INJIL DALAM DUA TINDAKAN

(THE GOSPEL IN TWO ACTS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

6-7‑80

 

1 Korintus 11:23‑26

 

Kita selalu diberkati dengan luar biasa oleh orkestra dan paduan suara ini. Dan tidak hanya kumpulan orang banyak yang berada di ruangan Gereja First Baptist Dallas, tetapi juga ribuan orang dari anda yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui stasiun radio KCBI, stasiun stereo dari Pusat untuk Pembelajaran Alkitab kita—yang meliputi seluruh Metropolex—dan kemudian melalui KRLD, stasiun radio terbesar dari Barat daya, yang meliputi beberapa negara bagian.

Merupakan sebuah sukacita bagi kami untuk menyambut anda sebagai seorang sahabat penyembahan dalam ibadah gereja yang kami cintai ini. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Injil Didramatisasikan Dalam Dua Tindakan. Ini merupakan sebuah khotbah eksegesis yang sesungguhnya dan sebuah eksposisi dari salah satu perkataan di dalam catatan Rasul Paulus tentang Perjamuan Tuhan.

Ada empat catatan tentang Perjamuan Tuhan di dalam Perjanjian Baru. Di dalam Kitab Matius, di dalam Kitab Markus, di dalam Kitab Yohanes, dan di dalam surat 1 Korintus pasal 11, dimulai dari ayat 23. Dan kita akan mulai membaca ayat itu dengan nyaring secara bersama-sama: 1 Korintus pasal sebelas ayat 23 hingga 26.

Ada banyak orang yang di dalam pencarian ilmiah mereka akan berkata bahwa ini adalah catatan pertama tentang Perjamuan Tuhan. Sesungguhnya ada lima “injil” dalam Perjanjian Baru: Empat injil yang pertama—Matius, Markus, Lukas dan Yohanes—dan yang kelima, Rasul Paulus.

Paulus berkata bahwa dia menerima dengan pernyataan langsung, injil Kristus yang dia beritakan. Dia berkata dalam Galatia pasal pertama  bahwa dia tidak mempelajarinya dari manusia, bahkan dia tidak menanyakannya dengan darah dan daging, ketika dia mulai memberitakan pesan Kristus. Dia berkata bahwa dia menerimanya secara langsung dari Tuhan sendiri.

Dan itulah yang dia maksudkan ketika Dia berkata—seperti yang akan anda baca sekarang:

“Sebab aku telah menerimanya dari Tuhan”—secara langsung dari Tuhan sendiri, bukan melalui Simon Petrus, bukan melalui Yohanes, bukan melalui Yakobus, saudara Tuhan dan gembala Yerusalem, tetapi dari Tuhan sendiri dengan pernyataan langsung. Jadi, ketika kita membaca ini, kita sedang membaca “injil kelima,” sebuah catatan yang berbeda dan luar biasa dari pelayanan Tuhan kita.

Sekarang mari kita membacanya dengan nyaring secara bersama-sama—              1 Korintus 11:23-26:

Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Lalu kata yang akan kita bahas pada malam hari ini adalah salah satu kata yang diterjemahkan di sini dengan “kamu memberitakan.” Itu adalah sebuah terjemahan dari salah satu kata Yunani: kataggellō.  Dan, kataggellō memiliki arti melukiskannya di hadapan umum, menampilkannya di hadapan umum, menyatakannya di hadapan umum, mendramatisasikannya di hadapan umum.

Tuhan berkata bahwa “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu mendramatisasikan di hadapan umum, menggambarkan kematian Tuhan.”  Dan anda melakukannya di dalam sebuah keyakinan bahwa pada suatu hari, mungkin segera, Dia akan datang. Hal itu menimbulkan sebuah judul bagi khotbah ini: Injil Didramatisasikan Dalam Dua Tindakan. Dan itu berkaitan, tentu saja, kebenaran pesan Kristus sebagaimana diadakan di dalam dua ordinansi ini. Dan sebagai sebuah gayung yang menahan dan membentuk air, demikian juga kedua ordinansi dari baptisan dan Perjamuan Tuhan menahan dan membentuk kebenaran injil Kristus. 

