JALAN YANG LEBIH UTAMA

(THE MORE EXCELLENT WAY)

 

Dr. W. A. Criswell

 

04-12-55

 

1 Korintus 13:1-3

 

Di dalam seri khotbah kita, melalui Firman Allah, kita telah membahas khotbah yang terakhir, khotbah yang kelima dari surat 1 Korintus pasal dua belas. Hal itu telah disampaikan pada pagi hari. Dan malam ini, kita mulai dari ayat yang terakhir dari pasal dua belas, sampai ayat yang ketiga dari surat 1 Korintus pasal tiga belas.

Saya akan menceritakan kepada Anda, mengenai pasal 12 dan kita semua akan membacanya bersama-sama.  Saya akan membaca ayat terakhir dari pasal 12.  Kemudian, kita semua bersama-sama membaca pasal tiga belas.

Apakah anda sudah mendapatkannya? Berbagilah dengan sahabat yang ada  disamping anda, yang lupa membawa Alkitab.  Sekarang, ayat terakhir dari pasal 12, "Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi."

Inilah khotbah malam ini: "Jalan Yang Lebih Utama." Dan inilah dia.

Baiklah. Mari kita membacanya bersama-sama:

 

Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.

Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

  

Dan yang menjadi teks kita: Jalan yang lebih utama.

Sebelum mulai, ijinkan saya memberikan komentar atas terjemahan dari kalimat Yunani yaitu "Kasih," dalam KJV diterjemahkan "kemurahan hati"?  Dari mana anda bisa mendapatkan kalimat kemurahan hati seperti ini: Ketika Vulgata Latin dibuat oleh Jerome, Jerome menterjemahkannya dari bahasa Yunani.  Dan Latin Vulgata yang merupakan hasil terjemahannya, bahkan telah menjadi Kitab Suci di seluruh dunia Barat.  Ketika kekristenan memasuki dunia Barat, Vulgata Latin dibawa serta.  Bahkan menjadi kitab suci resmi dari Gereja Roma Katolik.

Lalu, ketika Jerome menerjemahkan kata Yunai untuk cinta, agape—ketika ia menterjemahkannya ke dalam bahasa Latin, kata yang biasa digunakan adalah  amor.  Tapi kata kasih dalam bahasa Latin,  yaitu amor sangat  diindentifikasikan dengan Venus dan dengan semua pesta pora seksual bangsa Romawi jaman kuno yang memuja dewi-dewi.  Maka ketika Jerome hendak menterjemahkan kata kasih ke dalam bahasa Latin, ia mengesampingkan kata amor dan memilih caritas, yang juga berarti kasih dalam bahasa Latin tapi bukan jenis kasih.  Caritas adalah kata yang untuk sesuatu yang berharga dalam bahasa Latin, untuk disayangi, kesucian, menyucikan, kasih yang luhur.

Jadi, ketika KJV diterjemahkan dari bahasa Yunani dan terjemahan lainnya, dikatakan bahwa terjemahan itu merupakan terjemahan dengan revisi dan perbandingan yang akurat—ketika mereka menterjemahkan kata kasih ke dalam bahasa Inggris, kata 'charity' yang dibangun dari kata Latin 'caritas' memiliki perasaan yang sama dengan bahasa Inggris.  Charity, pada 1611 adalah suatu kata untuk kasih, cinta Tuhan dan mengasihi satu dengan yang lain.  Maka, ia mengambil kata itu dan memakainya dlam bahasa Inggris.  Tapi ketika tahun berganti -  sekitar 300 tahun berlalu, entah mengapa kata kasih—charity—telah diidentifikasikan dengan pelayanan kita kepada mereka yang membutuhkan kita, hingga akhirnya kata itu memiliki makna pemberian kasih dan  dan pelayanan itu sendiri.

Tetapi, itu adalah sebuah kata yang indah.  Dan bila anda mengingat latar-belakangnya, anda masih dapat membacanya charity—kasih, sebuah kasih yang luhur, dan anda akan mendapat gagasan cemerlang seperti yang ditulis oleh Paulus.

Sekarang, mari kita memulai khotbah ini. Orang-orang Korintus ini adalah orang-orang yang ingin diperhatikan.  Seluruh gereja di dunia yang telah saya kunjungi, saya paling menyukai jemaat di Korintus. Mereka memiliki karunia melampaui orang lain yang pernah mengumpulkan komunitas mereka sendiri dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus.  Paulus memulai suratnya kepada mereka dengan berkata:

 

Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu.

Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu.

 

Apapun karunia yang diberikan kepada orang-orang Kristen untuk dilakukan, orang-orang di Korintus memiliki karunia itu melebihi siapa saja di bumi ini.  Ada karunia berbahasa lidah, mereka dapat memuji Allah dengan suatu perasaan sangat gembira dimana gereja-gereja lain pernah lakukan.  Ada karunia penyembuhan, ada karunia penafsiran, ada karunia kenabian – di mana setiap orang kristen disana diberi karunia, orang-orang di Korintus diberikan sebuah porsi ganda.

Paulus katakan: "Aku bersyukur kepada Allah bahwa hal itu benar. Tetapi, mereka mempunyai beberapa kelemahan kolosal di dalam gereja.  Salah satu dari kelemahan mereka—dan saya tidak mempunyai waktu untuk menjelaskannya pada malam ini—salah satu dari kelemahan mereka adalah sifat pemecah belah. Satu grup di sebelah sini dan satu grup lagi di sebelah sana.

           "Aku pengikut Kefas"

 "Tidak. Aku pengikut Apollos."

 " Aku pengikut Paulus."

 " Aku tidak mengikuti orang seperti itu.  Aku pengikut Kristus."

Dan mereka semua mengadakan pesta di dalam gereja mereka.

Kemudian, jemaat di Korintus mempunyai kelemahan lain, yaitu: Mereka begitu berambisi dengan karunia-karunia Kristen, karunia Roh Kudus.  Untuk orang-orang Korintus, jemaatnya—jemaat Kristus di Korintus—tidak memiliki apa-apa lagi selain hanya ingin menarik perhatian. Ada karunia berbahasa lidah, mereka sangat berambisi untuk berbahasa lidah melebihi semua orang yang berbahasa lidah.  Ada karunia kesembuhan, mereka berambisi untuk menyembuhkan orang dengan cara yang paling ajaib dari Allah melebihi semua orang Kristen lakukan. Jika ada karunia nubuatan? Kemudian mereka akan berambisi untuk memiliki karunia tersebut dan bernubuat melebihi yang orang lain pernah lakukan.  Mereka sangat berambisi untuk karunia-karunia Roh Kudus ini.

Lalu, Paulus katakan, bahwa itu baik.  Luar Biasa. Bagi kamu yang  ingin memiliki karunia dari Allah dan memanfaatkannya, mempertunjukkannya, melatihnya, menyingkapkannya, hal itu sangat bagus sekali. "Berusahalah sungguh-sungguh," ia katakan, "untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi."  Jika sungguh-sungguh, kamu akan mendapatkannya dalam jiwamu untuk melampaui segala sesuatu dalam Kristus, untuk menjadi besar dalam kerajaanNya, ini adalah bentuk karunia superlatif dari semua karunia Allah: karunia Roh Kudus akan kasih dan kemurahan dalam hatimu, mengidentifikasikan diri Anda dengan kepentingan Allah dalam diri orang lain.  Itulah hal tertinggi dan superlatif dari semua rahmat Allah yang diberikan kepada kita.

Kemudian dia memulai pasal yang luar biasa ini:

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Lalu, ia membandingkannya yang pertama-tama dengan karunia emosional.  Karunia-karunia emosional:  memuji-muji Tuhan dengan sangat gembira, ucapan-ucapan yang tidak jelas.

Betapa suatu karunia yang sangat indah:  untuk seseorang yang membuka jiwanya kepada Allah, kemuliaan Tuhan turun atasnya dan dalam kata-kata mengeluarkan bahasa yang berisi, ia menuangkan pujian bagi kemuliaan Allah yang menyelamatkannya.  Sekarang, saya dapat memahaminya.  Saya merasakan banyak hal, dan telah melihat banyak hal dalam pelayanan pribadi saya, dalam pekerjaan saya di antara sahabat-sahabat saya. Dan saya kadang-kadang merasakan sesuatu yang mengalir melalui pujian ke dalam jiwa dan hati saya sendiri.

Anda dapat membayangkan—anda dapat membayangkan betapa agungnya wahyu Allah, ketika mereka datang untuk tinggal di dalam manusua biasa, bagaimana ia beradaptasi dengan manusia, seolah-olah anda sedang menempatkan suatu beban dalam sebuah perahu. Itu merupakan sesuatu yang superlatif. Itu adalah sesuatu yang bersifat ilahi. Dan kemuliaan yang mengalir dalam jiwa mereka tidak dapat dikandung oleh suatu bahasa.  Dengan mereka mengekspresikannya melalui bahasa lidah, dalam ucapan mulia yang tak terkatakan.

