PAULUS BERBICARA TENTANG PERNIKAHAN

(PAUL SPEAKS OF MARRIAGE)

 

Dr. W. A. Criswell

 

I Korintus 7:1-40

02-10-55

 

Sekarang, di dalam khotbah kita melalui Firman Allah, kita telah di 1 Korintus pasal tujuh. Dan anda dapat membuka bagian itu di dalam Alkitab anda, yang merupakan salah satu bagian yang tersulit di dalam Alkitab. Dan ada beberapa hal  di dalam pasal ini yang sangat mengejutkan. Dan kita akan melihatnya pada malam hari ini. Lalu kita akan membaca seluruh pasal itu, sebuah pasal yang sangat panjang, tetapi saya tidak dapat bagaimana melakukan hal ini tanpa pembacaan Firman, yaitu 1 Korintus pasal tujuh. Khotbah kita yang terakhir adallah pasal enam dan sekarang adalah pasal tujuh:

Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.

Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.

Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.

Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.

Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.

Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.

Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.

Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.

Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.

Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.

Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.

Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.

Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.

Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.

Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu? Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.

Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.

Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.

Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.

Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya.

Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.

Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.

Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.

Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.

Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!

Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.

Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.

Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.

Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.

Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.

Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.

Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.

Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.

Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.

Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah. [1 Korintus 7:1-35]. 

 

Lalu, apa yang anda pikirkan tentang hal itu? Bagaimana seandainya anda anda naik ke sini dan menyampaikan sebuah khotbah atas hal itu? Baiklah, saya sama seperti anda. Anda hanya membaca semua itu dan saya akan berkata, “Saya akan berkata.” Tetapi ketika anda berdoa tentang itu dan mempelajarinya dan menyiapkannya, di sana adaa sebuah wahyu—sebuah kebenaran agung yang disampaikan dari Allah, di dalam pasal ini—tentang kita dan hidup kita yang kita semuanya harus tahu. Jadi kita akan memulainya pada malam ini dan saya berhaarap agar saya dapat membuatnya lebih jelas dan sederhana ketika kita membahas pasal ini.

Di dalam aplikasi dari prinsip-prinsip dari iman Kristen terhadap kehidupan setiap hari, orang-orang Kristen ini menemukan kesulitan yang sangat besar. Jadi mereka menulis kepada Paulus tentang bagaimana seharusnya orang Kristen hidup di dunia ini. Dan Paulus sedang menjawab dari beberapa pertanyaan itu: “Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku.”  Lalu, jawaban jaatuh ke dalam dua kategori. Satu kategori berada di dalam contoh, di  mana dia memiliki sebuah perintah yang jelas dari Tuhan: “Lalu aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan katakan.”  Itu adalah satu kategori. Kemudian kategori lain terletak di adalam realm di mana dia berkata: “Aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai.“  Sebagai contoh, di dalam ayat enam, dia berkata, “Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah.”  Dan di dalam ayat dua belas, “Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan.”  Di dalam ayat dua puluh lima: “Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.”  Dan ayat yang terakhir: “Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah” [1 Korintus 7:40].  Lalu di dalam pasal itu, sekarang, ketika Paulus berbicara hal ini dan hal ini dan tentang aplikasi iman Kristen bagimana kita harus hidup setiap hari. Dia berkata, “Ini adalah perintah Tuhan—inilah yang disampaikan oleh Allah.” Dan hal lainnya, dia akan berkata, “lalu ini adalah sebuah kebijaksanaan, inilah apa yang aku pikirkan—di dalam penilaianku—inilah yang harus kamu lakukan.” 

