SEBUAH INJIL YANG SANGAT MENDESAK

(A GOSPEL IMPERATIVE)

 

Dr. W. A. Criswell

 

09-10-55

 

1 Korintus 9:16-17

 

 

Pagi ini kita telah menutup dengan ayat terakhir dari pasal delapan: “Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.”

Sekarang, pasal sembilan:

Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul. Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku.  Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku.

Apakah kita bukan orang-orang Kristen yang bebas? Makan segala sesuatu yang kita inginkan, minum segala sesuatu yang kita inginkan.

Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan?

Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri?

Tiadak ada seorangpun yang bekerja di dalam angkatan bersenjata—apakah seorang prajurit menyediakan peralatannya sendiri, atau ransumnya sendiri? Negara yang melakukannya.

… Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian?

Apakah ini ideku saja, atau hukum Musa juga menyampaikannya juga? Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan?

Apakah Tuhan menulis hal ini hanya tentang lembu atau tentang kita—tentang kita?

Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihank kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.

Semuanya itu tidak akan saya khotbahkan, karena saya tidak membutuhkannya di sini. Di sini, dia sedang berbicara tentang kebebasan Kristen, orang Kristen dapat melakukan apa yang berkenan bagi dia. Tetapi kebebasannya didedikasikan kepada Allah, apa yang dia lakukan, dia melakukannya secara berbeda untuk Kristus, dari kasih untuk Tuhan dan dari perbedaan atas saudara-saudara.

Lalu, dia sedang menggunakan sebagai sebuah ilustrasi kebebasan dalam Kristus. Dan salah satu kebebasan itu adalah bahwa seseorang yang bekerja di kebun anggur Tuhan harus didukung oleh umat Tuhan. Dan anda melakukannya dengan luar biasa di sini, di dalam jemaat ini.

“Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”  Anda peduli pada kami, orang-orang anda, yang menjadi staff di jemaat ini dan pekerjaan ini. Anda melakukannya dengan penuh kemurahan. Jadi, saya tidak perlu berkhotbah atas hal itu. Jika anda seorang yang pelit, orang yang bakhil, yang kikir, kita  hanya akan memutuskan diri di sini dan dia akan terbakar habis di bumi.

Tetapi saya tidap perlu melakukan hal itu. Anda sungguh-sungguh melayani Tuhan dan benar terhadap Tuhan. Dan anda sangat dermawan terhadap Tuhan dan semakin lebih sepanjang waktu. Dan kita bertumbuh di dalam anugerah ini.

Jadi seperti yang saya sampaikan, bagian ini tidak akan kita khotbahkan. Sekarang kita berada di sini:

Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.

Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.

Kita akan berhenti di sini. Minggu pagi berikutnya, kita akan  mengambil ayat berikutnya; Minggu malam berikutnya, di bagian akhir dari pasal itu.

Tetapi kita akan mengambil hal ini: Injil yang mendesak, sebab itu adalah keharusan bagiku.

Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan, oikonomia yang ditanggungkan kepadaku.

Hanya itu yang akan kita khotbahkan pada malam hari ini: Suatu injil yang sangat mendesak.

“Karena jika aku memberitakan Injil”—dan Paulus memberitakannya—dia melakukannya  seperti tidak seorang pun di dunia ini yang pernah melakukannya. Tidak pernah ada di dalam catatan sejarah, ada sebuah kisah seorang misionari, seorang penakluk rohani yang seperti Paulus. Dia sendiri merujuk dirinya atas hal itu, berkata bahwa melalui anugerah Allah yang telah diberikan Allah kepadanya, dia telah bekerja keras lebih dari pada rasul-rasul yang lain.  

Hal itu membuat dia harus membayar sebuah harga. Dia menyebutkan harga itu di dalam surat 2 Korintus pasal 11: Bahaya di padang gurun, bahaya di kota, bahaya di tengah-tengah laut, bahaya dari saudara-saudara palsu, bahaya dari segala tempat kemana saja dia pergi. Dia berkhotbah dalam harga dan resiko hidup. Tetapi dia memberitakan Injil. Dia setia terhadap panggilan itu dan dia memperkenalkan Kristus kepada seluruh dunia. Di seluruh Laut Mediterania, dia membangun jemaat-jemaat dan gereja itu berdiri selama beradab-abad: Injil yang agung,  mercusuar dari Anak Allah. 

