat datang bersama-sama dan mereka melihat pertunjukan sebuah lukisan. Jemaat datang bersama-sama dan mereka pergi melalui pelayanan Chautauqua. Jemaat datang bersama-sama dan mereka memiliki program yang bervarisai. Tetapi selalu saja, dan tanpa pengecualian, hal itu akan membuat sebuah kelemahan bagi jemaat, kedalaman rohani dari anggota jemaat  menjadi semakin encer dan encer dan semakin tertelan.

“Maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan injil.” “Dan Firman Tuhan datang kepada Yesaya.” “Dan Firman Tuhan datang kepada Yeremia.” “Dan Firman Tuhan datang kepada Amos, dan dia mengangkat suaranya.”

Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan:  "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"

 

Dan Yesus datang ke Galilea, memberitakan injil kerajaan dan berkata, “Bertobatlah dan percayalah kepada injil.”

 

Itu adalah sebuah lukisan, sebuah defenisi dari metode: Bagaimana kita akan melakukannya? Kita akan melakukan hal ini.

“Kita telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” “Maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan injil.” Ini adalah metode kita.

Di sini kita memiliki sebuah defenisi dari isi atau kandungan: apa yang akan kita beritakan? Apa yang akan kita khotbahkan? Apakah ini yang akan kita beritakan. Kita akan memberitakan teologi yang baru. Kita akan memberitakan cahaya yang baru. Kita akan memberitakan psikologi yang baru. Kita akan memberitakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kejiwaan. Kita akan memberitakan segala hal yang masuk ke dalam hal-hal yang masuk ke dalam tinjauan buku yang terakhir, artikel majalah yang terakhir, dan peristiwa-peristiwa utama yang terakhir, dan apa yang kita pikirkan tentang semua isu sosial pada masa ini. Kita akan memberitakan intelektualisme. Kita akan memberitakan tentang pembaharuan sosial. Inilah yang akan kita khotbahkan: cara pikir dari peristiwa yang sedang lewat. 

Tidak! Tidak! Di sini kita telah menggambarkan isi dari pemberitaan kita,  “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”

Pemberitaan kita, khotbah kita adalah tentang Tuhan, baik di bagian awaawal, pertengahan hingga bagian akhir, dan di dalam seluruh pemberitaan itu. Kita memiliki satu pesan dan satu khotbah: yaitu tentang Tuhan dan hanya Tuhan.

Seseorang telah mendengarkan khotbah Spurgeon waktu demi waktu, seseorang berkata bahwa dia hanya memiliki satu khotbah yang dia beritakan sepanjang waktu. Dan seseorang akhirnya datang kepadanya dan berkata, “Tuan Spurgeon, seseorang yang telah seringkali mendengar khotbah anda berkata bahwa anda hanya memiliki satu khotbah dan khotbah itu anda sampaikan sepanjang waktu.” Dan Tuan Spurgeon berkata, “Itu benar, itu sangat benar.” Dia berkata, “Dari mana saja saya mulai berkotbah dari dalam Alkitab, saya akan membuatnya menjadi sebuah garis kepada Salib dan mulai berkhotbah tentang Yesus.”

Pemberitaan kita adalah tentang Tuhan Yesus dan hanya itu! Kita memiliki sat injil dan satu pesan: Yesus Kristus dan Dia yang telah disalibkan, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan,” yang telah mati untuk dosa-dosa kita dan yang telah bangkit untuk pembenaran kita.  

Saya katakan hal itu dari mana saja. Ketika seseorang memberitakan injil. dia dapat melihatnya dari mana saja. Di Eden, seekor binatang disembelih oleh Tuhan untuk menutupi ketelanjangan Adam dan istrinya, dan darahnya dicurahkan ke tanah—penumpahan darah yang pertama. Dan dia membuat kulit binatang itu untuk menutupi ketelanjangan Adam dan istrinya. Tepat seperti itu. Itulah darah. Itulah injil; itulah Yesus. Itu adalah penumpahan darah yang memandang jauh ke depan, terhadap penebusan dari Yesus Kritus.

“Ketika Aku melihat darah itu, Aku akan melewatkan engkau.” Tepat seperti itu. Itu adalah cara saya dibasuh. Tepat seperti itu. Ketika Aku melihat darah itu, Aku akan melewatinya. Itulah injil: Yesus yaitu Dia yang telah disalibkan. Atau dengarkanlah apa yang disampaikan oleh Yesaya: 

Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

 

Tepat seperti itu. Itu adalah darah. Itu adalah darah Anak Domba Allah. Yaitu, mengambil orang berdosa yang tidak layak dan membuat dosa-dosanya yang merah menjadi putih di dalam darah Anak Domba.