Sekarang, mari kita mulai. Setiap diskusi tentang Perjamuan Tuhan, setiap diskusi tentang baptisan, setiap diskusi tentang ordinansi, selalu dimulai dalam sebuah diskusi tentang keselamatan? Bagaimanakan supaya menjadi selamat? Selalu, di dalam Alkitab, kita dipimpin kepada sebuah komitmen keselamatan kepada Kristus sebagai diskusi yang pertama dan kemudian baru menggambarkan ordinansi. Tidak ada pengecualian terhadap hal itu. Yang pertama selalu menjadi sebuah diskusi tentang keselamatan, kemudian akan menjadi sebuah gambaran tentang ordinansi.

Saya akan menunjukkan hal itu untuk sejenak. Di dalam Amanat Agung, ayat terakhir di dalam Injil Matius: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Allah Tritunggal. Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu—salah satunya Perjamuan Tuhan. Tetapi yang selalu menjadi pertama adalah diselamatkan, kemudian kita harus dibaptiskan dan kemudian mengambil Perjamuan Tuhan.

Kitab Kisah Rasul, Tindakan dari Roh Kudus, Tindakan Rasul-rasul di mulai dalam format yang sama itu. Pada hari Pentakosta. Petrus dipenuhi dengan Roh Kudus, memberitakan injil Kristus. Kemudian dia menutup dengan banyak perkataan, dan dia bersaksi dan mendorong: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.”

Baiklah. Setelah memberitakan injil dan setelah menjelaskan bagaimana diselamatkan, sekarang lihatlah ordinansi-ordinansi ini: “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”  Dan di dalam Perjanjian Baru, selalu ada kata yang merujuk kepada Perjamuan Tuhan: “memecahkan roti.” Selalu format itu: Yang pertama, ada sebuah kepentingan menggambarkan pesan injil keselamatan, kemudian diikuti oleh ordinansi.

Lalu, anda akan melihat hal itu diilustrasikan di dalam surat-surat Rasul Paulus. Di dalam Kitab Roma, yang mrerupakan sebuah surat doktrinal dari Perjanjian Baru, Paulus memulainya dalam Roma pasal satu:

Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.

 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.

Itulah dia cara memulai Kitab Roma, dengan pemberitaan bagaimana diselamatkan. Kemudian ketika saya berpaling ke dalam bagian selanjutnya, dia akan berbicara di dalam Roma tentang baptisan: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”

Yang pertama merupakan presentasi injil, kemudian presentasi dari ordinansi.

Kemudian dia akan mengikuti format yang sama dalam suratnya kepada jemaat Korintus.

Yang pertama dari semua, dia akan berbicara kuasa Allah untuk menyelamatkan di dalam Salib Tuhan kita:

Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan … .

Supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.

Itu adalah cara kita diselamatkan: Di dalam salib Yesus Kristus.

Lalu, setelah dia menyajikan pesan injil dan kita diselamatkan dengan mempercayai Tuhan kita, kemudian di Korintus, dia akan menyajikan ordinansi dari Perjamuan Tuhan, catatan yang baru saja kita baca.

Lalu, Perjanjian Baru, akan selalu mengikuti pola itu. Tidak akan pernah ada suatu penyimpangan dari hal itu. Selalu, yang pertama akan ada sebuah pernyataan injil tentang bagaimana kita diselamatkan. Kemudian setelah kata keselamatan datanglah pelaksanaan dari dua ordinansi: baptisan dan Perjamuan Tuhan—Injil Didramatisasikan dalam Dua Tindakan.

Merupakan sebuah hal yang sangat indah untuk menyadari—ketika kita berkumpul dalam sebuah ibadah seperti ini, merupakan sebuah hal yang sangat indah untuk menyadari bahwa apa yang telah menyelamatkan kita. Bukan ordinansi yang menyelamatkan kita, bukan sesuatu yang berasal dari kesempurnaan kita atau jasa kita. Keselamatan kita secara sempurna terketak di dalam anugerah dan kasih karunia dan pengorbanan yang menebus dari Tuhan kita: di dalam darah yang menetes di kayu salib, di dalam kemurahan hati dan belas kasihan Yesus kepada kita. Kita tidak diselamatkan oleh kebaikan kita atau kelayakan kita atau kesalehan kita atau perbuatan baik kita. Tetapi kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan. 

