PANGGILAN SANGKAKALA IMAN

(THE TRUMPET CALL OF THE FAITH)

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Korintus 14:8

 

08-01-56

 

Pada pagi hari tadi, kita telah meninggalkan bagian penutup ayat tiga belas dari surat satu Korintus, dan malam ini kita akan mengambil khotbah kita dari ayat empat belas. Dan kita akan membacanya hingga ayat delapan, dan yang menjadi teks kita adalah ayat delapan itu. Dan judul khotbah kita adalah Kepastian Dari Iman Kristen.

Lalu, ini adalah pembacaan di dalam surat 1 Korintus pasal empat belas, “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.

“Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.

“Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur.

“Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.

Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.

“Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran?

“Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi--bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda?

“Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang?”  

Lalu, pada hari Tuhan berikutnya saya akan lebih lanjut berbicara tentang  bahasa lidah. Dan itu adalah subyek dari seluruh pasal empat dari surat 1 Korintus.

Tetapi pada malam ini, saya ingin mengambil teks ini, “Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang?” 

Apa yang sedang dia bicarakan, seperti yang dapat anda lihat dengan mudah, yaitu ketika kita berkumpul bersama-sama di dalam jemaat apa yang kita sampaikan harus jelas dan positif dan berbeda, dan yakin sehingga setiap orang yang mendengarnya memiliki sebuah ide yang jelas dari apa yang disampaikan.

Saya tidak tahu mengapa orang-orang Korintus ini berada di dalam cara itu. Beberapa orang modern berada di dalam cara itu. Mereka seperti seorang yang bingung tanpa variasi, dan semakin anda dapat mengacau-balaukannya dan semakin anda dapat mengaburkannya, entah mengapa mereka semakin bahagia. Beberapa dari mereka melakukannya dengan apa yang disebut dengan berbahasa lidah. 

Beberapa dari mereka melakukannya secara filosofi, secara gerejawi, secara terpelajar, secara akademik. Tetapi ketika mereka mendapatkannya, anda pasti ingin tahu apa yang disampaikan oleh orang itu. Apa yang dia maksud? Dan apa tujuan dari pesannya?   

Lalu, Paulus berkata bahwa di dalam jemaat hal itu harus seperti sebuah nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang sehingga kita dapat dipanggil untuk berperang. Itu adalah sebuah hal yang baik di sana. Paulus  berkata sebuah nafiri bagi dia bukan hanya sebuah alat musik, bukan hanya untuk sukaria yang gaduh atau pesta mabuk-mabukan. Itu bukan hanya untuk kesenangan atau hiburan. Itu bukan hanya untuk tarian. 

Paulus berkata di sini bahwa nafiri adalah sebuah alat panggilan untuk berperang, pertarungan abadi antara siang dan malam, antara Kristus dan setan, Mikhael sedang berperang melawan naga dan para malaikatnya. Dan nafiri adalah sebuah panggilan untuk konflik itu.

Hal lain yang Paulus sampaikan di sini adalah penggunaan gambaran itu. Nafiri itu hanya memiliki satu panggilan dan satu ketaatan. Pada masa Paulus, pasukan yang besar diatur oleh nafiri.

Tidak ada orang yang memiliki suara yang cukup dan besar, yang cukup nyaring untuk didengar oleh seluruh barisan. Jadi pada masa Paulus sama seperti pada masa kuno itu, peintah diberikan oleh nafiri. 

Lalu peniup nafiri tidaklah untuk menemukan hal-hal tentang dirinya sendiri. Dia tidak menghibur dirinya sendiri dengan kegunaannya. Itu bukanlah untuk menarik perhatian bagi dirinya atau pemikirannya sendiri atau buatannya sendiri. Peniup  nafiri memiliki sebuah tugas dan itu adalah untuk mematuhi perintah pimpinannya. Dan ketika perintah datang dia harus menyampaikannya dengan sebuah tiupan nafiri. Perintah datang melalui dia. 