Hal seperti itu Anda rasakan dalam suatu pertemuan kebangaunan rohani  yang luar biasa.  Dimana Anda berada dalam suatu pertemuan yang mulia, sebuah kebangunan rohani, sebuah pertemuan dalam gaya masa lampau?  Di mana anda menjadi salah satunya, dimana setiap orang menyanyi. Bangun pagi, mereka menyanyi.  Pergi tidur mereka menyanyi.  Mereka menyanyi sambil mengerjakan pekerjaan mereka.  Mereka sedang bernyanyi,  saat mereka membajak di ladang-ladang.  Waktu mencuci piring mereka menyanyi.  Mereka hanya menyanyi dan menyanyi.  Setiap orang memuji Tuhan.  Setiap orang bahagia.  Setiap orang berada dalam Tuhan dan mereka telah berdoa agar orang lain juga diselamatkan.  Dan  disana ada sukacita dan  kegembiraan dan kemuliaan dimana-mana.

Pernahkan Anda berada dalam pertemuan kebangkitan seperti itu?  Dan hati anda begitu gembira dan jiwa anda meluap-luap dan anda tidak bisa berkata-kata.  Kalimat tidak dapat membahasakannya.  Itulah Roh Kudus.  Itu adalah Roh Kudus.

Saya membayangkan tentang sebuah kisah yang pernah saya dengar beberapa waktu yang lalu.  Ada seorang Negro yang sudah tua yang berada di dalam gereja dan ia berteriak.  Ia sangat bahagia dan penuh kemuliaan dari Allah, ketika ia hendak pergi ke gereja dan pendeta dalam perjalanan, ia tiba-tiba berteriak.

Lalu mereka mempunyai seorang pendeta yang baru di gereja.  Dan orang tua itu bersorak-sorai mengganggu pendeta baru tersebut.  Pendeta itu tidak bisa berkhotbah karena sorak-sorai terus berlangsung.

Maka mereka menetapkan suatu komite gereja untuk berbicara dengan orang tua negro tersebut yang bersorak-sorai di dalam gereja.  Komite gereja menemuinya di ladang dengan bajak dan tali pengendali di tangannya, sementara membajak ladang.  Ketika mereka mendekatinya, mereka mengenalnya, merekalah yang ditunjuk oleh gereja.  Dan mereka mengatakan,"Sekarang, sorak-sorai yang anda lakukan, pendeta yang baru tidak menyukainya.  Dan kami datang untuk mengatakan kepada anda, anda tidak lagi akan berteriak di gereja.  Sekarang diamlah. Tenanglah."  Itu yang mereka katakan kepada orang tua itu.

Maka, seorang tua Negro berkata, "Saudara seiman, hal itu benar.  Benar sekali.  Benar.  Saya tidak akan melakukannya.  Saya akan tenang.  Saya tahu saya harus melakukannya."  Tapi ia katakan, "Anda tahu, Anda tahu, kadang-kadang aku berpikir, di dalam gereja dan pendeta berkhotbah dan mulai berkhotbah tentang kasih Allah dan bagaimana rahmat Allah bagi orang miskin, tua, terhilang dan bagaimana Allah menyelamatkan saya dan ketika saya berpikir bagaimana berada dalam kemuliaan kelak, tolong jelaskan saudara."  Ia katakan, "peganglah kerangka ini sementara saya berteriak."  Hal ini menyangkut Roh Kudus dan tidak perlu mendapat protes.

Paulus tidak akan memprotes hal itu.  Pada pasal berikutnya, pasal empat belas ayat delapan belas, ia katakan, "Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua."  Paulus telah merasakan kemuliaan Roh Kudus dalam jiwa dan kehidupannya:  "Aku mengucap syukur kepada Allah, aku berbahasa lidah lebih dari pada semuanya."