Di dalam pasal yang telah saya baca pada pagi hari ini, prajurit itu menikam lambungNya, dan segera saja mengalir keluar air dan darah. Itulah injil. Ia memiliki sebuah warna terhadapnya. Pemberitaan injil Anak Allah selalu memiliki warna terhadapnya. Itu adalah sebuah benang merah, itu adalah sebuah jalan yang berwarna merah. Dan pesan salib selalu saja merupakan pemberitaan tentang darah. “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” Kita memiliki sebuah defenisi dari isinya: Yesus Kristus dan Dia yang telah disalibkan; Yesus yang telah dikuburkan; Yesus yang telah bangkit dari kematian. Hanya itu.

Setiap kali anda melihat pendeta anda membaptiskan seorang anak laki-laki atau seorang anak perempuan atau pria atau wanita yang telah menyerahkan hatinya kepada Tuhan Yesus—itulah pesan injil, “Dia telah mati bagi dosa-dosa kita dan telah dikuburkan dan telah bangkit untuk pembenaran kita.” Kita telah mati di dalam keserupaan kematianNya dan kita telah dibangkitkan dalam keserupaan kebangkitanNya.” Hanya itu.

Kita mengetahui satu hal. Dan kita hanya mengetahui satu hal yaitu: Yesus Kristus dan Dia yang telah disalibkan.

Saya membuat sebuah pengakuan yang terakhir. Sebuah defenisi dari metode: pemberitaan injil dan segala sesuatu yang kita lakukan menuju kepada waktu yang kudus itu; sebuah defenisi dari isi: Yesus Kristus dan Dia yang telah disalibkan; dan sebuah defenisi dari hidup:

 

 Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

 

“Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan”—Kisah dari Kristus, bukan manusia, dan Roh yang meninggikan Dia, membangkitkan Dia, menaikkan Dia, bukan melihat manusia, tetapi melihat kepada Tuhan Yesus. Dan semakin besar Roh penyaliban dari Yesus berada di dalam kita, maka semakin besar kita menyembunyikan diri kita, semakin besar kita menyembunyikan diri kita maka semakin jelas Dia dapat dilihat. Orang-orang yang dekat kepada Tuhan adalah pada saat seperti itu; semua hal yang anda temukan hanyalah Yesus Kristus yang ditegakkan.

Sebagai contoh, saya membuka Alkitab saya. Dalam Injil yang pertama ini, anda berkata ini adalah Injil Matius. Apa yang membuat anda berpikir demikian? Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tahu. Tradisi kuno berkata bahwa Matius menulis sebuah Injil dalam bahasa Aramik, dan atas dasar Injil Aramik itu, injil yang pertama dibuat dan diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Tetapi anda tidak menemukan Matius di sini: anda tidak menemukan namanya, anda tidak menemukan tanda tangannya. Dia menulisnya, di situ tidak disebutkan, “Matius menyembunyikan dirinya.” Di sana hanya ada Tuhan, lihatlah kepadaNya.  

Siapa yang menulis injil kedua? Anda berkata Markus. Anda dapat membaca Injil markus ribuan kali, dan anda tidak akan pernah menemukan tanda tangannya. Anda tidak akan pernah menemukan bahwa Markus disebutkan di situ. Tradisi dari bapa-bapa gereja mula-mula sampai kepada kita dan berkata, “Markus yang menulisnya.” Hanya itu. Tetapi Markus menyembunyikan dirinya, dan meninggikan Tuhan Yesus.

Anda Injil Ketiga adalah Lukas. Anda dapat membacanya sesuka anda, anda tidak akan pernah menemukan Lukas di sana. Di sana tidak ada disebutkan tentang Lukas atau sebuah rujukan kepadanya. Dia menyembunyikan dirinya, meninggikan Tuhan Yesus.

Injil Yohanes: Yohanes tidak pernah menyebut namanya. Ketika dia merujuk dirinya di dalam kisah itu, karena dia adalah salah satu murid, dia tidak pernah menyebut namanya. Dia hanya berkata, “murid yang dikasii Yesus.” atau “murid yang bersandar di dadaNya,’ dalam perjamuan terakhir. Itu adalah Tuhan Yesus, bukan Yohanes—meninggikan Tuhan Yesus.

Hidup yang disalibkan adalah seperti itu: bukan kita; tetapi Dia. Itu adalah Dia dan bukan kita. Tuhan yang berada di dalam kit—semuanya adalah Tuhan Yesus.

Seorang pria pergi untuk mendengar dua orang pengkhotbah. Ketika dia mendengar yang pertama, seorang pria yang terkemuka di dunia, dia berkata, “Orator yang sangat hebat. Betapa merupakan seorang pembicara yang luar biasa. Pengkhotbah yang sangat cemerlang.” Ketika dia mendengar yang kedua, dia pergi dan berkata, “Betapa merupakan seorang Juruselamat yang mulia. Seorang Penebus yang sangat menakjubkan, Yesus yang luar biasa.”