Paulus memberitakan Injil, tetapi dia berkata:  “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri.”  Sekalipun pekerjaan itu telah sangat luar biasa dan mulia serta berjaya, aku tidak memiliki alasan untuk memegahkan diri, karena alasan untuk itu telah selesai—hal mendesak yang terletak di belakang pekerjaan yang aku dedikasikan kepada Allah adalah hal ini: “Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”

Dia berkata ada dua alasan mengapa di sana tidak ada kemuliaan bagi dia, tidak ada kemegahan di dalam dia untuk pekerjaan misi di dalam nama Tuhan Yesus. Dan yang pertama adalah hal ini: Sebab anagkē adalah epikeitaiAnagkē adalah sebuah kata yang luar biasa. Bahasa Yunani menggunakan kata itu. Sebuah  anagkē di dalam mitologi Yunani kuno, merujuk kepada nasib, untuk kepentingan—kadang-kadang kejam dan mengerikan—yang dibebankan atas kehidupan seseorang, dimana dia tidak dapat melarikan diri. Dan Paulus menggunakan kata Yunani lain yang sering digunakan dengan anagkē: Epikeitai, “ditekankan atas dia.”

Ke mana saja dia berpaling, dia sana dia menemui hal itu. Saat bangun di pagi hari, hal itu ada di sana. Berbaring di saat malam, ia ada di sana. Menutup matanya dan tidur, di sana hal itu ada lagi. Paulus tidur dan bermimpi tentang hal itu. Tidak pernah dapat pergi dari itu. Tidak pernah dapat melarikan diri dari hal itu. Menelusuri setiap jalanan dan melintasi setiap horizon, ada anagkē ini: Sebab itu adalah keharusan bagiku.

Kemudian hal yang kedua yang dia sampaikan: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”  Di dalam mitologi kuno, bahasa Yunani mengajarkan bahwa itu merupakan sebuah hal yang buruk dan sia-sia dan mengerikan bagi seseorang untuk menentang sebuah anagkē: nasib, takdir, penolakan pemeliharaan yang mana para dewa-dewa telah mengontrol hidupnya.

Paulus menggunakan gambaran yang sama. Dia tidak mengubahnya sama sekali. Ya, celakalah aku jika aku menentang anagkē itu, kepentingan itu, nasib yang telah ditanggungkan Allah kepadaku. Dan satu-satunya perbedaan yang digunakan Paulus di sini, yaitu di dalam Perjanjian Bahasa Yunani ini dan cara yang digunakan oleh orang Yunani itu di dalam mitologi Yunani mereka ini adalah hal ini:

Bahwa di dalam mitologi Yunani kuno, anagkē merupakan sesuatu yang kejam, buta, tidak berpribadi, mengendalikan takdir manusia yang membuat seseorang tidak berdaya—dan akan menderita sengsara—jika dia tidak memberikan dirinya sendiri atas hal itu.

Tetapi di sini di dalam Injil yang ditulis Paulus, itu adalah tekanan dari kasih ilahi. Itu adalah tekanan dari hukum Kristus: Kehendak Allah atas dia di dalam kemurahan dan kesabaran dari Tuhan Yesus.

Lalu, ayat selanjutnya merupakan hal yang sama, kecuali di dalam kata-kata yang brbeda: “Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.”  Itu adalah sebuah hal yang indah di dalam bahasa Yunani. Jika saya melakukan hal ini, akōn, saya memiliki sebuah upah. Tetapi jika saya akōn--akōn yang berarti secara sukarela. Ini adalah sesuatu yang ingin saya lakukan. Ini adalah sesuatu yang secara bahagia saya memberikan hidup saya—jika saya melakukan pelayanan atas nama Kristus sebagai seorang relawan—ingin melakukannya. Berusaha melakukannya—jika saya melakukannya sebagai seorang pengajar, saya memiliki sebuah upah, saya memiliki upah sebagai pengajar. Saya telah memberikan diri saya kepada hal itu, dan ini adalah upah saya di dalam pengembaliannya.