Kemudian, ada hal-hal seperti itu di dalam seluruh hidup kita. Hal-hal yang secara kekal baik dan salah secara kekal. Ada hal-hal yang bersifat tetap dan tidak berubah. Ada hal-hal yang berkaitan dengan perintah Tuhan. Dan mereka tinggal tetap di sorga dan di bumi. Kemudian, ada hal-hal yang berkaitan dengan kebijaksanaan orang Kristen. Ada hal-hal yang secara partikular salah dan ada hal yang secara partikular benar—ada hal-hal yang seperti itu, jika aku melakukan hal ini, maka hal-hal ini akan mengikutinya, jika aku melakukan hal itu, maka hal-hal lainnya akan mengikutinya. Sebagai contoh, tentang hal ini, apakah aku harus selibat di dalam hidup saya atau haruskah saya menikah? Haruskah aku tetap melajang, atau haruskah aku mencari seorang suami atau seorang istri?  Lalu, Paulus berkata, “aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah berkaitan dengan hidup melajang dan berkaitan dengan sebuah hidup perkawinan.”

Lalu, ada dua kategori di dalam jawaban yang dia berikan. Sekarang, mari kita melihat jawaban-jawaban ini. Ini adalah sebuah perintah dari Tuhan tentang perkawinan, tentang orang Kristen yang menikah. Tentang seorang pria yang telah menikah yang merupakan orang Kristen dan seorang wanita yang telah menikah yang merupakan orang Kristen:

Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. [1 Korintus 7:10, 11]. 

 

Itu adalah sebuah perintah dari Allah. Ketika dua orang Kristen menikah, pernikahan itu harus tetap bertahan hingga dipisahkan oleh kematian. Itu adalah sebuah perintah final dan kekal serta tidak dapat dibatalkan dari Tuhan. Dua orang Kristen untuk menikah—mereka menikah untuk kebaikan; mereka menikah untuk hidup, mereka menikah hingga kematian memisahkan hubungan itu; mereka tidak dapat memutuskannya. “Itu adalah sebuah perintah,” kata Paulus, “dari Tuhan.” Hal itu sangat  jelas  dan anda tidak masuk ke dalamnya dengan ceroboh—dengan kebodohan. Ketika orang Kristen menikah; hal itu harus dipelihara sampai selama-lamanya. 

Baiklah, sekarang ada kategori lain dari pernikahan. “Kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman”—sekarang anda sedang masuk ke dalam sebuah kategori dari orang Kristen yang telah menikah dengan seorang penyembah berhala, atau orang yang tidak percaya. Lalu, bagimana dengan hal itu?

Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.

Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.

Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.

 [1 Korintus 7:12-15]. 

 

Jika ada seorang Kristen saleh yang telah menikah dengan seorang wanita yang bukan Kristen, dia tidak terikat untuk hidup dengan wanita itu. Sebab Allah telah memanggil kita untuk hidup di dalam damai sejahtera dan tidak selamanya dan secara kekal untuk berkelahi dan bermusuhan dan direpotkan dan tinggal di neraka dan nyala api. Sama halnya dengan wanita yang telah menikah dengan seorang pria yang buruk. Jika seorang wanita telah menikah dengan seorang pria buruk, seorang penyembah berhala, seorang yang tidak percaya, dan mereka hidup dalam penderitaan dan di dalam nyala api serta rasa sakit—Allah telah memanggil kita untuk hidup dalam damai sejahtera, bukan di daalam nyala api dan menderita sengsara dan rasa sakit—biarlah dia pergi, biarlah mereka memutuskan, biarlah mereka berpisah. Adalah lebih baik bagi orang penyembah berhala, orang yang tidak percaya, untuk pergi dari pada membangun sebuah keluarga Kristen dengan seseorag yang bersamanya anda tidak dapat membangun sebuah keluarga Kristen. Lebih baik bagi pasangan itu untuk berpisah. Lalu, jika mereka tidak berpisah, Paulus berkata; jika mereka berkenan untuk hidup bersama satu sama lain, satu orang Kristen dan satu penyembah berhala. Mereka bisa, di dalam pandangan Allah mereka hidup bersama-sama, Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.  Tetapi kalau mereka memutuskan untuk berpisah, mereka bebas untuk berpisah; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.