Tetapi, Paulus ingin mengatakan tentang pancaran emosional yang luar biasa.  Jika mereka melelahkan diri mereka sendiri dalam ekspresi, jika kemuliaannya hanya dalam perasaan dan jika agama tidak berarti apa-apa tetapi hanya ungkapan ekspresi dari bahasa yang tak terungkapkan - jika ekspresi itu mati dengan sendirinya, "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat," dan seterusnya.. tidaklah berarti," kata Paulus.  Tapi seperti gong yang berkumandang dalam kuil pemujaan Venus dan Adonis untuk dirinya sendiri. Kasih harus berdampak.  Kasih harus sibuk melayani Tuhan.  Kasih harus memiliki tindakan.  Harus bergerak.  Kasih harus melayani jika itu menjadi milik kepunyaan dan kemuliaan Kristus.  Emosionalnya menjadi lebih indah.  Tetapi jika melelahkan diri sendiri, hal itu tidak ada gunanya.  Itu seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Suatu ketika, saya mendengar seorang pendeta menerangkan mengenai kebaktian kebangunan rohani yang membawanya keluar negeri.  Itu adalah dua minggu kebangunan rohani dan ia berada diantaranya.  Dan tiba-tiba pada pertengahan ibadah, oh, sesuatu terbakar dan menyala dan api penginjilan mulai menyala.  Dan orang-orang mulai memperoleh keyakinan dan mereka bersorak-sorai dan sangat bahagia.

Suatu malam, pada pertengahan ibadah kebangunan rohani, ketika ia bersiap-siap untuk berkhotbah lagi malam itu, di jalanan ia mendengar nyanyian dan sorak-sorai dan ia berhenti dan mulai mendengar.  Ia tidak pernah mendengar nyanyian dan sorak sorai seperti itu. 

Ia berhenti cukup lama  untuk melihat dan di jalanan datanglah kereta kuda yang penuh dengan orang-orang. Dan semua orang dalam kereta itu menyanyi dan bersorak memuji Allah.  Dan ia melihat sekeliling kepada saudara-saudara seiman itu dan berkata, "Siapakah itu? Siapakah itu?

Mereka bilang kepada pendeta, "Tidakkah Anda mengenalnya?"

"Tidak," kata penginjil itu, "Saya tidak siapakah itu.  Saya tidak pernah mendengar hal semacam ini dalam hidup saya.  Dan siapakah itu?

            “"Oh," kata saudara seiman itu, "Mereka adalah Hammonds."  "Saya tidak mengerti apa itu Hammonds.  Siapa Hammonds?"

“Kenapa,” kata para saudara seiman, “Semua orang mengenal Hammonds.”

Ia berkata, "Setiap tahun, ketika kami mengadakan kebaktian kebangunan rohani, pada pertengahan ibadah ketika setiap orang percaya, setiap orang mulai bersorak, memuji Allah dan orang-orang diselamatkan." Dia berkata lagi, "Setiap tahun, pada pertengahan ibadah, mereka akan datang ke kereta dan mereka akan datang pada kereta yang sama dan mereka akan bersorak memuji Allah, seperti yang Anda lihat malam ini."  Ia katakan, "mereka akan ada disana setiap malam dan mereka akan bersorak dan menyanyi memuji Allah, kemudian setelah ibadah selesai, Anda tidak akan pernah melihat atau mendengar Hammonds lagi sampai tahun depan pada pertengahan ibadah.  Dan itulah yang mereka lakukan, datang di jalanan menyanyi dan bersorak memuji Allah.”

Saya tidak punya alasan untuk melawan Hammonds.  Kita membutuhkan mereka.  Jika seseorang mendapatkan sebuah api yang menyala-nyala, tapi hal itu dapat harus diperoleh lebih lagi dari pada hal itu.  Inilah yang Paulus katakan:

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

 

Kemudian ia berpaling kepada karunia intelektual, karunia intelektual—dari karunia emosional ke karunia intelektual: "Walaupun aku memiliki karunia bernubuat dan memahami semua keajaiban dan semua ilmu tapi tidak mempunyai kasih, aku tidaklah berarti." Kebesaran kekristenan tidak mengecualikan pikiran seseorang. Kekristenan diharapkan merupakan perubahan filosofi intelektual dan profesor teori bumi dimana setiap orang akan membahas mengenai sejarah ras manusian.  Sama halnya dengan jiwa orang awam yang memiliki dampak luar biasa dengan membuka wahyu kasih Allah untuk manusia, demikian juga dampak intelektual yang luar biasa pada pemikiran bangsa Yunani dan Romawi dan Eropa Barat ketika pengetahuan akan Injil Yesus Kristus diperkenalkan kepada keluarga mereka. Dan Paulus pertama kali mengatakan bahwa tentu saja kita harus menyelidiki filosofi, kedalaman, kegelapan, dan misteri jangkauan dan aplikasi injil Anak Allah.