Tetapi jika saya melakukannya bertentangan dengan kehendak saya—jika saya tidak ingin melakukannya, jika saya tidak memilih untuk melakukannya—jika saya ditekan untuk melakukannya, jika  epikeitai, jika hal ini ditempatkan atas saya—maka meskipun demikian, sekalipun saya sukarela atau tidak, sekalipun saya menginginkannya atau tidak, sekalipun saya memilihnya atau tidak—sebuah oikonomia, sebuah tugas penyelenggaraan, yang dikomitmenkan kepada saya, hal itu tetap sama. Apakah saya sukarela atau tidak, Allah telah menempatkan itu atas saya.

Lalu di dalam kasus Rasul Paulus, apa yang sedang dia bicarakan adalah hal ini: dia adalah seorang musuh salib. Dia adalah seorang musuh dari injil Anak Allah, dan dia memburu orang-orang Kristen. Ketika mereka dijatuhi hukuman mati, dia mengangkat tangannya. Dia memutuskan untuk menentang mereka. Ketika mereka didakwa di pengadilan Yerusalem, dia mengangkat suaranya. Dia bahkan pergi ke kota-kota yang jauh dengan surat dari iman besar, untuk memenjarakan dan menghukum mati orang-orang yang memanggil Nama yang Kudus itu.

Dia bukanlah seorang relawan. Dia adalah seorang antagonis, dan seorang yang sengit atas hal itu. Tetapi datanglah sebuah masa di dalam hidupnya, ketika dari kemuliaan yang sempurna, datanglah sebuah suara yang menghukum dia, yang merendahkan dia, yang mengubah jiwanya, yang mengubah hidupnya, yang mengubah hatinya. Dan suara yang sama dan penampakan yang mulia dari Tuhan Yesus berkata:

Berdirilah teguh, sebab Aku telah memilih engkau sebuah alat khusus untuk tujuan ini, untuk mengajar engkau bagaimana engkau harus menderita bagiku.

Dan untuk mengutus engkau untuk menjadi saksi bagi namaKu di hadapan bangsa-bangsa lain, dan raja-raja dan penguasa-penguasa bumi.

Paulus berkata: Aku bukanlah seorang relawan. Aku tidak ingin melakukan hal itu. Aku adalah penentang dari seluruh tujuan itu, tetapi Tuhan telah menekan aku atas pelayanan itu.

“Dan jika aku melakukannya secara sukarela—dan mencarinya—aku memiliki sebuah upah karena melakukan hal itu.” Lihat, hal itu datang dari saya. Dan apa yang aku lakukan timbul dari kasih yang ada di dalam jiwaku. Tetapi tidak demikian dengan Dia. Aku adalah seorang penentang yang sengit. Aku adalah seorang musuh yang telah bersumpah. Dan Tuhan telah menekan aku atas hal itu, jika bertentangan dengan kehendakku, sekalipun aku ingin atau tidak. Sebuah oikonomia, sebuah tugas penyelengaraan telah ditetapkan atasku.

Lihat kata itu, oikonomia, hanya untuk sesaat. Katakanlah seorang manusia, katakanlah seorang raja, katakanlah Abraham, seorang yang kaya, yang memiliki banyak domba, banyak rumah, banyak istana, banyak pelayan, banyak hamba—dia akan memilih seorang yang akan menjadi seorang  oikonomos.  Dia akan memilih kepala pelayan. Dia akan mempercayakan seluruh harta bendanya.