Itulah yang harus dilakukan oleh pengkhotbah. Dia bukanlah apa-apa selain hanya menyampaikan apa yang dikatakan oleh Allah. Hal-hal yang dia sampaikan bukanlah untuk menjadi hiburannya, bukan dari penemuannya, bukan dari pabrikasinya. Tetapi apa yang disampaikan oleh pelayan harus seperti peniup sangkakala di dalam pasukan. Dia harus menyiarkan ulang perintah dari pemimpinnya dan hanya itu. 

Kemudian saya menyampaikan hal yang lainnya. “Jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang?”  Pesan yang disampaikan harus jelas. Harus terpisah. Harus benar. Harus berada di dalam ketatan kepada perintah utama. Hal itu harus jelas dan dapat dipahami. 

Setan telah ditanya, apa yang paling dia rindukan di dalam sorga? Dan jawabannya adalah, “Aku paling merindukan bunyi nafiri di pagi hari.”

Robert Browning merupakan seorang penyair yang sangat berbakat dan berkarunia. Dia memiliki sebuah iman Krsiten yang luar biasa. Dan ketika Robert Browning meninggal dunia, mereka memiliki sebuah ibadah pemakaman yang khas untuknya. Dan sahabat dekatnya,  Sir Edward Burns Jones, seorang seniman yang luar biasa, menghadiri ibadah pemakaman itu. 

Dan hal itu terlalu kaku dan suram bagi Burn Jones, dan sesudahnya ketika dia menulis tentang hal itu, sang seniman menulis kalimat ini, “Saya akan memberikan sesuatu untuk sebuah panji atau dua dan saya akan memberikan lebih jika seorang penyanyi keluar dari triforum dan memecahkan angkasa dengan sebuah nafiri.”

“Bahwa,” dia berkata untuk ibadah pemakaman Robert Browning, “itu adalah kehidupan Robert Browning; itu adalah imannya. Itu adalah sebuah panggilan. Dia tidak pernah berpaling ke belakang, tetapi berbaris ke depan dengan gagah berani.”       

Tepat seperti itu, nafiri, jelas dan nyata. Lalu, di dalam generasi kita, tidak hanya di dalam generasi ini, di dalam beberapa generasi terakhir ini, ada yang telah merangkap ke dalam catatan teologi kita dan dari masa yang banyak dari seminari kita dan dari mimbar kita dan dari pengkhotbah kita, telah datang kepada kita sebuah keraguan yang luas dan tidak terbatas serta sukar untuk dilukiskan. 

Telah datang kepada kita roh ini, “Mungkin demikian, mungkin tidak. Hal itu mungkin seperti ini, tetapi mungkin seperti itu. Dan jika kita mengetahui semua hal-hal yang lainnya, mungkin kita tidak akan terlalu dogmatik dan positif dan sangat penuh dengan jaminan.”

Lalu, hal itu pertama kali datang dari latar belakang filsafat. Kembali ke beberapa tahun yang lampau, Emmanuel Kant, seorang intelektual yang luar biasa, dan seorang filsafaat yang hebat, Emmanuel Kant, berkata bahwa anda tidak pernah mengetahui segala sesuatu itu nyata. Tidak akan pernah.  Segala sesuatu yang anda lihat adalah penampakan. Tetapi apakah kenyataan sama seperti penampakan, kita tidak pernah mengetahuinya. Itulah yang dia ajarkan kepada para intelektual Jerman. 

Dan ketika Hegel datang, dia melakukan hal yang sama. Hegel berkata bahwa segala sesuatu yang anda lihat adalah penampakan. Dan segala sesuatu yang dapat anda ketahui hanyalah bagian luar. Tetapi bagian dalam, apakah mereka nyata seperti penampakannya atau tidak, tidak seorang pun yang tahu. Dan tidak seorang pun yang pernah tahu.

Jadi, itu merupakan sesuatu yang tidak pasti dan roh pertanyaan itu merangkak ke dalam seluruh teologi dan merangkak ke dalam seluruh sarjana dan merangkak ke dalam seluruh mimbar.