Sesekali, secara terus terang saya berkata, seperti yang saya katakan kepada seorang ibu di dalam jemaat ini, tadi pagi—saya berkata kepadanya, “Adalah lebih baik, hal yang telah anda lakukan, untuk mendidik anak-anak anda dengan suami yang anda miliki akan menjadi sebuah dosa terhadap anak-anak itu.” Apakah anda pikir itu adalah sebuah berkat bagi anak-anak itu untuk memiliki seorang ayah yang pulang ke rumah dan bertindak seperti tindakan beberapa ayah? Itu adalah sebuah penghukuman bagi mereka. Itu adalah sebuah ketakutan bagi mereka. Itu adalah sebuah rasa sakit bagi mereka. Itu jauh lebih baik—saya beritahukan kepadanya pagi ini, “Ambillah anak-anak anda, dan biarkan dia pergi, dia pergi selamanya, dan pertahankan cara itu. Dan anda bawa anak-anak itu kemari dan anda didik mereka  di dalam kasih dan pemeliharaan dan nasehat Tuhan. Dan mereka akan bertumbuh kuat dalam doa di dalam Yesus Kristus. Dan semoga berbelas kasihan kepada suami yang buruk itu yang berada di luar sana, yang tidak mengasihi Allah, yang tidak mengasihi gereja, yang tidak mengasihi kesetiannya dan tidak berlaku baik bagi anak-anak kecil yang terkasih itu.” Baiklah, bukan saya yang menyampaikan hal itu. Hal itu terdapat di dalam Alkitab.  

Kemudian, hal selanjutnya yang dia  bicarakan—dan saya telah memiliki kesulitan lebih dengan hal ini. Saya telah bergumul lebih dengan hal ini dalam minggu ini lebih dari hal lain yang tellah saya baca di dalam Alkitab selama hidup saya. Saya terkejut dengan apa yang saya temukan di dalam Alkitab. Kadang-kadang, sukar bagi saya untuk percaya, hal yang telah saya baca di dalam firman. Sekarang, dengarkanlah bagian ini: Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah” [1 Korintus 7:20].  Sebab iman  Kristen bukanlah sebuah program untuk perubahan sosial, atau revolusi sosial. Orang Kristen tidak berhubungan dengan hal-hal luar, tetapi hal-hal internal—bukan dengan bagian luar dari seseorang, tetapi dengan bagian dalamnya.

Lalu, anda lihat di sini, tiga kali di dalam bagian kecil ini, Paulus berkata—sekarang dengarkan apa yang dia tulis dalam ayat 17, ayat 20 dan ayat 24—sekarang, dengarkan apa yang Paulus sampaikan: “Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat” [1 Korintus 7:17].  Lalu—hal yang sama lagi: “Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah” [1 Korintus 7:20].  Baiklah, sekarang ayat dua puluh empat: “Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.” [1 Korintus 7:24].  Kemudian dia mengilustrasikannya. Dia mengilustrasikannya, yang pertama secara rohani. Di sini, yaitu di dalam ayat delapan belas:

Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.

Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.  [1 Korintus 7:18-20] 

 

Baiklah, apa yang anda pikirkan tentang hal itu? Seandainya ada seorang Yahudi datang menelusuri lorong bangku ini dan berkata kepada saya, “Pendeta, saya ingin menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat saya dan saya ingin dibaptiskan dan saya ingin menjadi anggota jemaat ini.” Paulus berkata, dia dapat tetap tinggal sebagai orang Yahudi dan menjadi orang Kristen. Dia dapat menjadi keduanya. Jika dia adalah seorang Yahudi  dan menjadi orang Kristen, biarlah dia tetap tinggal sebagai orang Yahudi.