Anda ingat Yusuf telah diangkat menjadi seperti di Mesir. Lalu, itu adalah kata yang digunakan Paulus di sini. Sekalipun dia diangkat untuk mengurus seluruh harta tuannya, dia tetap seorang budak. Dia melakukan kehendak tuannya. Dan jasanya yang paling tinggi  adalah di dalam tugasnya yang setia kepada tuannya. Itu adalah kata yang digunakan oleh Paulus di sini. Aku adalah seorang hamba dari Yesus Kristus. Kepadaku telah ditetapkan sebuah tugas penyelenggaraan. 

Dan aku tidak memiliki upah di dalam melakukan apa yang ingin Allah aku lakukan. Itu adalah perintahNya dan aku adalah milikNya dan dia telah mempercayakan kepadaku hal itu. Dan ketika aku melakukannya, aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan. Aku tidak memiliki pilihan lain: “Kepentingan itu telah dibebankan atasku, ya, celakalah aku jika aku tidak mematuhi panggilan Allah di dalam Kristus Yesus.”

Ketika saya masih anak-anak, kami memiliki ibadah kesaksian di hari Rabu malam. Jemaat kita sangat besar, kita sudah jauh dari hal itu. Kita tidak lagi melakukan hal itu. Ketika saya masih anak-anak, ketika kami mengadakan ibadah di hari Rabu malam, kami memiliki pertemuan-pertemuan kesaksian. 

Dan pada hari Minggu itu, pedagang barang kebutuhan di kota kami yang kecil telah memakamkan putrinya yang kedua di pekuburan yang ada di kota kecil itu. Dan anaknya itu berusia sepuluh atau sebelas tahun. Dan ia adalah anak yang kedua dari pedagang itu yang telah meninggal.

Dan di dalam kesaksian pada hari Rabu malam itu, saya dapat melihat pedagang barang kebutuhan itu—di mana kami membeli kebutuhan kami—saya dapat melihat pedagang itu  berdiri pada hari Rabu malam itu. Saya dapat melihat suaranya yang serak dan air mata mengalir dari matanya ketika dia berkata: “Selama bertahun-tahun, Allah telah memanggil saya untuk menjadi seorang pelayan, untuk menjadi pengkhotbah, Allah telah memanggil saya, dan saya telah menentang kehendak Allah itu. Saya telah berkata ‘Tidak’ kepada Allah, ‘Tidak, aku tidak mau.’ Saya telah berkata tidak kepada Allah. Dan sepanjang waktu, saya merasakan panggilan itu di dalam hati saya. Allah telah memanggil saya untuk menjadi seorang pengkhotbah.”

“Sekarang,” dia berkata, “minggu ini, saya telah membaringkan putri kedua saya, dan saya tidak dapat bertahan lebih lama. Saya patah hati. Jiwa saya putus asa. Saya tidak akan lagi menentang kehendak Allah atas hidup saya. Pada pagi hari ini, saya telah menutup toko itu dan saya akan menjadi seorang pengkhotbah dari Injil Anak Allah.” Kemudian, keesokan harinya saya pergi dan mengarahkan  wajah saya ke pintu tokonya dan tokonya itu tertutup. Dia tidak pernah membukanya kembali.

Lalu, saya tidak mengetahui teologi itu. Ada banyak hal yang disampaikan dan dipercayai oleh orang-orang masa lalu yang berpaling ke dalam pikiran saya. Saya tidak dapat beranjak dari mereka. Tetapi saya tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak. Mungkinkah Allah turun dan mengambil kehidupan seorang anak kecil karena ayahnya tidak melakukan kehendak Allah? Mungkinkah Allah turun dan mengambil kehidupan lain, seorang gadis kecil yang mulia, karena ayahnya tidak mematuhi Allah?

Saya tidak tahu. Bukanlah bagian saya untuk mengetahuinya. Hal itu berada di dalam sorga. Tetapi apa yang saya ketahui adalah hal ini: Bahwa karena dia tidak melakukan kehendak Allah, setiap kesulitan yang datang, dan setiap pencobaan yang datang dan setiap kegelapan malam yang datang, setiap penderitaan yang datang merupakan sebuah penderitaan yang berganda dan sakit hati yang berlipat bagi dia, karena dia tahu bahwa dia tidak melakukan kehendak Allah. Dan akhirnya, dia berkata, “Saya tidak dapat lagi menanggungnya. Saya tidak dapat lagi menanggungnya.”