Konsekuensinya, ketika anda berbicara dengan begitu banyak manusia Allah pada hari ini dan bertanya kepada mereka pertanyaan-pertanyaan yang jelas, jawaban mereka sangat ragu-ragu dan tidak jelas dan dipenuhi dengan jawaban yang bertele-tele, dan mereka melemparkannya ke dalam bahasa filsafat dan memagarinya dengan segala jenis batas peluang dan kemungkinan.

Tetapi anda tidak sering mendengar bunyi nafiri. Tanyalah tentang inspirasi kitab suci. Apakah itu Firman Allah? Benarkah? 

Dan kemudian akan ada sebuah penjelasan yang panjang. Mungkin ini dan mungkin itu. Dan ingatlah ini dan pagar yang di sana dan kegagalan yang di sana dan keringanan yang ada di sana serta penjelasan yang di sana. 

Dan akhirnya, anda memungut apa yang tersisa dan anda tidak mengenalinya. Apakah itu diisnpirasikan? Apakah ini firman Allah? Tanyalah mereka. Tanyalah mereka. Apakan anda percaya kehidupan sesudah kematian? Apakah anda percaya tentang kebangkitan dari kematian? Apakah anda percaya sorga? Apakah anda percaya neraka?  

Dan kemudian, ada jawaban yang panjang, jawaban yang tidak berkesudahan, yang bersifat filsafat, dan teologi skolastik, dan akhirnya anda mendaapat ide bahwa neraka hanyalah sebuah pemikiran kuno. Sorga adalah sesuatu yang berlangsung singkat dan remang-remang. Dan apakah ada sebuah kebangkitan yang nyata dari kematian, kita tidak dapat menyusunnya di dalam pikiran kita. 

Tanyalah mereka. Tanyalah mereka. Bagaimana dengan kejahatan? Apakah anda percaya iblis? Apakah anda percaya tentang sebuah musuh pribadi yang berperang melawan Allah dan melawan orang-orang kudus Allah? Dan kemudian anda akan mendapatkan semburan kata-kata yang sama lagi.

Mereka berkata, “Kami tahu, ada sebuah racun yang menular, yang berhati dengki, yang menghamburkan pengaruh di dunia ini. Tetapi apakah di sana ada seorang iblis atau tidak, kami tidak tahu.”

Lalu, tanyalah mereka. Tanyalah mereka. Apakah anda percaya Yesus adalah Anak Allah, Kristus Yang Mahatinggi? Apakah anda percaya? “Baiklah…” dan di sana kita akan mulai lagi. Apakah Yesus Anak Allah. 

“Baiklah, saya adalah anak Allah, dan mereka adalah anak Allah dan kita semua adalah anak Allah, dan Yesus adalah seorang anak Allah.”

Ya, tetapi Dia adalah Anak Allah? Apakah benar demikian? 

Dan bagaimana tentang salib? Apakah kita diselamatkan oleh darah penebusan dari salib?

“Baiklah,” dan hal yang sama terjadi lagi. “Kami percaya akan pengaruh moral. Dia mati dalam sebuah kematian yang besar, dan Dia adalah seseorang yang terhormat dan kehidupan yang Dia hidupi dan kematian yang Dia alami menginspirasi kita untuk perbuatan-perbuatan yang hebat dan terhormat. Tetapi jika itu merupakan darah penebusan untuk jiwa, kami tidak tahu.”

Dan bagaimana tentang iman Kristen? Bagaimana tentang wahyu Allah di dalam Kristus Yesus? Bagaimana tentang hal itu? “Baiklah, di India sana, mereka berkata Hindu, dan di sebelah sana di Cina, mereka berkata Budha.

Dan di Jepang sana, mereka berkata Shinto. Dan di Afrika sana dan di Timur Tengah, mereka berkata Muhammad. Dan kita berkata Kristus dan Dia hanyalah salah satu dari banyak pemimpin agama dunia.”

