MEJA TUHAN

(THE TABLE OF THE LORD)

 

Dr. W. A. Criswell

 

12-9-76

 

1 Korintus 11:27-34

 

Sekali lagi, kami mengucapkan selamat datang bagi anda yang sedang beribadah bersama dengan kami melalui stasiun radio KRLD dan stasiun radio dari Institut Alkitab kita, KCBI. Malam ini, kita sedang melaksanakan peringatan Perjamuan Tuhan.

Seperti yang telah seringkali anda mendengar saya berkata bahwa saya lebih suka untuk melaksanakan Perjamuan Tuhan pada malam hari. Di dalam suatu bahasa di dunia, sebuah “perjamuan malam” adalah sebuah makan malam yang di makan pada saat malam, sebuah persekutuan untuk makan bersama pada malam hari. Dan untuk melaksanakan Perjamuan Tuhan pada saat malam akan lebih sesuai.

Maukah anda bergabung bersama dengan saya untuk membuka Firman Tuhan di 1 Korintus pasal 11. Dan kita akan membacanya dengan nyaring secara bersama-sama, di mulai dari ayat 23 hingga ayat 30. Khotbah pada malam hari ini berjudul: Meja Tuhan. Dan itu adalah sebuah eksposisi dari bagian ini, yaitu dalam 1 Korintus pasal 11, ayat 23 hingga 30.

Bagi anda yang mendengarkan ibadah ibadah ini melalui siaran radio, jika anda memiliki sebuah Alkitab, bacalah disana dengan keras, bersama dengan kumpulan orang banyak yang ada di dalam rumah. Allah. 1 Korintus 11 ayat 23 hingga 30.

Sekarang, mari kita bersama-sama dengan nyaring:

Sebab apa yang telah ku teruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"

Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"

Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.

Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.

Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.

Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.

Judul dari khotbah adalah: Meja Tuhan. Itulah yang pertama, sebuah meja pengujian:

Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.

Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. ... .

Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.

Sulit bagi saya untuk menyadari bahwa, di dalam jemaat Korintus itu, kekhikmatan meja Tuhan sangat berada di dalam pikiran Allah, sehingga  ketika orang-orang yang mengambil bagian di dalamnya dan tidak menghormatinya hingga beberapa dari mereka mati dan beberapa dari mereka menjadi lemah dan sakit. Kita memiliki sebuah kecenderungan untuk melewatkan atau meremehkan perintah Tuhan kita. Saya berharap saya memiliki waktu untuk untuk berkhotbah dari Firman Allah dan berbicara bagaimana Tuhan menekankan hal-hal yang telah Dia berikan kepada kita untuk kita laksanakan. Tipe-tipeNya dalam Perjanjian Lama. Karena Musa melanggar salah satu dari mereka, dia tidak diijinkan untuk masuk ke Tanah Perjanjian—hanya karena di dalam kemarahan, dia memukul salah satu tipe Tuhan kita

Di jemaat Korintus, karena mereka melaksanakan Perjamuan Tuhan dalam sebuah sikap yang tidak hormat dan cara yang tidak layak, beberapa adri antara mereka meninggal dan beberapa dari antara mereka lemah, beberapa dari antara mereka sakit. Itu adalah sebuah meja pengujian: “Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.”

Salah satu guru terbaik yang pernah saya miliki di salah satu gereja pedesaan saya tidak pernah mengambil Perjamuan Tuhan. saya menghubungi dia di rumahnya, dan saya berkata: “Anda adalah pengajar kelas Alkitab pria di jemaat kita yang kecil. Dan teladan anda menjadi sebuah batu sandungan  bagi para pria yang berada di kelas anda, karena anda tidak pernah mengambil Perjamuan Tuhan.”

Dan dia berkata kepada saya, “Saya tidak layak. Dan Kitab Allah berkata, jika kamu tidak layak, kamu tidak boleh mengambil bagian.”

Saya berpaling ke dalam bagian itu. Dan saya berkata, “Tetapi saudaraku yang terkasih, Allah tidak pernah berkata layak. Dia berkata dengan layak.”

