SAMPAI IA DATANG

(TILL HE COMES)

 

Dr. W. A. Criswell

 

05-05-85

 

1 Korintus 11:26

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio dan yang menyaksikannya melalui siaran  televise. Kita berkumpul bersama-sama di sini,  di dalam Roh dan di dalam Tuhan di Gereja Frist Baptist Dallas. Dan ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Sampai Ia Datang

Dan ini adalah sebuah khotbah sehubungan dengan peringatan Perjamuan Tuhan ini. Kita mulai dari Matius pasal dua puluh enam ayat 17:

Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?"

Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku."

Ruang Atas itu berada di Bukit Sion. 

Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.

Dan Paskah melakukan tiga hal. Hal itu berpaling ke dalam ingatan masa lalu. Dan hal itu dibicarakan dengan hidup dan dinamis pada masa sekarang. Dan hal itu menunjuk dalam antisipasi, terhadap masa depan.

Paskah adalah sebuah peringatan. Di dalam Keluaran 12:14:

Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi Tuhan turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya.

Selama di sana ada sebuah komunitas Yahudi, peringatan yang suci untuk dijaga dengan luhur adalah perayaan Paskah ini: Sebuah peringatan, memandang kembali kepada pelepasan umat Allah dari perbudakan mereka dan perhambaan mereka di dalam negeri kegelapan Mesir dan kisah yang indah dan pelepasan Allah ketika malaikat maut lewat. Dan orang-orang yang berada di bawah darah diselamatkan. Tidak ada penderitaan. Tidak ada tragedi. Tidak ada rasa sakit yang tidak dapat dilukiskan. Tidak ada tangisan. Tidak ada air mata yang amsuk ke dalam rumah itu. Mereka diselamatkan dan aman di dalam darah anak domba. Dan pada malam itu, Allah dengan hebat, secara luar biasa melepaskan mereka dan menetapkan wajah mereka dan kaki mereka ke Tanah Perjanjian. Paskah merupakan sebuah peringatan tentang masa lalu.

Itu juga merupakan sebuah peringatan yang dinamis dan luar biasa berkaitan dengan kehadiran Allah pada masa sekarang. Di dalam pasal yang sama dari Keluaran ayat 26:

Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini?  maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi Tuhan yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir—dari anak-anak Israel di Mesir—ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita." Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah.

Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu—para ayah dan para ibu, ketika mereka bertanya kepadamu, “Apakah artinya ini?—maka kamu harus menyampaikan dan kamu harus mengajarkan kepada mereka makna yang dalam dan tujuan serta pembebasan Allah di dalam peringatan ini. 

Apakah anda pernah merasa ingin tahu mengapakah selama ribuan tahun ini, ada sebuah umat Yahudi dan sebuah komunitas Yahudi dan sebuah iman Yahudi dan sebuah agama Yahudi? Dianiaya dan diburu hingga ujung dunia, dibuang dari tanah kelahiran mereka, hidup sebagai orang asing di negara-negara asing, dikuburkan di antara bangsa-bangsa di dunia—Bagaimanakah mereka melanjutkan hidup dengan dengan penuh semangat sebagai sebuah masyarakat, sebagai sebuah bangsa, sebagai sebuah iman, sebagai sebuah agama? Bagaimana mereka melakukan hal itu? Bagaimana hal itu mungkin?

Jawabannya sangat jelas dan sangat sederhana. Anak-anak mereka diajarkan tentang iman kepada Allah di dalam rumah. Guru-guru mereka adalah ayah mereka dan ibu mereka.

Di dalam Kitab Ibrani pasal sebelas di situ disebutkan bahwa, ketika Musa berusia 40 tahun, “ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dan penghormatan dari takhta Mesir”—Dia menyangkal statusnya sebagai anak di dalam keluarga Firaun dan lebih memilih untuk menjadi seorang budak bersama dengan umat Allah. Bagaimanakah hal seperti itu dapat terjadi? 