Lalu, Fowler, anda adalah seorang pria yang jujur. Apakah saya membesar-besarkan hal ini. Apakah saya membesarkan hal-hal ini, atau apakah itu adalah kebenaran injil, dari apa yang telah saya sampaikan?

Dia tidak sepenuhnya setuju dengan saya, tetapi dia berkata ada banyak kebenaran dari apa yang saya sampaikan! Hanya satu hal tentang Dr. Fowler adalah, dia belum melintasi  sesuatu dari para sarjana yang berasal dari Union Seminary atau Yale Divinity School atau Chicago Divinity School.  Telah sangat lama semenjak anda telah berbicara kepada sebagian dari mereka.

Saudara, anda berbicara kepada mereka! Oh, anda akan menjadi sangat bingung. Anda akan menjadi sangat terhilang. Anda akan ragu terhadap segala sesuattu. Adakah suatu jaminan di sana? Adakah suatu dasar di sana? Adakah sesuatu di sana yang di atasnya seorang muda dapat sungguh-sungguh membangun hidupnya? Adakah?

“Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang?”  Lalu untuk beberapa anak-anak berada di sini, anda pergi dari sini dan pergi ke Universitas itu dan anda kembali, dan saya berbicara dengan anda dan saya mendengarkan anda.

Kemudian, anda telah diajar dan diajar bahwa Alkitab tua yang berada di sini hanyalah sekumpulan fiksi, yang penuh dengan legenda dan alegori. Entah mengapa, tidak ada seorang pun manusia yang intelektual atau ilmuwan di dunia ini yang akan percaya tentang sebuah catatan dari Kitab Kejadian tentang penciptaan. 

Itu hanyalah beberapa ide yang gila dari gereja yang hidup di belakang sana sebelum ada ilmu pengetahuan, sebelum ada kebenaran, sebelum ada pengetahuan. Dan bagi seseorang yang menerima Alkitab sebagaimana Alkitab menyampaikannya, dia akan dilihat sebagai orang yang tidak berpengetahuan. Dia tidak terpelajar dan tidak berpendidikan.

Dan sering waktu terus berlalu, tidak lama hingga anak-anak ini tumbuh besar di sekitar kita dan ketika mereka membaca Alkitab, mereka akan membacanya sama seperti mereka membaca Shakespeare atau Milton atau Dante atau Homer sejauh hal itu dapat menjadi sebuah dasar kebenaran dan iman yang di atasnya mereka dapat mendasarkan kehidupan mereka.

Sekarang ini akan mengambil sebuah perbedaan yang kecil untuk waktu yang kurang ini. Dalam ibadah pukul 8:30 pada Minggu pagi, yang terbaik dari Allah dalam menolong saya, saya akan berusaha menyampaikannya dengan jelas dan penuh sejauh yang saya tahu. Saya berusaha untuk membunyikan nafiri di dalam Wahyu Allah yang hebat dan kebenaran Kitab Suci dan Firman Allah.

Lalu, pada malam ini, dalam waktu yang singkat, saya ingin mengambil dua hal, hanya dua hal: yang pertama tentang Alkitab. Kita seringkali memiliki opini dan kesan bahwa orang-orang dari ilmuwan ini menertawai catatan Kejadian tentang penciptaan, semua hal-hal ini yang tertulis dalam Firman Allah, hal-hal ini yang ditulis oleh orang-orang yang tidak memiliki kebenaran Allah yang tertulis dengan besar di dalam alam semestaNya.

Hal itu terjadi karena kita tidak diberitahukan kebenaran yang seluruhnya. Kita hanya disampaikan tentang kebenaran sebagaimana orang kafir melihatnya. Kita hanya diberitahukan fakta-fakta sebagaimana orang yang tidak percaya melihatnya. Anda dengarkanlah orang-orang ini. Mereka adalah ilmuwan terkemuka yang pernah hidup. Dengarkanlah apa yang disampaikan oleh orang-orang ini. 