Baiklah, saya mendapat pemikiran tentang hal itu. Sungguh luar biasa, hal-hal ini yang anda baca di dalam Alkitab. Saya mendapat pemikiran tentang hal itu dan saya berpaling ke dalam pemikiran saya kembali kepada orang-orang ini yang ada di dalam Alkitab. Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi pada hari ketika dia meninggal, dia tetap seorang Yahudi. Di Kaisarea—Korintus berada di sebelah sini, Kaisarea berada di sebelah sana—pelabuhan kota di bagian Timur, enam mil di sebelah sana. Di Kaisarea, dia mencukur kepalanya menurut nazar orang Yahudi. Dan dia pergi ke Bait Suci di Yerusalem dan dia memenuhi nazarnya bersama dengan orang Nazir lainnya—membayar persembahan bagi dirinya sendiri—dan orang-orang Nazir lainnya.

Anda akan membaca di dalam tulisan Yosefus tentang gembala dari Gereja First Baptist di Yerusalem, yaitu Yakobus, saudara Tuhan. Anda akan membaca di dalam tulisan Yosefus, bahwa Yakobus, yang merupakan gembala dari Gereja First Baptist di Yerusalem, merupakan seseorang yang saleh dan bersemangat dan orang yang setia dari semua orang Yahudi lainnya yang tinggal di Yerusalem. Akan tetapi, dia adalah gembala dari jemaat itu, jemaat yang pertama di Yerusalem. Anda juga akan membaca, bahwa Timotius memiliki seorang ibu yang merupakan orang Yahudi dan ayahnya adalah seorahg Yunani. Karena konflik itu, ketika orang-orang Yunani melihat dia, mereka tidak tahu apakah dia adalah orang Yahudi atau bangsa-bangsa lain. Anda akan membaca bahwa Paulus mengambil Timotius dan menyunat dia dan menyajikan dia sebagai orang yahudi yang penuh sebagaimana dia menggambarkan injil Anak Allah.   

Lalu, pemisahan antara iman Yahudi dan iman Kristen tidak datang karena sebuah pengumuman dan perintah revolusi. Tetapi pemisahan itu datang karena perbedaan dari roh kita, batin kita, hati kita. Hal itu timbul dari hal-hal yang berkenaan dengan jiwa, hati, roh dan batin. Tetapi hal itu tidak timbul oleh perintah atau revolusi sosial dan revolusi agama. Hal itu datang dari pikiran iman Kristen itu sendiri. Tidak ada sesuatu di dalam Alkitab tentang sebuah revolusi kekerasan emlawan agama Yahudi yang memisahkan Kekristenan darinya. Itu adalah perkembangan dari roh iman Kristen, di bagian dalam, di dalam hati dan di dalam jiwa.

Baiklah, jika anda menganggap hal itu tidak cukup. Anda boleh mengambil hal selanjutnya yang dia ambil. Tidak hanya bahwa  Kekristenan  tidak memiliki apa-apa untuk disampaikan tentang hal-hal eksternal dari agama ini—menjadi seorang Yahudi atau menjadi seseorang dari bangsa-bangsa lain—“Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah” [1 Korintus 7:20].  Anda dengarkan kembali: “Hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.”  Dan sekarang ia mengilustrasikannya dengan kehormatannya. Dia mengilustrasikannya dengan kesuciannya. Dan mengilustrasikannya secara sekuler—dari hal ini di dalam dunia sekuler kita: “Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil?” [1 Korintus 7:21].  Lalu, dapatkah anda membayangkan hal itu? Hal yang paling menjengkelkan dari semua institusi dari sejarah manusia adalah perbudakan, perbudakan manusia. Mengapa? Para kaisar-kaisar ini mengambil budak-budak mereka dan kadang-kadang akan memberikan mereka menjadi makan ikan dan menyaksikan ikan-ikan itu memakan mereka. Kaisar itu akan mengambil budak-budak itu dan meletakkan mereka di ampiater yang besar dan mereka akan bertarung dengan binatang buas yang hidup. Dan mereka akan bertarung di dalam pertarungan gladiator, satu sama lain. Perbudakan di dunia kuno tidak sama dengan perbudakan yang kita kenal di Amerika ini dengan orang-orang berwarna. Itu merupakan institusi yang sangat menjengkelkan, paling buruk dari segala sesuatu yang dapat anda pikirkan.  Sekarang, anda dengarkanlah kalimat ini: Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah. Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan.  [1 Korintus 7:22-22].  Mungkin ada sebuah belenggu di dalam tangannya. Dia mungkin diikat dengan sebuah bola dan merantai kakinya, tetapi dia adalah orang bebas karena jiwanya bebas, hatinya bebas, dia adalah orang yang telah dibebaskan Tuhan. Akan tetapi, dia yang tekah dipanggil untuk menjadi orang bebas adalah hamba Kristus. Jika seseorang bukan seorang hamba, dia adalah orang bebas di dunia ini, tetapi dia tetap seorang hamba. Dia adalah hamba Yesus.  Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia [1 Korintus 7:23].  Sekalipun kita adalah seorang hamba di dunia ini, atau seorang yang bebas di dunia ini, hal itu tidak membuat suatu perbedaan. Kita semua bebas di dalam Kristus dan kita semua adalah hamba Kristus.  “Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.” [1 Korintus 7:24].  Jadi, itu adalah institusi perhambaan. Tidak ada sebuah suku kata di dalam Alkitab yang menentang itu—tidak ada satu pun. Dan di sini, Paulus berkata, jika kamu adalah seorang hamba, tetaplah tinggal sebagai seorang hamba, hal itu tidak menjadi masalah. Apakah kamu dipanggil menjadi seorang hamba, jangan pedulikan hal itu. Jika kamu adalah seorang hamba, jangan pikirkan hal itu. 