Kita berada di dalam jalan itu. Ketika anda melakukan pekerjaan Allah, ketika anda melakukan kehendak Allah, ketika masalah datang dan ketika kesulitan timbul—inilah roh anda—ini adalah kesulitan yang meliputi saya—Tuhan, Engkau hanya sedang menguji aku, untuk melihat apakah aku sungguh-sungguh di dalam hal ini.

Apakah aku setia? Apakah aku bersungguh-sungguh di dalam hal itu? Dapatkan aku tetap memanggil Dia “Tuhan” dan mengasihi Dia, sekalipun Dia membunuhku, atau memberikan penyakit di sekujur tubuhku? Ketika anda berada di tengah-tengah pusat kehendak Allah dan masalah-masalah muncul, apakah anda mengambil hal itu sebagai ujian dari Tuhan apakah anda mengasihi Dia atau apakah anda sungguh-sungguh percaya kepadaNya? Kemudian, ketika anda berada di luar dari kehendak Allah, ketika anda tidak melakukan apa yang Allah ingin anda lakukan—kemudian, ketika kesulitan-kesulitan timbul; ketika penderitaan muncul; kemudian, ketika kematian datang dan kuburan terbuka, maka anda berkata, “Ya Allah. Ya Allah. Hal ini terjadi karena aku tidak melakukan kehendakMu.”

Betapa merupakan sebuah perbedaan. Betapa berbedanya:

Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.

Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri—secara sukarela—memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri—apakah aku ingin atau tidak—pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.

 Dan aku tidak memiliki pilihan lain. Allah telah berbicara. Aku telah mendengar suaraNya dan panggilanNya, dan inilah hidupku dan inilah takdirku. Ini adalah desakan injil.

Lalu, bolehkah saya dalam waktu yang singkat, menyampaikan kepada kita, sebagai sebuah jemaat dan sebagai sebuah gereja, kepentingan yang telah diletakkan Allah atas kita, pelayan injil yang sangat mendesak—bolehkan saya menyampaikan satu atau dua hal.

Ini adalah hal yang pertama: Seperti yang diketahui oleh beberapa orang dari anda—dan anda yang telah datang ke gereja dan pada Rabu malam, dan jika anda telah mendengarkan kepada pendeta setidaknya selama empat minggu—setiap kali saya melihat ladang-ladang misi kita, bukan sesekali, hasilnya sangat hampa. Usahanya tidak pernah menunjukkan simpati dengan apa yang dibutuhkan. Ada sebuah pos depan yang sempit. Manusia telah bekerja selama bertahun-tahun. Mungkin mereka memiliki tiga petobat untuk ditunjukkan untuk hal itu atau tidak ada. 

Anda melihat hal itu dan anda kembali dan berpikir dan ah, betapa sia-sia dan kosong dan hampa serta tandus—tidak ada hasil yang diperoleh kembali. Jadi, saya beritahukan kepada anda apa yang harus kita lakukan. Mari kita pergi ke sana dan menutup stasiun misi itu. Tutup di sebelah sana dan menutup stasiun-stasiun misi itu. Tutup yang ada di sana dan hal itu akan memberi simpanan bagi kita sebanyak $100,000 dollar setahun. Dan kita tutup pos kecil yang berada di sana dan hal itu akan menyelamatkan kita sebanyak $50,000 dollar setahun. Dan kita tutup lagi yang berada di bagian sana, dan kita dapat menyelamatkan $75,000 dollar setahun sekarang. Dan mari kita menutup seluruh pelayanan di wilayah itu dan menyelamatkan $225,000 dollar setahun. Mari kita melakukan hal itu.

Kemudian kita berkumpul bersama-sama sebagai sebuah jemaat, sebagai sebuah denominasi. Dan kita berkumpul bersama-sama sebagai sebuah kelompok misi luar negeri. Dan pertanyaan yang ditempatkan adalah: bagi anda semua yang berada di sini pada hari ini, yang memilih untuk menutup misi itu dan memanggil pelayan itu—anda semua yang memutuskan untuk menutupkan, silahkan angkat tangan anda.