Itu bukan kesempurnaan kita, tetapi di dalam kesempurnaanNya yang membawa kebenaran bagi jiwa kita di dalam pandangan Allah. Efesus 2:8 dan 9 menyatakan: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”  Kita diselamatkan bukan oleh jasa kita, tetapi karena jasaNya, yang dimediasikan kepada kita melalui karunia Roh Kudus.

Dalam Titus 3:5 dan 6, Rasul menulis:  

Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita.

Seperti yang ditulis oleh Yohanes dalam pasal pertama dari Injinya, dimulai dari ayat 11:

Tuhan kita datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa, hak, keistimewaan supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya, bahkan kepda mereka yang menemukan keselamatan di dalam namaNya, dengan percaya di dalam namaNya.

Orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Keselamatan kita selalu berada di dalam Dia. Dan kita tidak menerimanya dengan beberapa hal yang menakjubkan dan prestasi yang tidak biasa, tetapi kita menerimanya dari tanganNya yang mulia dengan makna yang sederhana dari pertobatan dan kepercayaan. Bukan karena kita mampu, katakanlah untuk membelinya, atau kita cukup cerdas untuk untuk mencakupnya, atau kita cukup terpelajar ke tempat di mana pada akhirnya, kita masuk secara akademik dan brilian ke dalam Kerajaan Allah. Selalu, cara keselamatan disajikan di dalam Injil dalam sebuah cara sehingga orang yang tidak terpelajar dan orang miskin serta orang yang paling sederhana di antara kita dapat memperolehnya, dengan jaminan, menerima semua kekayaan dari kemurahan Allah di dalam Kristus Yesus.

Saya membayangkan jenderal kebanggaan dari pasukan Aram yang merupakan seorang yang mengidap kusta. Namanya adalah Naaman. Dan ketika Elisa, sang nabi, memberitahukan dia, bahwa jika dia pergi ke sungai Yordan dan membaptiskan dirinya—itu yang disampaikan dalam Septuaginta—membenamkan dirinya sebanyak tujuh kali, maka kulitnya akan kembali seperti kulit seorang anak kecil dan dia menjadi tahir. Dan ketika Elisa mengutus pelayannya untuk memberitahukan kepada jenderal Aram, di situ disebutkan Naaman berseru: “Aku sangka bahwa setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?" Dan dia berpaling dan pergi dengan hati yang sangat panas dan merasa terhina.

Dia adalah seorang pria yang hebat—bahkan Alkitab menyatakannya demikian—dan hebat di Israel dan tidak pernah kalah perang. Dan ketika dia dengan panas hati mengendarai kereta kudanya  ke Damsyik dengan tetap menderita lepra, salah satu pegawainya yang berada di atas kereta kuda memegang lengannya dan berkata:  “Tuan, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah engkau akan melakukannya? Jika dia berkata, ‘Taklukkanlah Partian,’  bukankah engkau akan melakukannya? Jika ia berkata, ‘Bawakan sebuah persembahan sebanyak 5.000.000.000 talenta emas,’ bukankah engkau akan melakukannya? Jika ia menyuruh engkau melakukan beberapa hal yang hebat dan luar biasa bukankah engkau akan melakukannya?  Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir?"  

Dan Alkitab berkata bahwa Naaman memutar keretanya  dan kembali. Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan: satu kali. Dua kali, empat kali, lima kali enam kali dan setelah dia membenamkan dirinya tujuh kali ke dalam air dan Alkitab berkata, kulitnya kembali menjadi seperti kulit anak kecil, dan dia menjadi sembuh dan dia telah tahir!  Dan dia menjadi tahir.

Itulah cara keselamatan secara tepat. Itu bukan oleh tindakan yang hebat dan besar bahwa kita masuk ke dalam Kerajaan Allah, dengan rasa bangga, dengan kepala kita yang tegak, dan berkata, “Saya telah melakukannya.” Tetapi kita datang ke dalam Kerajaan Tuhan kita dengan rendah hati, melakukan kedua hal ini, meminta Allah untuk mengampuni dosa-dosa kita dan percaya bahwa Yesus dapat hidup dan memelihara kita di dalam hati kita dan bagi Dia sampai selama-lamanya. Setiap orang, dari mana saja dapat melakukan hal itu. Itulah injil. 