Komitmen dari hidup kita; bukan diri kita dan semuanya adalah Engkau, Kristus Yesus, Tuhan Yesus. Bagi kita, kita menyembunyikan diri kita, kita meletakkan diri kita di belakang. Kita membenamkan wajah kita di tangan kita, kita menyembunyikan wajah kita seperti seraphim yang menutup wajah mereka terhadap takhta Allah. Apakah anda mengingat mereka? Dengan kedua sayap mereka, mereka melayang-layang. Dengan kedua sayap yang lain, mereka menutupi kaki mereka. Dan dengan kedua sayap lainnya, mereka menutup wajah mereka. Siapakah yang dapat berdiri dengan setara di hadapan Allah? Kita menyembunyikan wajah kita. Kita menutupi wajah kita.

Tuhan, Tuhan, agar mereka tidak melihat saya, agar mereka tidak melihat kami, karena jika mereka melakukannya, mereka akan tersandung, mereka akan membuat kesalahan. Melihat kami, mereka akan jatuh ke dalam kesalahan jika melihat kami. Tetapi melihat kepada Tuhan Yesus—tidak memberitakan tentang diri kami, tetapi Yesus Kristus dan diri kami adalah hambaNya—dan kami adalah hambaNya demi kamu. Jika di dalam namaNya kami dapat membasuh kaki, jika kami dapat melayani, jika di dalam namaNya kami dapat menolong, kami adalah hamba-hambamu karena Yesus. Tetapi bukan kami hanya Yesus. Lihatlah kepadaNya. Pandanglah Dia.

Saya tidak tahu bagaimana kita; saya tahu Dia baik. Saya tidak tahu bagaimana kita akan membiayainya, tetapi saya tahu Dia baik. Saya tidak tahu tetapi kita akan jatuh dan tersandung, tetapi saya tahu Dia baik. Saya tidak tahu dengan kesalahan apa kita tinggal dalam kehidupan kita setiap hari; tetapi saya tahu Dia baik.

Dan jika kita hanya dapat memandang kepada Yesus! Jangan melihat manusia, jangan melihat organisasi, jangan melihat gereja, jangan melihat ordinasi, jangan melihat pendeta. Lihatlah Dia, arahkan mata anda kepadaNya dan saya tahu anda akan baik. Dia adalah baik. Semuanya tentang Yesus—“Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”

Bolehkah kita berdoa?

Tuhan kami, di dalam seluruh roh dedikasi yang tertulis dengan besar di dalam lembaran ini oleh hambaMu Paulus, maukah Allah berada di sini dalam sebuah komitmen dari seluruh anggota jemaat ini, yang adalah tubuh Kristus. Semua aadalah Kristus; kami melakukan satu hal, hidup kami dikomitmenkan kepada satu hal; tidak meninggikan diri kami, tidak membanggakan dan menyia-nyiakan diri kami, tetapi meninggikan salib, menaikkan panji Yesus, menunjuk manusia kepada Anak Domba Allah.

Lihat! Lihatlah Anak Domba Allah, Tuhan Yesus! Pandanglah Dia. Lihat dan hidup. Dia ada di sana. Dia sedang mengetuk pintu hati anda, biarkan Dia masuk, biarkan Dia masuk! Pandang kepada Yesus; lihat dan hidup, saudaraku, menjadi hidup di dalam Yesus.

Oh Kristus, ketika kami berdiri di tempat suci ini, semoga salib ditinggikan yang di atasnya Anak Allah telah mati, sehingga orang yang keluar dari pintu ini, bukan karena kesadaran akan kami, tetapi kesadaran akan Tuhan yang telah mati, yang telah dibangkitkan sehingga kami dapat hidup bersaama dengan Dia—bahwa semua yang kami lakukan atau sampaikan dapat mengalir kepada kemuliaan Tuhan kami, sekaamin bertambah dan semakin bertambah, sehingga tidak ada kami dan akhirnya semuanya adalah Dia. 

Oh, semoga roh pengorbanan  diri, penghapusan diri, keegoisan pribadi aakan berkurang, dan biarlah semakin bertambah dan terus bertambah dari kuasa dan kehadiran dan kemulian Tuhan Yesus  menuju satu hal: Meninggikan salib Kristus di atas mimbar, di dalam hidup kita, di dalam semua hal yang kita lakukan, melihat kepada Dia dan menunjuk kepadaNya.

Tuhan, berkatilah seruan kami pada malam ini, seperti yang menjadi beban doa jemaat kami, bahwa seseorang akan diselamatkan. Semoga seseorang pada malam hari ini melihat dan menjadi hidup. Semoga seseorang pada malam ini memberikan haatinya kepada Yesus. Semoga seseorang pada hari ini menelusuri salah satu lorong bangku itu dan maju ke depan dan memegang tangan pendeta serta berkata, “Inilah saya dan saya datang. Saya telah merasakan kehadiranNya, saya telah merasakan panggilanNya dan saya datang untuk memberikan respon.”

Tuhan memberikan jaminan atas hal itu….

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.