Akankah saya mengangkat tangan saya untuk menutupnya? Akankah saya mengangkat tangan saya untuk mengambil saksi yang ada di sana? Saya telah tiba kepada sebuah kesimpulan akhir tentang hal itu. Saya tidak akan mengangkat tangan saya untuk menutupnya walaupun dengan demikian saya dapat memiliki dunia.

Saya tidak akan melakukannya, sebab sebuah hal yang mendesak terletak di atas kita. Di sana, di dalam Alkitab, Kristus telah berkata: “Kamu akan menjadi saksiKu.” “Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa muridKu.” Dan apakah mereka merespon, apakah mereka bertobat atau tidak, itu adalah antara mereka dengan Allah. Bagian kita adalah mengangkat salib, untuk memberitakan pesan injil.

Kita memiliki sebuah desakan Injil. Hal itu terletak di atas kita. Dan saya tidak boleh berkata, “Tuhan, sekarang mereka tidak mau bertobat, dan saya tidak akan bersaksi dan mereka terlalu keras dan kami tidak dapat menyampaikan injil kepada mereka. Buah yang didapat tidak ada dan hasilnya sangat tandus dan kami akan berhenti.”

Tidak tuan. Kita akan tetap memberi uang ini untuk misi-misi. Dan kita akan tetap berdoa untuk para misionaris. Dan kita akan tetap meminta Allah untuk memberkati mereka dan memberikan hasil bagi mereka, sebab kita memiliki sebuah desakan. Sebuah kepentingan yang terletak di atas kita dan hasilnya berada di dalam tanganNya.

Jika Allah memberkati pesan injil dan seluruh bangsa-bangsa berpaling kepada Kristus, kita bersukacita di dalamnya. Dan di dalam pemeliharaan dari sebuah iman dan keberuntungan yang mana tidak dapat saya masuki, jika tidak ada yang diselamatkan, kita akan tetap mendukung misi dan berdoa setiap hari agar Allah memberkati kesaksian para misionaris.

Itu bukanlah sebuah hal dari pilihan kita. Itu bukanlah sebuah hal dari keinginan kita. Itu adalah sebuah desakan: oikonomia, kepentingan yang telah diletakkan Allah atas kita. Dan jika kita ingin berdiri atas hal itu di dalam hal itu, kita akan berdiri oleh diri kita sendiri. Jika semua orang lain berhenti, kita tetap berusaha untuk setia, untuk sebuah dispensasi, sebuah tugas penyelenggaraan. Sebuah hal yang mendesak yang telah diletakkan Allah di atas pintu kita, diletakkan di atas tangan kita, di dalam perhatian kita.

Dapatlah saya menyampaikan hal lainnya yang telah diletakkan Allah atas kita: Sebuah desakan injil, sebuah kepentingan Injil. Kota-kota besar yang ada di dunia ini—kota kita yang sedang bertumbuh dan menjadi sebuah kota yang sangat besar.

Ah, hanya berbagi di dalam sebuah pengalaman di dalam hal ini, karena anda sangat mengetahuinya dengan baik sama seperti saya ketika saya berada pertama kalinya di Zurich, kami berada di sana pada hari Minggu. Dan saya melihat kota Zurich yang sangat besar itu, salah satu yang terbesar di Swiss. Kota itu dibangun ditepi Sungai Limmat. Di sana ada Danau Zurich, yang dari sungai itu mengalir Sungai Limnat, yang mengalir hingga Rhine.