Dalam Markus 1:15, disebutkan: “Datanglah Yesus memberitakan Injil—bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Itulah cara Tuhan memulai pelayananNya. Itulah yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada kepala penjara yang bertobat itu yang tersungkur di hadapannya di dalam pertobatan yang gemetar: “Percayalah kepada Tuhan dan engkau akan selamat.” Dan itulah cara Paulus menggambarkan pesan keselamatannya kepada orang Yahudi dan orang Yunani: “secara terbuka dan dari rumah ke rumah, memberitakan pertobatan kepada Allah dan iman melalui Tuhan kita Yesus Kristus.” Itulah cara kita diselamatkan.

Sekarang mari kita mengikuti hal itu dengan sebuah kesimpulan yang jelas dan serentak. Jika itu adalah cara saya diselamatkan, maka saya tidak diselamatkan oleh purgatory atau oleh pengakuan dosa atau oleh ordinansi atau oleh sakramen atau oleh ritual-ritual atau oleh perayaan-perayaan. Itu adalah penerjemahan rohani antara saya dan Allah. Itu adalah cara saya diselamatkan. Itu adalah sesuatu dari hati. Itu adalah sesuatu yang bersifat sorgawi.

Bukan elemen-elemen ini yang membasuh dosa. Hanya Yesus sendiri yang membasuh kita dari dosa. Keseluruhan Kitab Ibrani pasal sembilan berkaitan dengan pembasuhan dosa-dosa kita di dalam korban dan di dalam darah Tuhan kita.  “Dan tanpa penumpahan darah,” Dia berkata,

tidak ada pengampunan … . 

Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang.

Dan kemudian dia menyimpulkannya dengan penuh kejayaan: “Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”

Jadi kita tidak diselamatkan oleh suatu persembahan yang dapat kita buat atau suatu penebusan yang dapat kita buat, kita tidak diselamatkan oleh suatu ritual yang dapat kita pelihara. Kita diselamatkan dengan percaya di dalam kasih penebusan dan kemurahan serta pengorbanan dari Yesus Tuahn kita.

Dan selalu, itu adalah yang pertama. Yang pertama, Saya menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya. Itu yang pertama.

Kemudian saya memelihara ordinansi-ordinansi. Dan jika saya dibaptis sebelum saya diselamatkan, saya sesungguhnya belum dibaptis. Jika saya dibenamkan di dalam air, tetapi saya belum dibaptis. Itulah sebabnya seringkali mengapa anda akan melihat orang-orang datang melalui lorong bangku ini, saya menyebut mereka peserta lomba mil kedua. Seorang pemuda telah datang pada pagi hari ini seperti itu: “Saya telah menjadi anggota gereja sebelum saya diselamatkan, tetapi saya belum dibaptis dengan benar sejak saya menjadi seorang anggota jemaat. Saya telah menemukan Tuhan. Saya telah menyerahkan hidup saya kepada Dia di dalam iman dan bertobat, dan sekarang, saya ingin sungguh-sungguh dibaptiskan.”

Saya menyebut mereka peserta lomba mil yang kedua. Mereka telah menghilang dua mil dengan Tuhan kita yang mulia, dan itulah yang harus kita lakukan. Yang pertama kita diselamatkan, hal itu selalu disebutkan dalam Alkitab sebagai yang pertama, kita diselamatkan dan kemudian kita melaksanakan ordinansi baptisan dan Perjamuan Tuhan.

Lalu, kata kataggellō ini, sebuah dramatisasi dari pesan injil Kristus—dan kita melihat dalam kedua contoh itu. Kedua ordinansi itu mendramatisasikan bagaimana Kristus telah menyelamatkan kita dan hal itu menyajikan pesan injil yang menyelamatkan kepada dunia.

Ada dua cara injil itu disajikan. Yang pertama: Ditujukan kepada telinga dengan sebuah kesaksian Kristen, di atas mimbar—pendeta, diaken, komunikan—kita semua. Kita bersaksi dengan Firman.