Dan kemudian, iman Kristen telah menghancurkan institusi perhambaan. Bagaimana dia melakukannya? Iman Kristen tidak melakukannya dengan revolusi sosial, dengan perintah, tetapi dengan menebus kehidupan manusia. Tetapi Kekristenan telah menghancurkan perbudakan di dalam, menghancurkan dari hati, menghancurkan dari jiwa. Ketika Paulus bertemu Onesimus di kota Roma, dia mengirim Onesimus kembali ke Filemon, tuannya. Paulus berakata: Onesimus, engkau telah melakukan kesalahan, engkau telah melariikan diri dari tuanmu. Tetapi engkau menjadi milik Filemon, tuanmu. Engkau  adalah hambanya. Dan Onesimus, engakau telah menyerahkan hatimu kepada Allah. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah kembali kepada tuanmu, Filemon. Engkau harus kembali. Dan dia meletakkan di dalam tangan Onesimus, sebuah surat dan mengirim dia melintasi Kekaisaran Roma, dari barat ke timur. Dia mengirim dia dari Roma ke Kolose, ke propinsi Asia Roma dengan sebuah surat di dalam tangannya. Tetapi di dalam surat itu ada sesuatu yang menghancurkan institusi perbudakan. Di dalam surat itu Paulus berkata kepada Filemon: Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan. Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku-- aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri [Filemon 15-19].  Hal itu menghancurkan perbudakan. 

Itu adalah semangat dari iman Kristen. Mengerjakannya di dalam hati manusia. Hal itu mengubah hidup dan institusi sosial dan bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan dan takdir umat manusia. Itu adalah satu-satunya cara hal itu dapat diubah. Apakah anda berpikir dengan undang-undang dan dengan kerukunan dan dengan liga dan semua hal-hal luar ini anda akan mengubah umat manusia dan institusinya, anda akan mengendalikannya untuk kegagalan dan bencana. Tetapi jika kita dapat mengubah hati dan jiwa, kita dapat mengubah bangsa dan institusi dan hidup. Kekristenan berkata bahwa itu bukan bagian luar dari manusia, itu adalah bagian dalam manusia. Hal itu ditujukan bukan kepada hal-hal luar, tetapi kepada hati dan kepada jiwa. 