Lalu tepat di mana terdapat rathaus, balai kota, pusat pemerintahan, yang dibangun menonjol ke sungai—tepat di sebelah sana, mereka telah menenggelamkan Feliks Manz pada masa lampau karena dia adalah orang Baptis. Mereka mengarak dia di depan dewan kota, badan pemerintahan dari kota itu, di  bierhaus itu.  Dan mereka berkata kepadanya: “Lalu, kamu adalah orang Baptis? Dan kamu menyukai air yang banyak. Baiklah, mari kita memberikan dia air yang banyak. Dia berkata bahwa dia menyukai air yang banyak.” Dan tepat di sana, di mana Sungai Limmat menghadap fondasi rathaus itu, mereka menenggelamkan Felix Manz, pengkhotbah Baptis, karena dia berkata bahwa dia mempercayai air yang banyak.

Baiklah, itu adalah sesuatu yang telah terjadi di kota itu. Di sana, pada hari Minggu, kami pergi keluar saat senja di Hari Tuhan. Di sana ada sebuah gereja yang sangat besar di mana Zwingli telah berkhotbah. Zwingli, Calvin, Luther: mereka adalah trio Reformasi. Zwingli tinggal di kota Zurich dan di sana ada sebuah gereja yang sangat besar tempat dia berkhotbah. Dan ini adalah kota tempat tinggalnya. Ini adalah pusat Reformasi, kebangunan rohani yang besar.

Di sanalah gereja itu. Saya pergi ke gereja itu dan tidak ada sebuah cahaya di dalamnya—Tidak ada sebuah cahaya di dalamnya. Tidak ada sebuah jiwa di sana dan tempat itu sangat gelap. Gereja itu terkunci dan anda tidak dapat masuk ke dalamnya kecuali anda  mendobraknya, seperti seorang pencuri.

Dan di luar sana, di tempat yang luas dan terbuka di kota itu—di luar sana terdapat sebuah sirkus, sebuah sirkus yang sangat besar seperti Ringling Brothers—sama besarnya seperti Ringling Brothers, dengan tenda yang besar itu. Dan tempat itu penuh sesak dengan orang-orang pada Hari Tuhan, dan mereka saling berdesakan di sekeliling sirkus itu dengan jumlahnya mencapai ribuan orang.

Dan di sisi lain dari Sungai Limmat itu ada sebuah kontes seluncur. Dan mereka mengelilingi kontes itu dengan jumlah ribuan orang. Dan di sebelah sana dan di sebelah sini terdapat rombongan-rombongan pemain akardeon dan mereka sedang menghibur orang-orang, dan setiap toko komersil akan menyewa band untuk bermain sejenak di depan toko itu. Dan di sepanjang Sungai Limmat, ada orang-orang yang jumlahnya ribuan orang. Mereka sedang berbicara. Mereka sedang berbincang-bincang, mereka sedang minum. Dan mereka sedang makan malam.

Tidak seorang pun di kota itu yang berpikir, dan memiliki ingatan sama sekali bahwa ini adalah Hari Allah. Ini adalah Hari Tuhan. Ini adalah hari untuk pemberitaan injil. Tidak ada pemikiran atau kenangan, dan anda sakit hati dan anda akan patah hati ketika anda melihat atas hal itu.

Paris, Roma, London, Chicago, New York, Los Angeles—Hari Allah, Hari Tuhan, dan di dalam gereja dingin dan gelap dan pintunya terkunci dan jendelanya tidak memiliki cahaya yang bersinar melalui jendela kaca itu. Dan kesaksian telah binasa dan kota itu terhilang dan jutaan kehidupan yang padat hidup seolah-olah tidak ada Kristus, seolah-olah tidak ada Allah.

Dan bagaimana dengan kita yang berada di kota Dallas yang semarak ini? Ya Allah, sebuah kepentingan terletak di atas kita. Sebuah dispensasi, sebuah penatalayanan yang telah dipercayakan kepada kita. Tuhan di dalam kebaikan jiwaMu dan ketika Allah akan memberikan kami pertolongan dan kekuatan, dengan segala sesuatu yang kami miliki dan sebagaimana adanya kami, Tuhan, gunakanlah kami untuk tetap memelihara api yang hidup, sebuah kobaran, sebuah cahaya bagi Dia di pusat kota ini yang sangat kita kasihi: Kota Dallas kita.  