Spinosa telah mencobanya. Plato telah mencobanya. Banyak dari mereka yang  sangat luar biasa, keberuntungan—mereka mencoba untuk membuat hal-hal yang lain lebih dari biasanya—mereka mencoba untuk mengubah pandangan dunia untuk keluar dari kekacauan dan membuat sistem pengetahuan yang dapat dimengerti dalam kehidupan.

Paulus melakukannya.  Ia melakukannya dengan semangat dan kapasitas intelektual yang telah merubah teologia dan filsafat.  Berbicara dengan Kristus yang membuat seluruh hati dan berpusat pada apresiasi intelektual dunia ini - ia katakan bahwa Kristus,

… di dalam Dia kita memiliki penebusan kita...

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia....

—dan, seterusnya, sebagaimana Paulus terus melanjutkannya.

Ia menjadikan Kristus pusat pandangannya, tentang filosofi intelektual luar biasanya dimana ia membaca kecerdasan dalam semua manifestasinya dan penjelmaan hidup.  Tapi Paulus berkata:

Sekalipun aku mengetahui segala rahasia dan memiliki semua pengetahuan, dibandingkan dengan Injil Yesus, kepandaianku tidak ada apa-apanya. Kecuali yang pertama-tama, aku telah mengasihi Allah dan jiwa-jiwa manusia dengan segenap jiwa ragaku.

Sangat mungkin bagi seseorang untuk menjadi seorang profesor dan mengajar Injil Yesus Kristus dan tidak peduli tentang Allah atau murid-muridnya.  Sangat mudah seseorang untuk melakukan pendekatan intelektual dan dan menjadi bijaksana dalam menggunakan pengetahuannya untuk memprotes orang lain dan membangun kekuasaan pribadinya. 

Pengetahuan –untuk diajarkan, untuk diaplikasikan—tidaklah  cukup.  Ada hal yang lain lagi, pengikut Tuhan yang sejati dan seorang murid Yesus hendaknya memilikinya di dalam hatinya.

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, Tidak ada artinya.

Sekalipun aku memiliki kemampuan untuk mengerti nubuatan dan memiliki seluruh pengertian, jika aku tidak mempunyai kasih, sama sekali aku tidak berguna.

Kemudian Paulus berpaling kepada karunia-karunia praktis: "Sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna."  Ada iman disana - "sekalipun aku memiliki iman yang sempurna" - iman yang ada itu bukanlah iman seorang kristen kepada Tuhan Yesus Kristus.  Yang Paulus jelaskan disini adalah iman gampangan dari seorang manusia, seseorang yang tahu cara ia melakukan dan mendapatkannya telah selesai.  

Saudara, ada suatu kesempatan atas manusia seperti itu, tak peduli dimana Anda menemuinya. Diluar dunia perbankan, mereka mencari orang yang dapat melakukan sesuatu.  Di luar dunia bisnis, asuransi, perdagangan - dimana saja - mereka mencari orang-orang untuk memindahkan gunung. Segala sesuatu ada dibawah tangan mereka - mereka memberi ketika mereka mau - seseorang dapat melakukannya.  iman:  Aku tahu bagaimana dan Aku dapat melakukannya, ia mengerjakannya.

Baiklah, Anda tidak dapat menolong tapi rindu berdoa untuk orang seperti itu di gereja.  Oh, sangat tidak efisien, kerja sia-sia,, sangat disesalkan dan begitu menekan. Nyanyian yang miskin—saya tidak sedang memperhatikan anda—Nyanyian yang miskin. Khotbah yang miskin. Khotbah yang tidak berarti.  Pengajaran yang terbelakang.  Maaf, tidak ada yang baik untuk para diaken.  Maaf, baik untuk tidak sesuatu yang tidak bermakna. Saya katakan, hal itu sangat tertekan. Sangat mengecewakan.  Disana selalu ada kesempatan untuk memindahkan gunung.  Ia dapat memperoleh hal-hal untuk dilakukan. Anda mencarinya dan bersyukur kepada Allah atas dia ketika ia datang.

Tetapi manusia yang efisien dapat terhilang dalam efisiensinya.  Semua ia pikirkan, bisa dilaksanakan-hanya bagaimana melakukan yang terbaik-hal-hal terbaik apa yang perlu dilakukan, hal-hal genius apa yang tersembunyi dibelakangnya dan sama sekali tidak memiliki kasih yang nyata di dalamnya.  Lebih jauh lagi ia mengenal kerajaan Allah dan hati manusia tapi tidak pernah menjadi warga negara kerajaan tersebut.  "Sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna."