“Layak” adalah sebuah kata sifat, dan hal itu diaplikasikan untuk menjadi “layak,” Tetapi, “dengan layak” adalah sebuah kata keterangan, dan hal itu diaplikasikan untuk “bagaimana saya melakukan sebuah hal.” Dan Allah berkata bahwa jika saya minum cawan dan makan roti dengan  tidak layak dan kebiasaan yang tidak hormat, saya makan roti saya mendatangkan hukuman bagi diri saya sendiri. Saya harus menghampiri meja Tuhan dengan hormat—sebuah cara penghormatan yang dalam. Saya harus datang, dengan melihat sikap saya di dalam mendekati meja kudus ini. Jika saya seorang pendosa, dan jika saya telah percaya kepada Yesus untuk mengampuni dosa-dosa saya, saya disambut. Jika saya bukanlah seorang pendosa, maaka hal itu tidak memiliki makna apapun bagi saya: “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.”

Tetapi ketika saya melihat diri saya sendiri dan mendapati diri saya sebagai seorang pendosa, maka meja itu bagi saya adalah: Sebuah meja pengujian. Tuhan tahu ketidaklayakan saya dan dosa-dosa saya. Jiwa saya telanjang di mata Dia  bersama dengan yang kita lakukan. Dia mengetahui segala sesuatu tentang saya.  Bukan tidak ada kelemahan di dalam diri saya, bukan tidak ada kesalahan pengembalian saya, bukan tidak ada sebuah dosa yang pernah saya lakukan, tetapi Dia memandang hal itu dan melihatnya.

Dan Tuhan, sebagai seorang pendosa dan butuh pengampunan, aku datang kepadaMu dan ke mejaMu dengan penuh hormat. Tuhan, dengan penuh kasih, dengan kesungguhan dan ketaatan, aku datang.

Itu adalah yang kedua, sebuah meja peringatan: “Inilah tubuh-K, makanlah perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku … Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku.”

Itu adalah sebuah pengajaran yang manis dan indah bahwa kita akan mengingat satu sama lain dalam Perjamuan Tuhan. Tetapi itu bukanlah tujuan di dalam pikiran Tuhan kita. Itu adalah sebuah persekutuan, sebuah koinōnia.  Kita berada di sini, di dalam rumah Allah, saling berbagi, tetapi ingatan kita bukanlah untuk satu sama lain. Peringatan kita adalah Tuhan kita.

Bukankah itu merupakan sebuah hal yang tidak biasa? Satu-satunya hal yang diminta Tuhan untuk kita ingat adalah kematianNya yang telah menebus kita. Bayangkanlah betapa banyaknya perkataan yang luar biasa yang telah Dia sampaikan: “Tidak pernah ada orang yang berbicara seperti orang itu.”

Saya telah mendengar seorang akademisi yang sangat cerdas, seorang professor dan guru yang luar biasa, saya telah mendengar dia berkata, “Perkataan yang paling dalam yang pernah disampaiakn oleh manusia adalah hal ini, ‘Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa yang percaya kepadaKu tidak akan binasa.”’

Tetapi betapapun luar biasanya perkataan-perkataan yang Dia sampaiakan, Dia tidak pernah berkata, “Oleh hal ini, ingatlah akan Aku.” Tidak pernah ada orang yang ditempa seperti Tuhan kita, Mujizat-mujizat Tuhan kita sangat luar biasa. Dia dapat berbicara dan orang mati menjadi bangkit. Dia dapat menyampaikan sebuah kata, dan angina rebut dapat menjadi tenang. Tetapi, Dia tidak pernah berkata, “Di dalam hal ini, ingatlah akan Aku.

Mujizat-mujizat yang mengherankan  yang terjadi bagi orang-orang yang melihatnya dan memberkati orang-orang yang disembuhkan oleh mujizat itu, bahkan kehidupan Tuhan kita yang tanpa dosa. Kemurnian hidupNya putih seperti salju, tetapi Dia tidak berkata, “Di dalam hal ini, ingatlah akan Aku.” Hanya itu yang Dia sampaikan: “Sejak Aku menderita bagimu di kayu salib, dan sejak Aku mati bagimu, mencurahkan darahKu, minumlah dan makanlah roti yang telah dipecahkan menjadi peringatan akan Aku.” Itu adalah sebuah meja peringatan.

Yang ketiga, itu adalah sebuah meja kesaksian: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan—engkau mendramatisasikan—kematian Tuhan sampai Ia datang.” Itu adalah sebuah kesaksian, yang terbuka di hadapan dunia, tentang penderitaan, tentang penebusan, tentang kematian Juruselamat kita. Dan tidak ada satupun yang dapat menyangkal, tidak peduli siapapun dia, kemanjuran dari kesaksian ini.  .

Saya ingat bahwa seringkali saya membawa tentang penganiayaan Kekaisaran Roma terhadap kekristenan mula-mula. Mereka menyebut orang Kristen sebagai kanibal. Mereka berkata, “Mereka memakan anak-anak dan mereka memakan satu sama lain.

Dan, sebagai bukti,” mereka berkata, “hadirilah salah satu ibadah orang Kristen. Dan kamu akan melihat mereka berkumpul bersama-sama, dan berkata, ‘Inilah darahKu, minumlah. Inilah tubuhKu, makanlah.’ Mereka adalah kanibal.”

Kutukan yang jahat dari oramg Roma, menganiaya orang Kristen, ditangkap atas hal ini sebagai salah satu unsure yang membawa kepada kematian—menjadi makanan singa, dibakar di tiang api.  Tetapi ketika saya melihat hal itu, pemikiran ini datang kepada saya: Meja Tuhan membuat sebuah kesan, bahkan bagi bangsa penyembah berhala.

Mereka salah mengerti tentang hal itu. Dan mereka menggunakannya sebagai sebuah arti yang sengit menentang orang Kristen mula-mula. Tetapi mereka memperhatikannya. Dan dunia memperhatikannya. Itu adalah sebuah kesaksian bagi Tuhan kita, roti dan cawan ini. Tubuh Tuhan kita yang dipecahkan dan darah yang ditumpahkan dari Juruselamat kita sangat indah dan sangat efektif yang didramatisasikan di Meja Tuhan.

Keempat dan yang teakhir: Itu adalah sebuah meja pengharapan dan kemenangan: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan—engkau mendramatisasikan—kematian Tuhan sampai Ia datang.”

Achri hou elthē—sebuah perkataan orang Kristen kepada seorang bagi yang lainnya. Kadang-kadang mereka saling memberi salam satu sama lain, mereka akan berkata, “Maranatha.  Maranatha: Tuhan datang.” Dan kemudian, kadang-kadang mereka berkata, “Achri hou elthē: Sampai Ia datang. Sampai Ia datang. Sampai Ia datang.”—mungkin menghadapi kematian, mengucapkan salam selamat tinggal bagi orang Kristen lainnya dengan berkata: “Achri hou elthē:  Sampai Ia datang. Sampai ia datang.”

Oh, ada sebuah catatan dari pengharapan dan kemenangan di dalam iman Kristen di mana pun ia berada. Setiap kali seorang pengkhotbah menyampaikan sebuah khotbah yang merefleksikan Kristus, di dalamnya selalu ada sebuah kejayaan, sebuah kata-kata kemenangan. Sekalipun kita hidup dalam sebuah dunia yang terlihat sangat putus asa dan gelap, di sana ada sebuah cahaya yang bersinar, di sana ada fajar yang datang, Yesus telah bangkit.

Di Tahiti, saya melihat sebuah hal yang sangat tidak biasa. Di sana, di atas sebuah semenanjung kecil yang sempit, di Papete, yang merupakan ibukota negara itu. Papete berarti “sebuah keranjang air”—di sebuah pelabuhan kecil di sana—di sisi pelabuhan itu, di sebuah semenanjung, terdapat dua monument: Yang pertama adalah untuk Kapten Cook dan dua lainnya adalah penjelajah yang menemukan Tahiti. Dan di sana ada sebuah monument ganjil yang pernah anda lihat: Itu adalah sebuah monument yang panjang, setinggi kepala anda. Dan saling bergantian di sana dan di sini, kemudian di sisi yang lainnya terdapat nama-nama enam orang misionaris yang datang ke Tahiti ketika tempat itu dihuni oleh para kanibal. Dan mereka telah memenangkan seluruh kepulauan itu kepada Tuhan.

Setiap orang di kepulauan itu adalah orang Kristen. Dan tentu saja setiap orang pergi ke gereja. Ketika anda pergi mengelilingi pulau itu, di mana saja, di tempat-tempat tertentu, anda akan menemukan gereja. Dan pada Hari Tuhan, orang-orang berkumpul di rumah Tuhan. Dan para misionaris itu yang telah menyerahkan hidup mereka untuk mempertobatkan Tahiti, diperingati dalam monumen itu: tiga di satu sisi dan tiga  berada di sisi lainnya.

Tetapi, monument yang berada ditengahlah yang membuat saya sangat terkesan. Di tengah monument itu, yang saya katakan. tingginya sama dengan kepala anda dan lebarnya sama dengan tangan saya yang direntangkan. Dan monumen itu dibuat dari bentuk batu yang berbeda. Dan di sana ada sebuah prasati, di bawah batu itu.

Dan inilah yang saya baca: “Sebagaimana batu-batu ini yang tersebar sejauh dan selebar pulau ini yang dikumpulkan di sini bersama-sama, demikian juga dengan gereja-gereja Tuhan kita Yesus Kristus, satu di dalam iman, satu di dalam pengharapan, pada suatu hari akan berkumpul bersama-sama ke dalam kerajaan.” 

Saya tidak pernah memikirkan hal yang seperti itu. Jumlah dari kepuluan Tahiti itu hanya beberapa ratus. Dan mereka mengambil batu-batu dari seluruh pulau itu yang mana orang-orangnya telah dimenangkan kepada Tuhan, yang di atasnya gereja-gereja didirikan. Dan mereka mengambil batu-batu itu, satu batu dari tiap pulau dan meletakkannya di sana bersama-sama. Dan kemudian: “Di pengharapan terhadap Kristus, sebagaimana batu-batu ini dikumpulkan di sini bersama-sama dari seluruh pulau. demikian juga dengan gereja-gereja Kristus, satu di dalam pengharapan, satu di dalam iman, pada suatu hari akan berkumpul bersama-sama ke dalam kerajaan Tuhan kita.”

Bukankah itu yang saya sampaikan? Selalu bahwa di dalam iman Kristen, di sana terdapat sebuah suara yang tidak terhindarkan dari sebuah catatan kemenagan dan kejayaan: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” Sampai Ia datang, hingga hari besar dari kerajaan itu, hingga ia dinyatakan di dunia ini, seorang raja yang terlihat nyata, di atas sebuah takhta yang nyata dan kita adalah pelayan-pelayan dan murid-murid dari Tuhan kita.

Betapa merupakan sebuah pengharapan. Betapa merupakan sebuah kemuliaan. Betapa merupakan sebuah berkat. Betapa merupakan sebuah masa depan. Betapa merupakan sebuah kejayaan: Meja pengharapan dan kemenangan.

Jika anda sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, jika Roh Kudus telah menyentuh hati anda, kami berdoa supaya malam ini menjadi malam bahwa anda akan membuka hati anda terhadap kehendak sorga dan kehendak Allah dan kehendak Kristus dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat anda.

“Tuhan, aku adalah seorang pendosa yang terhilang dan pada suatu hari aku akan mati. Aku tidak ingin mati tanpa diselamatkan, Tuhan, aku ingin selamat. Malam ini, Aku mengaku seluruh dosaku kepadaMu. Aku minta kepada Tuhan untuk mengampuni aku dan Tuhan, datanglah ke dalam hatiku.”

Di mana pun anda berada, maukah anda pada malam hari ini, untuk menundukkan kepala anda dan berkata, “Tuhan Yesus, terimalah aku. Tuliskanlah namaku di dalam Kitab Kehidupan kekal.”

Dan dalam kumpulan orang banyak yang berada di dalam ruangan sorgawi ini, bagi anda yang berada di atas balkon: sebuah keluarga, sebuah pasangan, atau hanya anda, juga bagi anda yang berada di lantai bawah, beranjaklah dari bangku itu dan telusurilah salah satu lorong ini dan majulah ke depan: “Pendeta, saya telah memutuskannya kepada Yesus dan saya datang pada malam hari ini.”

Saya akan berdiri di sini, di sisi meja Tuhan ini. Datanglah, dan Allah memberkati anda, dan para malaikat hadir bersama dengan anda di jalan anda ketika anda datang, saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.