Sebuah kepentingan yang terletak di atas kita dan ya, celakalah kita jika kita tidak benar terhadap injil. Dan jika kita melakukan hal itu bahkan secara sukarela, sekalipun bukan sebuah tugas penyelenggaraan yang dipercayakan kepada kita. Itu adalah kewajiban kita. Itu adalah tugas kita. Itu adalah kesungguhan kita kepada Allah.

Oh, saya memiliki banyak hal yang ingin saya sampaikan. Tetapi saya harus berhenti. Hal-hal ini yang sedang ditekankan atas kita, sekalipun kita memilih atau tidak memilih—hal-hal ini sedang ditekankan atas kita, dari panggilan Allah, apakah Tuhan memanggil anda? Apakah Dia menyampaikan sesuatu kepada anda?

Ada sebuah kehendak Allah bagi anda. Allah telah menciptakan anda. Tidak ada dua orang dari kita yang sama. Dan tidak ada dua orang dari kita yang memiliki pelayanan yang sama. Dia memiliki sebuah pekerjaan bagi anda, setiap orang dari kita. Dan Tuhan berbicara kepada anda dan dia menggariskan sebuah jalan pekerjaan bagi anda.

Kita semua berada di dalam pandanganNya, kecuali kita membenamkan suaraNya dan melarikan diri hal itu—ketika Paulus sedang berbicara tentang anagkē itu, iman itu, takdir yang telah ditekankan Allah atas kita—kita dapat menutup mata kita dan menutup telinga kita dan mengeraskan hati kita. Tetapi itu merupakan sebuah masa depan yang tidak berpengharapan dan tidak terduga. Betapa merupakan sebuah takdir yang penuh dengan kemandulan dan keputusasaan.   

Apakah Tuhan berkata sesuatu kepada anda? Apakah Dia memanggil anda? Apakah Dia berbicara kepada anda?

Celakalah kita jika kita tidak mematuhi panggilan Tuhan. Kepentingan yang berada di atas kita. Kuasa yang besar, yang jauh lebih besar dari kita, bagaimanapun anda menggambarkan Dia, bagi kita, itu adalah pilihan atas kehendak Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. 

Serahkanlah diri anda kepada hal itu. Ikutilah panggilan itu. Taatilah kehendak itu. Responlah undangan itu. Kepentingan yang terletak di natas kita. Sebuah penatalayanan yang telah dipercayakan bagi kepedulian kita.

Maukah anda merespon hal itu pada malam ini. Maukah anda menjawab panggilan Kristus itu pada malam ini?

Pendeta, Allah telah memanggil saya dan saya meresponnya pada malam hari ini. Saya telah mendengar suaraNya, dan inilah saya, menyerahkan segala sesuatu yang saya miliki, untuk percaya kepadaNya sebagai Juruselamat saya.

Apakah anda telah mempercayai Tuhan sebagai Juruselamat anda? Sudahkah anda melakukannya? Apakah anda sudah mengakui iman di dalam Dia, secara terbuka di hadapan umum? 

Apakah anda sudah menjadi anggota jemaatNya? Apakah anda telah bersama dengan umatNya? Adakah di sana ada sebuah tanggung-jawab yang untuknya Allah telah memanggil anda? 

Ketika kita menyanyikan lagu seruan ini, maukah anda datang dan memegang tangan pendeta dan berkata: “Pendeta, malam ini, inilah kami dan kami datang, dan inilah keluarga saya. Atau inilah anak saya, atau inilah saya.” Dan beritahukanlah saya untuk apakah anda datang. Apa yang telah Allah sampaikan kepada anda?

Ketika kita menyanyikan lagu ini, dengan sungguh-sungguh dan penuh doa, maukah anda datang? Ketika Tuhan menyampaikan firmanNya, dari mana saja, buatlah jalan anda dan datanglah ke samping saya: Pendeta, saya telah menyerahkan hidup saya dan hati saya bagi Allah dan saya memberikan tangan saya kepada anda, dan inilah saya.

Maukah anda membuatnya sekarang, saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi?

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.