Tetapi ada cara kedua dalam menyajikan Injil: Injil juga digambarkan kepada mata di dalam bentuk dramatik. Dan hal itu dilakukan dalam dua tindakan, di dalam kedua ordinansi ini. 

Kita dapat bersaksi dengan firman. Kita juga dapat bersaksi dengan air. Kita dapat bersaksi dengan menyajikan injil di hadapan umum. Kita juga dapat bersaksi dengan partisipasi kita di hadapan umum di dalam memecahkan roti dan memeras anggur. 

Dan itu adalah tujuan ordinansi. Mereka adalah injil yang disajikan kepada mata sama baiknya ketika ia didengarkan dari suara kesaksian seorang Kristen.

Ordinasi bukan berarti memperoleh. Mereka hanya memberitakan. Ordinansi tidak bersifat magis. Mereka hanyalah menyajikan sebuah kebenaran yang agung. Ordinansi tidak menebus dosa. Mereka mempertunjukkan korban penebusan dari Tuhan kita. Ordinansi mendramatisasikan injil. Itulah gunanya. Itulah yang mereka lakukan. Itulah makna dari pelaksanaan mereka.

Lalu, kapan saja, kita mengubah makna ordinansi, anda akan mengubah bentuk dari hal itu, tanpa pengecualian. Sebagaimana hari terus berlalu di dalam kisah dan sejarah gereja Kristen, mereka tiba dalam kepercayaan bahwa di dalam ordinansi, anda diselamatkan. Di dalam ordinansi baptisan, dosa-dosa anda dibasuh, Dan di dalam ordinansi Perjamuan Tuhan, di sana anugerah Tuhan kita Yesus dimediasikan kepada anda.

Lalu, segera saja bentuk ordinansi itu berubah. Selama dalam cara Perjanjian Baru, atas sebuah pengakuan iman, kita dibaptis, dikuburkan dan dibangkitkan bersama dengan Tuhan. Tetapi ketika tiba masanya bahwa baptisan diajarkan sebagai makna keselamatan kita, dosa-dosa kita dibasuh di dalam air dan kita dibaptis agar kita terlepas dari dosa asal. 

Ketika doktrin itu dinyatakan, segera saja mereka merubah bentuk ordinansi. Bukan lagi sebuah penguburan dan kebangkitan, tetapi orang sakit yang tidak dapat sembuh juga dibaptiskan. Dan kemudian, tentu saja, ada bayi-bayi yang lahir di dalam keluarga. Jadi agar terbebas dari dosa dan agar supaya kita yakin diselamatkan, entah mengapa, mereka mengubah bentuk ordinansi ke dalam sebuah  peleburan dan pencurahan serta percikan. Dan hal itu menghilangkan seluruh tujuannya dan makna  yang telah diberikan Allah.

Cara yang sama dengan Perjamuan Tuhan. Ketika Perjamuan Tuhan dilihat sebagai sesuatu yang bersifat magis, anak-anak kecil ini pergi ke gereja dan mereka melihat pelayan perjamuan berkata, “Hoc est corpus meum”—inilah tubuhKu—“Hoc est corpus meum,” “Hoc est corpus meum,” mereka pergi keluar dan melakukan hal yang sana atas kue Lumpur atau apapun itu. Mereka berkata Hoc est corpus, Hoc est corpus, Hoc est corpus, Hoc est corpus.  Itulah yang saya lihat. Dan mereka memiliki memiliki sebuah magis di luar sana, sebagaimana mereka mengubah kue-kue itu dan hal-hal lucu yang dapat dihasilkan oleh anak-anak itu.

Dan mereka merubah bentuk dari hal itu.  Bukannya sebagai sebuah perjamuan yang sederhana, di mana kita memecah roti dan minum cawan anggur bersama-sama, mereka mengubah bentuknya dengan sebuah wafer yang dicelupkan di dalam suatu jenis anggur dan diberikan kepada orang-orang dan tidak membagi kedua elemen itu.

Suatu hal yang luar biasa, apa yang anda percayai dan doktrin yang anda ajarkan, anda akan menemukan hal itu sendiri di dalam sasaran gamabaran yang terang dari apa yang anda lakukan. Jika kita akan memelihara kebenaran sebagaimana Allah telah memberikannya, semua hal yang lain akan mengikutinya dalam perintah yang indah, sama seperti yang telah diikuti oleh orang-orang Kristen mula-mula.