Kemudian ia kembali pada karunia praktis. "Sekalipun aku" - selanjutnya ia berpaling kepada karunia kedermawanan:

 

Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Sangat mustahil bagi seseorang untuk menjadi murah hati, untuk menjadi dermawan, memberi banyak melalui ambisi pribadi. Ia ingin menjangkau komunitas masyarakat.  Ia senang berdiri dan bersuara keras, "Aku memberi ini dan ini." Sangat mungkin bagi seseorang untuk memberi hanya untuk keegoisan semata, dimana ia ingin dikenal, diangkat-angkat, dihargai dan dibicarakan. Sangat mungkin bagi seseorang untuk memberikan apa yang ia miliki bagi orang miskin tapi tidak memiliki cinta kasih Allah atau mengasihi yang lemah dan miskin.

Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Tidak ada faedahnya bagiku.

Jalan yang lebih utama adalah karunia Ilahi bagi kita semua, Paulus katakan bagaimanapun hendaklah kita mencari Tuhan yang melimpahkan karunianya keatas kita - porsi ganda sukacita Roh Kudus:  identifikasikan diri kita dengan minat Allah dalam diri setiap orang dan memeteraikannya dalam dri kita - semua yang kita miliki, apapun itu untuk kemuliaan Tuhan, demi Yesus Kristus, sehingga orang lain dapat dibantu, sehingga mereka dapat mengenal Allah, sehingga mereka dapat memuliakanNya.  Itulah karunia terbesar di dunia, kata Paulus.

Di salah satu bagian selatan, disalah satu kota bagian selatan, pada saat penyakit kuning menyerang dan mewabah di musin panas, orang-orang miskin meninggal dan setiap sore gerobak mengangkat yang mati dan menguburkannya dalam kuburan yang sudah tersedia, tragis dan menggenaskan.  Ada seorang ibu miskin yang memiliki seorang anak kecil, pada musim panas yang mengerikan itu, penyakit kuning mewabah, dia dan anaknya berdiam dalam gubuk yang sempit.  Dan ibunya berkata, "Nak, ketika matahari terbenam, ibu akan berada di surga, tapi anakku sayang, Yesus akan datang dan mengasuhmu."

Dan ibu itu meninggal hari itu.  Dan gerobak mayat datang dan menempatkannya dalam gerobak.  Di belakang gerobak itu, anak yatim piatu itu mengikutinya.

Tiba di pekuburan, ibunya dikuburkan dan pedati itu pergi.   Anak kecil ini menangis tersedu-sedu dihadapan kuburan baru itu.   

Ia menangis terus sampai tertidur.  Dan keesokan pagi ketika matahari bersinar, ia terbangun dan tersadar dan mulai menangis lagi.  Seorang laki-laki sedang melewati tempat itu dan berhenti, berjalan kearahnya dan menyapa anak itu, "Sedang apa kamu disini, nak?"

Dan anak kecil itu menceritakan kejadiannya:  Itu adalah ibunya.  Ibunya dibawa oleh gerobak mayat dan menguburkannya disini.  Dan anak kecil itu berkata, "tapi ibuku berkata sebelum ia meninggal, "Nak, Yesus akan datang dan mengasuhmu."

Lelaki itu menelan ludah dan mengamati wajah anak kecil itu dan kemudian berkata, "Nak, Yesus mengirimku untuk mengasuhmu.  Dan mulai sekarang, kamu menjadi  anakku.” 

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

Karunia yang lebih utama dari Allah adalah bergerak di dalam hati, ketika seseorang terhilang, ketika seseorang membutuhkan pertolongan, ketika seseorang mengangkat wajahnya kepada Tuhan.  Dan kita menjawab dengan hidup kita dan dari yang terbaik dari kita.  Itu adalah jalan yang lebih utama.

Ketika kita menyanyikan pujian kita, jika ada seseorang dari anda yang ingin menyerahkan hati anda kepada Kristus pada malam hari ini. Datanglah dan berdiri di dekat saya. Seseorang dari anda, datanglah ke dalam jemaat ini. “Pendeta, inilah kami. Kami meletakkan hidup kami di dalam jemaat, dan kami sangat berbahagia untuk datang. Inilah keluarga kami semua.” Atau, hanya seseorang dari anda.

Ketika kita menyanyikan lagu undangan ini, dan selagi Pendeta berdiri di depan, maukah anda datang dan berdiri di sisi saya? “Pendeta, inilah saya. Dan saya di sini saya datang.”

 

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.