Sir John Herschel, astronomer Inggris yang terkemuka, dengarkan apa yang disampaikan orang ini, “Seluruh penemuan manusia sepertinya telah dibuat untuk tujuan yang lebih menegaskan dan lebih memperkuat kebenaran yang dikandung di dalam Kitab Suci.”  

Dengarkanlah orang-orang ini. Professor James D. Dana, seorang naturalis yang terkemuka, yang ditunjuk sebagai geologis dan minerologis Amerika Serikat, seorang ilmuwan yang terlatih dengan sebuah kemampuan yang luar biasa untuk penelitian. Dengarkanlah orang ini. 

“Jaminan Kitab Allah yang lama tetap berdiri, dan dunia yang tua ini, semakin banyak daunnya yang diputar dan ditimbang, hal itu semakin menopang dan mengilustrasikan Firman yang kudus.” 

Dengarkanlah orang-orang ini. Sir Charles Lyle, professor dari King’s College, seorang geologis Inggris yang terkemuka dan memiliki kedudukan yang tinggi. Dengarkanlah dia. “Pada tahun 1806, Institut Prancis menghasilkan lebih dari 80 teori geologi, yang memusuhi Alkitab, tetapi tidak satu pun dari teori itu yang dipegang pada hari ini.”

Delapan puluh dari mereka pada waktu yang lampau, semuanya mengetuk Firman Allah. Tidak satu pun dari mereka yang dipegang pada hari ini.

Francis Bacon, pada masa lampau, yang sekontemporer dengan Shakespeare, berkata, “Tidak pernah ditemukan di dalam suatu zaman dari dunia termasuk agama dan hukum yang sangat ditinggikan dengan sangat baik oleh orang umum seperti Alkitab.”

Dan saya telah menyalin ini dari John Selden.   Dia adalah seorang juri yang sangat luar biasa, seorang pengacara yang memiliki status yang tinggi. John Selden-lah yang diundang oleh  Oliver Cromwell untuk menemukan jawaban pada masa Persemakmuran. Dan ketika dia tidak dapat menemukannya, dia dipenjarakan. Mereka bertanya kepada John Milton, penyair yang luar biasa, tetapi terlebih dahulu mereka bertanya kepada John Selden. 

Dengarkanlah kepada orang yang hebat ini, seorang raksasa intelektual, dengarkanlah dia, “Aku telah mensurvey kebanyakan pelajaran dari anak-anak manusia, akan tetapi pada saat ini, saya dapat menyebutkan ketiadaan di dalam mereka yang dapat menenangkan jiwaku, akan tetapi salah satu yang menyelamatkan berasal dari Kitab Suci yang kudus yang timbul ke dalam pikiranku. Itu adalah hal ini,” dan dia mengutip Titus 2:11-14, “. Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.

“Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini

“Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus,

“Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.”   

Dia berkata, “Itu adalah satu-satunya tempat di seluruh literatur dimana saya menemukan sebuah kalimat yang di atasnya saya dapat mendasarkan jiwa saya dan hidup saya.”

Anak muda, jangan pernah anda lupa ketika anda berjalan di dalam kumpulan orang yang mengagungkan Kitab itu dan percaya di dalam inspirasi dari setiap suku kata dan setiap katanya, anda sedang berjalan di hadapan dan di dalam kumpulan dari beberapa orang-orang yang hebat dan intelektual yang terkemuka serta para ilmuwan di dalam dunia ini.

Hal itu benar pada masa lalu, itu benar pada hari ini, dan itu benar sampai selama-lamanya. Sebab Tuhan Allah yang sama yang menulis namaNya di alam semesta yang berada di sekitar kita juga menulis namaNya di dalam Kitab Kehidupan, di dalam Kitab yang saya pegang di tangan saya—bunyi sebuah nafiri, terang dan jelas, wahyu Allah dalam perkataan Alkitab. 

Lalu, saya memiliki salah satu lainnya yang ingin anda pikul bersama dengan saya sebagaimana anda mendengarkannya. Saya memiliki salah satu hal lainnya.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.