Lalu, saya berbicara tentang hikmat yang tidak terbatas dari Tuhan kita di dalam memilih dua ordinansi ini yang memegang kebenaran injil. Tuhan kita berkat di dalam Injil Matius pasal dua puluh empat bahwa pesan injil itu akan diberitakan melalui seluruh dunia. Seluruh dunia akan mendengarnya.

Lalu, jika hal itu benar—dan Tuhan berkata bahwa itu benar—Tuhan kita berkata bahwa pesan injil ini akan diberitakan melalui seluruh dunia, hal itu bearti bahwa , dari bahasa Aramik yang Dia bicarakan, akan disajikan di dalam bahasa Yunani dan budaya Yunani dan kemudian di dalam Latin dan budaya Roma dan di dalam bahasa Teutonik dan budaya Teutonik, dan di dalam seluruh bahasa dan budaya dunia.

Lalu bagaimana anda akan memelihara kebenaran pesan injil itu setelah mellaui banyak terjemahan dan penafsiran dan khususnya ketika anda tidak tahu apakah orang yang menerjemahkannya dan menafsirkannya kompeten? Bagaimana Tuhan akan memeliharanya tetap murni dan tetap utuh dan sempurna? Pesan injil dari pengharapan dan keselamatan kita, ketika ia masuk ke dalam banyak budaya yang berbeda dan ditafsirkan serta diterjemahkan ke dalam banyak bahasa—bagaimana Dia melakukannya?

Tuhan melakukan sebuah hikmat yang tidak terbatas. Ketika Dia melihat manusia. Dia melaksanakan dua praktek universal. Yang pertama bahwa semua manusia makan dan minum. Itu yang pertama. Dan, yang kedua: bahwa semua manusia mati dan dikuburkan. Jadi, Tuhan mengambil pesan injil dan membungkusnya di dalam dua tindakan universal. Yang pertama: Kita makan dan minum. Dan Dia membalut pesan injil di dalam makan dan minum. Yang kedua: manusia mati dan dikuburkan. Dan Dia membungkus pesan injil di dalam tindakan kematian dan penguburan itu.

Sekarang, anda lihatlah ke dalamnya. Ketika Dia melaksanakan Perjamuan Tuhan di dalam Injil Matius, di situ disebutkan:

Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."

Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

Dan Dia membangun pesan injil itu dari pengampunan atas dosa-dosa kita, dari pengharapan kita, dari keselamatan, di dalam sebuah tindakan universal dari makan dan minum.

Lalu, Tuhan melakukan hal yang sama di dalam pengalaman universal manusia bahwa mereka mati dan dikuburkan:

Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya;

Yesus mengambil fakta yang universal dari kematian dan penguburan dan Dia membalutNya dengan pesan injil: “bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.”  Dan di dalam 1 Korintus , pasal 15, Paulus berkata itulah Injil.

Jadi, injil di dalam dua tindakan. Dan Yesus memilih dua praktek universal  ini dan pengalaman umat manusia untuk membungkus pesan injil. Dan Tidak masalah di mana injil diberitakan atau dalam bahasa apa pun injil itu diterjemahkan—dalam bahasa Hotenot, atau bahasa Aborigin yang berada di pusat Australia, atau kepada kebanyakan orang elit dari orang-orang cerdas yang belajar di Cambridge dan Harvard—di mana saja di dunia ini pesan ini di bawa, di sana pesan inil ini didramatisasikan dalam dua tindakan. Kita makan dan kita minum. “Inilah tubuhNya. Inilah darahNya.”

Dan kita menghadapi kematian dan penguburan. Dan kita dikuburkan dengan Tuhan kita di dalam keserupaan kematianNya. Dan kita dibangkitkan di dalam keserupaan kebangkitanNya. Dan selama kedua ordinansi ini dilaksanakan—selama itu orang akan menemukan di dalamnya pesan injil dari Kristus, tidak masalah dengan bahasa atau budaya atau kebiasaan manusia.