Biar saya mengilustrasikan hal itu. Billy, apakah anda menyuruh anggota paduan suara ini membuka barang-barang perhiasan mereka, saya tidak mengetahui hal itu.  Saya akan menggunakan hal itu untuk sebuah ilustrasi, dan mereka telah membukanya. Mary, yeah, dia memilikinya. Hampir setiap wanita ini memiliki sesuatu yang tergantung di telinga mereka.   

Baiklah, saya telah mendengarkan Llyod Courter, yang telah berada di Amerika Selatan di sebuah pantai kecil di dekat pantai Kolombia. Dia sedang berkhotbah di sana, kepada beberapa penduduk asli, orang-orang primitif yang berada di sana, penduduk Indian asli yang berada di sana, seluruh wanita mereka berada di sana, dan seluruh wanita itu mengenakan anting di hidung mereka. Mereka semua mengenakan anting di hidung mereka. Llyod Couerter pergi ke sana dan memberitakan Injil kepada penduduk asli Indian itu dengan seluruh wanita yang duduk di depan. Dan Allah memberkati dia dan mereka memiliki sebuah kebangunan rohani yang besar. Dan mereka maju ke depan dank diselamatkan dan mereka menjadi orang Kristen. Lalu, ketika Lloyd Courter memberitahukan hal itu, bagaimana Allah memberkati dia dan bagaimana mereka maju ke depan dan memberikan diri mereka kepada Yesus dan berdamai dengan Tuhan—entah mengapa tiba-tiba seorang wanita berbicara dan dia berkata, “Dengarkan Saudara Courter. Dengarkan, ketika para wanita itu maju ke depan dan menyerahkan hati mereka kepada Yesus, apakah mereka berhenti mengenakan anting pada hidung? Apakah mereka berhenti mengenakan anting pada hidung mereka?” 

Dan Lloyd membalas, dia berkata, “Saya tidak tahu. Saya tidak pernah memikirkan hal itu. Saya tidak tahu apakah mereka berhenti mengenakan anting di hidung mereka atau tidak.” Tetapi, dia berkata, “Apakah yang dilakukan oleh hal itu dengan iman Kristen? Apa masalahnya sekalipun anda memakai anting di telinga anda atau apakah anda memakainya di telinga anda?” Berapa banyak dari anda, para wanita  yang memakai sebuah anting di telinga anda? Apakah hal itu itu menjaga anda menjadi seorang Kristen untuk mengenakan sebuah anting? Saudara, jika kita dapat menyuruh wanita kita untuk mengenakan anting di hidung mereka, saudara, kita dapat menuntun mereka berkeliling, bukankah begitu?   Apakah itu menjadi masalah sekalipun anda berpakaian seperti seorang barat atau tidak, atau apakah anda berpakaian seperti yang anda lakukan di New Orlean sana—seperti yang anda lakukan dengan jubah besar yang panjang?

Selanjutnya, bolehkah saya membuat sebuah komentar yang cepat? Saya tidak dapat berkhotbah sepanjang malam. Saya harus berhenti. Sekarang dengarkanlah, bolehkah saya membuat sebuah komentar? Salah satu rintangan yang luar biasa, dan itu merupakan sebuah bencana, tentang usaha misi Kristen dari Southern Baptist Convention kita adalah hal ini—bahwa ketika mereka pergi ke luar negeri mereka tertarik untuk menjadikan orang hitam di Afrika seperti orang Amerika, dan juga dengan orang Jepang yang berkulit kuning, seolah-olah iman Kristen diidentifikasikan dengan budaya barat Amerika kita. Dan tidaklah demikian. Tidak demikian. Jika seseorang ingin mengenakan piyama, seperti yang mereka lakukan di Kairo, dari pada memakai sebuah pakaian seperti yang saya kenakan, biarkan dia memakai piyama. Hal itu tidak membuat sebuah perbedaan. Hal itu tidak membuat sedikit perbedaan di dunia. Dan jika mereka ingin mengenakan anting di hidung mereka, atau meletakkan sebuah tulang di rambut mereka, tidak menjadi masalah. Saya hanya akan berhenti pada ini saja: Saya pikir bahwa mereka harus mengenakan beberapa pakaian di Afrika ketika mereka pergi ke gereja. Dan jika mereka semua setuju terhadap hal itu. Saya pikir hal itu tidak menjadi masalah. Tetapi saya pikir seseorang yang menjadi orang Kristen dan bahkan pergi dengan setengah telanjang—saya percaya dia dapat melakukannya.