Sekali lagi, saya katakan jawabannya sangat terbukti. Sangat paten. Sangat jelas. Ketika saudarinya yang masih kecil Miryam, berlari, menawarkan kepada putri Firaun, untuk menemukan seorang pengasuh untuk bayi yang dia selamatkan itu dari tepi Sungai Nil—Miryam kecil mencari dan membawa kepada putri Firaun ibu dari anak itu: seorang ibu Ibrani. Dan ketika anak itu tumbuh besar, di bawah asuhan ibunya sendiri, anak itu diajarkan iman tentang Allah: Yehova Jireh, Yehova Allah dari seluruh alam semesta, satu-satunya Allah. Dan dia tidak pernah lari atau tumbuh di luar dari pengajaran ibunya dan ayahnya. Itu adalah bagian dari jiwa dan serat serta keberadaan Musa sendiri.

Tidak ada pengajar agama kita, tidak ada pengajar iman, tidak ada periode pengajar, seperti orang tua kita: ayah kita dan ibu kita. Itu adalah alasan dengan seluruh kemampuan yang saya bisa, saya bersukacita dan akan hal baru yang telah muncul di negeri kita, di negara kita dan di dalam kota kita tentang kelas rumah—anak-anak kita yang di ajar di rumah. Dan saya tidak dapat melukiskan sukacita yang datang ke dalam hati saya ketika saya mempelajari bahwa orang-orang ini telah memilih Akademi First Baptist kita dengan sebuah pemberian yang berharga, sehingga itu dapat menjadi sebuah payung bagi para ayah dan ibu ini yang telah memilih untuk mengajar anak-anak mereka di rumah. Tidak ada pengajaran yang mungkin yang memiliki reaksi dan kuasa yang bersifat kekal seperti pengajaran ayah dan ibu di dalam rumah. “Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini?  maka haruslah kamu berkata “—dan kemudian mereka mengajar anak-anak iman dari Allah yang hidup.

Paskah ini bukan hanya sebuah peringatan masa lalu. Tetapi hal itu secara dinamis digabungkan dengan masa sekarang, mendidik anak-anak di dalam Tuhan. Itu juga memiliki sebuah janji yang mulia tentang masa depan. 

Dan di dalam pasal yang sama:

Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun—ketika mereka menjadi budak—tepat pada hari itu juga, keluarlah segala pasukan Tuhan dari tanah Mesir.

Malam itulah malam berjaga-jaga bagi Tuhan, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan Tuhan.

… Inilah ketetapan mengenai Paskah … .

Paskah itu harus dimakan dalam satu rumah juga; tidak boleh kaubawa sedikitpun dari daging itu keluar rumah.

—Semuanya harus dimakan di dalam rumah. 

Satu tulangpun tidak boleh kamu patahkan.

Itu adalah seekor anak domba, seekor anak domba Paskah. Dan darahnya ditampung dalam sebuah ember. Dan darah itu disapukan dengan sebuah hisop di dalam bentuk sebuah salib, di ambang atas dan pada kedua tiang pintu itu, di mana tangan dari salib itu akan menjangkau hingga ujung dunia.

Dan di dalam pengorbanan anak Domba Allah itu, seluruh penghuni rumah duduk disana di bawah janji pembebasan—di dalam hal itu kita memiliki tanda terbaik dan nubuatan dan janji tentang Dia yang akan menjadi Juruselamat dunia: Anak Domba Allah. Hal itu memandang ke depan. hal itu melihat ke depan. Selalu ada sebuah pandangan ke atas. Selalu ada sebuah kemenangan. Selalu ada sebuah janji sorgawi, sebuah kemuliaan hari yang baru di dalam iman kepada Tuhan: Selalu memandang ke atas, selalu melihat ke depan, dibalik hidup ini kepada sebuah hidup yang akan datang, melampaui penderitaan yang kita kenal dan air mata yang kita tumpahkan, kepada hari di mana Allah akan membuat semuanya baik. 

Dan seluruh iman dari Perjanjian Lama adalah hal itu. “Oleh keturunanmu—satu keturunan,” kata Allah kepada Abraham, ‘seluruh keluarga di bumi akan diberkati.” Dan janji itu dinyatakan lagi kepada Ishak. Dan janji itu dinyatakan lagi kepada Yakub—Israel. Dan janji itu dinyatakan lagi kepada Yehuda. Dan janji itu dinyatakan lagi kepada Daud: Dia akan memiliki seorang Putra, yang akan menjadi Juruselamat dunia. Dan hal itu dinyatakan lagi melalui mazmur. Dan hal itu dinyatakan lagu melalui para nabi. 

Dan setelah bertahun-tahun, akhirnya Dia datang. Saya tidak tahu berapa ribu tahun hal itu telah dinyatakan sejak zaman Hawa—bahwa perempuan akan menjadi ibu dari Juruselamat dunia—berapa ribu tahun—saya tidak tahu berapa lama. Tetapi Dia datang. Dia akhirnya datang. 

Paskah itu juga merupakan pola, di dalam kategori yang sama, seperti peringatan Perjamuan Tuhan:

Ketika mereka sedang makan Paskah ini, Yesus mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. 

Itu adalah sebuah peringatan: “Perbuatlah ini, menjadi peringatan akan Aku.” 

Betapa merupakan sebuah hal yang luar biasa: hanya untuk membayangkan apa yang Yesus sampaikan kepada kita, bahwa kita harus mengingat Dia. Saya akan berpikir tentang perkataanNya yang luar biasa, “Tidak seorangpun yang pernah berbicara seperti orang itu.” Tidak ada di dalam perkataan manusia atau bahasa atau literatu yang dapat dibandingkan dengan kata-kata yang mulia dari Anak Allah.

Tetapi, Dia tidak pernah berkata, “Ingatlah perkataanKu.” Saya akan berpikir, jika bukan kata-kataNya, maka pekerjaan-pekerjaanNya: perbuatan-perbuatanNya yang ajaib. Mereka yang melihat Dia berkata, bahwa hal seperti itu tidak pernah terlihat di Israel—tidak ada di dalam kehidupan Musa, tidak ada di dalam kehidupan para nabi, tidak di dalam kehidupan Elisa atau Elia, tidak di dalam sejarah manusia—sesuatu seperti perbuatan-perbuatan mujizat dari Tuhan kita Yesus. Dia tidak pernah menyebutkan hal itu. 

Apa yang telah Dia sampaikan adalah, “Ingatlah pengorbananKu, penderitaanKu, nyawaKu yang teah Kucurahkan untukmu. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Itu adalah sebuah peringatan yang harus dipelihara di dalam hati kita: sebuah pengorbanan dari Tuhan kita yang mulia, bahwa kita dapat diselamatkan di dalam peringatan.

Seperti seorang istri yang terkasih yang memberikan ke dalam tangan suaminya yang masih muda, seikal rambut atau fotonya ketika dia berbaris untuk pergi berperang, untuk diingat. Itu adalah sebuah peringatan bahwa kita mengingat pengorbananNya bagi kita. 

Dapatkah saya berhenti sejenak di sini untuk menambahkan sebuah sampingan? Hal itu selalu membuat saya terkesan bahwa keselamatan kita selalu obyektif. Hal itu berada di luar kita. Keselamatan kita tidak bersifat subyektif. Keselamatan kita bukan di dalam kita. Itu adalah obyektif. Keselamatan kita berada di luar kita.

Penebusan bagi dosa-dosa kita berada di atas kalvari, di Golgota, dibuat oleh Juruselamat kita, Kristus Yesus, di dalam sebuah peristiwa sejarah 2000 tahun yang lalu. Itu adalah sebuah keselamatan yang obyektif. Hal itu berada di luar kita.

Saya dapat melihat ke dalam diri saya dan saya kecewa. Saya lemah dan sederhana dan penuh dengan kegagalan dan kesalahan dan ketidaklayakan. Dan saya melihat ke dalam diri saya, yang senantiasa dan terus menerus kecewa. Apa yang mau saya lakukan, saya tidak melakukannya. Apa yang ingin saya lakukan, tidak dapat saya lakukan. dan ketika hal itu datang kepada regenerasi jiwa saya dan pengampunan dosa-dosa saya, saya tidak berdaya.  

Tetapi ketika saya melihat jauh dari diri saya, dan melihat Yesus—Tuhan, Tuhan, Tuhan, Tuhan, betapa Engkau sangat mulia dan agung dan luar biasa dan penuh kasih dan berharga dan dekat bagi kami. O Tuhan Yesus, betapa saya harus semakin berkurang dan semakin berkurang dan Engkau semakin bertambah, hingga tidak ada apapun di dalam aku dan segala sesuatu adalah Engkau.

Keselamatan kita adalah sebuah keselamatan obyektif. Itu bukanlah sebuah materi psikologi atau kejiwaan. Itu adalah sebuah materi dari anugerah dan kasih Allah di dalam Kristus Yesus. Tidak hanya sebuah peringatan, itu adalah sebuah memori yang indah dan peringatan dari apa yang telah Yesus lakukan untuk kita.   

Tetapi itu adalah sebuah kuasa di dalam hidup, pada masa yang sekarang. Yohnes menuliskannya seperti ini, dalam Injilnya di pasal 6:

Akulah roti hidup. 

Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. 

Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.

Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Ku berikan itu ialah daging-Ku, yang akan Ku berikan untuk hidup dunia. 

…Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.   

Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.

 

Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."

Makna dari hal itu sangat jelas bagi kita. Untuk diberi makan atas Tuhan kita, untuk hidup di dalam Tuhan kita, adalah untuk membuka hati kita dan hidup kita dan doa-doa kita dan visi kita dan pengharapan kita dan mimpi kita dan keputusan kita—untuk melakukan semuanya di dalam Tuhan. Setiap pilihan yang kita buat, dan setiap beban yang kita tanggung, dan setiap pencobaan yang kita hadapi, dan setiap penderitaan yang kita tinggal di dalam Tuhan—di dalam Tuhan, itulah maknanya diberi makan atas Tuhan kita: Untuk tinggal di dalam Dia, oleh Dia dan untuk Dia. Dan semua kehidupan diletakkan di hadapan takhtaNya yang mulia.

Tuhan, untuk hikmat dan untuk kesehatan dan untuk penghiburan dan untuk kekuatan—Allah, berkatilah pelayanMu, hari demi hari, momen demi momen, tinggal di dalam Yesus, diberi makan atas Dia, meminta berkatNya dan pernyataan di dalam setiap jalan. saya ingin mengilustrasikannya, jika saya bisa, makna dan realitas dari hal itu: Tinggal di dalam Tuhan, meletakkan semua hidup kita di dalam dihadapan Dia dan meminta Dia untuk menununtu kita di setiap jalan kita. 

Katakanlah, saya, meminta berkat Allah, saya meminta pernyataan di dalam cara saya, “Bach dan Handel dan Hayden, dan musisi yang hebat pada masa lampau, menuntun saya dan memberikan saya hikmat dan pertolongan dan kekuatan bagi jalan saya.” Jika saya melakukan hal itu, saya merasa saya seperti orang idiot.  

Katakanlah saya mengalamatkannya kepada para pahlawan pemimpin bangsa kita, dan berdiri di hadapan bendera dan berkata, “O Washington dan Lincoln, dan O pemikiran Hickory Andrew Jackson, berikan saya hikmat dan roh kemenangan dan tuntunan di dalam jalan saya.” Saya akan berpikir bahwa saya telah kehilangan kewarasan saya dan keseimbangan saya. 

Atau, katakanlah saya berpaling kepada orang-orang Kristen masa lalu, para pengkhotbah yang hebat: “O, leluhur Kristen, saya berdiri di sini di hadapan bendera Kristen. O Savonarola dan Luther, dan John Knox dan John Calvin dan Spurgeon yang hebat, berikan saya hikmat dan pertolongan dari atas.” Saya akan merasa tidak kurang lebih sama dengan idiot.   

Anda lihat. Anda tunggu sebentar. Saya menunduk di atas lutut saya: “Tuhan Yesus yang mulia, di dalam namaMu dan di dalam kasih dan anugerahMu, Tuhan, ingatlah saya....

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.