Lalu, dalam sebuah waktu yang masih tersisa bagi saya, bolehkah saya menunjukkan salah satu hal yang mulia lainnya di dalam dramatisasi ini. Seperti pesan injil, dasar-dasar dari iman kita didramatisasikan di dalam dua tindakan dari baptisan dan Perjamuan Tuhan, jadi itu adalah fondasi dari pengharapan kita untuk masa depan. Tuhan berkata di dalam Matius 26:29:

Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku." Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun… .

Ordinansi itu ditutup dengan memandang ke depan: “Aku pada suatu hari akan meminumnya bersama dengan kamu di dalam Kerajaan BapaKu.” Dan itu adalah catatan yang luar biasa sama di dalam pelaksanaan Perjamuan Tuhan yang digambarkan kepada kita oleh Paulus. Tuhan berkata: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu melakukan kataggellō—kamu sedang mendramatisasikan, kamu sedang menyajikan di dalam bentuk drama—kematian Tuhan sampai Ia datang—sampai Ia datang. 

Selalu, selalu—ketika kita memberitakan injil, selalu berakhir atas sebuah detakan. Berakhir di dalam sebuah catatan kejayaan, tidak pernah dalam sebuah nyanyian pemakaman, tidak pernah di dalam kegelapan dan maut serta alam maut. Selalu saja, pesan injil berakhir di dalam sebuah catatan kemenangan dan kemuliaan. 

Ada sebuah pancaran di dalam injil Kristus yang menutupi setiap rasa sakit dan setiap penderitaan dan setiap tragedi dan setiap usia tua dan setiap kematian. Akan datang sebuah hari yang lebih baik. Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita.

Selalu saja, ada cahaya dalam kuburan. Ada kecemerlangan dibalik kematian. Ada pengharapan, tidak masalah betapa banyak tragedi dan jurang keputusasaan dan frustasi di sekeliling kita. Yesus hidup. Dan karena Dia hidup, kita memiliki setiap pengharapan dan jaminan dari sebebuh hidup yang berkemenangan di sini dan sebuah kehidupan yang lebih baik dan mulia dari kemenangan di dalam sebuah hidup di dunia atas dan di dunia yang lebih baik.

Jadi di mana pesan itu di dramatisasikan, sama seperti dalam Perjamuan Tuhan, kita melakukannya hingga kita duduk bersama dengan Yesus di dalam Perjamuan Kawin Anak Domba dan kita makan dan minum di dalam kerajaan bersama dengan Tuhan kita. Itulah cara Matius atau Lukan atau Paulus menuliskannya: Kita melakukannya hingga hari intervensi yang penuh kejayaan dari Allah di sorga. Atau jika kita mati, di dalam ordinansi baptisan, kita telah dibangkitkan. Kita dibangkitkan di dalam keserupaan di dalam keserupaan dari hidupNya yang mulia.

Itulah caranya menjadi seorang Kristen. Saya mungkin diremukkan sekarang, tetapi saya akan dibangkitkan kembali. saya mungkin terluka sekarang, tetapi Tuhan memiliki sebuah hari yang mulia dan indah bagi saya. Saya mungkin bertambah tua sekarang, dan mungkin meninggal, tetapi ada kemenangan dan kebangkitan di balik kuburan.

Dan ordinansi-ordinansi ini selalu menyajikan hal itu. Mereka ditutup di dalam sebuah catatan kemenangan dan kejayaan. Dan itulah caranya kita harus memberitakan injil: Ketika saya berdiri di atas mimbar ini dan menyampaikan injil Kristus, apapun yang mungkin terjadi dalam hidup, atau betapa berdosanya kita, atau betapa frustasinya atau terhilangnya kita, ada kehidupan dan pengharapan di dalam Kristus Yesus.

Jadi, pesan injil selalu berakhir di dalam sebuah undangan yang luar biasa:

Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!

Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. 

Itulah pesan injil: Selalu dengan sebuah detakan naik, selalu dengan sebuah catatan kemenangan dan selalu dengan sebuah kemurahan dan undangan Allah yang penuh berkat: “Datanglah. Datanglah.”

Sekarang, mari kita berdiri bersama-sama. Tuhan kami yang di sorga…

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.