Anda tidak seharusnya mengidentifikasikan agama Kristen dengan hal-hal luar. Anda tidak boleh melakukan hal itu. Iman Kristen adalah sebuah perihal yang berkenaan dengan jiwa, itu adalah sebuah perihal yang berkenaan dengan roh. Itu adalah sebuah hal yang berkenaan dengan hati. Itu adalah hal yang berkenaan dengan apa yang ada di dalam diri manusia. Dan kunci kecilnya adalah ini: “Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.” [1 Korintus 7:24].  Di sana ada kunci: Hendaklah dia tinggal bersama dengan Allah. Hendaklah dia mencari kesatuan dengan Allah. Jiwa kita dan hati kita dan hidup kita bergabung untuk Allah. Dan jika seseorang berkomitmen kepada Allah dan telah menyerahkan dirinya kepada Allah, seluruh sisanya akan dipelihara dengan sendirinya. Anda tidak perlu khawatir tentang orang itu yang berada di kursi Gubernur, di kantor Presiden, di rumah, di keluarga, di bank. Jika dia telah diserahkan kepada Allah, hal itu tidak masalah. Paulus berkata: “Hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.” [1Korintus 7:24]. 

Saudara yang terkasih, saya harus berhenti. Tetapi saya telah tiba ke prinsip yang klimaks yang Paulus gunakan untuk dasar dari semua yang dia sampaikan. Saya akan membacanya lalu saya akan berhenti. Bagian itu terdapat dalam ayat dua puluh sembilan hingga ayat tiga puluh satu dari pasal ini: Inilah yang dia sampaikan—

Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu. [1 Korintus 7:29-31]. 

 

Prinsip utama yang terketak di belakang itu semua adalah hal ini—waktu telah singkat. Dunia dan segala isinya akan lenyap. Kita harus bersiap-siap untuk kekekalan dari Allah. Karena itu, kita harus benar dengan Allah, saudara, apakah itu panjang  atau pendek, apakah saya telah menikah atau tidak menikah, apakah saya tua atau muda, apakah saya kaya atau miskin, hal-hal ini tidak masuk ke dalam ukuran yang utama itu ketika saya berdiri di hadapan Allah. Jika saya benar, jika jiwa saya benar, jika hati saya benar, apakah saya menangis, apa masalahnya? Apakah saya bersukacita, apa masalahnya? Apakah saya memiliki segala sesuatu di dunia ini, apa masalahnya? Atau apakah saya tidak memiliki apa-apa, apa masalahnya, jika saya tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah?   

Kita harus berhenti, tetapi kita mengucap syukur kepada Tuhan, jika Dia menunda kedatanganNya, kita akan memiliki hari yang lain. Kita akan kembali melihat Alkitab, belajar sekali lagi, apa yang telah Tuhan sampaikan. Sekarang, Billy, mari kita menyanyikan lagu kita. Seseorang dari anda, serahkanlah hati anda kepada Yesus. Serahkanlah hidup anda kepada Allah. Seseorang dari anda, ketika kita menyanyikan lagu ini, anda boleh datang. Dari mana saja, serahkanlah tangan anda kepada saya. Datanglah kemari dan serahkanlah tangan anda kepada pendeta. Pendeta, hidupku kuserahkan kepada Allah dan dan saya menyerahkan tangan ini kepada anda. Inilah pengakuan saya. Inilah komitmen saya. Inilah saya, dan saya datang segera, dan inilah kami sekeluarga. Kami semua datang pada hari ini. Dan ketika Tuhan akan berkata: Tempuhlah jalan itu.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM